Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI

PSIKOSOSIAL TRAUMA

Disusun Oleh :

Geofany Taffarully (2018010)

Asnar Firoj Mu’tashim (201801095)

Dandung Cahyo (201801)

Maulana Adi Z. (201801125)

Jifta GDO Wunner (201801)

Nadiyatul Chomariyah (201801102)


Ayu Tri W (201801)

Safinatul Udlma (201801)

Putri Nur Halimatus (201801)

Neta Maulinda (201801116)

Meri Pramaisela Trisilo (201801126)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKETO

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “PSIKOSOSIAL TRAUMA”
dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan makalah ini di lakukan sebagai pemenuhan
nilai tugas dari mata kuliah Psikologi. Selain itu, pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memberikan manfaat yang berguna untuk ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu
dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain
itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya kami dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Mojokerto, 19 November 2019


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Trauma Psikologis ?

2. Apa penyebab Trauma Psikologis ?

3. Apa Jenis-jenis Trauma ?

4. Bagaimana cara mengatasi Trauma Psikologis ?

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Trauma Psikologis

2. Untuk mengetahui penyebab tentang Truma Psikologis

3. Untuk mengetahui jenis-jenis Trauma Psikologi

4. Untuk mengetahui cara mengatasi Trauma Psikologis

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mengetahui ilmu tentang Trauma Psikologis

2. Mendapat wawasan yang lebih jauh tentang psikologi

3. Tidak menganggap remeh besar atau kecil nya sebuah Trauma


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Trauma adalah pola dasar di alam dan memiliki struktur psikologis sendiri dan energi

(Wilson, 2002, 2003). Banyak pengalaman traumatis dimensi stressor berbeda dan memiliki efek

sederhana dan kompleks pada jiwa manusia (Wilson, 2004; Wilson & Lindy, 1994). Trauma

psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa trauatik. Keika

trauma yang mengarah pada gangguan stress pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan

perubahan fisik di dalam otak dan kimia otak yang mengubah respon seseorang terhadap stress

masa depan (wikan susanti 2011). Trauma emosional dan psikologis adalah hasil dari peristiwa

luar biasa stress yang menghancurkan rasa aman, membuat anak merasa tidak berdaya dan rentan

di dalam yang berbahaya.

2. Penyebab trauma psikologis

a) Bagaimana anak-anak dan remaja terkena trauma

Karena akses ke informasi anak-anak di banyak Negara terpapar setiap hari ke

bagian tekanan dunia. Selain paparan media tentu etiap tahun jutaan anak didalam

dan di luar terpapar dengan kekerasan masa atau individu (misalnya : pelecehan

anak, sekolah, kekerasan komunitas, perang, serangan teroris). Alami dan buatan

manusia bencana perampasan parah, serangan binatang dan kecelakaan parah. Ini

pengalaman dapat terjadi ketika anak itu sendiri atau diantara orang asing

(misalnya: hiking, menyeberang jalan, bersepeda). Dengan keluarga (misalnya:


kecelakaan mobil, atau pengalaman perang ) atau dalam kelompok (serangan

teroris, penembakan jitu, bencana alam ).

b) Bagaimana orang dewasa tekena trauma

 Mendapat perlakuan yang tidak adil

Adil disini adalah pembagian yang sama Antara dua orang atau lebih.

Jangan sampai ada pihak yang merasa mendapatkan perlakuan yang tidak

adil, karena perlakuan tersebut jika di dapat terus menerus akan menjadi

semajam trauma bagi yang mengalaminya.

 Pernah dikhianati

Rasa trauma yang terjdi akibat pengkhianatan juga dapat menjadi salah

satu penyebab trauma psikologis. Diaman ini terjadi pada teman bisnis

atau pasangan hidup. Salah satu contohnya adalah diselingkuhi dengan

orang lain dalam hubungan. Peristiwa semacam ini dapat mengakibatkan

hilangnya rasa percaya kepada siapapun juga.

 Dikuncilkan oleh lingkungan

Trauma psikologis selanjutnya bisa terjadi karena perasaan yang

dikucilkan oleh teman-teman. Perasaan seperti itu kadang membuat

seseorang sedih. Perasaan sedih yang baik dari orang lain untuk masa

sekarang dan depan.

c) Bagaimana lansia terkena trauma

Trauma pada lansia dapat terjadi karena kecelakaan, insiden yang bersangkutan

dengan nyawa atau dalam keadaan perang yang dapat menyebabkan PTSD (Post

Traumatic Stress Disorder)


3. Jenis-jenis trauma

a. Trauma pengobatan

Trauma ini berhubungan dengan kesehatan, terjadi ketika seseorang mengalami

penyakit tertentu yang mengharuskan dirinya melakukan tindakan bedah atau operasi.

Dalam keadaan yang tidak siap kadang pasien akan mengalami semacam trauma yang

mengakibatkan pasien menadi takut kerumah sakit atau pergi berobat untuk

selamjutnya.

b. Trauma duka cita

Terjadi ketika seseorang merasa kehilangan orang yang sangat berarti di dalam

hidupnya (istri, suami, anak, orang tua , kakak atau adiknya ). Rasa kehlangan yang

dalam membuat seseorang suka mengurung diri sendiri dan menjadi sangat tertutup.

Terkadang kondisi ini juga membuat individu suka berhalusinasi dan berbicara

seorang diri seolah sedang berbicara dengan orang yang hilang dalam kehidupannya.

c. Trauma bencana alam

Bencana alam memang suatu kejadian yang tidak terduga sama sekali. Dalam

hitungan detik saja bencana alam dapat merubah suatu keadaan kota menjadi lebih

mengerikan. Contohnya : banjir bandang, longsor, gempa bumi, dan letusan gunung

merapi. Dalam konteks trauma psikologi keadaan demikian terjadi secara tiba-tiba

dapat berakibat menimbulkan trauma psikologis bagi sebagian orang. Akibatnya

seseorang sering merasa mudah terkejud dan ketakutan ketika mendengar suara keras

atau getaran dalam tanah secara tiba-tiba.


d. Comple trauma

Disebut juga PTSD ( post traumatic stress disorder) adalah keadaan dimana mental

mengalami serangan panic dikarenkan adanya trauma pengalaman dimasa lalu. Pada

umumnya, mengalami kejadian traumatis adalah hal yang sangat berat. Akan tetapi

sejumlah orang dengan usia lanjut mengidap PTSD setelah menghadapi peristiwa

yang menyakitkan atau mengejutkan. Peristiwa tersebut seperti : kecelakaan, insiden

yang bersangkutan dengan nyawa, atau dalam keadaan perang. Hal ini sangat

berbengaruh dalam kelanjutan hidupnya.

4. Cara mengatasi trauma

 Upacaya untuk mengatasi hal ini tentu memerlukan dukungan dari orang-orang

terdekat pasien dan juga ahli kesehatan untuk membantu pasien membangun rasa

percaya sehingga tidak merasakan ketakutan lagi untuk selanjutnya.

 Ceritakan pada orang terdekat. Menceritakan kejadIn traumatis yang dialami

kepada orang terdekat bisa menjadi langkah untuk mengatasi trauma.

Menceritakannya kepada seseorang, dapat membuat anda merasa lebih baik dan

tidak merasa sendiri. Dukungan dari orang terdekat aka cukup berengaruh dalam

meringankan rasa takut yang anda rasakan.

 Alihkan perhatian pada kegiatan yang menarik. Tidak jarang keadaan traumatis

dapat muncul kembali dalam ingatan anda, melalui mimpi buruk atau mungkin

kejadian yang dianggap hamper serupa. Misalnya, berita tentang kecelakaan

lalulintas, dapat menimbulkan kembali rasa trauma pada korban kecelakaan.

Disarankan untuk sedapat mungkin menjauhkan diri dari paparan informasi


mengenai peristiwa yang terkait dengan kejadian tramatis. Pahamilah bahwa

reaksi anda terhadap berita tersebut sebenarnya normal, kemudian perlahan cpba

tenangkanlah diri anda. Alihkan perhatian dengan perhatian yang lebih

bermanfaan, seperti melakukan hobi anda atau aktifitas lain yang menyenangkan.

