Anda di halaman 1dari 78

- Laporan Kasus-

KEJANG DEMAM SEDERHANA


Disusun oleh:
Ridho Ilham Fajri 04084882124001
Khaira Eskalatin 04084882225002
Nyimas Nurarianti Pratiwi 04084882225001

Pembimbing:
dr. Isnada, SpA

KELOMPOK STAF MEDIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUD DR.H. M. RABAIN MUARA ENIM
2023

1
OUTLINE
1. Pendahuluan

2. Status Pasien

3. Tinjauan Pustaka

4. Analisis Kasus

2
PENDAHULUAN

3
Kejang Demam
 Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (>
38 derajat).
 Klasifikasi Kejang demam  kejang demam sederhana
kejang demam kompleks.
 Faktor penyebab  demam, usia, riwayat kelurga, riwayat
prenatal ataupun riwayat perinatal
 Epidemiologi di Indonesia sendiri mencapai angka 2-5%.

4
STATUS PASIEN

5
STATUS PASIEN
IDENTITAS

6
STATUS PASIEN

Keluhan utama: Kejang


Keluhan tambahan: Demam tinggi dan BAB cair

7
STATUS PASIEN

Sejak ± 1 hari SMRS, pasien mengeluhkan demam tinggi.


Demam dirasakan bertambah tinggi pada sore sampai malam
hari namun suhu tidak diukur. Suhu tubuh turun saat diberikan
obat penurun panas namun pasien kembali demam. Keesokan
paginya demam turun namun tidak sampai normal. Suhu tubuh
pasien perlahan kembali naik dan tak lama kemudian pasien
mengalami kejang pada pukul 10.00 AM.
STATUS PASIEN

Kejang dirasakan kaku pada seluruh tubuh yang berlangsung


selama kurang dari 5 menit (±1 menit, 1 kali dalam 24 jam)
disertai muntah setelah kejang. Muntah berisi susu dan
makanan yang dikonsumsi pasien dan muntah tidak
menyemprot. Mulut berbusa tidak ada. Kejang berhenti dengan
sendirinya dan pasien sadar setelah kejang.
STATUS PASIEN
Keluhan kejang sudah pernah dialami oleh pasien saat usia 1
tahun selama kurang dari 1 menit yang sebelumnya didahului
oleh demam. Kemudian saat usia 2 tahun, pasien juga
mengalami kejang selama kurang dari 1 menit yang juga terjadi
saat pasien demam. Riwayat kejang tanpa disertai demam
tidak ada. Riwayat terbentur tidak ada, riwayat trauma tidak
ada.
STATUS PASIEN
Pasien juga mengalami BAB cair 1x berwarna kuning, BAB
berlendir tidak ada, BAB darah tidak ada. Nyeri perut tidak
ada, pasien masih mau minum dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat pasien sering jajan sembarangan ada. Riwayat sering
memasukkan tangan ke dalam mulut ada. Pasien kemudian
dibawa ke IGD RSUD Dr. H.M. Rabain Muara Enim untuk
tatalaksana lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat kejang sebelumnya ada pada usia 1 tahun dan 2
tahun. Kejang disertai demam berlangsung < 1 menit.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat darah tinggi pada Ayah dan riwayat kejang umur
1 tahun pada Ibu

8
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa Kehamilan : 37 minggu


Partus : P1A1
Tempat : Rumah Sakit
Ditolong Oleh : Dokter Obgyn
Tanggal : 15 Juli 2020
PBL : 45 cm
BBL : 2670 g
Lingkar Kepala : Ibu pasien lupa
LiLA : Ibu pasien lupa
9
Riwayat Makanan

• Riwayat mendapat ASI eksklusif hingga usia 3 bulan


• Pasien minum susu formula sampai sekarang
• Riwayat MPASI 6 bulan
• Riwayat makan makanan keluarga 12 bulan
• Riwayat alergi makanan tidak ada

10
Riwayat imunisasi
Imunisasi Dasar Ulangan

  Umur   Umur   Umur Umur

BCG 1 bln          

DPT1 2 bln DPT 2 3 bln DPT 3 4 bln  

Hepatitis B 1 2 bln Hepatitits B 2 3 bln Hepatitis B 3 4 bln  

Hib 1 2 bln Hib 2 2 bln Hib 3 4 bln  

Polio 1 2 bln Polio 2 3 bln Polio 3 4 bln  

Campak 9 bln     Polio 4 18 bln  

Kesan: Imunisasi dasar PPI lengkap sesuai usia, PCV, dan Rotavirus.

