Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)


RUANG 26 HCURSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners
Departemen Medikal

Oleh:
Ilya Nur Rachmawati
125070200111018
Kelompok 16
Program A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
NON-HODGKIN LIMFOMA

A. ANATOMI FISIOLOGI

Fisiologi sistem limfatik


Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi
dalam jaringan tubuh.
b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein
didalam cairan jaringan ke dalam aliran darah.
c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan
berbahaya.
d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang
telah dicerna, terutama lemak.
B. DEFINISI
NHL adalah suatu keganasan dari limfosit T dan B berupa proliferasi
klonal yang terdapat pada berbagai tingkat tumor.Keganasan ini tidak boleh
disamankan dengan kelainan limfoproliferatif poliklonik.Kedua kelompok penyakit
tersebut terjadi dengan frekuensi tertinggi pada anak dengan status
imunodefisiensi herediter (Nelson, 2000).Limfoma maligna (LM) adalah
proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya, terutama
menyerang kelenjar getah bening

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Limfoma Secara Umum
1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel sel Reed Stern berg dan/
atau sel hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non Hodgkin
Klasifikasi NHL
Ada 2 klasifikasi besar penyakit NHL, yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama
agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien
yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini
pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel
induk. Pada kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin
mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.
2. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma
non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat.Secara tipikal,
pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
terditeksi untuk beberapa saat.Gejala yang paling sering adalah
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa
menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut
saat pertama terdiagnosis.

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahanbahan
limfogenik seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya.
Etiologi sebagian besar LNH ini tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor
risiko terjadinya LNH, anatara lain:
Immunodefisiensi
2 % kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH
antara lain adalah severe combined immunodeficiency hypogamma
globulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskot-Alderich
syndrome, dan Ataxia-telengiectasia. Limfoma yang terjadi sringkali
dihubungkan dengan Epstein-Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam, mulai
dari hyperplasia poloklonal B hingga limfoma monoclonal.
Agen infeksius
EBV DNA ditemukan pada 95 % limfoma Burkitt endemic.Sebuah hipotesis
menyatak bahwa infeksi awal EBV dan factor lingkungan dapat
meningkatkan jumlah precursor yang terinfeksiEBV dan mneingkatkan risiko
terjadinya kelainan genetic.
Paparan lingkungan dan pekerjaan
Beberpa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan risiko tinggi adalah
peternak serta pekerja hutan dan pertanian.Hal ini disebabkan oleh karena
adanya paapran herbisida dan pelarut organik.
Diet dan paparan lainnya
Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi
lemak hewani,merokok, dan papaaran ultraviolet (sinar UV).
E. PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penymbatan organ tubuh yang diserrang dengan gejala yang bervariasi
luas.Sering ada panas yang tak jelas sebabnya, penurunan berat badan.Tumor
dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening
(ekstra nodal).Gejalanya tergantung pada organ yang diserang, gejala sistemik
adalah panas, keringat malam, penurunan berat badan.
Telah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen
dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan
merambat dari satu tempat ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian,
hubungan antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada
LNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam,
penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih
rendah dari pada penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa
rasa nyeri, Dapat menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan
adanya efusi pleura.Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-
gejala yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau
mesentrium dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak
teratur.Sering didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang
ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia,
penurunan berat badan, nausea, hematemesis, dan melena.Penyakit-penyakit
susunan saraf pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat timbul pada limfoma
histisitik difus (imunoblastik sel besar).

F. TAHAPAN
Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam
manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih
pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi
yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai
berikut:
STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra
Stadium II limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas
Stadium III diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau
Stadium IV disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau
tanpa melibatkan kelenjar limfe.

G. MANIFESTASI KLINIS

Kemungkinan
Gejala Penyebab
timbulnya gejala

Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening


20-30%
Pembengkakan wajah di dada

Hilang nafsu makan


Sembelit berat Pembesaran kelenjar getah bening
30-40%
Nyeri perut atau perut di perut
kembung

Penyumbatan pembuluh getah


Pembengkakan tungkai 10%
bening di selangkangan atau perut

Penurunan berat badan


Diare Penyebaran limfoma ke usus halus 10%
Malabsorbsi

Pengumpulan cairan di
Penyumbatan pembuluh getah
sekitar paru-paru 20-30%
bening di dalam dada
(efusi pleura)

Daerah kehitaman dan


Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
menebal di kulit yang
terasa gatal

Penurunan berat badan


Penyebaran limfoma ke seluruh
Demam 50-60%
tubuh
Keringat di malam hari

Perdarahan ke dalam saluran


pencernaan.
Penghancuran sel darah merah
oleh limpa yang membesar dan
terlalu aktif.
Penghancuran sel darah merah
Anemia 30%, pada
oleh antibodi abnormal (anemia
(berkurangnya jumlah akhirnya bisa
hemolitik).
sel darah merah) mencapai 100%
Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma.
Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau
terapi penyinaran.

