Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR TERAPI DALAM CONSELING

TRAUMATIK DAN MODEL-MODEL YANG


DIGUNAKAN

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Layanan konseling merupakan upaya dalam Bimbingan dan Konseling yang bertujuan
untuk membantu pribadi menguraikan serta membantu dalam usaha menyelesaikan
masalahnya. Seperti yang kita ketahui, bahwa di negara ini seringkali terjadi kasus
pelecehan seksual. Hampir setiap tahun kita pasti mendengar berita mengenai kasus
pelecehan seksual yang kebanyakan korbannya adalah anak-anak dibawah umur dan
perempuan. Bahkan tidak jarang laki-laki menjadi sasaran pelaku kasus tersebut yang tentu
saja, apapun gendernya, memiliki potensi yang sama untuk mengalami hal ini. Tindak
kekerasan seksual yang menimpa korban seringkali justru dilakukan oleh orang-orang
yang dikenal baik, entah tetangga, guru, ataupun orangtua korban sendiri.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan sepanjang tahun 2021
terdapat sebanyak 207 anak menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual di satuan
pendidikan, dengan rincian 126 anak perempuan dan 71 anak laki-laki. Dari jumlah korban
tersebut, sebesar 16,66 persen mayoritas kasus terjadi di sekolah berasrama dengan
sebagian besar pelaku adalah guru atau tenaga pendidik.
Korban pelecehan seksual mengalami dampak buruk pada fisik, psikis, bahkan
mempengaruhi kehidupan sosial. Dampak fisik dapat berupa luka-luka di bagian tubuh,
sobek pada bagian selaput dara bagi korban wanita, dan masih banyak lagi. Kemudian
pada dampak psikologis, korban dapat merasakan amarah, stress, memiliki keinginan
untuk bunuh diri, bahkan takut saat menjumpai orang lain dengan ciri fisik yang sama
seperti pelaku. Korban juga akan mengalami dampak sosial seperti dijauhi oleh orang
sekitar, diperlakukan seakan aib keluarga, dan lain sebagainya yang menyebabkan korban
semakin tertekan dan terjadi penurunan pada kepercayaan diri korban. Tidakkah kita
berpikir bagaimana keadaan korban dan bagaimana dia akan menjalani kesehariannya?
Tentu saja mereka tidak baik-baik saja. Lantas, bagaimana penanganan trauma pada
korban kekerasan seksual?
Sebagai tenaga yang mengatasi di bidang tersebut, seorang konselor tentunya
memiliki peran penting dalam mengupayakan penyembuhan luka psikologis korban.
Untuk itu, para konselor tentu memerlukan teknik-teknik dan cara yang tepat untuk
membantu menangani korban menghadapi luka batin mereka, salah satu teknik yang
digunakan adalah CBT (Cognitive Behavioral Therapy). Merupakan sebuah pendekatan
konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli saat ini dengan cara
restrukturisasi kognitif dan perilaku menyimpang, sehingga dapat membantu dalam
pencegahan terjadinya PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) pada korban. Teknik ini
menitik beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat
kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis dan lebih melihat ke
masa depan dibanding masa lalu. Aspek kognitif dalam CBT antara lain mengubah cara
berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi konseli belajar
mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek behavioral
dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi permasalahan dengan
kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan
tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas (Etty, 2016).

B. Pendahuluan

Dalam kehidupan manusia terdapat banyak peristiwa yang menghampiri, baik peristiwa
yang membahagiakan mau pun untuk sulit yang di terima. Peristiwa yang sulit untuk di
terima, dianggap sebagai sebuah musibah, atau sebuah kejadian yang tidak terprediksi
sebelumnya yang berada pada ketidak pastikan mental. Seperti kejadian peristiwa kematian
orang tercinta, kecelakaan, atau pembunuhan. Peristiwa peristiwa semacam ini
menimbulkan luka yang amat mendalam dan dapat timbulnya trauma psikologis. Yang apa
bila tidak memperoleh penanganan yang sesuai dan tepat akan berdampak buruk pada
penderitanya. Ketika terjadi traumatis pada individu, ia akan mengatasi dan meresponsnya
dengan proses penyembuhan Yang dimilikinya, sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif dimasa depan. Namun pada individu-individu tertentu tidak teratasi hingga tuntas
sehingga meninggalkan rasa sakit dan bekas luka, dalam kurun waktu yang cukup panjang
yang akhirnya berpengaruh terhadap tingkah laku individu tersebut hal itu terjadi karena
penderita trauma psikologis akan merasa sedih, hancur, ketakutan maupun kecemasan
secara kontinyu yang dapat mengganggu aktivitas sehari hari. Ketika mengalami trauma,
setiap individu tidak menyadari secara langsung bahwa dirinya sedang mengalami trauma
akibat suatu peristiwa. Trauma memang seringdipicu oleh peristiwa eksterna, tetapi
pemaknaan subjektif terhadap traumalah yang menyebabkan peristiwa eksternal tersebut
terintregasikan ke dalam pikiran. Adapun beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya
berkaitan dengan konseling traumatic , yaitu ; Konseling trauma yg dilaksanakan IKI
(Ikatan Konselor Indonesia) untuk korban bencana alam gempa bumi (studi di Kabupaten
Pidie Jaya) oleh Nur’aini (2017) dengan 30 responden, penanganan yg dilakukan dengan
berupa konseling individual, self report and sharing, relaksasi, art theraphy, play therapy,
SEFT (Spritual Emosional Freedom Technique), dan NLP (Neoro Linguistic Programming)
dan 4 jenis format layanan (individual, kelompok, klasikal, dan lapangan). 2 Selain itu,
mengenai efektivitas pelaksanaan konseling trauma pada siswa korban gempa di Smp
Negeri 1 Bandar Dua oleh Al Fajar (2019) dengan 7 responden, menunjukan hasil dengan
managemen yg baik dan kendala yg berasal dari kompetensi konselor yang masih perlu
mempelajari lebih banyak metode Konseling Traumatik.

Individu yang mengalami trauma mencoba menghindari kejadian serupa untuk kedua
kalinya, cenderung terlalu takut atau menyimpang dari penyebab trauma. Seberapa cepat
seseorang melepaskan rasa sedih yang kelam sangat bergantung pada seberapa dalam
mereka telah terluka. Jika individu tersebut benar-benar putus asa atau menghadapi keadaan
hidup atau mati pada saat itu, trauma tersebut dapat bertahan selama sisa hidup mereka.
Walaupun kadarnya dapat menurun (seiring waktu) tetapi, jika pengalaman pahit tidak
cukup buruk untuk membuat hidup seseorang lebih buruk, maka trauma tersebut lebih
mudah dihilangkan. Selain tergantung pada kedalaman luka psikologis, sulitnya seseorang
melupakan masa lalunya yang kelam juga dipengaruhi oleh lingkungan dan orang-orang di
sekitarnya, terutama yang tidak mendukungnya. Selain itu, mereka yang terkena dampak,
apabila tidak menerima atau tidak memiliki akses ke sesi konseling yang sesuai. Alih-alih
menghapus trauma, para penderitanya malah merasa lebih bersalah dan saling membenci.
Teknik yang digunakan oleh konselor dalam menangani konseli tidaklah sama, hal ini
karena setiap individu berbeda-beda dalam memahami satu sama lain. Pendekatannya
menggunakan dua pendekatan yaitu persuasif dan intensif. Dalam membangun hubungan
kedekatan dengan konseli pasca trauma tidak cukup hanya dengan satu metode atau strategi,
tetapi harus menyeluruh supaya dalam melayani dan menyikapi konseli dengan tepat sesuai
dengan yang diperlukam maka penelitian ini ditulis untuk menguraikan pentingnya
penanganan terhadap trauma psikologis menggunakan konseling traumatik dan terapi
konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma

Ketika datang ke trauma, kita sering memikirkan kenangan menyakitkan dan emosi yang luar
biasa. Tetapi trauma bisa lebih dari itu. Trauma adalah respons emosional yang diberikan
oleh seseorang atas kejadian buruk seperti bencana alam, kecelakaan, ataupun kekerasan.