10
Riwayat Perkembangan
Gigi pertama : 8 bulan
Berbalik : 5 bulan
Tengkurap : 5 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berbicara mama papa : 16 bulan
Kesan : Riwayat perkembangan normal dan
sesuai usia 11
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran


: compos mentis (E4M6V5)
Suhu : 38,5oC
Frekuensi napas : 28x/menit
Tipe pernapasan : normal
Nadi : 160x/menit, isi dan tegangan cukup

12
PEMERIKSAAN FISIK
b. Antropometri
BB : 15 kg
BB Ideal : 12 kg
TB : 92 cm
LiLA : Tidak diperiksa
Lingkar kepala : Tidak diperiksa
BB/U : 0 SD < Z < 2 SD (normoweight)
TB/U : 0 SD < Z < 2 SD (normoheight)
BB/TB : 1 SD < Z < 2 SD (risk of overweight)
Status gizi : resiko gizi lebih
12
13
14
15
a. Kepala
PEMERIKSAAN FISIK
Bentuk KHUSUS
: Normocefali
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Pupil bulat, isokor, konjungtiva pucat (-/-), refleks
cahaya (+/+)
Hidung : Sekret (-), NCH (-)
Telinga : edema (-), sekret (-)
Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Lidah : atrofi papil lidah (-), coated tongue (+)
Faring/Tonsil : hiperemis (-), T1/T1
Leher
Inspeksi : simetris 16
PEMERIKSAAN FISIK
b. Paru-paru
KHUSUS
1) Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis kanan = kiri, retraksi dinding dada(-)
2) Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
3) Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
4) Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
c. Jantung

1. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


2. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
3. Perkusi : Batas jantung normal
4. Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
17
PEMERIKSAAN FISIK
d. Abdomen

1) Inspeksi
KHUSUS
: Cembung, lemas, venektasi (-), scar (-)
2) Auskultasi : Bising usus (+), normal
3) Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ballotement ginjal (-)
4) Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullness (-)
e. Ekstremitas

1) Superior : Simetris, deformitas (-), edema (-), atrofi (-), tremor (-), pergerakan
(lemah), chorea (-), akral hangat
2) Inferior : Simetris, deformitas (-), edema (-), atrofi (-), tremor (-), pergerakan
(lemah), chorea (-), akral hangat
f. Genitalia : Tidak dilakukan Pemeriksaan
18
PEMERIKSAAN FISIK
Gejala Rangsang Meningeal
KHUSUS Pemeriksaan Neurologis
-Kaku kuduk : (-)
-Brudiznski sign I dan II (-)
-Kernig sign (-)
Fungsi sensorik : dalam batas normal
Nervi cranialis : dalam batas normal
Refleks primitive : tidak ada

19
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

21
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

21
RESUME
Sejak ± 1 hari SMRS, pasien mengalami demam tinggi. Demam dirasakan
bertambah tinggi pada sore sampai malam hari, turun dengan obat penurun panas
namun demam lagi. Keesokan paginya demam turun namun tidak sampai normal,
kemudian perlahan kembali demam dan pasien mengalami kejang pada pukul 10.00
AM. Kejang dirasakan kaku pada seluruh tubuh yang berlangsung selama kurang
dari 5 menit (±1 menit, 1 kali dalam 24 jam) disertai muntah setelah kejang. Kejang
berhenti dengan sendirinya dan pasien sadar setelah kejang. Keluhan kejang sudah
pernah dialami oleh pasien saat usia 1 tahun selama kurang dari 1 menit yang
sebelumnya didahului oleh demam. Kemudian saat usia 2 tahun, pasien juga
mengalami kejang selama kurang dari 1 menit yang juga terjadi saat pasien demam.
Pasien juga mengalami BAB cair 1x berwarna kuning, BAB berlendir tidak ada,
BAB darah tidak ada. Riwayat pasien sering jajan sembarangan ada. Riwayat
sering memasukkan tangan ke dalam mulut ada.
RESUME
Pemeriksaan tanda vital pasien didapatkan suhu tubuh 38,5 oC, frekuensi napas
28x/menit dengan tipe pernapasan abdominotorakal, nadi 160x/menit, isi dan
tegangan cukup. Pada pemeriksaan fisik spesifik pasien masih dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb meningkat sedikit, eosinofil
menurun, neutrofil menurun, limfosit meningkat, monosit meningkat, glukosa
sewaktu meningkat, dan tes widal positif.
DAFTAR MASALAH DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang
- Kejang Demam Sederhana + Demam
2. Demam
Tifoid
3. BAB Cair
- Kejang Demam Kompleks + Demam
Tifoid
DIAGNOSIS - Meningitis + Demam Tifoi
- Ensefalitis + Demam Tifoid
Kejang Demam Sederhana +
Demam Tifoid