Penyebaran ke sumsum tulang dan


Mudah terinfeksi oleh kelenjar getah bening,
20-30%
bakteri menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibodi

H. DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
SDP bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia
mungkin ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht menurun. Peneriksaan SDM dapat menunjukkan
normositik ringan sampai sedang, anemia normokromik
(hiperplenisme).
LED meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau
penyakit malignansi. Berguna untuk mengawasi pasien pada
perbaikan dan untuk mendeteksi bukti dini pada berulangnya
penyakit.
Kerapuhan eritrosit osmotik meningkat.
Trombosit menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang
digantikan oleh limfoma dan oleh hipersplenisme)
Test Coomb reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun,
hasil negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
Besi serum dan TIBC menurun.
Alkalin fosfatase serum meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum meningkat sehubungan dengan destruksi
nukleoprotein dan keterlibatan hati dan ginjal.
b. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy.
c. BUN mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk
mendeteksi keterlibatan organ.
d. Hipergamaglobulinemia umumhipogama globulinemia dapat terjadi pada
penyakit lanjut.
e. Foto dadadapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat,
nodulus atau efusi pleural.
f. Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang
nyeri tekan menentukan area yang terkena dan membantu dalam
pentahapan.
g. Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada dilakukan bila
adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa
mediatinum.
h. Skan CT abdomenial mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit
nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada
pemeriksaan fisik.
i. Ultrasound abdominal mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa
retroperitoneal.
j. Skan tulang dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang. Skintigrafi
Galliium-67: berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit
nodul, khususnya diatas diagfragma.
k. Biopsi sumsum tulang menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi
sumsum tulang terlihat pada tahap luas.
l. Biopsi nodus limfamembuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada
adanya sel Reed-Sternberg.
m. Mediastinoskopi mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus
mediastinal.
n. Laparatomi pentahapanmungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi
adalah kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan
kadang-kadang tidak biasa dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi
klinis penyakit tahap IV. Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai
pendekatan pilihan untuk mengambil spesimen.

I. KRITERIA DIAGNOSIS LNH


Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor di
tempat lain
Riwayat demam yang tidak jelas
Penurunan berat badan 10 % dalam waktu 6 bulan
Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
Pemeriksaan histopatologis tumor, sesuai dengan LNH

J. DIAGNOSA BANDING
1. Limfadenitis Tuberculosa histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma metastatik ada tumor primernya, jenis PA adalah karsinoma
3. Leukemia, mononukleus infeksiosa: gambaran hematologik
K. PENATALAKSANAAN
LIMFOMA HODGKIN
1. Therapy Medik
Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, terapi medik adalah therapy
utama
Untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran
Misalnya
Obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi
intermittenddengan siklofosfamid
Dosis:
- Permulaan 150 mg/m2, maintenance 50 mg/m2 tiap hari atau
- 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu
Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin
(oncovin), prednison (COP)
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m 2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m 2 po hari 1 5
Diulangi selang 3 minggu
Ideal:Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,
prednison (MOPP)

2. Therapy Radiasi dan bedah


Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan
Sebaiknya melalui tim onkology (biasanya di RS type A dan B)
LYMFOMA NON HODGKIN
1. Therapy Medik
Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)
Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
Tanpa keluhan: tidak perlu therapy
Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis
permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m2iv selang 3 4 minggu.
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian
seperti pada LH diatas

Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)


Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai
terapy utama
Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal seperti therapy LH
Ideal: Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin,
prednison (CHOP) dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2iv hari I
H : hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 5
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu

Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)


Stadium IA kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
Untuk stadium lain kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal: kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang
(CHOP)
Ideal: diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B

2. Therapy radiasi dan bedah


Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya
melalui yim onkology ( di RS type A dan B)

