Disusun oleh :
Tn.AC usia 29 tahun dengan diagnosa HIV sudah 5 tahun. Tn.AC memiliki riwayat
perilaku menyukai sesama jenis/homoseks. Tn.AC dibawa ke rumah sakit rujukan karena
diagnosa HIV (+) post CVA infark dengan afasia dan hemiparase. Kondisi saat ini GCS
E4V5S6. TD 130/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 37oC. Pasien memiliki
benjolan pada leher. Pemeriksaan biopsi, patologi anatomi diketahuui pasien mengalami limfona.
Bila kondisi telah stabil direncanakan fisioterapi tangan dan kaki. Belum ada intervensi apapun
untuk komplikasi limfoma pasien.
Pengkajian
Nama: Tn.AC
Umur: 29 Tahun
Diagnosa medis: HIV aids
1. Pola fungsional kesehatan
a. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan ada benjolan pada leher.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menderita HIV sudah 5 tahun, pasien mengatakan ada benjolan pada
leher pernah mengalami CVA
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: lemah
GCS : 4-5-6
Kondisi:
Vital sign: TD:130/70 mmHg RR: 20 x/menit
N: 90 x/menit S: 37oC
b. Kepala dan leher
Kepala: simetris
Leher: terdapat benjolan pada kelenjar limfe
c. Thorak
Dada: simetris, tidak ada lesi, respirasi 20x/menit
d. Ekstremitas
1 5
1 5
ANALISA DATA
Ketidakmampuan bicara
Gangguan Komunikasi
Verbal
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Gangguan Menelan
NO
Diagnosa keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
.
1. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan ROM aktif
fisik b/d gangguan keperawatan selama 2x24 jam dan pasif kepada
meuromuskular ditandai diharapkan masalah hambatan pasien
dengan : mobilitas fisik pada pasien 2. Latih pasien dalam
DS: px mengeluhkan dapat teratasi kembali pemenuhan kebutuhan
kesulitan bergerak/sulit (sebagian / sepenuhnya) proses ADL secara pasif
menggerakkan komunikasi pasien dapat hingga mandiri
ekstremitas berfungsi secara optimal . 3. Kolaborasi dengan
DO: Kriteria hasil: ahli fisioterapi
Pasien tampak Px dapat melakukan 4. Kolaborasi dengan tim
mengalami ADL. Mandi-toileting medis dalam
kelumpuhan pada ( Skala : 1) pemberian vitamin
tangan dan kaki Px dapat melakukan saraf
Ekstermitas ADL. Makan ( Skala : 5. Observasi kekuatan
1 5 0) otot
1 5 Mobilisasi px (Skala : 6. Monitor pergerakan
1) tubuh px
Px dapat melakukan
ROM aktif dan pasif
Kekuatan otot (Skala :
3)
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
dengan agen cedera keperawatan selama 2x24 jam nyeri secara
biologi ditandai diharapkan masalah nyeri bisa komprehensif
dengan : berkurang atau hilang termasuk lokasi,
DS: Kriteria hasil: karakteristik, durasi,
Px mengatakan Mampu mengontrol frekuensi, kualitas
nyeri pada bagian nyeri (tahu penyebab dan faktor presipitasi
lehernya nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
P : Infeksi virus menggunakan tehnik nonverbal dari
Q : Seperti diremas non farmakologi untuk ketidaknyamanan
remas mengurangi nyeri, 3. Kontrol lingkungan
R : Leher kiri mencari bantuan) yang dapat
S:6 Mampu mengenali mempengaruhi nyeri
T : Saat makan nyeri (frekuensi, tanda seperti suhu
DO : nyerui). ruangan,
Terdapat Skala nyeri 0-3 pencahayaan dan
pembesaran pada Skala nyeri berkurang kebisingan
kelenjar limfe (Skala : 0-3) 4. Kaji tipe dan sumber
Melaporkan bahwa nyeri untuk
nyeri berkurang dengan menentukan
menggunakan intervensi
manajemen nyeri 5. Ajarkan tentang tekn
Menyatakan rasa ik non
nyaman setelah nyeri farmakologi: napas
berkurang dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
6. Tingkatkan istirahat
7. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab
nyeri,berapa lama
nyeri akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
8. Monitor manajemen
nyeri
9. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat
analgetik untuk
mengurangi nyeri
NO
Diagnosa Kperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
.
3. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu px
harga diri rendah ditandai keperawatan selama 2x24 jam mengekspresikan
dengan : diharapkan masalah perasaannya
DS: gangguan citra tubuh bisa 2. Kaji secara
Klien mengatakan malu berkurang atau hilang verbal dan non
dengan teman karena Kriteria hasil: verbal respon px
perubahan fisiknya Body image positif terhadap
Klien mengeluh akan Px mampu menerima tubuhnya
penampilan fisiknya keadaan struktur 3. Jelaskan tentang
DO: tubuh pengobatan,
Adanya odema pada Px mampu perawatan,
leher bersosialisasi kembali kemajuan
dengan orang lain dan prognosis
Px mampu penyakit
mengungkap kan 4. Monitor
perasaannya frekuensi
mengkritik
dirinya
5. Dorong px agar
bersosialisasi
dengan orang
lain
NO
Diagnosa Kperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
.
4. Gangguan Komunikasi Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong px untuk
Verbal b/d afasia ditandai keperawatan selama 2x24 jam berkomunikasi
dengan : diharapkan masalah secara perlahan dan
DS : gangguan komunikasi verbal untuk mengulangi
Keluarga pasien bisa berkurang atau hilang permintaan
mengatakan px tidak Kriteria hasil: 2. Dengarkan dengan
jelas saat berbicara Komunikasi ekspresif penuh perhatian
DO : (kesulitan berbicara) : 3. Gunakan kartu baca,
Adanya perubahan ekspresi pesan verbal dan kertas, pensil, bahasa
bentuk bibir atau non verbal yang tubuh, dll untuk
Bicara px terlihat pelo bermakna memfasilitasi
Pengolahan informasi : px komunikasi dua arah
dapat untuk memperoleh, yang optimal
mengatur, dan 4. Konsultasi dengan
menggunakan informasi dokter kebutuhan
Mampu terapi bicara
mengkomunikasikan
kebutuhan lingkungan
sosial
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Sudoyo Aru, dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3. edisi keempat. Internal
Publishing. Jakarta
Musttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskulokeletal.
Jakarta: EGC