22
TATALAKSANA
A. Pemeriksaan Anjuran
- Pemeriksaan darah rutin (hemoglobin, eritrosit, hematokrit, leukosit,
trombosit, hitung jenis)
- Pemeriksaan elektrolit
B. Terapi
Non Farmakologis: tirah baring
Farmakologis:
• IVFD KAEN 1B gtt xv/menit (makro)
• Ceftriaxone 1 x 1200 dalam D5 100 cc
• Inj. Paracetamol 3 x 15 cc
• Diazepam rektal 10 mg

23
TATALAKSANA
C. Monitoring
- Observasi suhu dan kejang

D. Edukasi
- Menjelaskan mengenai penyakit yang dialami pasien
- Menjelaskan hal – hal yang harus dikerjakan bila anak kejang kembali
- Menjelaskan cara pemberian obat diazepam rektal saat anak kejang
- Menjelaskan prognosis dari penyakit yang dialami pasien

23
Tanggal Catatan Kemajuan Pasien Rencana Tatalaksana Paraf
4/1/23 S:  
P:
  Demam (+) sub febris, kejang
- IVFD KAEN 1B
  (-), pilek (+)
gtt xv/menit
    (makro)
O:
  KU: tampak sakit ringan - Ceftriaxone 1 x
  Kesadaran: CM (E4M6V5) 1200 dalam D5
  Nadi: 112 x/menit, isi dan 100 cc
  tegangan cukup - Inj. Paracetamol 3
  RR: 33x/menit x 10 cc (jika suhu
  T: 36,8oC
> 38oC)
  SpO2: 92%  

   
Kepala: wajah sembab (-),

  edema palpebra (-/-),

  konjungtiva pucat (-), NCH (-)


  Thorax: statis dan dinamis
  simetris kanan dan kiri,
retraksi
  (-)
TINJAUAN PUSTAKA

26
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
- 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 oC, dengan metode
pengukuran apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intracranial.
Keterangan:
1. Kejang terjadi bukan karena gangguan elektrolit atau metabolik lainnya.
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, tidak disebut sebagai kejang
demam.
3. Anak berumur 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang
sekali.
4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan termasuk kejang neonates.

28
KEJANG DEMAM
Faktor Risiko

29
Patofisiologi KEJANG DEMAM

29
KEJANG DEMAM

Klasifikasi
1. Kejang Demam Sederhana
2. Kejang Demam Kompleks

29
KEJANG DEMAM
SEDERHANA
• Serangan kejang demam pertama usia 6 bulan – 6 tahun
• Lamanya < 15 menit
• Bersifat tonik dan atau klonik
• Tidak berulang dalam 24 jam
• Sebagian besar berlangsung 5 menit dan berhenti sendiri

30
KEJANG DEMAM
KOMPLEKS
• Kejang lama (>15 menit)
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
• Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

31
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
Laboratorium

Tidak rutin dilakukan, untuk evaluasi sumber infeksi penyebab demam

33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
EEG

EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan


epilepsi atau kejang demam yang berulang. Saat ini EEG tidak lagi
dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana.

33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan LCS
DIAGNOSIS

Dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.


Indikasi lain jika:
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya
telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat
mengaburkan tanda dan gejala meningitis. 33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
Radioimaging

• Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak


rutin dilakukan
• Bila terdapat indikasi, seperti kelainan neurologis fokal yang
menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.

