Meningitis Bakterialis
Disusun oleh:
12100117153
Preceptor:
RS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2018
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. H
Usia : 10 tahun
Agama : Islam
AYAH
Nama : Tn. A
Usia : 34 tahun
Pendidikan : SMA
IBU
Nama : Ny. A
Usia : 34 tahun
Pendidikan : D3
Anamnesis
30 menit SMRS. Keluhan tersebut terjadi secara perlahan diawali gelisah sejak
Lima belas menit kemudian pasien mengalami kejang. Kejang berupa kaku
seluruh tubuh. Kejang terjadi selama kurang dari 5 menit, dan pasien tidak
sadarkan diri setelah kejang. Sekitar 1 jam kemudian pasien mengalami kejang
lagi dengan karakteristik dan durasi yang sama. Pasien kembali mengalami kejang
beberapa jam kemudian dengan karakteristik yang sama dan durasi yang lebih
singkat. Pasien masih belum sadar hingga beberapa jam kemudian pasien mulai
berbicara meracau. Keluhan tersebut diawali demam dan nyeri kepala yang terjadi
kenaikan dan penurunan suhu tubuhnya dan penurunan suhu tubuh dirasa
mencapai suhu normal. Orang tua pasien mengatakan demam tidak terlalu tinggi
namun semakin lama suhu tubuh dirasa mengalami kenaikan. Keluhan juga
Keluhan penurunan kesadaran tidak disertai dengan leher terasa kaku, dan
perasaan silau. Keluhan demam tidak disertai adanya ruam atau bintik kemerahan
di seluruh tubuh, nyeri perut, nyeri sendi, BAB cair dan keluhan berkemih. Pasien
menyangkal riwayat adanya nyeri atau keluar cairan dari telinga, nyeri kepala
kronis yang semakin memberat, atau penurunan berat badan dengan pola dan
nafsu makan yang baik. Tidak terdapat riwayat berpergian antar pulau selama satu
bulan sebelumnya.
Pasien sudah mengobati keluhan demamnya ke klinik 5 hari SMRS dan
diberikan obat penurun panas sehingga keluhan panasnya hilang. Pasien juga
dicek darah dan hasilnya tidak mengarah ke penyakit tifoid atau demam berdarah.
Beberapa minggu sebelum demam pasien mengalami batuk dan pilek yang
sembuh sendiri dengan durasi kurang dari 1 minggu. Keluhan kejang baru pertama
kali dirasakan.
Pasien dilahirkan dari ibu G1P1 dengan usia kehamilan cukup bulan. Selama
kehamilan ibu rutin melakukan pemeriksaan ke bidan di dekat rumahnya. Pada saat
hamil tidak terdapat riwayat infeksi, penggunaan obat-obatan tertentu selain dari
dokter, atau riwayat trauma. Pasien lahir spontan dibantu dokter anak dengan letak
Riwayat Makanan
Riwayat Imunisasi
Bulan
0 Hepatitis B
1 BCG
2 DPT-Hb-Hib 1, Polio 2
3 DPT-Hb-Hib 2, Polio 3
4 DPT-Hb-Hib 3, Polio 4
9 Campak
Motorik Kasar
Motorik Halus
sekitar.
Sosial
sekolahnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital:
TD : 135/90 mmHg
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 35,7oC
Status Gizi
• Berat Badan : 39 kg
TB/U : di garis 0 SD
1. Kepala
Hidung : Letak normal, PCH (-), sekret -/-, crusta darah -/-
2. Leher
3. Thorax
Paru
Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung S1- S2, regular murni, gallop (-), murmur (-)
4. Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timfani
Auskultasi : Bising usus (+), normal
8. Pemeriksaan Neurologis:
Rangsang meningen:
Brudzinski I -/-
Brudzinski II +/+
Brudzinski IV -/-
Reflex fisiologis:
Refleks patologis:
Babinski -/-
Chaddok -/-
Oppenheim -/-
Gordon -/-
Motorik:
5 5
5 5
menit kemudian pasien mengalami kejang. Kejang tonik general selama < 5
menit, dan pasien tidak sadar setelah kejang. Sekitar kurang dari 1 jam kemudian
pasien mengalami kejang lagi dengan karakteristik dan durasi yang sama. Pasien
sama dan durasi yang lebih singkat. Beberapa jam kemudian kesadaran pasien
menjadi delirium.
dan penurunan suhu tubuhnya dan penurunan suhu tubuh dirasa mencapai suhu
normal. Orang tua pasien mengatakan demam tidak terlalu tinggi namun progresif.
Keluhan juga disertai adanya riwayat nyeri kepala dan muntah sebanyak 2x.
