KRISIS
Tingkat : 2A
TAHUN 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridhonya
makalah ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu yang berjudul “Krisis”.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagipembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Pengkajian………………………………………………………………… 13
Diagnosa Keperawatan……………………………………………………..21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.2. Agar mahasiswa mengetahui tentang gambaran umum individu yang
mengalami Krisis.
1.3.3. Agar mahasiswa mengetahu tentang jenis Krisis.
1.3.4. Agar mahasiswa mengetahui fase Krisis.
1.3.5. Agar mahasiswa mengetahui peran perawat terkait Krisis.
1.3.6. Agar mahasiswa mengatahui tinjuauan proses keperawatan jiwa : Krisis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c. Gejala Perilaku :
1) Disorganisasi.
2) Impulsif ledakan kemarahan.
3) Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa.
4) Menarik diri dari interaksi sosial
d. Gejala Emosional :
2) Sedih; depresi
3) Paranoid; curiga
4
gunung meletus, kebakaran, dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap
orang seperti halnya pada krisis maturasi.
a. Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap
maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari manja
ke dewasa).
b. Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan
tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya
berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang
dicintai).
c. Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana
alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.
5
a. Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran
bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
b. Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit
serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatik, atau anak menjelang
ajal.
c. Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis
penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut
atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.
d. Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan
kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah
perawatan.
e. Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma fisik,
penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
f. Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi
akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh
diri.
g. Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu
mengatasi situasi krisis.
6
3) Kehilangan milik pribadi, misalnya kehilangan harta benda, kewarganegaraan,
rumah digusur.
4) Ancaman kehilangan, misalnya ada anggota keluarga yang sakit, perselisihan
yang hebat dengan pasangan hidup.
5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja
yang berbeda.
6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan.
b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian. Persepsi terhadap kejadian
yang menimbulkan krisis, termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang
berkaitan dengan kejadian tersebut. Persepsi tersebut meliputi :
1) Apa makna / arti kejadian bagi individu
2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan.
3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic.
c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari system pendukung meliputi keluarga,
sahabat dan orang-orang penting yang mungkin dapat membantu pasien, seperti :
1) Dengan siapa pasien tinggal ?
2) Apakah punya teman tempat mengeluh / curhat ?
3) Apakah pasien dapat menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?
4) Apakah ada orang / lembaga yang dapat member bantuan ?
5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang, dan
sebagainya ?
d. Mengidentifikasikan kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya :
1) Apa yang biasa dilakukan saat mengatasi masalah ?
2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang
menyebabkan kegagalan tersebut ?
3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang ?
4) Apakah pasien suka menyendiri atau meninggalkan lingkungan agar dapat
berpikir dengan jernih ?
5) Apakah pasien suka mengikuti latihan olahraga untuk mengurangi ketegangan ?
6) Apakah pasien mencetuskan perasaannya dengan menangis ?
e. Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif ialah sebagai
berikut :
1) Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.
7
2) Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
3) Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
4) Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
5) Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
6) Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
7) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
8) Perasaan khawatir, ansietas.
9) Perubahan dalam partisipasi social.
10) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
11) Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
12) Perhatian menurun.
8
Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis.
1) Tim bantuan krisis
Tim interdisipliner inimemberikan layanan bagi kelompok atau
komunitas yang mengalami kejadian krisis tertentu.
2) Tim bantuan bencana
Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-
segmen besar populasi yang terkena bencana alam.
b. Peran perawat
Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami
krisis da bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA,
1994).Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu
individu dan keluarga berespons terhadap krisis penyakit yang serius,
hospitalisasi, dan kematian.Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor,
klinik rumah, sekolah, kantor) memnerikan bantuan pada individu dan
keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan.
Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus
mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi.
1) Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
2) Keperawatanpediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
awitan penyakit serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera
traumatik, atau anak menjelang ajal.
3) Keperawatanmedikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis
seperti diagnosis penyakit serius, penyakit yang melemahkan,
hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau
fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.
9
4) Keperawatangerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan
penempatan di rumah perawatan.
5) Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti
trauma fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
6) Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
hospitalisasi akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa
yang serius, dan bunuh diri.
Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
individu mengatasi situasi krisis.
10
Memanfaatkan emosi, keinginan serta nilai-nilai klien untuk
proses terapi. Misalnya : Tampaknya anda berhasil dalam pernikahan
anda, dan saya piker anda dapat menghatasi masalah ini serta
mempunyai hubungan yang lebih erat lagi
e. Menguatkan perilaku
Memberikan klien respons yang positif terhadp perilaku
adaptif. Misalnya : Itu adalah pertama kalinya anda sanggup membela
diri di hadapan atasan anda dan hal tersebut terjadi dengan baik. Saya
sangat senang anda dapat melakukannya.
f. Dukungan terhadap mekanisme pertahanan klien
Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang adaptif
yang memberinya kepuasan serta tidak mendukung mekanisme
pertahanannya yang maladaptive. Misalnya : Bila anda merasa sangat
merah/kesal dengan mengendarai sepeda biasanya dapat mengurangi
rasa marah sehingga bila kembali ke rumah anda dapat menyelesaikan
masalah dengan istri anda dengan tenang
11
3) singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau
sekitar klien.
4) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan
apakah hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal pengkajian : Rabu, 10 Februari 2016
Ruang : Angsoka
Hari/tanggal di rawat : Selasa, 26 Januari 2016
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn “H”
Insial : Laki-laki
Umur : 33 Tahun
Alamat : Batukliang, Lombok Tengah
Agama : Islam
Informan : Klien
No RM :
13
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( Tidak Ada )
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang di alami dirinya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenagkan,
namun menurut klien hal yang paling tidak menyenagkan adalah jauh dari
keluarganya, terutama ibunya.
IV. FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD = 110/90 mmHg
N = 96 x/m
S = 370C
RR = 20 x/m
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
14
Keterangan :
Klien mengatakan kalau kakek dan neneknya telah meninggal dunia. Klien
tinggal serumah bersama orang tuanya. Klien merupakan anak bungsu dari 6
bersaudara.
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan klien menyukai tubuhnya apa
adanya
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Klien bersekolah hanya
sampai SD, lalu bekerja sebagai buruh tani.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-6 dalam keluarga. Klien belum
menikah. Biasanya klien membantu pekerjaan ibunya di rumah seperti
mencuci, menyapu dan membantu ayahnya dalam beraktivitas karena
ayahnya dalam kondisi buta.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang berkumpul
bersama keluarganya dan bekerja serta menikah
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan social
15
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain karena merasa malu, dan tidak pandai dalam memulai percakapan.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
1. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam dan
klien mengatakan shalat itu wajib.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat, dan tidak pernah lalai untuk shalat
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut lurus, kemudian menggunakan baju yang
seharusnya, dan mandi 2 kali dalam sehari. Klien cukup memperhatikan
penampilannya.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan keras, agak kacau serta terlihat cepat tersinggung
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat dan selalu mengikuti kegiatan yang ada di rumah sakit
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang dan bahagia tinggal di Rumah Sakit.
5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung.
16
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan aneh ataupun
melihat bayangan-bayangan aneh juga.
8. Proses pikir
Proses fikir klien adalah flight of ideas karena sering megganti topic
pembicaraan tanpa menyelesaikan topic pertama.
9. Isi Pikir
Klien mengatakan dirinya memiliki suatu ilmu dan pernah bekerja di luar
daerah serta menganggap dirinya memiliki kekuatan.
Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap
waktu, tempat dan orang. Buktinya klien masih mengingat tanggal masuk
rumah sakit dan dia tahu berada di ruang Angsoka.
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan
kegiatan sehari-hari dan juga menceritakan pengalaman-pengalaman saat
sebelum masuk rumah sakit.
17
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa
tidak bisa memilih antara dua pilihan.
2. BAK/BAB
Klien dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekueansi kurang
lebih 4x sehari.
3. Mandi
Klien bisa mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian dengan rapi tanpa bantuan orang lain.
6. Penggunaan obat
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena Klien
bisa melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di konsumsi
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan diri.
18
VIII. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping maladaptif karena klien mengatakan saat dia mengalami
masalah biasanya klien merusak barang-barang di sekitarnya
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dukungan kelompok
Klien mengatakan keluarga dan saudaranya mendukung untuk
kesembuhannya
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien megatakan mengalami masalah dengan lingkungan karena sering
diejek dan ingin memukul orang-orang yang mengejeknya.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan putus sekolah sejak kelas 5 SD.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien tidak mengalami masalah dalam bekerja
e. Masalah ekonomi
Klien mengatakan hidupnya dan keluarganya masih mampu dan
berkecukupan.
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Klien kurang mampu menahan diri untuk memukul orang karena orang-orang
sekitarnya selalu mengejeknya.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi medik : - Risperidon 2 x 1 mg
19
XII. ANALISA DATA
20
XIII. POHON MASALAH
Perilaku Kekerasan
Waham : Kebesaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Waham : Kebesaran
C. INTERVENSI
21
TUK:
1. Klien dapat
membina
1. Klien 1. Bina hubungan saling
hubungan
menunjukkan percaya dengan:
saling
tanda-tanda o Beri salam setiap
percaya
percaya kepada berinteraksi
perawat: o Perkenalkan
o Wajah nama, nama
cerah, panggilan perawat
tersenyum dan tujuan perawat
o Mau berkenalan
berkenalan o Tanyakan dan
o Ada panggil nama
kontak mata kesukaan klien
o Bersedia o Tunjukkan sikap
menceritakan empati, jujur dan
perasaan menepati janji setiap
kali berinteraksi
o Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien
o Buat kontrak
interaksi yang jelas
o Dengarkan
dengan penuh
perhatian ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Klien 2. Bantu klien
mengidentifika menceritakan mengungkapkan
si penyebab penyebab perasaan marahnya:
perilaku perilaku o Motivasi klien
22
kekerasan yang kekerasan yang untuk menceritakan
dilakukannya dilakukannya: penyebab rasa kesal
atau jengkelnya
o Mencerita
o Dengarkan tanpa
kan penyebab
menyela atau
perasaan
memberi penilaian
jengkel/kesal
setiap ungkapan
baik dari diri
perasaan klien
sendiri
maupun
lingkunganny
a
3. Klien dapat 3. Klien 3. Bantu klien
mengidentifika menceritakan mengungkapkan tanda-
si tanda-tanda keadaan tanda perilaku kekerasan
perilaku yang dialaminya:
o Fisik : mata
kekerasan
merah, o Motivasi klien
tangan menceritakan kondisi
mengepal, fisik saat perilaku
ekspresi kekerasan terjadi
tegang, dan o Motivasi klien
lain-lain. menceritakan kondisi
o Emosional : emosinya saat terjadi
perasaan perilaku kekerasan
marah, o Motivasi klien
jengkel, menceritakan kondisi
bicara kasar. psikologis saat terjadi
o Sosial : perilaku kekerasan
bermusuhan o Motivasi klien
yang menceritakan kondisi
dialami saat hubungan dengan
terjadi orang lainh saat
perilaku terjadi perilaku
23
kekerasan. kekerasan
24
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak
dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan
mengidentifika klien:
o Menjelaskan
si cara
cara-cara o Apakah klien mau
konstruktif
sehat mempelajari cara
dalam
mengungkap baru mengungkapkan
mengungkapka
kan marah marah yang sehat
n kemarahan
o Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
o Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
Cara fisik: nafas
dalam, pukul
bantal atau
kasur, olah raga.
Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
Sosial: latihan
asertif dengan
25
orang lain.
Spiritual:
sembahyang/doa
, zikir, meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
7. Klien dapat 7. Klien 7. 1. Diskusikan cara yang
mendemonstras memperagakan mungkin dipilih dan
ikan cara cara mengontrol anjurkan klien
mengontrol perilaku memilih cara yang
perilaku kekerasan: mungkin untuk
kekerasan mengungkapkan
o Fisik: tarik
kemarahan.
nafas dalam,
memukul 7.2. Latih klien
bantal/kasur memperagakan cara
o Verbal: yang dipilih:
mengungkapk
o Peragakan cara
an perasaan
melaksanakan cara
kesal/jengkel
yang dipilih.
pada orang
o Jelaskan manfaat
lain tanpa
cara tersebut
menyakiti
o Anjurkan klien
o Spiritual:
menirukan peragaan
zikir/doa,
yang sudah dilakukan.
meditasi
o Beri penguatan pada
sesuai
klien, perbaiki cara
agamanya
yang masih belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara
26
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
27
Kepera
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
watan
02/01 Ganggu TUM : Klien dapat 1.1 Setelah ... X 1.1 Bina hubungan 1.2
/2016 an mengontrol interaksi klien : saling percaya
proses wahamnya a. Mau menerima dengan klien
pikir : kehadiran perawat a. Beri salam
TUK :
waham disampingnya b. Perkenalkan diri,
1. Klien dapat b. Mengatakan mau Tanyakan nama,
membina menerima bantuan serta nama panggilan
hubungan perawat yang disukai
saling percaya c. Tidak menunjukkan c. Jelaskan tujuan
dengan tanda-tanda curiga interaksi
perawat d. Mengijinkan duduk d. Yakinkan klien
disamping dalam keadaan aman
dan perawat siap
menolong dan
mendampinginya
e. Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien
akan tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
g. Perhatikan
kebutuhan dasar dan
bantu pasien
memenuhinya
TUK : 1.2 Setelah ... X 1.2 Bantu klien untuk 1.3
interaksi Klien : mengungkapkan
Klien dapat
a. Klien menceritakan perasaan dan
mengidentifikasi
ide-ide dan pikirannya
perasaan yang
perasaan yang a. Diskusikan dengan
muncul secara
muncul secara klien pengalaman
berulang dalam
berulang dalam yang dialami selama
28
pikiran klien pikirannya ini termasuk
hubungan dengan
orang yang berarti,
lingkungan kerja,
sekolah, dsb
b. Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung atau
menentang
pernyataan
wahamnya
c. Katakan perawat
dapat memahami apa
yang diceritakan
klien
TUK : 1.3 Setelah ... X 1.3 Bantu klien 1.4
interaksi klien mengidentifikasi
Klien dapat
a. Dapat menyebutkan kebutuhan yang
mengidentifikasi
kejadian sesuai tidak terpenuhi serta
stresor atau
dengan urutan kejadian yang
pencetus
waktu serta harapan menjadi faktor
wahamnya
atau kebutuhan pencetus wahamnya
dasar yang tidak a. Diskusikan dengan
terpenuhi seperti klien tentang
harga diri, rasa kejadian-kejadian
aman, dsb traumatik yang
b. Dapat menyebutkan menimbulkan rasa
hubungan antara takut, ansietas
kejadian traumatik maupun perasaan
kebutuhan tidak tidak dihargai
terpenuhi dengan b. Diskusikan
wahamnya kebutuhan atau
29
harapan yang belum
terpenuhi
c. Diskusikan cara-cara
mengatasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
dan kejadian
traumatik
d. Diskusikan dengan
klien antara
kejadian-kejadian
tersebut dengan
wahamnya
TUK : 1.4 Setelah ... X 1.4 Bantu klien 1.5
interaksi klien mengidentifikasi
Klien dapat
menyebutkan keyakinan yang
mengidentifikasi
perbedaan salam tentan situasi
wahamnya
pengalaman nyata yang nyata (bila
dengan pengalaman klien sudah siap)
wahamnya a. Diskusikan dengan
klien pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi
b. Katakan kepada
klien akan keraguan
perawat tehadap
pernyataan klien
c. Diskusikan dengan
klien respon
perasaan terhadap
wahamnya
d. Diskusikan
frekuensi, intensitas
dan durasi terjadinya
30
waham
e. Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
TUK: 1.5 Setelah ... X 1.5 Diskusikan tentang 1.8
interaksi klien pengalaman-
Klien dapat
menjelaskan pengalaman yang
mengidentifikasi
gangguan fungsi tidak
konsekuensi dari
hidup sehari-hari menguntungkan
wahamnya
yang diakibatkan sebagai akibat dari
ide-ide atau wahamnya seperti
pikirannya yang :Hambatan dalam
tidak sesuai dengan berinteraksi dengan
kenyataan seperti : keluarga, Hambatan
a. Hubungan dengan dalam interaksi
keluarga dengan orang lain
b. Hubungan dengan dalam melakukan
orang lain aktivitas sehari-hari
c. Aktivitas sehari- 1.6 Ajak klien melihat
hari bahwa waham
d. Pekerjaan tersebut adalah
e. Sekolah masalah yang
f. Prestasi, dsb membutuhkan
bantuan dari orang
lain
1.7 Diskusikan dengan
klien tentang orang
atau tempat ia dapat
meminta bantuan
apabila wahamnya
timbul atau sulit di
31
kendalikan
32
TUK 1.7 Setelah ... X 1.14 Diskusikan 1.18
interaksi dengan dengan klien tentang
Klien dapat
klien, dapat manfaat dan
memanfaatkan
mendemonstrasikan kerugian tidak
obat dengan baik
penggunaan obat minum obat
dengan baik 1.15 Pantau klien saat
1.8 Setelah ... X penggunaan obat,
interaksi klien beri pujian jika klien
menyebutkan akibat menggunakan obat
berhenti minum dengan benar
obat tanpa 1.16 Diskusikan
konsultasi dengan akibat klien berhenti
dokter minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
1.17 Anjurakan klien
untuk konsultasi jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
TUK :
33
membina menunjukkan 1. Bina hubungan
hubungan ekspresi wajah saling percaya
saling percaya bersahabat, dengan
dengan memperlihatkan rasa menggunakan
perawat senang, ada kontak prinsip komunikasi
mata, mau berjabat terapeutik :
tangan, mau Sapa pasien
menyebutkan dengan ramah, baik
namanya, mau verbal maupun non
menjawab salam, verbal
pasien mau duduk Perkenalkan diri
berdampingan dengan sopan
dengan perawat, mau Tanyakan nama
mengutarakan lengkap dan nama
masalah yang panggilan yang
dihadapi disukai Residen
Jelaskan tujuan
pertemuan
Jujur dan
menepati janji
Tunjukkan
empati dan
menerima pasien apa
adanya
Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
pasien
34
Kemampuan yang
dimiliki pasien
3. Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi evaluasi
negatif
35
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1. Nama Pasien : Tn"H”
2. Umur : 33 Tahun
3. Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
4. Ruangan : Angsoka Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
5. No. RM :
36
Melatih kemampuanpositif satu Latihan menggambar 2x/hari
erdiskusi tentang kebutuhan
klien yang tidak terpenuhi.
Rencana tindak lanjut:
Tindakan :
37
Rencana Tindak Lanjut :
38
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Krisis merupakan suatu keadaan dilakukannya intervensi jangka
pendek yang terfokus pada upaya memobilisasi kekuatan-kekuatan dan
sumber-sumber klien untuk mengatasi suatu situasi krisis dan memperbaiki
tingkat penanggulangan, kepercayaan, dan pemecahan masalah.
Peran perawat dalam keperawatan jiwa krisis adapun perawat
memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis dan
bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis. Perawat di lingkungan
rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga berespons
terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian.
Perawat di lingkungan masyarakat (mis., kantor, klinik rumah,
sekolah, kantor) memberikan bantuan pada individu dan keluarga yang
mengalami krisis situasional dan perkembangan. Perawat yang bekerja
dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi dimana krisis
dapat terjadi.
3.2. Saran
Makalah ini disusun sebagai tambahanreferensi bagi mahasiswa
bidang kesehatan dan tenaga kesehatan lainya, mitra terkait dan siapa saja
yang berminat. Kekurangan yang ada dalam makalah selalu disempurnakan
melalui tekat dan semangat para pemakai yang merupakan modal utama
dalam menyempurnakan makalah pada penyusunan mendatang.
39
DAFTAR PUSTAKA
Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik
Edisi 3. Jakarta: EGC.
40