 PTSD bisa disembuhkan dengan berbagai terapi penerimaan diri untuk membuat

diri menjadi merasa lebih baik dikemudian hari. Cara penanganan PTSD adalah :

post traumatic stress disorder = ptsd

1.persiapan pengobatan: kerangka waktu dan kontrak

2. konsep pengobatan dan pengaturannya(seperti di klinik,rumah sakit atau

pribadi)

3. diferensiasi peran: hierarkis vs egaliter dan hubungan profesional-klinis

4. lama pengobatan, tujuan pengobatan, kriteria hasil

5. tema dan masalah terkait trauma muncul

6. presentasi gejala, kesulitan subjektif, fungsi adaptif klien

7. reaksi trensferensi traumatis

8. batas eksplisit atau implisit dalam diferensiasi peran

9. mekanisme pengawasan dan konsultasi

10. pengakhiran proses perawatan

dimensi struktural terapi pasca-trauma menurut john P. Wilson, 2003

1. reaksi afektif, diregulasi, dan manifestasi

2. peraturan dan majemen batas

3. kontra pemindahan regulasi dan manajemen

4. terapi gabungan, kepercayaan, keselamatan, dan stabilitas


5. proses empati: penyelarasan vs ketegangan

6. tingkat skala klinis dan terapi

7. penilaian kemajuan pengobatan

8. kognisi dan formulasi gejala terkait trauma klien

9. perumusan rencana perawatan dan tujuan sasaran

10. kriteria dan penentuan khasiat dan hasil perawatan

proses dimensi pasca terapi trauma menurut john P. Wilson, 2003


BAB III

CONTOH KASUS

 KASUS 1

Seorang yang bernama Mathew adalah bocah berusia 12 tahun yang bahagia

tanpa riwayat masalah perilaku. Saat makan siang bersama keluarga sahabatnya,

seorang lelaki berseragam tentara masuk restoran dan lebih dari satu jam berjalan

disekitar ruangan menembak orang. Sahabat Mathew, Jonh dan ibu sahabatnya

terbunuh. Ayah sahabatnya dan joe ditembak delapan kali tetapi selamat. Tubuh

Joe melindungi Mathew. Selama pengepungan panjang setiap orang. Ketika

Mathew mengangkat dirinya untuk mencoba melihat apa yang terjadi, si

penembak menembak Joe. Mathew terluka dua kali dilengan. Dia menyaksikan

kematian, mutilasi, dan cedera dari banyak individu lain. Dia berbaring dibawah

meja sambil berpikir betapa dia ingin bangun dan hajar si penembak. Setelah

penembak ditembak dan dibunuh, S.W.A.T Tim yang juga mengenakan seragam

tentara, memasuki restotan, menendang mayat. Mathew mengira mereka lebih

banyak penembak. Ketika satu anggota SWAT meraih ke bawah untuk

menariknya dari bawah meja, Mathew mencoba meninju dia. Kemudian Mathew

mencoba memabngunkan yang terbaik teman dengan menusuknya dipaha,

menggucangnya, dan memanggilnya. Di ambulan, dia melihat seorang wanita

yang dimutilasi dan seorang pria “berteriak seperti seorang gadis”. Mathew mulai

bersikap kasar dan merusak diri sendiri. Dia memprovokasikan perkelahian atau
membawa senjata ke daerah-daerah yang sering dikunjungi oleh remaja pembawa

senjata yang agresif. Ia menjadi kekerasan dalam menanggapi pengingat traumatis

tertentu, setiap kali dia memakai sepatu bot seperti penembak, setiap kali ada

yang menusuknya di paha(seperti yang telah menusuk temannya) atau setiap kali

ada yang memegang lengannya (seperti yang dimiliki anggota SWAT). Setelah

seorang guru meraih lengan Mathew, Mathew memukulnya. Dia membius dirinya

sendiri dari emosi sakit dengan alcohol dan ganja. Mathew dirawat di rumah sakit

dan ketika dia mulai AWOL dengan “narapidana” lainnya. Ibu Mathew

membawanya ke dokter lain sebelum akhirnya menemukan spesialis trauma masa

kecil selama rawat inap kedua. Saat itu, dia sudah minum obat keras dan sering

berkelahi dengan orang lain. Dia menyodok luka miliknya dengan pensil dan

benda lain dan kemudian menemukan kesenangan dalam menarik darah kedalam

jarum sebelum menyuntikkan obat.

Psikiater program trauma yang melakukan evaluasi asupan awal Mathew

mengatakan terapis yang sedang berlangsung untuk tidak membangunkan

harapannya. “Kita kan beruntung membuatnya tetap hidup sampai SMA” katanya.