Menurut DSM-5, trauma didefinisikan sebagai ketika seseorang terpapar pada "kejadian
yang mengancam jiwa atau fisiknya sendiri atau orang lain". Penelitian telah menunjukkan
bahwa pengalaman traumatis berhubungan dengan masalah kesehatan mental dan perilaku.

Pada intinya, trauma adalah cara memproses pengalaman sulit - apakah itu fisik, emosional,
atau bahkan lingkungan. Penting untuk mengenali kekuatan pengalaman-pengalaman ini dan
bagaimana mereka dapat memengaruhi kita pada tingkat sadar dan tidak sadar. Hal ini dapat
dilakukan melalui berbagai mekanisme koping seperti mempraktikkan mindfulness atau
menemukan komunitas yang mendukung.

Kabar baiknya adalah ketika kita menghadapi trauma kita dengan keberanian dan kasih
sayang, kita dapat belajar untuk bergerak maju dalam hidup secara berbeda. Kita dapat
belajar menciptakan makna baru dari apa yang mungkin terasa seperti rasa sakit yang tak
tertahankan.

Dengan dukungan yang tepat, siapa pun dapat mengubah trauma menjadi motivator yang
kuat untuk pertumbuhan pribadi dan menemukan jalan unik mereka sendiri menuju
penyembuhan.

B. Macam-macam Trauma

Trauma memiliki 3 macam utama yaitu akut, kronis, dan kompleks.

1. Trauma akut adalah jenis trauma yang terjadi dalam waktu singkat dan biasanya terkait
dengan peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba seperti kecelakaan, kekerasan, atau bencana
alam. Trauma kronis adalah jenis trauma yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama,
misalnya peristiwa yang terus-menerus atau sistematis seperti bullying atau kekerasan dalam
hubungan intim.

2. Trauma kompleks adalah jenis trauma yang terjadi pada masa kanak-kanak dan berdampak
pada masa dewasa, seperti trauma awal masa kanak-kanak atau kekerasan dalam keluarga.
Tidak hanya itu, terdapat beberapa macam trauma lainnya. Seperti, kekerasan masyarakat
dalam bentuk perang dan genosida juga dapat menyebabkan trauma kompleks.

3. Trauma medis seperti operasi atau kecelakaan medis juga dapat menyebabkan trauma.
Kekerasan fisik seperti pemukulan atau perampasan juga merupakan jenis trauma yang
sering terjadi.
C. Dampak Psikologis Trauma

Trauma dapat memiliki berbagai dampak psikologis, termasuk kelelahan, disorientasi,


kesedihan, kegelisahan, kegelisahan, ketidakpekaan, pemutusan hubungan, eksitasi fisik, dan
emosi yang diredam. Ini juga dapat menyebabkan kesulitan kesejahteraan mental yang
bertahan lama seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi dan kecemasan.

Trauma dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap perkembangan masalah kesehatan


fisik dan penyakit berkelanjutan atau kronis. Masalah kognitif seperti masalah memori dan
gangguan fokus (konsentrasi) juga dapat disebabkan oleh trauma emosional.

Hasil jangka panjang lainnya dari trauma termasuk kesulitan mengendalikan emosi seperti
kemarahan, ketakutan, kesedihan dan rasa malu, memperpendek prospek masa depan,
perubahan pandangan mengenai masa depan, berjuang dengan aspek kehidupan sehari-hari,
dan menarik diri dari masyarakat. Tidak ada yang harus menanggung beban trauma
sendirian. Itulah mengapa sangat penting untuk memastikan kita menangani dengan benar
semua jenis pengalaman traumatis yang mungkin terjadi dalam hidup kita.

Dengan mencari bantuan dari seorang psikolog, kita dapat berusaha untuk memastikan
bahwa trauma kita tidak memiliki efek jangka panjang atau meresap pada kita. Melalui
konseling dan layanan lainnya, psikolog dapat menawarkan bimbingan dan dukungan selama
proses penyembuhan, memungkinkan kita untuk pada akhirnya bergerak maju dalam hidup
tanpa terhalang oleh trauma masa lalu.

D. Peran Layanan Konseling

1. Mengekspresikan perasaan
Konseling dapat membantu klien untuk mengekspresikan perasaan yang terkait dengan
trauma yang dialami, seperti marah, takut, atau depresi. Ini dapat membantu klien untuk
mengatasi emosi yang tidak terselesaikan dan mempersiapkan diri untuk menangani masalah
yang lebih besar.

2. Memahami dan menyelesaikan trauma


Konseling dapat membantu klien untuk memahami peristiwa yang menyebabkan trauma dan
bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi hidup mereka. Ini juga dapat membantu klien
untuk menemukan cara untuk melepaskan trauma dan melanjutkan hidup.

3. Mengatasi konsekuensi trauma


Trauma dapat menyebabkan masalah seperti depresi, ansietas, atau gangguan tidur.
Konseling dapat membantu klien untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan
kesehatan mental.

Hal ini dapat dilakukan melalui kombinasi strategi seperti membingkai ulang keyakinan
irasional, mengubah pola pikir yang salah, dan desensitisasi bertahap, Psikolog dapat
menawarkan bantuan yang tak ternilai seputar mengelola emosi yang sulit, pikiran yang
menyesakkan, dan perilaku kontraproduktif.

4. Membangun kembali hubungan


Trauma dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konseling dapat membantu klien
untuk membangun kembali hubungan yang rusak atau membentuk hubungan baru yang
sehat.
E. Teknik Yang Digunakan Dalam Penanganan Kasus Conseling Traumatik

MODEL MODEL TERAPI YG DIGUNAKAN :

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

CBT adalah bentuk pengobatan yang sangat sukses untuk membantu pemulihan trauma.
Terapi ini bekerja dengan memeriksa hubungan antara pikiran, perasaan, dan tindakan
seseorang dan bagaimana menggeser satu area dapat meningkatkan fungsi di semua area.
CBT telah terbukti bermanfaat untuk berbagai masalah termasuk depresi, gangguan berbasis
rasa takut, dan PTSD.

Trauma Focused Cognitive Behavioral Therapy (TF-CBT) adalah jenis CBT berbeda yang
memberikan bantuan kepada anak-anak, remaja, dan keluarga yang terkena dampak trauma
dini. Ini menggunakan teknik perilaku kognitif untuk memodifikasi pemikiran yang
terdistorsi atau tidak membantu serta emosi dan perilaku negatif.
Jika dibandingkan dengan bentuk pengobatan lain, penelitian telah menunjukkan kemajuan
yang lebih besar dalam kesehatan mental untuk anak-anak dan orang tua dengan TF-CBT.
Studi telah mengungkapkan bahwa CBT membantu mengurangi intensitas PTSD yang
dilaporkan sendiri dan kecemasan yang menyertainya, dan peserta tidak lagi sesuai dengan
kriteria untuk PTSD setelah menyelesaikan perawatan mereka.

2. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR)

EMDR adalah pengobatan psikoterapi yang efektif dengan potensi untuk membawa bantuan
dari gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Dengan berfokus pada ingatan traumatis
saat menggunakan gerakan mata, EMDR bekerja untuk memproses ulang dan mengurangi
dampak emosional mereka, memungkinkan orang untuk mulai menyembuhkan dari trauma
mereka.
Penelitian telah menunjukkan bahwa hingga 90% korban trauma tunggal tidak lagi
mengalami PTSD setelah terapi EMDR. Pendekatan 8 fase ini mencakup ruang lingkup
komprehensif masalah kesehatan mental dan bahkan dapat melangkah sejauh menargetkan
peristiwa masa kanak-kanak jika perlu. EMDR menawarkan janji masa depan yang lebih
cerah.