33
Tatalaksana Kejang TATALAKSANA

34
TATALAKSANA
Tatalaksana Demam

Dapat diberikan parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam
atau ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

Antikonvulsan Intermitten

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan 12 kg), sebanyak 3 kali sehari dengan dosis
maksimal 7,5 mg/kali. Pemberian hanya selama 48 jam pertama demam. 34
TATALAKSANA
Antikonvulsan rumat

Indikasi: Pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek.
Jenis obat: Asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis atau
fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1
tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam tidak membutuhkan
tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam

34
TATALAKSANA
Antikonvulsan rumat

Indikasi pengobatan rumat:


1. Kejang fokal
2. Kejang lama > 15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

34
TATALAKSANA

Antikonvulsan rumat

Jenis obat: Asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis atau
fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1
tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam tidak membutuhkan
tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam

34
EDUKASI

Menyampaikan kepada orangtua mengenai kemungkinan terjadi kejang kembali,


selain itu sampaikan kepada orangtua/wali pasien mengenai hal-hal yang harus
dilakukan apabila pasien mengalami kejang

35
EDUKASI
Yang harus dilakukan apabila pasien mengalami kejang:

a. Tetap tenang dan tidak panik


b. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
c. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung
d. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
e. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang

35
EDUKASI
Yang harus dilakukan apabila pasien mengalami kejang:

f. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang


g. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit.
Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh
diberikan satu kali oleh orangtua
h. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih,
suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti dengan diazepam
rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.

35
PROGNOSIS
• Prognosis kejang demam secara umum sangat baik.
• Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.
• Dan juga kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
• Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang sebelumnya normal.
• Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal.
35
DEMAM TIFOID

Definisi

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Gram-


negatif Salmonella enterica subspesies enterica serovar
Typhi (S. Typhi).

28
Etiologi

Agen penyebab utama demam tifoid adalah Salmonella typhi

ditularkan melalui rute fekal-ora l

melalui air yang terkontaminasi, makanan yang kurang matang, muntah dari pasien yang
terinfeksi, dan lebih sering terjadi di daerah dengan kepadatan penduduk, dan sanitasi
yang buruk

Penyakit ini ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain, karena manusia
adalah satu-satunya inangnya
Epidemiologi

> 26,9 juta kasus demam tifoid per


tahun (1% diantaranya Insidensi di Indonesia  350-810
mengakibatkan kematian) per 100.000 penduduk
Sebagian besar terjadi di Asia.

Prevalensi di Indonesia  1,6%


Di Indonesia  Endemis
Urutan ke-5 penyakit menular
Banyak ditemukan di kota besar
pada semua umur di Indonesia
Faktor Risiko

Sanitasi yang buruk Kepadatan penduduk

Penanganan makanan yang


tidak tepat
Patofisiologi

Salmonella typhi/ Salmonella paratyphi mencapai usus halus dan invasi


jaringan limfoid (plak peyer)

Melalui saluran limfe mesenterik kuman masuk ke aliran darah sistemik


(Bakteremia I) mencapai RES  Fase inkubasi (7-14 hari)

Bakteri masuk ke sirkulasi sitemik (Bakteremia II) melalui ductus torakikus


mencapai limpa, usus halus, dan kandung empedu
Patofisiologi

Kuman Salmonella menghasilkan endotoksin

Endotoksin bersifat pirogenik serta memperbesar reaksi


peradangan

Endotoksin juga berperan sebagai stimulator yang kuat untuk


memproduksi sitokin

Sitokin ini yang berperan sebagai mediator timbulnya demam


dan gejala toksemia (proinflammatory)
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Demam > 7 hari, remiten, naik
secara bertahap tiap hari (step
ladder)

Gangguan GIT: anoreksia, nyeri


perut, kembung, diare, muntah

Anamnesis Delirium, malaise, letargi, nyeri


kepala

Penurunan kesadaran, kejang,


dan icterus (demam tifoid berat)

Hygiene personal dan sanitasi


kurang
Diagnosis
Typhoid tounge

Rose spot

Bradikardi relatif
Pemeriksaan Fisik

Meteorismus

Hepatomegali

Penurunan kesadaran
Klasifikasi
Panas >7 hari + Gangguan GIT,
Demam Tifoid
Hepatomegali, tidak ditemukan
Klinis
penyebab lain demam

Demam tifoid klinis + Salmonella


Demam Tifoid typhi (+) pada biakan darah, urin,
dan/ atau serologis
Klasifikasi demam
Tifoid Demam tifoid + >minggu ke-2 sakit,
toksik, dehidrasi, delirium jelas,
Demam Tifoid hepatomegaly, dan atau splenomegaly,
Berat leukopeni, aneosinofilia, SGOT/SGPT
meningkat

Ensefalopati Demam tifoid + 1 atau lebih gejala


Tifoid/ Tifoid (kejang, penurunan kesadaran,
Toksik kesadaran berubah)
Pemeriksaan Penunjang
Darah tepi  Anemia, leukopenia, limfositsis relatif, Aneosinofilia,
trombositopenia

Serologi  Antibodi anti-Salmonella O9; kadar IgM dan IgG anti- Salmonella

Biakan  Darah; Urin; Tinja; sumsum tulang

Radiologi  Foto thoraks; Foto abdomen

Biakan feses

EKG
Tirah baring Cairan yang cukup
Non-farmakologi
Kalori & protein
Nutrisi
sesuai

Kloramfenikol 50-
Diet rendah serat
100 mg. kg/ hari;

amoksisilin 150-200
Lini Pertama:
Tatalaksana mg/kg/ hari;

kotrimoksazol TMP 4
mg/kg/kali
Antibiotik

Seftriakson
Antipiretik 80mg/kg/hari;
Lini kedua:
Farmakologi cefixime 10-15
Antiemetik mg/kg/hari

kotrtikosteroid
Edukasi dan Pencegahan

Tersedia air Keamanan


Sanitasi
bersih pangan

Tersedia Perbaiki makan


Cuci tangan
jamban yang dengan gizi
dengan sabun
sehat seimbang
Prognosis

Prognosis bergantung pada kecepatan diagnosis dan pemilihan


terapi antibiotik yang tepat.

2-4% anak yang terinfeksi mungkin mengalami kekambuhan


setelah respons klinis awal terhadap pengobatan.

Risiko untuk menjadi carrier rendah pada anak-anak (<2% untuk


semua anak yang terinfeksi) dan meningkat seiring
bertambahnya usia.
ANALISIS KASUS

40
An. GZD, 2 tahun 5 bulan, pasien mengeluh demam tinggi 1
hari yang lalu kemudian diikuti kejang.

• Kejang diawali mata mendelik ke atas, • Kejang diawali dari kelonjotan


kelonjotan di seluruh tubuh, Sebagian tubuh
• durasi kurang lebih 1 menit, • durasi > 15 menit,
• terjadi satu kali dalam kurun waktu • terjadi > 1 kali dalam kurun waktu 24
24 jam, Pasien sadar setelah kejang. jam

Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks

41
41
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 ⁰C,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial.

Kasus:
1. Kejang 4. Pasien sadar setelah kejang

2. Usia 2 tahun 5 bulan 5. Kaku pada tengkuk (-)

3. Demam tinggi 6. Kelemahan lengan dan tungkai (-)


7. GRM (-)

42
An. GZD, 2 tahun 5 bulan, pasien mengeluh demam tinggi
dan BAB cair

• Demam
• BAB cair tidak berlendir, tidak berdarah, dan lebih
banyak ampas
• Pada pemeriksaan fisik, terdapat coated tongue
• Pada pemeriksaan lab, tes widal 1/320 s. typhi O ↑

Demam Tifoid

41
KEJANG DEMAM

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks

kejang demam sederhana adalah durasi kejang demam kompleks adalah kejang > 15
kejang < 15 menit, bentuk kejang umum menit, bentuk kejang fokal, dan berulang atau
(tonik dan atau klonik), dan tidak lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
berulang dalam waktu 24 jam

Pada kasus, kasus termasuk kedalam kejang demam sederhana karena kejang
berlangsung selama ± 1 menit atau tidak lebih dari 15 menit, kejang umum (tonik
dan atau klonik) dan kejang tidak berulang dalam 24 jam.

43
TATALAKSANA

• IVFD KAEN 1B untuk terapi cairan maintenance gtt 15x/m

• Paracetamol sebagai antipiretik apabila demam: 3 x 10 cc (10-15


mg/kgBB/kali) dan dapat diulang tiap 4-6 jam

• Ceftriaxone 1200 mg IV (dosis 80 mg/kgBB perhari) karena demam


tifoid merupakan infeksi bakteri sehingga perlu diberikan antibiotik

• diazepam rektal 10 mg (BB >10 kg dosis 10 mg) sebagai antikonvulsan


Terdapat risiko berulangnya kejang apabila:
Prognosis pasien
• Ada riwayat kejang demam atau epilepsi
quo ad vitam bonam dalam keluarga
quo ad sanationam dubia ad bonam • kejang terjadi pada usia <12 bulan

quo ad functionam bonam • suhu tubuh <39oC saat kejang


• interval waktu singkat antara awitan demam
& kejang

Pada kasus, didapatkan ibu kandung pasien memiliki riwayat kejang


demam dan suhu pasien saat kejang 38,5 oC sehingga pasien memiliki
risiko berulang terjadinya kejang demam
Terimakasih

44

Anda mungkin juga menyukai