OLEH:
SGD 2
Pande Kadek Purniati
(0902105002)
(0902105004)
(0902105006)
(0902105008)
(0902105010)
(0902105012)
Ni Made Juniari
(0902105014)
(0902105018)
Ni Wayan Noviyanti
(0902105020)
(0902105022)
(0902105024)
Edy Wirawan N.
(0902105032)
melibatkan nodus limfe. Sel ganas pada penyakit Hodgkin adalah Reed
Sternberg Cells, suatu sel tumor raksasa yang khas, dengan morfologi
unik dan batas yang tidak jelas. Sel ini merupakan criteria diagnostic
yang penting pada penyakit Hodgkin.
Limfoma Hodgkin. Limfoma ini ditemukan oleh Thomas Hodgkin pada
tahun 1832. Pada lymphoma Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik
bertumbuh secara abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem limfatik.
Jika penyakit ini semakin berkembang, maka akan mempengaruhi
fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini ditemukan
perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel
B adalah salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi).
2. Etiologi/penyebab
Penyebab pasti belum dapat diketahui, namun salah satu yang paling
dicurigai adalah Epstein-Barr. Biasanya dimulai pada satu kelenjar getah
bening dan menyebar ke sekitarnya per kontinuitatum atau melalui system
saluran kelenjar getah bening ke kelenjar-kelenjar sekitarnya. Meskipun
jarang jarang, sesekali menyerang juga organ-organ ekstranodal seperti
lambung, testis, dan toroid.
3. Epidemiologi
Penyakit Hodgkin merupakan penyakit yang relatif jarang dijumpai, hanya
merupakan 1% dari seluruh kanker. Insidennya di negara Barat dilaporkan
3,5/ 100.000/tahun pada laki- laki dan 2,6/ 100.000/ tahun pada wanita.
Dilihat dari jenis kelamin, penyakit Hodgkin lebih banyak dijumpai pada
laki- laki dengan perbandingan laki: wanita = 1,2: 1. Di negara Barat,
penyakit Hodgkin lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan limfoma
non- Hodgkin dengan perbandingan 5: 2, tetapi di negara Timur ( Asia
Tenggara, Papua New Guinea, Cina dan Jepang) perbandingan ini menjadi
lebih mencolok dengan rasio 9:1. Faktor penyebab perbedaan ini belum
diketahui dengan jelas.
4. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
Gejala utama adalah pembesaran kelenjar. Yang paling sering dan mudah
dideteksi adalah pembesaran kelenjar didaerah leher. Pembesaran kelenjar
didalam dada atau abdomen lebih susah dideteksi. Gejala-gejala
selanjutnya tergantung pada lokasi penyakit dan organ-organ yang
diserang. Pada jenis-jenis tipe ganas (prognosis jelek) dan penyakit yang
sudah dalam stadium lanjut sering disertai gejala-gejala sistemik yaitu :
panas yang tak jelas sebabnya, berkeringat malam dan penurunan berat
badan sebesar 10% selama 6 bulan. Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri
apabila penderita meminum alkohol. Hampir semua system ini diserang
penyakit seperti traktus gastrointestinal, traktus respiratorius, sistem saraf,
sistem darah.
5. Patofisiologi
Limfoma Hodgkin tidak tergolong NHL, karena beberapa alasan. Pertama,
morfologinya ditandai oleh adanya sel datia neoplasi, yang disebut sel
Reed-Sternberg (RS), yang bercampur dengan infiltrasi radang yang
bervariasi. Kedua, sering berhubungan dengan sifat klinik yang agak
berbeda, termasuk manifestasi sistemik, misalnya demam.
Pathway
Virus Epstein-Barr
Menginvasi kelenjar getah bening
Gangguan klonal yang diturunkan dari sel B, sel T atau monosit
Sel-sel neoplastik = sel Reed StendBerg
Leukosit
Eritrosit dimakan
Kemampuan fagositosis
Penekanan esophagus
Hb
Nyeri
Penekanan trakea
Obstruksi trakea
mikroorganisme
Reaksi radang
PK: Anemia
Disfugia
Ketidakseim
bangan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Bersihan
jalan napas
tidak efektif
Reaksi pirogen
Mempengaruhi termostat
Terganggunya pengaturan suhu tubuh
Suhu meningkat
Hipertermi
4
6. Klasifikasi
Klasifikasi limfoma hodgkin oleh Rye Conference dibagi menjadi 4,
berdasarkan karakteristik dasar jaringan yang terlihat dibawah mikroskop.