Beberapa minggu sebelum demam pasien mengalami batuk dan pilek yang
sembuh sendiri dengan durasi kurang dari 1 minggu. Keluhan kejang baru pertama
kali dirasakan.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda Vital
TD : 135/90 mmHg
Nadi : 157 kali/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 35,7oC
Brudzinski II +/+
Diagnosis Kerja
Meningitis Bakterialis
4. Tatalaksana
BB = 37kg
Kebutuhan cairan =
100 x 10 = 1000
50 x 10 = 500
20 x 19= 380
Total kebutuhan cairan : 1.880 ml
1880:72 = 13 gtt/menit makro
Makro: 154/3= 50 gtt/menit makro
Pada pasien kaen 1B 8gtt/menit makro, berarti jumlah cairan sisanya
dianjurkan untuk diminum
2. Darah serial (Hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit, hitung jenis)
Kebutuhan Nutrisi :
Medikamentosa
- Valisanbe 5mg IV
- Dexamethason 1amp IV
- Manitol 200ml IV
- Ceftriaxone 1x2gr IV
- Omeprazol 2x20mg IV
- Dulcolax supp
- Breathy nasal drop 3x1 tetes
5. Edukasi
6. Prognosis
7. Follow up
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Meningitis Bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak dan
medulla spinalis yang disebabkan oleh bakteri pathogen. Peradangan tersebut
mengenai araknoid, piamater; dan cairan serebrospinalis. Peradangan ini dapat meluas
melalui ruang subarachnoid sekitar otak, medulla spinalis, dan ventrikel. Penyakit ini
menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%).
II. Etiologi
Usia <1 bln : E. Coli, Streptokokus Grup B, L. Monocytogenes
1-3 bln : E. Coli, S. Grup B, L. Monocytogenes, H. Influenzae type b, S.
Pneumoniae
3 bln – 18 th : H. Influenzae, N. Meningitidis, S. Penumoniae
Pasien mengeluhkan gejala demam dan nyeri kepala sejak 1 minggu lalu, kejang
sebanyak 3x dengan durasi kurang lebih 5 menit, mual-muntah 2x, gelisah dan
penurunan kesadaran. Brudzinski II +/+
V. Patogenesis
Pada pasien ini, diawali dengan batuk pilek (infeksi saluran pernapasan atas) beberapa
minggu yang lalu. Kemudian berlanjut ke bacteremia hingga menginfeksi meningens,
menyebabkan edema interstitial. Kemudian muncul manifestasi TTIK di awal, yaitu
mual muntah, nyeri kepala dan penurunan kesadaran.
VII. Tatalaksana
Analisis yang tepat dan segera dari pemeriksaan klinis dan temuan
dari pemeriksaan LSS merupakan hal yang krusial dalam
pengelolaan penderita.
Antibiotik segera diberikan sesudah diagnosis meningitis bakterialis
ditegakkan
Medikamentosa
Diawali dengan terapi empiris, kemudian disesuikan dengan hasil biakan
dan uji resistensi. (lihat algoritme)
Terapi empirik antibiotik
-Usia1-3 bulan : - Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4
dosis + sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
- Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis- Usia > 3
bulan : - Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis,
atau- Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau - Ampisislin
200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Jika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik disesuaikan dengan
hasil kultur dan resistensi.
Deksametason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 4 hari.
Injeksi deksametason diberikan 15-30 menit sebelum atau pada saat
pemberian antibiotik.
Lama pengobatan tergantung dari kuman penyebab, umumnya 10-14
hari
Bedah
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada komplikasi
seperti empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus.
Suportif
- Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah hari ke-3 dan
ke-4. Tanda vital dan evaluasi neurologis harus dilakukan secara teratur.
Guna mencegah muntah dan aspirasi sebaiknya pasien dipuasakan lebih
dahulu pada awal sakit.
- Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak dengan ubun-
ubun besar yang masih terbuka.
- Peningkaan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate Antidiuretic
Hormone (SIADH), kejang dan demam harus dikontrol dengan baik.
Restriksi cairan atau posisi kepala lebih tinggi tidak selalu dikerjakan
pada setiap anak dengan meningitis bakterial.
- Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis SIADH
ditegakkan jika terdapat kadar natrium serum yang < 135 mEq/L (135
mmol/L), osmolaritas serum < 270 mOsm/kg, osmolaritas urin > 2 kali
osmolaritas serum, natrium urin > 30 mEq/L (30 mmol/L) tanpa adanya
tanda-tanda dehidrasi atau hipovolemia. Beberapa ahli
merekomendasikan pembatasan jumlah cairan dengan memakai cairan
isotoni, terutama jika natrium serum < 130 mEq/L (130 mmol/L).
Jumlah cairan dapat dikembalikan ke cairan rumatan jika kadar natrium
serum kembali normal.
Pemantauan
Terapi
i. Untuk memantau efek samping penggunaan antibiotik dosis
tinggi, dilakukan pemeriksaan darah perifer, uji fungsi hati, dan
uji fungsi ginjal bila ada indikasi