PILIHAN TERAPI LAINNYA


Derajat keganasan rendah (DKR/Indolen) pada prinsipnya simptomatik
Kemotherapy: obat tunggal atau ganda (peroral), jika dianggap perlu
(cychlopospamide, oncovin dan prednison)
Radiotherapy: low dose TOI + involved field radiotherapy atau involved
field radiotherapy saja
Derajat keganasan menengah (DKM)/Agresif Lymfoma
Stadium I: kemotherapy (CHOP/CHV mp/BU) + Radiotherapy
Stadim IIIV: Kemotherapy parenteral kombinasi, radiotherapy berperan
untuk tujuan paliasi
Derajat kegansan tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH Limfoblastik)
Selalu diberikan pengobatan seperti leukemia lymfoblastik acut (LLA)
Reevaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
1. Setelah siklus kemotherapy keempat
2. Setelah siklusn pengobatan lengkap

L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum dijumpai:
Tranfusi leukemik
Superior vena cava syndrom
Ileus
Penyulit kondisi NHL
Akibat langsung penyakitnya:
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasi sunsum tulang
b. Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c. Gagal ginjal akibat sisplatinum
d. Kluenitis akibat obat vinkristin

M. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk
Rumah Sakit , diagnosa medis
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri telan
c. Riwayat penyakit sekarang
Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien
mengeluh nyeri telan dan sebelum MRS mengalami kesulitan
bernafas, penurunan berat badan, keringaty dimalam hari yang
terlalu banyak, nafsu makan menurun nyeri telamn pada daerah
lymfoma
Keluhan waktu didata
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan
kesulitan bernafas, dan cemas atas penyakit yang dideritanya
Riwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Hypertensi dan Diabetes mielitus perlu dikaji dan
riwayat pernah masuk RS dan penyakit yang pernah diderita
oleh pasien
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT,
penyakit metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
keluarga pasien
e. ADL
Nutrisi
Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi
yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah,
sebelum atau pada waktu MRS, dan yang terpenting adalah
perubahan pola makan setelah sakit, terutama menyangkut
dengan keluhan utama pasien yaitu kesulitan menelan
Istirahat tidur
Dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan
apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya
setelah sakit klien dengan LNH
Aktifitas
Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada kesenjangan
yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien ini
biasanya terjadi perubahan aktifitas karena adanya limfoma dan
penuruna aktifitas sosial karena perubahan konsep diri
Eliminasi
Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna,
apakah ada gangguan.
Personal Hygiene
Mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan
badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan
serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri
f. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana
persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
Perlu dikaji karena pasien sering mengalami kecemasan terhadfap
penyakit dan prosedur perawatan
g. Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaiman peran
klien dirumah dan dirumah sakit
Pada klien dengan LNH mungkin terjadi gangguan interaksi sosial
karena perubahan body image sehingga pasien mungkin menarik diri
h. Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan
agama yang dianut
i. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
Meliputi keadaan pasien
Kesadaran pasien
Observasi tanda tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh
meliputi dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh
antara lain
Rambut
Mata telinga
Hidung mulut
Tenggorokan
Telinga
Leher sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena LNH
berawal pada serangan di kelenjar lymfe di leher mel;iputi
diameter (besar), konsistensi dan adanya nyeri tekan atau terjadi
pembesaran
Dada Abdomen
Genetalia
Muskuloskeletal
Dan integument
Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa
gatal akibat perluasan limfoma ke kulit.
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah
bening di leher. Pembesaran terkadang terjadi juga pada tonsil
sehingga mengakibatkan gangguan menelan.
c. Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka
pasien akan merasakan sesak nafas. Penyumbatan pembuluh
getah bening di dada mengakibatkan penyumbatan cairan di paru
sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas dan efusi pleura.
d. Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka
akan menimbulkan hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri
perut atau perut kembung.
e. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika
limfoma menyebar ke usus halus maka akan terjadi penurunan
berat badan Diare dan Malabsorbsi. Terdapat pembengkakan
pada skrotum.
f. Pemeriksaan ekstremitas
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di
selangkangan atau perut maka akan terjadi pembengkakan
tungkai. Dan apabila terdapat penyumbatan pembuluh getah
bening pada daerah aksila maka akan terjadi pembengkakan
pada daerah aksila.
j. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yang diperoleh
klien dari dokter

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan
secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat
pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.
2. Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat
produksi asam laktat jaringan local.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kesulitan bernafas sukunder terhadap penekanan massa pada oesopahgus
4. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan
system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolic (proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek
kemoterapi.
6. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
7. Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.
8. Perubahan konsep diri (body Image) berhubungan dengan perubahan bentuk
anatomi tubuh (adanya limfoma)
9. Gangguan rasa nyaman (nyeri tekan) berhubungan dengan penekana saraf di
leher akibat adanya limfoma

INTERVENSI KEPERAWATAN
Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret
pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran
kelenjar limfe servikal, mediastinum.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektif
Criteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-24 kali/menit, tidak
ada penggunaan ototaksesori, tidak terdengar bunyi napas tambahan.
Intervensi Rasional
Kaji/awasi frekuensi pernapasan, Perubahan seperti takipnea, dipsnea,
kedalaman, irama, adanya penggunaan otot aksesori dapat
dispnea, penggunaan otot bantu mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan
pernapasan dan gangguan kelenjar limfe mediastinal yang
ekspansi dada. membutuhkan intervensi lebih lanjut.
Bantu perubahan posisi secara Meningkatkan aerasi semua segmen paru
periodic dan membantu mobilisasi sekresi.
Ajarkan teknik napas dalam (bibir, Meningkatkan aerasi semua segmen paru
diafragma, abdomen) dan membantu mobilisasi sekresi.
Kaji/awasi warna kulit, perhatikan Proliferasi sel darah putih dapat
adanya tanda pucat/sianosis menurunkan kapasitas pembawa oksigen
darah dan menimbulkan hipoksemia.
Kaji respon pernapasan terhadap Penurunan oksigenasi seluler menurunkan
aktivitas toleransi aktivitas, istirahat menurunkan
kebutuhan oksigen serta mencegah
kelelahan dan dispnea.
Observasi distensi vena leher, Klien LNH dengan sindrom vena cava
nyeri kepala, pusing, edema superior dan obstruksi jalan napas
preorbital, dispnea, stridor menunjukkan kedaruratan onkologis.

Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam
laktat jaringan local.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri
Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien
intensitas, serta lama dan karena nyeri terjadi sebagai temuan
penyebarannya pengkajian
Lakukan manejemen nyeri Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
keperawatan: O2 ke jaringan yang mengalami nyeri
Atur posisi fisiologis sekunder dari iskemia
Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer, sehingga akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan
Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan
lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada
diruangan
Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
pernapasan dalam menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorvin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks
serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai darah
dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri
Kolaborasi pemberian terapi.
a) Analgetik Digunakan untuk mengurangi nyeri
sehubungan dengan hematoma otot yang
besar dan perdarahan sendi
Analgetika oral non oploid diberikan
menghindari ketergantungan terhadap
narkotika pada nyeri kronis.
b) Kemoterapi Pemberian disesuaikan dengan derajat
penyakit
c) Radiasi Terapi terpilih untuk penderita dengan
penyakit ekstranodal yang terbatas adalah
radiasi, radioterapi local, atau radioterapi
dengan lapangan yang luas, terutama pada
kasus limfoma histiositik difus.
Penderita

Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan


system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Criteria: kien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko yang dapat
dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejaladini infeksi
Intervensi Rasional
Monitor TTV Adanya infeksi akan bermanifestasi pada
perubahan TTV.
Demam atau hipotermia mungkin
mengindikasikan munculnya infeksi pada
klien granulositopenik.
Kaji dan catat factor yang Menjadi data dasar dan meminimalkan
meningkatkan risiko infeksi risiko infeksi
Lakukan tindakan untuk mencegah Kewaspadaan meminimalkan pemajanan
pemajanan pada sumber yang klien terhadap bakteri, virus, dan pathogen
diketahui atau potensial terhadap jamur, baik eksogen ,aupun endogen
infeksi.
a) Pertahankan isolasi protektif
sesuai kebijakan institusional
b) Pertahankan teknik mencuci
tangan dengan cermat
c) Beri hygiene yang baik
d) Batasi pengunjung yang
saat ini sedang demam, flu,
atau infeksi
e) Berikan hygiene parianal 2
kali sehari setiap BAB
f) Batasi bunga segar dan
sayur segar
g) Gunakan protocol perawatan
mulut
Laporkan bila ada perubahan Perubahan tanda-tanda vital merupakan
tanda vital tanda terjadinya sepsis, terutama bila terjadi
peningkatan suhu tubuh
Jelaskan alasan kewaspadaan Pengertian klien dapat memperbaiki
dan pantangan kepatuhan dan mengurangi factor risiko
Yakinkan klien dan keluarganya Granulositopenia dapat menetap 6-12
bahwa peningkatan kerentanan minggu. Pengertian tentang sifat
pada infeksi hanya sementara sementaragranulositopenia dapat
membantu mencegah kecemasan klien dan
keluarganya
Minimalkan prosedur invasive Prosedur tertentu dapat menyebabkan
trauma jaringan, meningkatkan kerentanan
infeksi
Kolaborasi pemberian antibiotika Menurunkan kehadiran organism endogen
Pantau laboratorium sel darah Mengonfirmasikan keterlibatan sel darah
putih putih terhadap infeksi

Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam klien atau keluarga mampu mengembangkan
koping yang positif
Criteria evaluasi: klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu
menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri yang negative.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam
persepsi dan hubungan dengan menyusun rencana perawatan atau
derajat ketidakmampuan. pemilihan intervensi.
Identifikasi arti kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan
disfungsi pada klien mengatur perubahan fungsi secara efektif
dengan sedikit penyesuaian diri. Sedangkan
yang lain mempunyai kesulitan
membandingkan mengenal dan mengatur
kekurangan.
Anjurkan klien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu klien
mengekspresikan perasaan untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
termasuk permusuhan dan dengan perasaan tersebut.
kemarahan
Catat ketika klien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian
terpengaruh seperti sekarat atau tubuh atau perasaan negative terhadap
mengingkari dan menyatakan gambaran tubuh dan kemampuan yang
inilah kematian menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
Berikan informasi status kesehatan Klien dengan hemophilia sering
pada klien dan keluarga memerlukan bantuan dalam menghadapi
kondisi kronis, keterbatasan ruang
kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi
tersebut merupakan penyakit yang akan
diturunkan kegenerasi berikutnya.
Dukung mekanisme koping efektif Sejak masa kanak-kanak, klien dibantu
untuk menerima dirinya sendiri dan
penyakitnya serta mengidentifikasi aspek
positif dari kehidupan mereka. Mereka
harus didorong untuk merasa berarti dan
tetap mandiri dengan mencegah trauma
yang dapat menyebabkan episode
perdarahan akut dan mengganggu kegiatan
normal.
Hindari factor peningkatan stress Perawat harus mengetahui pengaruh stress
emosional tersebut secara professional dan personal
serta menggali semua sumber dukungan
untuk mereka sendiri, begitu juga untuk
klien dan keluarganya.
Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan perasaan harga
yang baik dan memperbaiki diri dan mengontrol lebih dari satu area
kebiasaan kehidupan.
Anjurkan orang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan klien melakukan kemandirian dan membantu perkembangan
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk harga diri serta mempengaruhi proses
dirinya rehabilitasi.
Dukung perilaku atau usaha Klien dapat beradaptasi terhadap
seperti peningkatan minat dan perubahan dan pengertian tentang peran
partisipasi dalam aktivitas individu dimasa mendatang.
rehabilitasi
Dukung penggunaan alat-alat yang Meningkatkan kemandirian untuk membantu
dapat mengadaptasikan klien, pemenuhan kebutuhan fisik dan
tongkat, alat bantu jalan, tas menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam
panjang untuk kateter. kegiatan sosial.
Monitor gangguan tidur Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
peningkatan kesulitan konsentrasi, umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
lethargi, dan rendah diri. stroke dimana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi: rujuk pada ahli neuro Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
psikologi dan konseling bila ada penting untuk perkembangan perasaan.
indikasi.

Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.


Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang
Criteria: klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dan
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif
terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, damping klien dan menunjukkan rasa agitasi, marah dan
lakukan tindakan bila menunjukkan gelisah.
perilaku merusak.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyebabkan.
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi ragsangan eksternal yang tidak
mengurangi kecemasan. Beri perlu.
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
Tingkatkan control sensasi klien Control sensasi klien (dan dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
klien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping
(pertahankan diri) yang positif, serta
membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan dan memberikan respons
balik yang positif.
Orientasikan klien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan
prosedurrutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
untuk mengungkapkan kekhawatiran yang tidak dapat
ansietasnya. diekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan Memberi waktu untuk mengekspresikan
orang terdekat. perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang
dipilih klien melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya: membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi.
Kolaborasi: berikan anticemas Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
sesuai indikasi contohnya kecemasan.
diazepam.
PATOFISIOLOGI NHL