1. Predominasi limfosit (lymphocyte predominance)
2. Sklerosis noduler
3. Campuran (mixed cellularity)
4. Hilangnya limfosite (lymphocyte depletion)
Jenis Penyakit Hodgkin (Rye Conference)
Jenis
Gambaran Mikroskopik
Kejadian
Perjalanan
Penyakit
Limfosit
Predominan
3% dari
kasus
Lambat
Sklerosis
Noduler
67% dari
kasus
Sedang
Selularitas
Campuran
25% dari
kasus
Agak cepat
Deplesi
Limfosit
5% dari
kasus
Cepat
7. Tingkatan penyakit
Untuk pembagian stadium masih selalu digunakan klasifikasi Ann Arbor.
Dalam suatu pertemuan kemudian diadakan beberapa perubahan.
Atas dasar penetapan stadium klinis pada limfoma Hodgkin pada 60%
penderita penyakitnya terbatas pada stadium I atau II. Pada 30% penderita
terdapat perluasan sampai stadium III dan pada 10-15% terdapat pada
stadium IV. Ini berbeda dengan limfoma non-Hodgkin, yang biasanya
terdapat pada stadium III-IV.
Clinical staging
Staging dilakukan secara klinis saja, tentang ada tidaknya kelainan
organ-organ.
Pathological staging
Penentuan stage juga didukung dengan adanya kelainan histologis
pada jaringan-jaringan yang abnormal. Pathological staging ini
dinyatakan pula pada hasil biopsi organ-organ.
8. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
Meliputi keadaan pasien
Kesadaran pasien
Observasi tanda tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus :
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang meliputi
dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh antara lain
Rambut
Mata telinga
Hidung mulut
Tenggorokan
Telinga
Leher
Sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena LNH berawal
pada serangan di kelenjar lymfe di leher meliputi diameter (besar),
konsistensi dan adanya nyeri tekan atau terjadi pembesaran
Dada Abdomen
Mungkin terdapat pembesaran kelenjar getah bening di bagian dada
abdomen.
Genetalia
Muskuloskeletal
Integumen
9. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
1. Hitung darah lengkap :
- SDP : Bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara
-
nyata.
Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia
mungkin ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
penyakit.
- Kerapuhan eritrosit osmotic : Meningkat.
- Trombosit : Menurun (mungkin menurun berat; sumsum tulang
digantikan oleh limfoma dan oleh hiperplenisme).
3. Test Coomb : Reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi; namun,
4.
5.
6.
7.
nodus
retroperitoneal,
kedua
lobus
hati,
dan/atau
10
Obat
Keterangan
MOPP
Mekloretamin
(nitrogen
mustard)
Vinkristin
(onkovin)
Prokarbazin
Prednison
ABVD
Doksorubisin
(adriamisin)
Bleomisin
Vinblastin
Dakarbazin
Dikembangkan untuk
mengurangi efek samping dari
MOPP (misalnya kemandulan
menetap & leukemia)
Menyebabkan efek samping
berupa keracunan jantung &
paru2
Angka kesembuhannya
menyerupai MOPP
Lebih sering digunakan
dibandingkan MOPP
ChiVPP
Klorambusil
xVinblastin
Prokarbazin
Prednison
MOPP/ABVD
Dikembangkan untuk
memperbaiki angka kesembuhan
menyeluruh, tetapi belum
Bergantian antara
terbukti
MOPP & ABVD
Angka harapan hidup bebas
kekambuhan lebih baik
dibandingkan sediaan lainnya
Dikembangkan untuk
memperbaiki angka kesembuhan
menyeluruh & untuk mengurangi
keracunan
Masih dalam penelitian
11
Vinblastin
11. Prognosis
Dengan pengelolaan yang baik, penyakit Hodgkin ini dapat dikendalikan
dalam waktu yang cukup lama. Di amerika serikat, kemampuan hidup 5 tahun
lebih darri 80% pada stadium I atau II. Pasien dengan stadium IIIA
mempunyai ketahanan hidup 5 tahun sebanyak 65%. Pada pasien dengan
stadium IIIA2, IIIB, atau IV, apabila diterapi dengan kemoterapi, dapat terjadi
remisi pada 80-95% kasus, dimana lebih dari 50% dari pasien tersebut
mencapai perpanjangan masa bebas gejala. Tentu saja prognosis ditentukan
oleh banyak faktor yaitu antara lain stadium, jenis histologik, massa tumor
keseluruhan , terapi dan faktor-faktor prognosis lainnya yang belum diteliti.