Pada usia 15 tahun, Mathew memulai setiap sesi perawatan menolak kebutuhan

untuk terapi. Mathew kemudian dengan mudah menggambarkan pengalamannya

dan sering terlibat dalam permainan spontan yang menciptakan kembali

penembak yang membahayakan orang lain, miliknya perasaan tidak berdaya,

kebutuhan untuk melawa tanpa ditembak, dan keinginannya untuk melindungi

teman yang ditembak mati. Selama beberapa minggu, dia pindah ke lantai dan

mundur ke permainan dan mainan anak yang sangat muda. Selama periode waktu
itu dia menolak untuk pergi ke terapi, Mathew menjabat sebagai penyelamat

untuk teman-temannya yang bermasalah dan diizinkan dirinya akan terancam

punah selama upaya penyelamatannya. Dia ditusuk saat seorang teman

menyelamatkan.

 KASUS 2

Gempa berkekuatan 5,6 skala ricter sebagaian meruntuhkan sekolah dasar pada

saat jam ke tiga waktu olahraga. Dua puluh tiga anak- anak dan dua guru terluka.

Lima anak terbunuh. Tony umur 8 tahun berada di gym saat gempa dan

meruntuhkan tembok. Dia menderita beberapa luka. Kakinya patah menjadi tiga

dan pinggulnya retak. Tony dirawat di rumah sakit selama 3 mingg dan

membutuhkan masa pemulihan fisik setelah ia kembali ke rumah. Sebelum gym

runtuh tony adalah murid yang baik, berperilaku baik, dan disukai oleh teman-

temannya dan orang dewasa. Namun setelah terjadi gempa, dia gugup dan gelisah.

Dia menjadi gelisah dan mengatakan pada ibunya bahwa ia takut dan menolak

kembali ke sekolah. Dia merasa ketakutan dan tidak ingin jauh dengan ibunya.

Tony mudah terganggu oleh suara atau gerakan. Dia menjadi takut ketika jendela

bergerak. Ketika teman-temannya mengunjungi, dia mulai menjeri dan menutup

telinganya ketika salah satu dari mereka berbicara pada saat yang sama. Tony

mengalami kesulitan konsentrasi dan sering terlibat dalam ledakan kemarahan.

Dia terkejut dengan mudah, menangis dalam tidurnya setiap malam dan mengeluh

sakit perut.
KASUS 3

Laticia, ketika dia berusia 17 tahun, sahabat laticia terluka parah saat kedua gadis

itu dirampok. Laticia duduk di sebelah tempat tidur Tanya, sementara dia hampir

mati. Laticia menjadi asyik memikirkan apa yang pasti dirasakan Tanya saat dia

sekarat. Meskipun Tanya tidak sadar, dia tampaknya bereaksi terhadap kehadiran

laticia. Laticia terlibat dalam kegiatan beresiko berulang seperti mengemudi

dengan kecepatan tinggi di jalan bebas hambatan dan berlari melintasirel ketika

kereta dating.

KASUS 4

Seila seorang gadis berusia 12 tahun, ibu seila menginginkan seorang anak laki-

laki, namun mempunyai anak perempuan yaitu seila sehingga ibunya

mengabaikannya. Seila berulang kali terluka dan dianiaya sebagai anak-anak. Dan

dia mengalami tindakan pelecehan seksual pada usia remaja. Dia merasa tak

berdaya dan tidak dicintai sebab itu ia membangkitkan kembali kesedian trauma

awalnya, sebagai seorang pemuda dan seorang dewasa dia memakai sepatu boot

anak laki-laki dan berpakaian seperti anak laki-laki . dengan perubahan yang

seperti itu dia mengatakan bahwa itu membuatnya merasa lebih aman.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat

dari peristiwa trauatik. Keika trauma yang mengarah pada gangguan stress pasca

trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik di dalam otak dan kimia

otak yang mengubah respon seseorang terhadap stress masa depan, trauma dapat

ternjadi pada anak-anak. Dewasa dan lansia, jenis-jenis trauma seperti trauma

pada bencana alam, pengobatan, berduka cita, PTSD. Cara mengatasinya trauma

dengan memerlukan dukungan dari orang-orang terdekat, menceritakan masalah,

mengalihkan perhatian, serta berbagai terapi pengobatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai