Oleh :
Kelompok 7
Dosen pembimbing :
2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah konseling traumatik dengan judul “
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
Kelompok 7
I
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II Pembahasan
B. Gejala-gejala Trauma......................................................................................................4
C. Jenis-jenis Trauma..........................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
Daftar Pustaka....................................................................................................................15
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah dan negara kita sering sekali dilanda bencana baik itu bencana alam yang
disebabkan oleh kerusakan yang dilakukan oleh manusia, maupun oleh alam itu sendiri,
orang-orang yang berada dan mengalami musibah tersebut tentu sedikit banyak
mengalami trauma dengan bencana yang baru saja dialaminya. Oleh karena itu konseling
Seperti kita ketahui bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang
bersifat membantu, makna bantuan itu sendiri, yaitu sebagai upaya untuk membantu
orang lain agar mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. Sementara itu, tujuan konseling
Sedangkan kita ketahuai bahwa konseling traumatik adalah upaya klien dapat
memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk
konselor, perbedaan ini terletak pada waktu,fokus, aktifitas, dan tujuan. Dilihat dari segi
waktu konseling traumatik sangat butuh waktu yang panjang dari pada konseling biasa,
kemudian dari segi fokus, konseling traumatik lebih memerhatikan pada satu masalah,
yaitu trauma yang dirasakan sekarang. Adapun konseling biasa, pada umumnya suka
1
menghubungkan satu masalah klien dengan masalah lainnya, seperti latar belakang klien,
transferensi antara klien dan konselor, kritis identitas dan seksualitas klien, keterhimpitan
Dilihat dari segi aktifitas, konseling traumatik lebih banyak melibatkan banyaknya
orang dalam membantu klien dan yang paling banyak aktif adalah konselor, konselor
berusaha mengarahkan, mensugesti, memberi saran, mencari dukungan dari keluarga dan
teman klien, menghubungi orang yang lebih ahli untuk referal, menghubungkan klien
dengan ahli lain untuk referal, melibatkan orang atau agen lain yang kompeten secara
legal untuk membantu klien, dan mengusulkan berbagai perubahan lingkungan untuk
kesembuhan klien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Trauma berasal dari kata Yunani yaitu “tramatos” yang berarti luka dari sumber
luar. Tetapi kata trauma bisa juga luka sumber dalaman yaitu luka emosi, rohani, dan
fisik yang disebabkan oleh keadaan yang mengancam diri kita. Gejala akibat trauma
untuk membantu klien yang mengalami trauma melalui proses hubungan pribadi
sehingga klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang
Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadia atau situasi yang dialami
oleh korban. Kejadian atau pengalaman traumatic akan dihayati secara berbeda – beda
antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga setiap orang aka memiliki reaksi yag
berbeda pula pada saat menghadapi kejadia yang traumatic. Pengalamn traumatic adalah
suatu kejadia yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan
dirinya. Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang
mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stress atas
Kadangkala efek aftershock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau
bahkan berminggu – minggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan
takut, tidak berdaya, atau merasa ngeri. Gejala dan simtom yang muncul tergantung pada
3
seberapa parah kejadian tersebut. Demikian pula cara individu menghadapi krisis
tersebut akan tergantung pula pada pengalaman dan sejarah masa lalu mereka.
Stress traumatic merupakan suatu reaksi yang alamiah terhadap peristiwa yang
bencana alam) atau kondisi dalam kehidupan yang mengerikan (seperti kemiskinan,
deprivasi, dll). Kondisi tersebut disebut juga dengan stress pasca traumatic (atau Post
mengatasi beban psikologis yag diderita akibat bencana maupun hal yang lainnya.
Guncangan psikologis yang dahsyat akibat kehilangan orang – orang yang dicintai,
emosi para korban. Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah menghadapi
petaka bisa mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung pada stress berat yang
dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaik
mungkin. Oleh sebab itu, konseling traumatic dapat membantu menata kestabilan
meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling traumatic juga sangat bermanfaat untuk
membantu penderita trauma untuk lebih mampu mengelola emosinya secara benar dan
berpikir realistic.
B. Gejala-Gejala Traumatik
traumatis. Beberapa gejala yang umum adalah mempunyai kenangan menyakitkan yang
tidak mudah dilupakan, mimpi buruk berulang akan kejadian traumatis,dan timbulnya
4
kenangan akan kejadian traumatis ketika melihat hal-hal yang terkait dengan kejadian
tersebut. Dari segi kognitif, kenangan akan kejadian traumatis dapat memicu perasaan
2013).
hingga cukup parah. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan
trauma yang dialami ini. Adapun beberapa gejala trauma yang mungkin dapat diketahui
1. Penolakan
2. Rasa marah
3. Ketakutan
5. Merasa malu
6. Kebingungan
7. Merasa cemas
8. Depresi
9. Mati rasa
Bersamaan dengan reaksi emosional di atas, berikut ini adalah beberapa gejala
1. Sakit kepala
3. Kelelahan
5
4. Jantung berdebar-debar
6. Mudah kaget
kondisi di mana seseorang terus merasa waspada. Hal ini pada akhirnya akan
menyebabkan kesulitan untuk tidur. Pada individu tertentu, trauma ini dapat berkembang
menjadi gangguan kesehatan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, dan lainnya.
C. Jenis-Jenis Trauma
Vikram (dalam Hatta, 2016) menyatakan ada beberapa jenis trauma yang
dikenali, yaitu: (1) trauma personal (korban perkosaan, kematian orang tercinta, korban
kejahatan, dll) Perang dan keganasan, (2) trauma mayor (bencana alam, kebakaran, dll),
trauma mayor umumnya menyebabkan trauma pada sejumlah besar orang pada waktu
eksistensional: (1) Trauma situasional adalah trauma yang disebabkan oleh situasi seperti
perceraian, kehilangan pekerjaan, ditinggal mati oleh orang yang dicintai, gagal dalam
perniagaan, tidak naik kelas bagi beberapa pelajar, dan sebagainya; (2) Trauma
perkembangan adalah trauma dan stres yang terjadi pada setiap tahap pekembangan,
seperti penolakan dari teman sebaya, kelahiran yang tidak diingini, peristiwa yang
berhungan dengan kencan, bekeluarga, dan sebagainya; (3) Trauma intrapsikis adalah
trauma yang disebabkan kejadian dalaman seseorang yang memunculkan perasaan cemas
yang sangat kuat seperti perasaan homo seksual, benci kepada orang yang seharusnya di
cintai, dan sebagainya; (4) Trauma eksistensial yaitu trauma yang diakibatkan karena
6
Chaplin (2001) menyatakan beberapa istilah yang berkaitan dengan trauma
yaitu: (1) trauma, plural traumata adalah satu luka baik yang bersifat fisik ataupun
psikologis; (2) traumatic dilirium (delirium traumatik) adalah satu keadaan delirium yang
disebakan luka di otak; (3) traumatic neurosis (neurosa traumatik) adalah satu neurosa
disebabkan oleh suatu pengalaman yang luar biasa menyakitkan hati (4) traumatic
psychosis (psikosa traumatik) adalah satu keadaan psikotis yang ditimbulkan oleh luka di
otak. Orang-orang yang hidup dengan pengalaman traumatik akan sering mengalami
Maka dari itu, trauma dapat dikatakan penyakit yang serius apabila di derita
oleh individu ataupun kelompok. Seseorang yang mengalami trauma ini akan mengalami
resiko yang tinggi kepada kesehatan fisik maupun mental. Jika penderita tidak
mendapatkan penanganan oleh profesional, maka penderita akan terus mengalami trauma
yang berkepanjangan
Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem
7
Secara sederhana, Trauma dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan
akibat ketidak mampuan seseorang mengatasi persoalan hidup yang harus dijalaninya,
a. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang
b. Terjadinya konflik sosial–budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara
(underacting).
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk
mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar
yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang
bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa
yang dicita-citakan.
Contohnya :
a. Agresi, yaitu : Meluapkan rasa emosi yang tidak terkendali dan cenderung
menangis dll)
8
c. Fiksasi, yaitu : Pembatasan pada satu pola yang sama (membisu, memukul dada
sendiri dll)
f. Narsisme, self love yaitu : Merasa dirinya lebih dari orang lain.
g. Autisme yaitu : Menutup diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya
sendiri.
Penderita Trauma lebih banyak terdapat dalam lingkungan kota- kota besar yang
hidupnya.
Anak-anak usia muda tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendakinya.
Para korban bencana alam dan di tempat-tempat konflik, karena setres terhadap harta
penganiyayaan yang menjadikan luka atau trauma fisik. Kejahatan atau perbuatan
yang tidak bertanggung jawab yang mengakibat kan trauma Fisik dalam bentuk luka
pada badan dan organ pada tubuh korban. Salah satu penanganan trauma yaitu
mengatasi beban psikologis yang diderita akibat bencana mapun hal yang linnya.
9
emosi para korban. Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam
menghadapi petaka, bisa mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung
pada stres berat yang sewaktu-waktu bisa menjadikan mereka lupa ingatan atau gila.
trauma untuk lebih mampu mengelola emosinya secara benar dan berpikir
realistik. Dengan modal emosi yang stabil dan keterampilan mengelola kehidupan
korban untuk menemukan kembali rasa percaya diri yang sempat terkoyak tak
berdaya dirampas bencana.Tidak mudah bagi setiap orang untuk bisa menerima
Bahkan ketika perasaan kehilangan yang amat dalam itu muncul, seseorang
akan merasa hidupnya tidak berarti lagi. Keadaan inilah yang memicu munculnya
kondisi putus asa (hopeless) dan tak berarti (meaningless) (Fromm, 1999). Hidup
emosional dan kemampuan berpikir rasional dan realistik merupakan dua tonggak
Semangat hidup menjadi modal utama bagi para korban untuk sanggup
bertahan dan menatap masa depan dari balik kehancuran hidup dan
kesendirian. Dengan semangat hidup yang kuat, para penderita akan terbebas dari
10
Konseling trauma juga sangat bermanfaat dalam membantu para korban
untuk mampu memecahkan masalah secara kreatif melalui hubungan timbal balik
Salah satu dampak trauma pada individu, terutama anak-anak, terletak pada
memandang dunia sebagai hal yang aman ataupun berbahaya. Anak yang mengalami
kejadian traumatis berupa kekerasan oleh tokoh pengasuh akan memandang dunia
sebagai tempat yang berbahaya. Oleh karena itu, anak yang memiliki pengalaman
traumatis cenderung bersikap curiga pada orang-orang di sekitar mereka dan mengalami
pada kejadian traumatis, individu dapat menunjukkan nafas yang tidak teratur, detak
jantung berlebih, ataupun mengalami dampak psikosomatis seperti sakit perut dan
Anak dengan sejarah kejadian trauma yang kompleks dapat dengan mudah
tidak berbahaya. Anak tersebut juga akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan
emosinya (misal sulit menenangkan diri ketika marah) dan seringkali bertindak secara
impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya. Oleh karena itu, anak yang mengalami
trauma dapat berperilaku secara tidak terduga dan ekstrem.Ia dapat bersikap agresif atau
Association,2013).
11
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa anak yang hidup dalam lingkungan
traumatis, seperti orangtua yang abusive, dan secara terus menerus berhadapan dengan
stres akan mengalami gangguan dalam perkembangannya. Daya tahan tubuh, sistem
otak, dan jaringan saraf pada anak tidak akan berkembang sempurna ketika ia beranjak
Pada tahap awal konseling ini, konselor harus fokus pada usaha membentuk relasi
dengan klien. Ini mencakup usaha melibatkan klien pada suatu kerja sama untuk
memulai proses konseling sehingga sasaran-sasaran konseling dapat tercapai. Apa pun
nama yang kita berikan pada relasi kerja sama itu, sasarannya adalah agar konselor
bisa masuk dalam kehidupan klien untuk membantu dan mengarahkannya pada solusi
a. Penjelajahan
dikemukakan klien dan hal-hal lain yang perlu dipahami tentang diri klien. Dalam
konseling traumatik, konselor menggali semua hal yang dikemukakan oleh klien.
Pada tahap ini, merupakan tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam
harus mampu membawa klien agar dapat mengungkapkan segala perasaan dan
Selain itu, pada tahap ini konselor juga perlu menilik terhadap masa lalu
klien terutama pada masa kanak-kanaknya. Hal ini akan membantu konselor dalam
12
b. Penafsiran
menafsirkan apa faktor penyebab permasalahan yang dialami oleh klien. Dari
c. Pembinaan
apa yang hendaknya dirubah oleh klien. Dalam konseling traumatik, hal-hal yang
yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan kepada konselor.
terhadap proses konseling yang telah dilaksanakan. Komselor perlu melihat apakah
klien sudah memahami apa yang diberikan selama proses konseling, bagaimana
perasaan klien setelah adanya proses konseling serta hal-hal apa saja yang akan
13
KESIMPULAN
Trauma adalah sebuah peristiwa yang terjadi di luar individu yang mengalami yang
maupun psikologis serta mengakibat kan rasa takut yang mendalam dan tidak berdaya.
Koseling traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang mengalami
trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat memahami diri sehubungan
dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaik
mungkin. Konseling traumatik sangat berbeda dengan konseling biasa dilakukan oleh
1. Mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap
kasus.
2. Kembali lagi pada peristiwa saat itu, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia
keluarkan saat itu. Tentunya dengan bantuan seorang ahli terapi dia mengunjungi
kembali saat itu dan mengeluarkan perasaannya yaitu perasaan takut, marah,
diekspresikan semua.
3. Setelah itu baru masuk ke yang disebut di dalam ilmu terapi ke arah yang bersifat
kognitif. Yaitu penyembuhan kognitif artinya dia akan diajar atau mulai belajar melihat
hidup ini atau situasi ini dengan kaca mata yang berbeda.
14
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman dan Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT
Rineka Cipta,
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/trauma.html
Nurihsan Achmad Juntika, 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:
PT Rineka Cipta,
Winkel dan Sri Hastuti dan Winkel. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi
15