3. Terapi Perilaku Dialektis (DBT)

DBT telah terbukti menjadi pilihan yang sukses bagi individu yang dipengaruhi oleh trauma.
DBT adalah sistem bertahap yang mendidik orang dalam empat bidang utama: Mindfulness,
Distress Tolerance, Emotional Regulation dan Interpersonal Effectiveness. Strategi ini
membantu orang mengelola emosi mereka dengan lebih baik, tetap hadir pada saat ini dan
memiliki kerangka kerja untuk fokus pada pelanggan dalam berbagai tingkat stres dan
potensi krisis jika perlu.
Studi telah menunjukkan bahwa terapi menggunakan DBT dengan protokol Paparan
Berkepanjangan mengamankan keberhasilan terapi yang lebih kuat dan tahan lama daripada
tanpa PE. Selain itu, survei lain yang membandingkan DBT-PTSD dengan Terapi
Pemrosesan Kognitif menetapkan bahwa DBT-PTSD mencapai penurunan gejala yang lebih
banyak. Dengan demikian, jelas bahwa Terapi Perilaku Dialektis adalah obat yang ampuh
bagi mereka yang terkena trauma.
F. Penyebab Trauma yang Dialami

Setelah mengetahui macam-macam trauma psikologi, ada juga beberapa penyebab dari
timbulnya trauma pada diri seseorang. Ini tentu berkaitan dengan masa lalu yang pernah
dialaminya. Berikut ini penyebab umum timbulnya trauma psikologis pada diri seseorang :

1. Pernah dikhianati

Rasa trauma yang terjadi akibat pengkhianatan juga dapat menjadi salah satu penyebab
trauma psikologis. Diaman ini terjadi pada teman bisnis atau pasangan hidup. Salah satu
contohnya adalah diselingkuhi dengan orang lain dalam hubungan. Peristiwa semacam ini
dapat mengakibatkan hilangnya rasa percaya kepada siapapun juga.

2. Diejek orang lain

Perlakuan buruk seperti sering diejek karena fisik atau status ekonomi juga dapat membuat
seseorang merasa kehilangan percaya diri. Dimana seseorang merasa tidak berarti bagi orang
lain akibat kondisi yang tengah dialaminya. Keadaan ini juga berkaitan dengan penyebab
dari trauma psikologis.

3. Mendapat perlakuan tidak adil

Penyebab dari trauma psikologis selanjutnya adalah sering mendapatkan perlakukan yang
tidak adil. Adil disini adalah pembagian yang sama antara dua orang atau lebih. Jangan
sampai ada pihak yang merasa mendapatkan perlakuan yang tidak adil, karena perlakukan
tersebut jika didapat terus menerus akan menjadi semacam trauma bagi yang mengalaminya.

4. Sering dimarahi

Perlakuan sering dimarahi oleh orang lain yang lebih besar juga mmberikan dampak trauma
bagi seorang anak. Biasanya anak-anak lebih sering dimarahi jika berbuat salah. Hal ini
wajar karena bertujuan agar anak tidak mengulangi kesalahan yang sama. Namun yang
menjadi trauma adalah saat anak tidak melakukan hal yang salam namun tetap sering
dimarahi dan disalahkan.

5. Dikucilkan oleh lingkungan

Trauma psikologis selanjutnya bisa terjadi karena perasaan yang dikucilkan oleh teman-
teman. Perasaan seperti itu kadang membuat seseorang merasa sedih. Perasaan sedih yang
mendalam itulah awal dari penyebab trauma psikologis.
G. Kesimpulan

Ada beberapa macam trauma antara lain trauma pengobatan, trauma duka cita, trauma
bencana alam, trauma anak yang diabaikan serta coumplx trauma. Sebagai konselor harus
pandai dalam mengunakan metode yang akan digunakan untuk konseli yang memiliki trauma
tersebut, jika trauma tersebut tidak ditangani maka akan timbul penyakit antara lain Post
traumatic stress disorder (PTSD), Complex post traumatic stress disorder (CPTSD),
Hyperarousal, Endometriosis, Atrofi otak serta ada beberpa tahapan mengatasi trauma
psikologis antara lain Stabilisasi, berbagi cerita dan membangun kepercayaan.

Anda mungkin juga menyukai