Virus Peternak, Merokok Sinar UV Mutasi spontan


pekerja tani
Radiasi

Paparan herbisida &


pelarut organik

Bahan kimia

Perubahan genetik

Keganasan limfosit T dan B

Sel Reedberg / sel hodgin Limfoma non Hodgin

LImfoma Hodgin

Pembesaran kelenjar getah


bening

Dada Perut

Penumpukan Pembengkakanwa
nafsu makan Perut kembung Nyeri perut
cairan di paru jah

Anoreksia Gg. rasa nyaman Nyeri


Efusi pleura Gg. citra tubuh
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gg. pola nafas

Kulit Sumsum tulang Pembentukan


Usus halus antibody

Malabsorpsi Daerah kehitaman, Penghancuran sel


menebal, gatal darah merah Risiko infeksi
Diare
Kerusakan integritas Anemia hemolitik
kulit
Gg. perfusi jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Lyana. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta: EGC. 2002.


Quade, G.Treatment statement for Health professionals, Childhood Non-Hodgkin
Lymphoma Treatment, The National Cancer Institute, available at:
file:///cancer.gov/index.html, last update at: February 25, 2011.
Nelson, B., Arvin K.Buku Ilmu Kesehatan Anak vol. 3 edisi 15, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
Herdata, H.N.Limfoma Non Hodgkin, Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 2008.
Reksodiputro, A.H. Penyakit Kanker Limfoma Non Hodgkin, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
2009.
Permono, B.,Limfoma Non Hodgkin. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran UNAIR. Surabaya. 2009.
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN TN.A DENGAN NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)


DI RUANG 26 HCU RSUD DR.SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Medikal

Telah diperiksa kelengkapannya pada :


Hari :
Tanggal :

Disusun Oleh :
Mahasiswa

ILYA NUR RACHMAWATI


NIM. 125070200111018

Malang, 2016

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

NIP. NIP.

Kepala Ruang

NIP.
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
(RKM)
RUANG 26 HCU RSUD DR. SAIFUL ANWAR KOTA MALANG
Disusun untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners di Departemen Medikal

Disusun oleh :
Nama : Ilya Nur Rachmawati
NIM : 125070200111018
Kelompok : 16 (RSSA)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : Medikal Persepti : Ns. Nurul


Periode : 17-22 Oktober 2016 Perseptor : Ilya Nur R.
Ruang : Ruang 26 HCU Minggu ke :1

A. Target yang Ingin Dicapai


Dapat melakukan ashukan keperawatan pada klien selama 1 minggu (tanggal 17-
22 Oktober 2016)
1. Mampu melakukan pengkajian umum kepada klien
2. Mampu melakukan analisa data dari hasil pengkajian yang didapat
3. Mampu menentukan dan membuat prioritas diagnosa keperawatan dari hasil
analisa data
4. Mampu menentukan tujuan, kriteria hasil serta rencana intervensi keperawatan
pada masing-masing diagnosa
5. Mampu melakukan implementasi dari rencana intervensi yang telah ditentukan
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan

B. Rencana Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 Melakukan pengkajian pada Hari ke Mampu melakukan
pasien 1 pengkajian pada pasien
2 a. Menentukan data objektif dari Hari ke Mampu melakukan analisa
hasil pengkajian 1 data dari hasil pengkajian
b. Menenjtukan data subjektif dari
hasil pengkajian
3 a. Menentukan diagnosa Hari ke Mampu menentukan
keperawatan dari hasil analisa 1 diagnosa keperawatan serta
data prioritas diagnosa
b. Membuat prioritas diagnosa keperawatan
keperawatan
4 a. Menentukan tujuan dari Hari ke Mampu menentukan rencana
rencana asuhan keperawatan 1 asuhan keperawatan yang
tiap diagnosa keperawatan meliputi penentuan tujuan,
b. Menentukan kriteria hasil dari kriteria hasil dan rencana
rencana asuhan keperawatan intervensi keperawatan
tiap diagnosa keperawatan
c. Menentukan rencana
intervensi keperawatan dari
tiap diagnosa keperawatan
5 Melakukan implementasi rencana Hari ke Mampu melakukan
asuhan keperawatan yang telah 1-6 implementasi rencana
ditentukan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
6 Melakukan evaluasi terhadap Hari ke Mampu mengevalusi ashuna
asuhan keperawatan yang telah 1-6 keperawatan yang telah
dilakukan dilakukan

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

D. Evaluasi Diri Praktikan

E. Rencana tindak lanjut

Mengetahui,

Perseptor Persepti

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai