Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KRISIS

Dosen Pengampu : Cipto, SKep., MHKes

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Faqih Firmanda ( 01_P1337420421001 )
2. Ichsan Bastianto ( 02_P1337420421003 )
3. Wahyu Nur Solikah ( 12_P1337420421023 )

4. Nungki Setyaningrum ( 21_P1337420421041 )


5. Nur Raeda Putri A ( 35_P1337420421069 )
6. Sinta Audyta Oktayanti ( 36_P1337420421071 )
7. Adinda Sindi Sartika S ( 51_P1337420421101 )
8. Maftuhatul Latifatun N ( 54_P1337420421107 )
9. Anas Ardho Bramantyo ( 55_P1337420421109 )

Tingkat : 2A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridhonya
makalah ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu yang berjudul “Krisis”.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing pada


tugas kali ini Cipto, SKep., MHKes yang telah membantu dan membimbing kami
dalam mengerjakan makalah ini dan juga selaku sebagai dosen koordinator mata
kuliah Keperawatan Jiwa. Agar hasilnya sesuai dengan harapan, dan tentunya hal-
hal yang kami berikan kepada teman-teman dari hasil makalah ini. Karena itu
kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kami
bersama.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagipembaca pada umumnya.

Blora, 12 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


Latar Belakang ........................................................................................... 1
Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
Definisi Krisis ............................................................................................ 3
Gambaran Umum Individu yang Mengalami Krisis .................................... 3
Jenis Krisis ................................................................................................. 4
Fase Krisis .................................................................................................. 5
Peran Perawat dalam Keperawatan Jiwa Krisis ........................................... 5
Tinjauan Proses Keperewatan Jiwa : Krisis ................................................. 6
BAB III TINJAUAN KASUS

Pengkajian………………………………………………………………… 13

Diagnosa Keperawatan……………………………………………………..21

Intervensi dan Rasional…………………………………………………….21

Implementasi dan Evaluasi………………………………………………...36

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 39


Kesimpulan .............................................................................................. 39
Saran ........................................................................................................ 39
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………………40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Krisis merupakan suatu keadaan dilakukannya intervensi jangka pendek
yang terfokus pada upaya memobilisasi kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber klien
untuk mengatasi suatu situasi krisis dan memperbaiki tingkat penanggulangan,
kepercayaan, dan pemecahan masalah. Sedangkan suatu krisis timbul karena
peristiwa atau masalah yang sangat menekan dan memberikan traumatik bagi klien.
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang
dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis
terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang
penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah
(koping) yang biasa digunakan.
Intervensi krisis merefleksikan sebuah kecenderungan yang kontemporer
terhadap teori-teori singkat, terfokus dan terstruktur berkaitan dengan permasalahan
mendesak dan praktis, yang akan dikritisi untuk menghindari permasalahan individu
jangka panjang dan isu-isu sosial yang menimbulkan eksklusi sosial.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.2.1. Apa definisi dan proses dari Krisis?
1.2.2. Apa saja gambaran umum individu yang mengalami Krisis?
1.2.3. Apa saja jenis Krisis?
1.2.4. Apa saja fase Krisis?
1.2.5. Apa saja peran perawat terkait Krisis?
1.2.6. Apa saja tinjuauan proses keperawatan jiwa : Krisis?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.3.1. Agar mahasiswa mengetahui tentang definisi dari Krisis.

1
1.3.2. Agar mahasiswa mengetahui tentang gambaran umum individu yang
mengalami Krisis.
1.3.3. Agar mahasiswa mengetahu tentang jenis Krisis.
1.3.4. Agar mahasiswa mengetahui fase Krisis.
1.3.5. Agar mahasiswa mengetahui peran perawat terkait Krisis.
1.3.6. Agar mahasiswa mengatahui tinjuauan proses keperawatan jiwa : Krisis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Krisis


Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya
tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.
Krisis adalah suatu kondisi dimana individu tak mampu mengatasi masalah
dengan cara (mekanisme koping) yang biasa dipakai. Krisis dapat terjadi akibat
ketidakseimbangan psikologis, yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan
atau mengancam integritas diri. Hal ini merupakan bagian dari kehidupan yang dapat
terjadi dengan bentuk dan penyebab yang bermacam-macam, dan dapat disebabkan
karena factor eksternal maupun internal. (Asuhan Keperawatan Jiwa, Sujono Riyadi
& Teguh Purwanto, 2009).
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh peristiwa menegangkan
atau ancaman yang dirasakan pada diri individu. Mekanisme yang biasa digunakan
individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu tersebut
mengalami suatu keadan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas (Iyus Yosep,
2013).

2.2. Gambaran Umum Individu yang Mengalami Krisis


Adapun gambaran umum individu yang mengalami Krisis adalah sebagai berikut :
a. Gejala Fisik :
1) Keluhan somatik (mis., sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit).
2) Gangguan nafsu makan (mis., peningkatan atau penurunan berat badan yang
signifikan).
3) Gangguan tidur (mis., insomnia, mimpi buruk).
4) Gelisah; sering menangis; iritabilitas.
b. Gejala Kognitif :
1) Konfusi sulit berkonsentrasi.
2) Pikiran yang kejar mengejar.
3) Ketidakmampuan mengambil keputusan.

3
c. Gejala Perilaku :
1) Disorganisasi.
2) Impulsif ledakan kemarahan.
3) Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa.
4) Menarik diri dari interaksi sosial

d. Gejala Emosional :

1) Ansietas; marah, merasa bersalah

2) Sedih; depresi

3) Paranoid; curiga

4) Putus asa; tidak berdaya

2.3. Jenis Krisis


Adapun jenis Krisis adalah sebagai berikut :
a. Krisis Maturasi
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang dimana setiap
tahap mempuyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju
kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan
masalah pada tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stres yang
terjadi dalam kehidupannya.
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan
yang dapat mengganggu perkembangan psikologis, seperti pada masa pubertas,
masa perkawinan , menjadi orang tua , menopause, dan usia lanjut. Krisis
maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh peran yang
memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat penerimaan orang lain
terhadap peran baru.
b. Krisis Situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat
dari suatu kejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan
yang tidak diinginkan atau kehamilan di luar nikah, penyakit akut, kehilangan
orang yang dicintai, serta kegagalan disekolah.
c. Krisis Malapetaka
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta
menyebabkan kehilanganganda dan sejumlah perubahan dilingkungan seperti:

4
gunung meletus, kebakaran, dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap
orang seperti halnya pada krisis maturasi.

Menurut Ann Isaacs, 2004 jenis Krisis adapun sebagai berikut :

a. Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap
maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari manja
ke dewasa).

b. Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan
tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya
berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang
dicintai).

c. Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana
alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.

2.4. Fase Krisis


Krisis terjadi melalui empat fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase I : Ansietas meningkat sehngga muncul stimulus individu untuk
menggunakan koping yang biasa dipakai.
b. Fase II : Ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal
c. Fase III : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang
lain.
d. Fase IV : Terjadi ansietas/panik yang menunjukkan adanya disorganisasi
psikologis.

2.5. Peran Perawat dalam Keperawatan Jiwa Krisis


Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami
krisis dan bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis. Perawat di lingkungan
rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga berespons terhadap
krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian.
Perawat di lingkungan masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah,
kantor) memberikan bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis
situasional dan perkembangan. Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien
tertentu harus mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi.

5
a. Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran
bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
b. Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit
serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatik, atau anak menjelang
ajal.
c. Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis
penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut
atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.
d. Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan
kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah
perawatan.
e. Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma fisik,
penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
f. Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi
akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh
diri.
g. Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu
mengatasi situasi krisis.

2.6. Tinjauan Proses Keperawatan Jiwa : Krisis


2.6.1. Pengkajian Krisis
Dalam menangani masalah, harus mengingat waktu krisis dan penyelesaiannya. Waktu
tersebut sangat singkat (paling lama 6 minggu), maka pengkajiannya harus
dilaksanakan secara spesifik dan ditekankan pada masalah yang actual. Beberapa
aspek yang harus dikaji adalah :
a. Peristiwa Pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala
yang timbul, misalnya :
1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena
kematian.
2) Kehilangan bio-psiko-sosial, seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena
operasi, penyakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, dan lain-lain.

6
3) Kehilangan milik pribadi, misalnya kehilangan harta benda, kewarganegaraan,
rumah digusur.
4) Ancaman kehilangan, misalnya ada anggota keluarga yang sakit, perselisihan
yang hebat dengan pasangan hidup.
5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja
yang berbeda.
6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan.
b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian. Persepsi terhadap kejadian
yang menimbulkan krisis, termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang
berkaitan dengan kejadian tersebut. Persepsi tersebut meliputi :
1) Apa makna / arti kejadian bagi individu
2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan.
3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic.
c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari system pendukung meliputi keluarga,
sahabat dan orang-orang penting yang mungkin dapat membantu pasien, seperti :
1) Dengan siapa pasien tinggal ?
2) Apakah punya teman tempat mengeluh / curhat ?
3) Apakah pasien dapat menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?
4) Apakah ada orang / lembaga yang dapat member bantuan ?
5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang, dan
sebagainya ?
d. Mengidentifikasikan kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya :
1) Apa yang biasa dilakukan saat mengatasi masalah ?
2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang
menyebabkan kegagalan tersebut ?
3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang ?
4) Apakah pasien suka menyendiri atau meninggalkan lingkungan agar dapat
berpikir dengan jernih ?
5) Apakah pasien suka mengikuti latihan olahraga untuk mengurangi ketegangan ?
6) Apakah pasien mencetuskan perasaannya dengan menangis ?
e. Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif ialah sebagai
berikut :
1) Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.

7
2) Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
3) Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
4) Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
5) Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
6) Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
7) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
8) Perasaan khawatir, ansietas.
9) Perubahan dalam partisipasi social.
10) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
11) Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
12) Perhatian menurun.

2.6.2. Masalah Keperawatan Krisis


Adapun masalah keperawatan jiwa Krisis adalah sebagai berikut :
a) Gangguan penyesuaian.
b) Ansietas.
c) Koping keluarga inefektif.
d) Koping indivisu inefektif.
e) Perubahan proses keluarga.
f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan.
h) Deficit pengetahuan.
i) Resiko terhadap perubahan kedekatan orangtua/bayi/anak.
j) Perubahan peran asuh orangtua.
k) Respons pasca trauma.
l) Sindroma trauma perkosaan.
m) Gannguan harga diri: harga diri rendah.
n) Isolasi social.
o) Distress spiritual

2.6.3. Intervensi Krisis


a. Bantuan
Bantuan untuk individu yang mengalami krisi meliputi konseling melalui
telepon, hotlines, dan konseling krisis singkat (1 sampai 6 sesi).

8
Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis.
1) Tim bantuan krisis
Tim interdisipliner inimemberikan layanan bagi kelompok atau
komunitas yang mengalami kejadian krisis tertentu.
2) Tim bantuan bencana
Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-
segmen besar populasi yang terkena bencana alam.

3) Konseling stres akibat krisis


Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional, seperti petugas
rumah sakit, polisis dan pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi
krisis.

b. Peran perawat
Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami
krisis da bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA,
1994).Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu
individu dan keluarga berespons terhadap krisis penyakit yang serius,
hospitalisasi, dan kematian.Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor,
klinik rumah, sekolah, kantor) memnerikan bantuan pada individu dan
keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan.
Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus
mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi.
1) Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
2) Keperawatanpediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
awitan penyakit serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera
traumatik, atau anak menjelang ajal.
3) Keperawatanmedikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis
seperti diagnosis penyakit serius, penyakit yang melemahkan,
hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau
fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.

9
4) Keperawatangerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan
penempatan di rumah perawatan.
5) Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti
trauma fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
6) Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
hospitalisasi akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa
yang serius, dan bunuh diri.
Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
individu mengatasi situasi krisis.

2.6.4. Teknik Intervensi Krisis


Beberapa teknik intervensi krisis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah:
a. Ventilasi (mengungkapkan perasaan)
Ventilasi perasaan yang dilakukan secara verbal saat klien
menceritakan kembali tentang hal yang membangkitkan emosi.
Mengizinkan klien untuk menangis dengan melihat segi positif
dari pelepasan emosi. Mengajukan pertanyaan terbuka untuk
mendorong klien mengungkapkan perasaannya, misal: Ceritakan
kepada saya perasaan anda sejak anda kehilangan pekerjaan
b. Klarifikasi
Membantu klien mengungkapkan perasaanya akan
memperjelas hubungan dengan kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
Misalnya : Saya perhatikan bahwa setelah anda berdebat dengan
suami, anda menjadi sakit dan tidak dapat turun dari tempat tidur,
apakah memang demikian,
c. Saran
Suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau
menerima idi-ide atau keyakinan/ kepercayaan bahwa perawat dapat
membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Misalnya :
Banyak orang lain menenemukan, bicara dengan orang lain sangat
menolong mengatasi masalahnya, dan saya pikir andapun bisa.
d. Manipulasi

10
Memanfaatkan emosi, keinginan serta nilai-nilai klien untuk
proses terapi. Misalnya : Tampaknya anda berhasil dalam pernikahan
anda, dan saya piker anda dapat menghatasi masalah ini serta
mempunyai hubungan yang lebih erat lagi
e. Menguatkan perilaku
Memberikan klien respons yang positif terhadp perilaku
adaptif. Misalnya : Itu adalah pertama kalinya anda sanggup membela
diri di hadapan atasan anda dan hal tersebut terjadi dengan baik. Saya
sangat senang anda dapat melakukannya.
f. Dukungan terhadap mekanisme pertahanan klien
Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang adaptif
yang memberinya kepuasan serta tidak mendukung mekanisme
pertahanannya yang maladaptive. Misalnya : Bila anda merasa sangat
merah/kesal dengan mengendarai sepeda biasanya dapat mengurangi
rasa marah sehingga bila kembali ke rumah anda dapat menyelesaikan
masalah dengan istri anda dengan tenang

2.6.5. Implementasi Krisis


Adapun Impelemtasi Krisis adalah sebagai berikut :
a. Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan
menggunakan respon empati.
b. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan
bantu kien mengutarakan pikiran dan perasaannya.
c. Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.
d. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
e. Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau
bunuh diri :
1) Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri
sendiri. (mis ; klien secara langsung mengatakan akan melakukan
bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa
kalau orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-
tanda depresi).
2) Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri.

11
3) singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau
sekitar klien.
4) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan
apakah hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.

2.6.6. Evaluasi Krisis


Ann Isaacs, 2004 menyatakan Evaluasi Krisis adapun sebagai berikut :
a. Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan
efektifitas implementasi keperawatan.
b. Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan
sebagai hasil dari intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku
yang tidak terkendali.
c. Klien mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejalayang
dialami selama krisis.
d. Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
krisis.
e. Klien memilih berbagai pilihan solusi.
f. Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi
atau perilaku.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal pengkajian : Rabu, 10 Februari 2016
Ruang : Angsoka
Hari/tanggal di rawat : Selasa, 26 Januari 2016
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn “H”
Insial : Laki-laki
Umur : 33 Tahun
Alamat : Batukliang, Lombok Tengah
Agama : Islam
Informan : Klien
No RM :

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Mengamuk, suka mengancam, berbicara keras.

-Keluhan utama ( saat di kaji ) :

Klien mengatakan cepat tersinggung dan ingin mengamuk, emosi labil.

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

III. FAKTOR PREDIPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? (Ya)


Klien mengatakan pernah masuk Rumah sakit jiwa 2 kali
2. Pengobatan sebelumnya ( Kurang berhasil )
Klien mengatakan sepulang dari Rumah sakit, klien tidak meminum obat
dengan teratur.
3. Aniaya fisik
Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik seperti aniaya kekerasan
dalam keluarga dan pernah memukul orang lain karena sering diejek.
Masalah keperwatan : Resiko Perilaku Kekerasan

13
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( Tidak Ada )
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang di alami dirinya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenagkan,
namun menurut klien hal yang paling tidak menyenagkan adalah jauh dari
keluarganya, terutama ibunya.

IV. FISIK

1. Tanda-tanda vital
 TD = 110/90 mmHg
 N = 96 x/m
 S = 370C
 RR = 20 x/m

2. Keluhan fisik ( Tidak Ada )


Masalah keperawatan : Tidak Ada

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

14
Keterangan :

: Laki-laki : Garis keturunan


: Meninggal (Laki)
: Perempuan
: Meninggal (Pr)
: Klien
: tinggal serumah
: Garis perkawinan
Penjelasan :

Klien mengatakan kalau kakek dan neneknya telah meninggal dunia. Klien
tinggal serumah bersama orang tuanya. Klien merupakan anak bungsu dari 6
bersaudara.
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan klien menyukai tubuhnya apa
adanya
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Klien bersekolah hanya
sampai SD, lalu bekerja sebagai buruh tani.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-6 dalam keluarga. Klien belum
menikah. Biasanya klien membantu pekerjaan ibunya di rumah seperti
mencuci, menyapu dan membantu ayahnya dalam beraktivitas karena
ayahnya dalam kondisi buta.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang berkumpul
bersama keluarganya dan bekerja serta menikah
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan social

15
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain karena merasa malu, dan tidak pandai dalam memulai percakapan.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
1. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam dan
klien mengatakan shalat itu wajib.

b. Kegiatan Ibadah

Kegiatan ibadah klien adalah shalat, dan tidak pernah lalai untuk shalat

Masalah Keperawatan : Tidak Ada.

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut lurus, kemudian menggunakan baju yang
seharusnya, dan mandi 2 kali dalam sehari. Klien cukup memperhatikan
penampilannya.

2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan keras, agak kacau serta terlihat cepat tersinggung

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat dan selalu mengikuti kegiatan yang ada di rumah sakit

4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang dan bahagia tinggal di Rumah Sakit.

5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung.

16
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

6. Interaksi selama wawancara


Interaksi selama wawancara klien baik, namun kontak mata tajam.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan aneh ataupun
melihat bayangan-bayangan aneh juga.

8. Proses pikir
Proses fikir klien adalah flight of ideas karena sering megganti topic
pembicaraan tanpa menyelesaikan topic pertama.

Masalah keperawatan : Waham

9. Isi Pikir
Klien mengatakan dirinya memiliki suatu ilmu dan pernah bekerja di luar
daerah serta menganggap dirinya memiliki kekuatan.

Masalah Keperawatan : Waham

10. Tingkat kesadaran


Compos mentis (Klien sadar akan dirinya)

Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap
waktu, tempat dan orang. Buktinya klien masih mengingat tanggal masuk
rumah sakit dan dia tahu berada di ruang Angsoka.

11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan
kegiatan sehari-hari dan juga menceritakan pengalaman-pengalaman saat
sebelum masuk rumah sakit.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Tingkat konsentrasi Klien baik karena masih dapat berhitung dan dapat
menjawab perhitungan sederhana yang diberikan perawat.

13. Kemampuan penilaian

17
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa
tidak bisa memilih antara dua pilihan.

14. Daya tilik diri


Klien mengatakan dirinya sehat dan tidak semestinya dibawa ke Rumah Sakit.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan tanpa bantuan.

2. BAK/BAB
Klien dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekueansi kurang
lebih 4x sehari.

3. Mandi
Klien bisa mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain

4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian dengan rapi tanpa bantuan orang lain.

5. Istirahat dan tidur


Klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien tidur siang 4-5 jam dan untuk
tidur malam 8-9 jam. Aktivitas sebelum tidur biasanya pasien hanya
berjalan-jalan dan mengobrol bersama teman sekamar maupun perawat.

6. Penggunaan obat
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena Klien
bisa melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di konsumsi

7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan diri.

8. Aktivitas di dalam rumah


Klien mampu melakukan kegiatan rumahan dengan baik misalnya, mononton
TV, menyiapkan makanan ataupun menjaga kerapian rumah.

9. Aktivitas di luar rumah


Klien masih dapat melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
berkendaraan ataupun berjalan-jalan dan mengobrol dengan keluarganya.

18
VIII. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping maladaptif karena klien mengatakan saat dia mengalami
masalah biasanya klien merusak barang-barang di sekitarnya
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dukungan kelompok
Klien mengatakan keluarga dan saudaranya mendukung untuk
kesembuhannya
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien megatakan mengalami masalah dengan lingkungan karena sering
diejek dan ingin memukul orang-orang yang mengejeknya.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan putus sekolah sejak kelas 5 SD.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien tidak mengalami masalah dalam bekerja
e. Masalah ekonomi
Klien mengatakan hidupnya dan keluarganya masih mampu dan
berkecukupan.
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Klien kurang mampu menahan diri untuk memukul orang karena orang-orang
sekitarnya selalu mengejeknya.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi medik : - Risperidon 2 x 1 mg

19
XII. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEPERAWATAN

1 DS : Klien mengatakan cepat


tersinggung, ingin mengamuk,
pernah memukul orang lain serta
mengungkapkan keinginan
memukul orang-orang yang
Resiko Perilaku Kekerasan
mengejeknya.

DO : Klien berbicara keras, agak kacau,


cepat tersinggung, emosi labil,
kontak mata tajam.

2 DS: Klien merasa malu dengan orang


lain

DO: Menyendiri, lebih banyak


menghabiskan waktu di kamar. Harga diri rendah

3 DS :Klien mengatakan dirinya memiliki


suatu ilmu, pernah bekerja di luar
daerah, serta menganggap dirinya
memiliki kekuatan

DO : Proses fikir flight of ideas, berkata


Waham kebesaran
tidak sesuai kenyataan, cepat
tersinggung.

20
XIII. POHON MASALAH

Perilaku Kekerasan

Resiko perilaku kekerasan

Waham : Kebesaran

Harga Diri Rendah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perilaku Kekerasan

2. Waham : Kebesaran

3. Harga Diri Rendah

C. INTERVENSI

Tgl Dx Perencanaan Paraf


Kepera
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
watan

11/0 Resiko TUM: klien tidak


2/20 Perilaku menunjukan
16 Kekeras resiko perilaku
an kekerasan

21
TUK:

1. Klien dapat
membina
1. Klien 1. Bina hubungan saling
hubungan
menunjukkan percaya dengan:
saling
tanda-tanda o Beri salam setiap
percaya
percaya kepada berinteraksi
perawat: o Perkenalkan
o Wajah nama, nama
cerah, panggilan perawat
tersenyum dan tujuan perawat
o Mau berkenalan
berkenalan o Tanyakan dan
o Ada panggil nama
kontak mata kesukaan klien
o Bersedia o Tunjukkan sikap
menceritakan empati, jujur dan
perasaan menepati janji setiap
kali berinteraksi
o Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien
o Buat kontrak
interaksi yang jelas
o Dengarkan
dengan penuh
perhatian ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Klien 2. Bantu klien
mengidentifika menceritakan mengungkapkan
si penyebab penyebab perasaan marahnya:
perilaku perilaku o Motivasi klien

22
kekerasan yang kekerasan yang untuk menceritakan
dilakukannya dilakukannya: penyebab rasa kesal
atau jengkelnya
o Mencerita
o Dengarkan tanpa
kan penyebab
menyela atau
perasaan
memberi penilaian
jengkel/kesal
setiap ungkapan
baik dari diri
perasaan klien
sendiri
maupun
lingkunganny
a
3. Klien dapat 3. Klien 3. Bantu klien
mengidentifika menceritakan mengungkapkan tanda-
si tanda-tanda keadaan tanda perilaku kekerasan
perilaku yang dialaminya:
o Fisik : mata
kekerasan
merah, o Motivasi klien
tangan menceritakan kondisi
mengepal, fisik saat perilaku
ekspresi kekerasan terjadi
tegang, dan o Motivasi klien
lain-lain. menceritakan kondisi
o Emosional : emosinya saat terjadi
perasaan perilaku kekerasan
marah, o Motivasi klien
jengkel, menceritakan kondisi
bicara kasar. psikologis saat terjadi
o Sosial : perilaku kekerasan
bermusuhan o Motivasi klien
yang menceritakan kondisi
dialami saat hubungan dengan
terjadi orang lainh saat
perilaku terjadi perilaku

23
kekerasan. kekerasan

4. Klien dapat 4. Klien 4. Diskusikan dengan klien


mengidentifika menjelaskan: perilaku kekerasan yang
si jenis dilakukannya selama ini:
o Jenis-jenis
perilaku
ekspresi o Motivasi klien
kekerasan yang
kemarahan menceritakan jenis-
pernah
yang selama jenis tindak kekerasan
dilakukannya
ini telah yang selama ini
dilakukannya permah dilakukannya.
o Perasaannya o Motivasi klien
saat menceritakan
melakukan perasaan klien setelah
kekerasan tindak kekerasan
o Efektivitas tersebut terjadi
cara yang o Diskusikan apakah
dipakai dengan tindak
dalam kekerasan yang
menyelesaika dilakukannya masalah
n masalah yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien 5. Diskusikan dengan klien
mengidentifika menjelaskan akibat negatif (kerugian)
si akibat akibat tindak cara yang dilakukan
perilaku kekerasan yang pada:
kekerasan dilakukannya
o Diri sendiri
o Diri sendiri : o Orang lain/keluarga
luka, dijauhi o Lingkungan
teman, dll
o Orang
lain/keluarga
: luka,
tersinggung,
ketakutan, dll

24
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak
dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan
mengidentifika klien:
o Menjelaskan
si cara
cara-cara o Apakah klien mau
konstruktif
sehat mempelajari cara
dalam
mengungkap baru mengungkapkan
mengungkapka
kan marah marah yang sehat
n kemarahan
o Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
o Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
 Cara fisik: nafas
dalam, pukul
bantal atau
kasur, olah raga.
 Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
 Sosial: latihan
asertif dengan

25
orang lain.
 Spiritual:
sembahyang/doa
, zikir, meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
7. Klien dapat 7. Klien 7. 1. Diskusikan cara yang
mendemonstras memperagakan mungkin dipilih dan
ikan cara cara mengontrol anjurkan klien
mengontrol perilaku memilih cara yang
perilaku kekerasan: mungkin untuk
kekerasan mengungkapkan
o Fisik: tarik
kemarahan.
nafas dalam,
memukul 7.2. Latih klien
bantal/kasur memperagakan cara
o Verbal: yang dipilih:
mengungkapk
o Peragakan cara
an perasaan
melaksanakan cara
kesal/jengkel
yang dipilih.
pada orang
o Jelaskan manfaat
lain tanpa
cara tersebut
menyakiti
o Anjurkan klien
o Spiritual:
menirukan peragaan
zikir/doa,
yang sudah dilakukan.
meditasi
o Beri penguatan pada
sesuai
klien, perbaiki cara
agamanya
yang masih belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara

26
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel

8. Klien 8. Klien 8.1. Jelaskan manfaat


menggunakan menjelaskan: menggunakan obat
obat sesuai secara teratur dan
o Manfaat
program yang kerugian jika tidak
minum obat
telah menggunakan obat
o Kerugian
ditetapkan
tidak minum 8.2. Jelaskan kepada klien:
obat
o Jenis obat (nama,
o Nama obat
wanrna dan bentuk
o Bentuk dan
obat)
warna obat
o Dosis yang tepat
o Dosis yang
untuk klien
diberikan
o Waktu pemakaian
kepadanya
o Cara pemakaian
o Waktu
o Efek yang akan
pemakaian
dirasakan klien
o Cara
8.3. Anjurkan klien:
pemakaian
o Efek o Minta dan
yang menggunakan obat
dirasakan tepat waktu
o menggun o Lapor ke
akan obat perawat/dokter jika
sesuai mengalami efek yang
program tidak biasa
o Beri pujian
terhadap kedisplinan
klien menggunakan
obat.
Tgl Dx 2 Perencanaan Paraf

27
Kepera
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
watan

02/01 Ganggu TUM : Klien dapat 1.1 Setelah ... X 1.1 Bina hubungan 1.2
/2016 an mengontrol interaksi klien : saling percaya
proses wahamnya a. Mau menerima dengan klien
pikir : kehadiran perawat a. Beri salam
TUK :
waham disampingnya b. Perkenalkan diri,
1. Klien dapat b. Mengatakan mau Tanyakan nama,
membina menerima bantuan serta nama panggilan
hubungan perawat yang disukai
saling percaya c. Tidak menunjukkan c. Jelaskan tujuan
dengan tanda-tanda curiga interaksi
perawat d. Mengijinkan duduk d. Yakinkan klien
disamping dalam keadaan aman
dan perawat siap
menolong dan
mendampinginya
e. Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien
akan tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
g. Perhatikan
kebutuhan dasar dan
bantu pasien
memenuhinya
TUK : 1.2 Setelah ... X 1.2 Bantu klien untuk 1.3
interaksi Klien : mengungkapkan
Klien dapat
a. Klien menceritakan perasaan dan
mengidentifikasi
ide-ide dan pikirannya
perasaan yang
perasaan yang a. Diskusikan dengan
muncul secara
muncul secara klien pengalaman
berulang dalam
berulang dalam yang dialami selama

28
pikiran klien pikirannya ini termasuk
hubungan dengan
orang yang berarti,
lingkungan kerja,
sekolah, dsb
b. Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung atau
menentang
pernyataan
wahamnya
c. Katakan perawat
dapat memahami apa
yang diceritakan
klien
TUK : 1.3 Setelah ... X 1.3 Bantu klien 1.4
interaksi klien mengidentifikasi
Klien dapat
a. Dapat menyebutkan kebutuhan yang
mengidentifikasi
kejadian sesuai tidak terpenuhi serta
stresor atau
dengan urutan kejadian yang
pencetus
waktu serta harapan menjadi faktor
wahamnya
atau kebutuhan pencetus wahamnya
dasar yang tidak a. Diskusikan dengan
terpenuhi seperti klien tentang
harga diri, rasa kejadian-kejadian
aman, dsb traumatik yang
b. Dapat menyebutkan menimbulkan rasa
hubungan antara takut, ansietas
kejadian traumatik maupun perasaan
kebutuhan tidak tidak dihargai
terpenuhi dengan b. Diskusikan
wahamnya kebutuhan atau

29
harapan yang belum
terpenuhi
c. Diskusikan cara-cara
mengatasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
dan kejadian
traumatik
d. Diskusikan dengan
klien antara
kejadian-kejadian
tersebut dengan
wahamnya
TUK : 1.4 Setelah ... X 1.4 Bantu klien 1.5
interaksi klien mengidentifikasi
Klien dapat
menyebutkan keyakinan yang
mengidentifikasi
perbedaan salam tentan situasi
wahamnya
pengalaman nyata yang nyata (bila
dengan pengalaman klien sudah siap)
wahamnya a. Diskusikan dengan
klien pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi
b. Katakan kepada
klien akan keraguan
perawat tehadap
pernyataan klien
c. Diskusikan dengan
klien respon
perasaan terhadap
wahamnya
d. Diskusikan
frekuensi, intensitas
dan durasi terjadinya

30
waham
e. Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
TUK: 1.5 Setelah ... X 1.5 Diskusikan tentang 1.8
interaksi klien pengalaman-
Klien dapat
menjelaskan pengalaman yang
mengidentifikasi
gangguan fungsi tidak
konsekuensi dari
hidup sehari-hari menguntungkan
wahamnya
yang diakibatkan sebagai akibat dari
ide-ide atau wahamnya seperti
pikirannya yang :Hambatan dalam
tidak sesuai dengan berinteraksi dengan
kenyataan seperti : keluarga, Hambatan
a. Hubungan dengan dalam interaksi
keluarga dengan orang lain
b. Hubungan dengan dalam melakukan
orang lain aktivitas sehari-hari
c. Aktivitas sehari- 1.6 Ajak klien melihat
hari bahwa waham
d. Pekerjaan tersebut adalah
e. Sekolah masalah yang
f. Prestasi, dsb membutuhkan
bantuan dari orang
lain
1.7 Diskusikan dengan
klien tentang orang
atau tempat ia dapat
meminta bantuan
apabila wahamnya
timbul atau sulit di

31
kendalikan

TUK 1.6 Setelah ...X 1.8 Diskusikan hobi atau 1.14


interaksi klien aktivitas yang
Klien dapat
melakukan aktivitas disukainya
melakukan teknik
yang konstruktif 1.9 Anjurkan klien
distraksi sebagai
sesuai dengan memilih dan
cara menghentikan
minatnya yang melakukan aktivitas
pikiran yang
dapat menglihkan yang membutuhkan
terpusat pada
fokus klien dari perhatian dan
wahamnya
wahamnya keterampilan
1.10 Ikut sertakan
klien dalam aktivitas
fisik yang
membutuhkan
perhatian sebagai
pengisi waktu luang
1.11 Libatkan klien
pada topik-topik
yang nyata
1.12 Anjurkan klien
untuk bertanggung
jawab secara
personal dalam
mempertahankan
atau meningkatkan
kesehatan dan
pemulihannya
1.13 Beri
penghargaan bagi
setiap upaya klien
yang positif

32
TUK 1.7 Setelah ... X 1.14 Diskusikan 1.18
interaksi dengan dengan klien tentang
Klien dapat
klien, dapat manfaat dan
memanfaatkan
mendemonstrasikan kerugian tidak
obat dengan baik
penggunaan obat minum obat
dengan baik 1.15 Pantau klien saat
1.8 Setelah ... X penggunaan obat,
interaksi klien beri pujian jika klien
menyebutkan akibat menggunakan obat
berhenti minum dengan benar
obat tanpa 1.16 Diskusikan
konsultasi dengan akibat klien berhenti
dokter minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
1.17 Anjurakan klien
untuk konsultasi jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.

Tgl No. Diagnosa Rencana Keperawatan Para


Dx Kep f
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

11/ 3 Gangguan TUM :


02/ konsep diri Pasien
20 : Harga diri mempunyai harga
16 rendah diri

TUK :

1. Pasien bisa 1. 1.Setelah 4 kali


interaksi, pasien

33
membina menunjukkan 1. Bina hubungan
hubungan ekspresi wajah saling percaya
saling percaya bersahabat, dengan
dengan memperlihatkan rasa menggunakan
perawat senang, ada kontak prinsip komunikasi
mata, mau berjabat terapeutik :
tangan, mau  Sapa pasien
menyebutkan dengan ramah, baik
namanya, mau verbal maupun non
menjawab salam, verbal
pasien mau duduk  Perkenalkan diri
berdampingan dengan sopan
dengan perawat, mau  Tanyakan nama
mengutarakan lengkap dan nama
masalah yang panggilan yang
dihadapi disukai Residen
 Jelaskan tujuan
pertemuan
 Jujur dan
menepati janji
 Tunjukkan
empati dan
menerima pasien apa
adanya

 Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
pasien

2. Pasien dapat 1. Setelah 4 kali 1. Diskusikan dengan


mengidentifik interaksi pasien pasien tentang :
asi aspek menyebutkan :  Aspek positif yang
positif dan  Aspek dimiliki pasien,
kemampuan positif dan keluarga dan
yang dimiliki kemampuan yang lingkungan
dimiliki pasien  Kemampuan yang
 Aspek dimiliki pasien
positif keluarga 2. Bersama pasien buat
 Aspek daftar tentang :
positif lingkungan  Aspek positif pasien,
pasien keluarga, lingkungan

34
 Kemampuan yang
dimiliki pasien
3. Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi evaluasi
negatif

3. Pasien dapat 3. Setelah 4 1. Diskusikan


menilai kali interaksi dengan pasien
kemampuan pasien kemampuan yang
yang dimiliki menyebutkan dapat dilaksanakan
untuk kemampuan yang 2. Diskusikan
dilaksanakan dapat dilaksanaan kemampuan yang
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya

4. Pasien dapat 4. Setelah 4 kali 1. Rencanakan bersama


merencanakan interaksi pasien pasien aktifitas yang
kegiatan membuat dapat dilakukan tiap
sesuai dengan hari sesuai
rencana kegiatan
kemampuan kemampuan pasien :
yang dimiliki harian 2. Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi pasien
3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat pasien
lakukan
5. Pasian dapat 5. Setelah 4 kali 1.Anjurkan pasien untuk
melakukan interaksi pasien melaksanakan kegiatan
kegiatan melakukan yang telah
sesuai rencana kegiatan sesuai direncanakan
yang dibuat jadwal yang 2.Pantau kegiatan yang
dibuat dilaksanakan pasien
3.Beri pujian
4.Diskusikan
kemampuan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang

35
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1. Nama Pasien : Tn"H”
2. Umur : 33 Tahun
3. Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
4. Ruangan : Angsoka Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
5. No. RM :

TANGGAL CATATAN EVALUASI


PERKEMBANGAN

11-02-2016 DS:Klien mengatakan cepat S : Klien mengatakan merasa senang


tersinggung, mengamuk, dan sedikit tenang setelah
pernah memukul orang lain, berkenalan, mengungkapkan
merasa malu dengan orang keinginan memukul orang yang
lain, dirinya memiliki ilmu, mengejeknya.
pernah bekerja di luar
daerah, menganggap dirinya
memiliki kekuatan. O : - Klien mampu pukul kasur/ bantal

DO :Tatapan tajam, berbicara - Klien mampu berdiskusi


keras dan kacau, tentang kebuthan yang tidak
menyendiri, flight of ideas, terpenuhi
banyak enghabiskan waktu - Klien mampu melatih
di kamar. kemampuan positif satu yaitu
menggambar
Diagnosa keperawatan :

RPK, Waham: Kebesaran,


A : RPK masih ada, Waham masih
HDR
ada, HDR masih ada.
Kemampuan :

Klien mampu nafas dalam.


P:
Tindakan :
Latihan pukul kasur bantal 2x/hari dan
Melatih pukul kasur/ bantal saat ingin marah

36
Melatih kemampuanpositif satu Latihan menggambar 2x/hari
erdiskusi tentang kebutuhan
klien yang tidak terpenuhi.
Rencana tindak lanjut:

Latih mengontrol marah


secara verbal, latih
kemampuan positif kedua.

12-02-2016 DS : Klien mengatakan S :Klien merasa senang dan sedikit


terkadang masih cepat tenang setelah berlatih
tersinggung, mengamuk,
O:
merasa malu dengan
orang lain, mengatakan Klien belum mampu mengontrol
dirinya kuat. marah secara verbal
Klien mampu melatih kemampuan
DO : Tatapan masih tajam,
positif kedua: Merapikan tempat tidur
berbicara sedikit keras,
A :RPK masih ada, waham masih ada,
menyendiri, flight of
HDR berkurang
ideas.
P:
Diagnosa Keperawatan :
Latihan mengontrol marah secara
RPK, Waham: kebesaran,
verbal 2x/hari dan saat ingin marah
HDR
Latihan merapikan tempat tidur 2x/
Kemampuan : hari

Klien mampu nafas


dalam, pukul kasur
bantal, menggambar

Tindakan :

Melatih mengontrol marah


secara verbal
Melatih kemampuan positif
kedua.

37
Rencana Tindak Lanjut :

Latih mengontrol marah


secara spiritual

38
BAB IV
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Krisis merupakan suatu keadaan dilakukannya intervensi jangka
pendek yang terfokus pada upaya memobilisasi kekuatan-kekuatan dan
sumber-sumber klien untuk mengatasi suatu situasi krisis dan memperbaiki
tingkat penanggulangan, kepercayaan, dan pemecahan masalah.
Peran perawat dalam keperawatan jiwa krisis adapun perawat
memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis dan
bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis. Perawat di lingkungan
rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga berespons
terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian.
Perawat di lingkungan masyarakat (mis., kantor, klinik rumah,
sekolah, kantor) memberikan bantuan pada individu dan keluarga yang
mengalami krisis situasional dan perkembangan. Perawat yang bekerja
dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi dimana krisis
dapat terjadi.

3.2. Saran
Makalah ini disusun sebagai tambahanreferensi bagi mahasiswa
bidang kesehatan dan tenaga kesehatan lainya, mitra terkait dan siapa saja
yang berminat. Kekurangan yang ada dalam makalah selalu disempurnakan
melalui tekat dan semangat para pemakai yang merupakan modal utama
dalam menyempurnakan makalah pada penyusunan mendatang.

39
DAFTAR PUSTAKA

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik
Edisi 3. Jakarta: EGC.

Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC


Willy F. Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Perss

40

Anda mungkin juga menyukai