12
b.
Aktivitas/istirahat
DS
DO
Sirkulasi
DS
DO
c.
Makanan/Cairan
13
DS
DO
d.
e.
Neurosensori
DS
DO
Nyeri/Kenyamanan
DS
DO
f.
Pernafasan
DS
DO
g.
Keamanan
DS
DO
2. DIAGNOSA
Analisa data
No. Data
1.
DS:
Klien
Etiologi/penyebab
Virus epstein-barr
mengeluh
sesak napas
DO:
Klien tampak batuk
kering (tanpa dahak).
RR lebih dari 20
x/menit
Terdengar
suara
Masalah
Bersihan
jalan
Pembesaran KGB
Penekanan Trakea
Obstruksi trakea
Bersihan jalan napas
tidak efektif
14
2.
wheezing
DS:
Klien
mengeluh
nyeri saat menelan
sehingga
nafsu
makannya menurun
DO:
Klien
tidak
menghabiskan
nyeri
Penekanan esofhagus
Disfugia
satu
Ketidakseimbangan
klien
Ketidakseimbangan
Pembesaran KGB
dapat
porsi makanannya
Skala
Virus epstein-barr
lebih dari 4
Konjungtiva
membran
3.
dan
mukosa
pucat.
DS:
Virus epstein-barr
Klien
mengatakan
badannya
terasa
demam
DO:
Kulit
Hipertermia
klien
teraba
tubuh
klien
Hipertermia
hangat
Suhu
4.
diatas 37,50 C
DS:
Klien
Virus epstein-barr
mengatakan
sakit kepala
Klien
mengeluh
lemas
DO:
Konjungtiva
Anemia
Anemia
mata
tampak pucat
Hb dibawah 10 gr/dl
15
16
3. RENCANA TINDAKAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas (trakea) ditandai dengan klien mengeluh sesak napas,
klien tampak batuk kering, RR lebih dari 20 x/menit dan terdengar suara wheezing.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan, jalan napas klien kembali paten dengan kriteria hasil
No
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Mengidentifikasi kelainan pernafasan berhubungan dengan
2.
3.
4.
5.
6.
Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran secret
keadaan sadar
17
7.
Berikan klien air putih hangat sesuai kebutuhan jika tidak sekret
Fisioterapi dada
ada kontraindikasi
b. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai dengan Klien mengatakan badannya terasa demam, Kulit klien teraba
hangat, suhu tubuh klien diatas 37,50 C
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan suhu tubuh klien kembali normal dengan kriteria hasil:
- Kulit klien teraba hangat
- suhu tubuh klien dbn (36,5-37,50 C)
No
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mandiri
1.
2.
kejang-kejang.
3.
peristiwa konduksi.
4.
18
menyebabkan dehidrasi.
5.
minum.
Kolaborasi
Kolaborasi
6.
7.
penyebab.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfugia ditandai skala nyeri klien lebih dari 4, klien
mengeluh nyeri saat menelan sehingga nafsu makannya menurun, klien tidak dapat menghabiskan satu porsi makanannya,
konjungtiva dan membran mukosa pucat.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria
hasil :
No
Intervensi
Mandiri
1.
Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan
harian.
19
2.
3.
4.
5.
makan.
Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus
Kolaborasi
Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah
6.
7.
8.
Kolaborasi
9.
sesuai indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi.
Siprofeptadin (priactin).
Berikan analgetik
20
10.
11.
d. PK Anemia
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, diharapkan komplikasi anemia dapat diminimalkan, dengan
kriteria hasil:
Klien mengatakan sakit kepalanya berkurang
Klien mengatakan tidak lemas lagi
Konjungtiva mata tampak tidak pucat
Hb dbn
No
1.
2.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Mandiri :
3.
21
4.
beraktivitas
teh.
risiko anemia.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
5.
22
4. EVALUASI
No.
Dx
1.
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan
dengan
Klien
obstruksi
mengatakan
sesaknya
berkurang
2.
Evaluasi
porsi makanannya
Konjungtiva dan membran mukosa
tidak pucat.
Hb dbn
Daftar Pustaka
23
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta EGC
Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.
Mansjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta: EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Daftar Pustaka
Soeparman,dr, DR, dkk. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
24