Anda di halaman 1dari 61

CASE REPORT SESSION

AFIFAH SEPTIVANI
12100118149
PRESEPTOR: dr. Wiwiek Setyowulan, SpA. M.Kes.
KETERANGAN UMUM

Nama : By. N.M.Y.


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tgl lahir : Bandung, 13 Mei 2018
Umur : 6 bulan 27 hari
Alamat : Hj. Ibrahim haji
Tgl masuk : 2 Desember 2018
Tgl pemeriksaan : 5,6,7,8,9,10,11 November 2018
Identitas Orang Tua

• Nama : Tn. RS • Nama : Ny. AH


• Usia : 29 tahun • Usia : 29 tahun
• Pekerjaan : Swasta • Pekerjaan : IRT
• Pendidikan: S1 • Pendidikan: S1
• Alamat : Hj. Ibrahim haji • Alamat : Hj. Ibrahim haji
ANAMNESIS (Alloanamnesis)

Demam

Bayi N.M.Y. dibawa oleh orang tuanya ke IGD Rumah Sakit Al-Islam dengan
keluhan demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam terjadi tiba-tiba dan
suhunya naik turun. Suhu tubuh naik terutama saat malam hari tetapi terkadang tidak
tentu bisa naik saat siang hari atau pagi hari, suhu turun setelah diberikan obat penurun
panas. Suhu tubuh turun hanya beberapa jam setelah itu meningkat kembali. Suhu
tubuh awalnya hanya sekitar 37,6 derajat celcius semakin hari demam semakin naik
menjadi 39,9 derajat celcius walaupun disertai penurunan suhu yang tidak mencapai
suhu normal.
Ibu pasien mengatakan sebelum demam terjadi BAB cair hanya 1 kali 2 hari sebelum demam.
BAB cair, berwarna kuning, tidak berlendir dan tidak berdarah. Ibu pasien mengatakan bahwa demam
disertai dengan perut kembung. Perut kembung sejak 1 hari yang lalu bersamaan dengan demam. Ibu
pasien menyangkal adanya kejang, penurunan kesadaran, menggigil, batuk, pilek, muntah, mual, dan
mencret saat demam. Ibu pasien juga menyangkal bayi rewel atau menangis saat mengeluarkan BAK. Ibu
mengatakan bayi BAK tidak sering, BAKnya normal dan mengganti popok 4 kali sehari. Ibu menyangkal
adanya kemerahan pada sekitar urethra dan sekitar anus bayi. Ibu menyangkal bayi memiliki riwayat
kontak dengan penderita TB, menyangkal batuk >2 minggu yang disertai riwayat BB tidak naik. Ibu pasien
menyangkal adanya penurunan nafsu makan pada bayi dan menyangkal sering demam sejak 1 sampai 2
bulan terakhir. Ibu juga menyatakan tidak ada keluarnya cairan dari telinga. Ibu pasien juga menyangkal
adanya kemerehan atau ruam-ruam merah pada kulit bayi saat demam. Ibu pasien juga menyangkal
adanya mimisan ataupun perdarahan gusi pada bayi. Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
sama dengan pasien.
Ibu pasien mengatakan setiap diberikan susu formula, botol susu dibersihkan terlebih dahulu,
dan keadaan air dirumah bersih. Orang yang serumah dan tetangga tidak ada yang sedang terkena
demam dengue ataupun memiliki gejala yang sama dengan pasien.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dibawa ke tempat daerah endemis malaria. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien sering dibawa keluar rumah dan ketempat yang ramai. Ibu pasien
mengatakan bahwa saat membersihkan urethra pasien itu dari urethra lalu ke anus. Ibu pasien mengatakan
kakak pasien meninggal karena diare lalu kejang saat usia 8 bulan. Pada saat datang ke IGD pasien sudah
diberikan obat tempra penurun panas dan cefadroxil. Pasien dirawat inap di RS Muhammadiyah Bandung.
Pada hari perawatan pertama ibu pasien mengatakan pasien masih demam dengan suhu 38,9 derajat celcius
tanpa adanya keluhan lain, dokter mendapatkan pasien juga disertai takipnea dan ubun-ubun cembung
sehingga pasien diberi diagnosis suspek infeksi saluran kemih dan suspek meningitis bakterialis dengan
diagnosis banding meningitis mixed type sehingga dilakukan pemeriksaan urin rutin, gula darah sewaktu
(GDS), lumbal pungsi, tes mantoux atau ppd, rontgent thorax, dan usg kepala. Hasil dari pemeriksaan urin
rutin didapatkan berat jenis: 1010; pH:7,5; urobilin normal; leukosit: banyak; eritrosit 3-7; sel epitel (+); lain-
lain tidak ada. GDS memberikan hasil 93 mg/dL. Hasil dari lumbal pungsi didapat gula:60; protein:192; jumlah
sel:40; mn:63; pmn: 37. Pasien diberi terapi obat tempra, cefotaxime, ceftriakson, dan diberi cairan ringer
lactat. Tanda vital yang didapatkan suhu 36,5 derajat celcius yaitu tidak ada demam, dan respirasi serta nadi
normal, tetapi ubun-ubun masih cembung, sehingga diagnosis ditetapkan menjadi infeksi saluran kemih +
suspek meningitis bakterialis. Diagnosis banding ensefalitis cmv, ensefalitis tokso, dan meningitis tb.
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Saat usia 3 hari setelah lahir, pasien dirawat
dirumah sakit 2 kali dengan penyakit yang sama yaitu
neonatus hiperbilirubinemia ec abo icompatibility. Rawat
inap pertama selama 4 hari, rawat inap kedua 6 hari.

Riwayat Penyakit Keluarga


Kakak pasien meninggal dunia saat usia 8 bulan
dikarenakan diare yang terus menerus lalu kejang.
Anggota keluarga tidak memiliki keluhan yang sama
seperti pasien dan tidak memiliki riwayat penyakit.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien lahir dari ibu P2A0 dengan usia


kehamilan cukup bulan. Bayi lahir secara spontan.
Bayi lahir menangis spontan, gerakan aktif, tidak ada
penyulit seperti kebiruan dan lilitan tali pusat.
Terdapat riwayat kuning pada bayi saat usia 3 hari
dan sempat dirawat di Rumah Sakit. Berat badan saat
lahir adalah 2950 gram dengan panjang badan saat
lahir 48 cm.
Selama kehamilan ibu tidak mengalami
penyakit kronis apapun, ibu tidak meminum jamu
dan herbal, obat-obatan yang diminum sesuai dengan
yang diberikan oleh dokter dan bidan.
Riwayat Nutrisi

0 – 3 bulan : ASI Ekslusif


3 – 6 bulan : Susu Formula
6 – sekarang (6 bulan 27 hari): Susu formula + MP-ASI
2 minggu pertama diberikan bubur susu, > 2 minggu
diberikan bubur nasi.
Riwayat Imunisasi

Hepatitis B  usia 0 hari


BCG, polio 1 usia 1 bulan
DPT-HB-Hib 1, Polio 2, PCV 1,
rotavirus 1  2 bulan
DPT-HB-Hib 2, Polio 3 3 bulan
DPT-HB-Hib 3, Polio 4, PCV 2,
rotavirus 2  4 bulan
PCV 3, Rotavirus 3 -> 6 bulan
Riwayat
Pertumbuhan & Perkembangan
Motorik Kasar : Membalik, tengkurap, kepala tegak saat balik
badan, merangkak sedikit-sedikit, aktif menggerakkan tangan
dan kaki.

Motorik halus :Meraih benda-benda, memegang jari-jari,


mengikuti arah benda.

Bahasa :mengucapkan ooh aah, bereaksi saat


mendengarkan suara, tertawa, tersenyum.

Sosial : menatap muka, membalas senyum,


tersenyum, mengamati tangan, tepuk tangan.
Kesimpulan: tumbuh kembang susai dengan usia
Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : compos mentis


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tanda vital :
HR : 126 kali/menit, reguler, equal, isi cukup
Respirasi : 28 kali/menit, reguler
Suhu : 36,8O C
Pemeriksaan Fisik
Antropometri :
- Umur : 6 bulan 27 hari
- BB : 8,2 Kg
- TB : 66 cm
- BB/U : 0 sd 2 SD (Gizi baik)
- TB/U : -2 sd 0 SD (Perawakan normal)
- BB/TB : 1 sd 2 SD
- Status Gizi : Gizi Baik dengan Perawakan Normal
Pemeriksaan Fisik

Bentuk : normosefal, fontanel belum menutup,


fontanel cembung.
Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
Rambut : hitam, halus, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera icteric -/-,
pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+
Telinga : simetris, bentuk normal, sekret (-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-/-), pch (-)
Mulut : Mukosa oral basah, bibir lembab, perioral
sianosis (-), typhoid tongue (-), geographic tongue (-), faring
tidak dapat dinilai, tonsil sulit dinilai
Pemeriksaan Fisik

Leher
JVP :tidak meningkat
KGB :tidak teraba pembesaran KGB,
retraksi :suprasternal (-)
Thorax
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi interkostal (-)
Palpasi : pergerakan nafas simetris
Perkusi : sonor kanan kiri sama.
Auskultasi :
Bunyi paru anterior : VBS kanan=kiri, ronkhi (-/-),wheezing (-/-), slam (-/-)
Bunyi paru posterior : VBS kanan=kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), slam (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis terletak di ICS IV midclavicular line
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1/S2 murni regular, murmur (-)
gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : cembung, lembut, nyeri tekan (-), retraksi
epigastrik (-).
Palpasi : lembut, hepar teraba 2 cm BAC dan limpa tidak
teraba.
Perkusi : timpanik.
Auskultasi : bising usus (+) normal.
AnoGenital : dalam batas normal, perempuan, perianal
rash (-).
Ekstremitas
Bentuk normal, deformitas (-)
Akral hangat
CRT < 2 detik
Pemeriksaan Fisik
Neurologis:
Refleks Patologis
babinski (-/-)
chaddock (-/-)
oppenheim (-/-)
Refleks fisiologis meningeal sign
Biceps (+/+) kaku kuduk (-)
Triceps (+/+) brudzinski I, II, III (-)
Patellar (+/+) kernig sign (-)
Achilles (+/+)
Pasien bayi perempuan berusia 6 bulan 27 hari dengan status gizi
baik, perawakan normal datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 1 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam terjadi naik turun, naik terutama
pada sore ke malam hari. Demam turun hanya ketika diberi obat penurun panas,
turun suhu tidak pernah mencapai normal. Suhu masih tetap naik setelah
beberapa jam diberik obat. Demam semakin memburuk dari suhu 37, 6 derajat
celcius menjadi 39,9. derajat celcius di malam hari. Sebelum demam terdapat
BAB cair hanya 1 kali sejak 2 hari sebelum demam muncul, tetapi sudah sembuh
sebelum demam muncul. Demam disertai dengan perut kembung. Perut
kembung muncul bersamaan dengan demam.
Pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, TTV dalam batas normal kecuali
suhu tubuh meningkat yaitu 39,9 derajat celcius, fontanel cembung, reflex
fisiologis (+), reflex patologis (-), meningeal sign (-).
1. Infeksi Saluran Kemih + Meningitis Bakterialis
2. Infeksi Saluran Kemih + Meningitis Mixed Type
3. Infeksi Saluran Kemih + Ensefalitis CMV
4. Infeksi Saluran Kemih + Ensefalitis Toxo
5. Infeksi Saluran Kemih + Meningitis TB
1. Hematologi Rutin ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
2. Urine Rutin
3. Lumbal Pungsi
4. Gula Darah Sewaktu
5. PPD/Tes Mantoux
6. Rontgent Thorax
7. USG Kepala
1. Hematologi Rutin

Test Hasil Nilai normal

Hemoglobin 9,7 g/dL 10,1 – 12,9

Leukosit 25400 sel/uL 4000 -10000

Hematokrit 29% 32 – 39

Trombosit 361000 sel/uL 150000-440000


2. Urine Rutin
Warna: Kuning agak keruh
BJ: 1010
pH: 7,5
Protein: -
Reduksi: -
Urobilin: normal
Bilirubin: -
Leukosit: banyak/lpb
Eritrosit: 3-7/lpb
Kristal: -
Silinder: -
Sel epitel: +
3. Analisa CSF

Test Hasil Nilai normal

Gula 60 mg/dL 40-50 mg/dL


Protein 192 mg/dL 15-45 mg/dL
Jumlah Sel 40 sel/mm3 0-5 sel/mm3
Mn 63% 0%
Pmn 37% 0%
• Cor tidak membesar
• Sinuses dan diafragma normal
• Pulmo:
• Hili terselubung
• Corakan paru normal
• Tampak perselubungan opak di
paratracheal kanan (thymus)
• Tidak tampak infiltrate/nodul
opak

• Kesan: Tidak tampak cardiomegali


dan tidak tampak kelainan pulmo
• Sulci dan gyri normal
• Ventrikel tidak melebar
• Ekho parenkim normal
• Cereblum tak tampak kelainan
• Tidak tampak pergeseran garis
tengah
• Tidak tampak lesi
an/hip/hiperekhoik
• Kesan: saat ini USG kepala tak
tampak kelainan
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Hasil follow up
TANGGAL S O A P

2 Desember Demam K/U : Sakit sedang, CM Suspek ISK dan -Dumin Supp 125 mg
2018 Nadi : 140 Suspek Meningitis -Cek Hematologi Rutin
Suhu : 39,9 Bakterialis. -Tempra 3x0,8mL
(IGD) Respirasi : 40 -Cefotaxime 3x400mg
Saturasi: 98% iv
Fontanel cembung -Ceftriaxone 1x800mg
iv
-Cairan RL 12 tts mikro
-Lumbal pungsi
-Gula Darah Sewaktu
-Cek Urine rutine
3 Desember Demam K/U : Sakit sedang, CM Suspek ISK dan -Tempra 3x0,8mL
2018 Nadi : 112 Suspek Meningitis -Ceftriaxone 1x800mg
Suhu : 38,9 Bakterialis. iv
Respirasi : 24 Dengan diagnosis -Cairan RL 12 tts mikro
Fontanel cembung banding meningitis -Rontgent Thorax AP
mixed type. -Mantoux Test
-USG Kepala
-Gula darah sewaktu
meningkat.
-Lumbal pungsi,
glukosa normal,
protein meningkat, dan
jumlah sel meningkat.
-Urine rutine terdapat
banyak leukosit dan
eritrosit
TANGGAL S O A P
4 Desember Pasien sudah tidak K/U : Sakit sedang, ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
2018 mengeluhkan adanya CM Bakterialis -Ceftriaxone 1x800mg
demam Nadi : 110 Dengan diagnosis iv
Suhu : 36,7 banding Ensefalitis -Cairan RL 12 tts mikro
Respirasi : 24 CMV, Ensefalitis Toxo, -Cek Darah Rutin
Fontanel cembung dan Meningitis TB.

kontrol
5 Desember
2018
Pasien sudah tidak
mengeluhkan lagi
K/U : sakit sedang,
CM
ISK dan Meningitis
Bakterialis dengan
-Tempra 3x0,8mL
-Ceftriaxone 1x800mg
adanya demam Nadi : 100 perbaikan iv
Suhu : 36,8 -Cairan RL 12 tts mikro
Respirasi : 25 -Hb: 9,8; Ht: 29;
Fontanel cembung Leukosit: 10.200;
Trombosit: 411.000
-Rontgent thorax
normal
-USG Kepala normal

6 Desember Pasien sudah tidak K/U: sakit sedang, CM ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
2018 mengeluhkan adanya Nadi: 100 Bakterialis dengan -Ceftriaxone 1x800mg
demam Suhu: 36,3 perbaikan iv
Respirasi: 22 -Cairan RL 12 tts mikro
Fontanel tidak
cembung
7 Desember Pasien sudah tidak K/U: baik, CM ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
2018 mengeluhkan adanya Nadi: 120 Bakterialis dengan -Ceftriaxone 1x800mg
demam Suhu: 36 perbaikan iv
Respirasi: 28 -Cairan RL 12 tts mikro
Fontanel tidak
cembung
TANGGAL S O A P

8 Desember 2018 Pasien sudah tidak K/U: baik, CM ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
mengeluhkan adanya Nadi: 110 Bakterialis dengan -Ceftriaxone
demam Suhu: 36,6 perbaikan 1x800mg iv
Respirasi: 24
Fontanel tidak
cembung
9 Desember 2018 Pasien sudah tidak K/U: baik, CM ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
mengeluhkan adanya Nadi: 100 Bakterialis dengan -Ceftriaxone
demam Suhu: 36,3 perbaikan 1x800mg iv
Respirasi: 22 -Kandistatin 4x1mL
Fontanel tidak
cembung
Oral thrust
10 Desember 2018 Pasien sudah tidak K/U: baik, CM ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
mengeluhkan adanya Nadi: 110 Bakterialis dengan -Ceftriaxone
demam Suhu: 36,3 perbaikan 1x800mg iv
Respirasi: 26 -Kandistatin 4x1mL
Fontanel tidak
cembung
Oral thrust
11 Desember 2018 Pasien sudah tidak K/U: baik, CM ISK dan Meningitis -Tempra 3x0,8mL
mengeluhkan adanya Nadi: 110 Bakterialis dengan -Ceftriaxone
demam Suhu: 36 perbaikan 1x800mg iv
Respirasi: 24 -Kandistatin 4x1mL
Fontanel tidak
cembung
Oral thrust
DIAGNOSIS AKHIR

Infeksi Saluran Kemih +


Meningitis Bakterialis
dengan Perbaikan
PEMBAHASAN
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN

DEFINISI ANAMNESIS
Infeksi Saluran Kemih merupakan infeksi - Bayi hanya demam sejak 1 hari yang
yang terjadi di saluran kemih terbagi lalu, tanpa disertai dengan keluhan
menjadi yaitu 2 jenis berdasarkan apapun.
penyulit, simpleks terdapat infeksi tanpa - Demam meningkat terutama malam
penyulit anatomis serta fungsional, dan hari, dan menurun saat diberikan obat
kompleks terdapat infeksi dengan panas, turun suhu tidak pernah
penyulit. Infeksi saluran kemih pada usia 1 sampai normal, dan beberapa jam
bulan hingga 2 tahun, gejalanya tidak kemudian akan meningkat kembali.
spesifik dapat berupa sulit makan, gagal - Demam semakin memburuk, suhu
tumbuh, diare, muntah, dan atau demam meningkat menjadi 39,9 derajat
yang tidak dapat dijelaskan. celcius.
Pembahasan: Demam pada bayi bisa jadi merupakan demam dengue gejala awal,
atau demam typhoid gejala awal, atau adanya infeksi saluran telinga, atau bahkan
common cold. Tetapi demam tidak disertai keluhan lain, hanya demam saja, sehingga
demam tidak spesifik. Demam yang tidak spesifik kemungkinan besar pasti
disebabkan oleh infeksi saluran kemih walaupun belum ada gejala yang menonjol
seperti tidak dapat menahan BAK, sering buang BAK, nyeri perut atau nyeri pinggang.
Gejala spesifik tersebut muncul setelah usia 2 tahun dimana anak sudah bisa
mendeskripsikan hal tersebut.
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN
EPIDEMIOLOGI ANAMNESIS
Insidensi infeksi saluran kemih lebih - Pasien berusia 6 bulan 27 hari
banyak pada anak perempuan sebanyak - Pasien berjenis kelamin perempuan
30% dan laki-laki hanya 1% untuk usia dari
neonatus hingga usia 18 tahun.

Infeksi saluran kemih terjadi pada pasien berjenis kelamin perempuan di usia 6 bulan
menunjukkan bahwa perempuan memang lebih sering terkena infeksi saluran kemih
dibanding laki-laki karena urethra perempuan lebih pendek daripada laki-laki. Bakteri
lebih cepat masuk dan menginfeksi saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN
ETIOLOGI ANAMNESIS
-Escherichia coli (90%) dan 75% - 2 hari sebelum demam pasien
berkontribusi untuk menyebabkan infeksi terdapat BAB cair hanya 1 kali dan
berulang. langsung diobati ke dokter lalu
-10% lainnya disebabkan oleh klebsiella, sembuh.
proteus, enterococcus, dan pseudomonas. - Ibu mengatakan cara membersihkan
pasien setelah BAK yaitu dari uretra ke
anus.
- Kakak Pasien meninggal setelah kejang
yang disebabkan oleh diare saat usia 8
bulan

Pembahasan: meskipun ibu pasien mengatakan cara membersihkan BAKnya dari


urethra ke anus, tetapi sebelumnya pasien memiliki riwayat BAB cair kemungkinan
terdapat kuman dari anus yang masuk ke dalam uretra pasien sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi saluran kemih. Serta didapat dari riwayat kakak pasien yang terkena
diare, kemungkinan besar terdapat adanya kebersihan yang kurang dalam makanan
dan minuman serta dalam menggunakan alat-alat kesehariannya. Kuman dari anus
yaitu eschericia coli dan bakteri tersebut merupakan etiologi paling sering khususnya
pada jenis kelamin perempuan.
Patogenesis Infeksi Saluran Kemih

• E. coli dapat menempel di perineum dikarenakan pada perineum


terdapat reseptor untuk pili tipe 1. E coli masuk ke dalam uretra.
• E coli memiliki p pili atau gal-gal pili untuk bergerak masuk ke dalam
uretra.
• Di dalam mukosa bladder terdapat gal gal reseptor atau p reseptor
sehingga bakteri menempel pada mukosa bladder, meskipun ada
beberapa yang keluar dr bladder saat urin dikeluarkan.
• E coli mengeluarkan toksin alfa hemolisin sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi pada kandung kemih (sistitis).
• E coli dapat bergerak keatas menuju ginjal sehingga bisa menyebabkan
terjadinya infeksi pada ginjal (parenkim ginjal, kaliks, dan pelvis renalis)
yang disebut juga sebagai pielonefritis.
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN
DIAGNOSIS KERJA ANAMNESIS
• Anamnesis: anak usia 1 bulan hingga 2 • Anamnesis: pasien usia 6 bulan 27 hari
tahun yaitu sulit makan, gagal tumbuh, hanya mengeluhkan demam naik
diare, muntah, dan demam yang tidak turun, naik terutama malam hari,
dapat didefinisikan. ISK atas: suhu turun setelah diberikan obat penurun
jarang melebihi 38, nyeri perut bagian panas. Suhu meningkat setelah
bawah dan gangguan berkemih. ISK beberapa jam diberi obat penurun
bawah: demam tinggi, menggigil, gejala panas. Suhu tertinggi mencapai 39,9
saluran pencernaan seperti mual, dan terendah mencapai 37,1. Tanpa
muntah, diare, iritabel, kejang. ada keluhan penyerta yang lain.
• Pemeriksaan Fisik: suhu meningkat, Demam disertai dengan perut
antropometri gizi yang rendah dan kembung.
perawakan yang pendek, abdomen • Pemeriksaan Fisik: suhu meningkat,
distensi, nyeri saat di palpasi ginjal. distensi abdomen.
• Pemeriksaan Penunjang: Urinalisis • Pemeriksaan Penunjang: urinalisis
terdapat leukosituria > 10 sel darah terdapat leukosit yang banyak.
putih/mm3. Test Dipstik urin (+). Uji Pemeriksaan darah rutin leukositosis.
nitrit dalam urin (+).
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN

Rasio uNGAL/Cr > 30ng/mg.


Pemeriksaan mikroskopis pada urin
yang di sentrifuge, jumlah bakteri >
100.000 CFU/mL. Pemeriksaan darah
rutin yaitu leukositosis, neutrofilia, LED
meningkat dan CRP (+). Biakan Urin jika
bakteri lebih dari sama dengan 100.000
CFU/mL.

Pembahasan: Pasien terdapat demam yang tidak spesifik dikarenakan usia 1 bulan
hingga 2 tahun tidak terdapat gejala yang spesifik. Sehingga berdasarkan
anamnesis sesuai untuk diagnosis kerja. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
seperti yang ada di diagnosis. Pemeriksaan penunjang ditemukan leukosituria yang
banyak. Pada pemeriksaan penunjang urinalisis untuk leukosituria tidak digunakan
sebagai patokan ada tidaknya ISK karena dapat menunjukkan infeksi pada alat
kelamin juga. Sebaiknya pada pasien ini dilakukan pemeriksaan rasio Neutrophil
gelatinase associated lipocalin urin dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan
tanda pasti terdapatnya ISK. Pengambilan spesimen urin juga dapat dilakukan pada
urin yang segar tanpa di sentrifuge didapat hasil 10 CFU/mL sedangkan jika di
sentrifuge mendapat hasil 100.000 CFU/mL.
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN
Terapi: 1. Pemberian Cefotaxime 3x400mg dan
1. Eradikasi Infeksi Akut Diberi cairan 12 tetes mikro
Diberikan antibiotik, dan dianjurkan
untuk meningkatkan cairan. ISK Pembahasan: pada pasien ini dicurigai
simpleks diberikan antibiotik selama 7 terkena ISK atas dikarenakan demam
hari. tinggi dan didahului diare sebelum
ISK atas: antibiotik oral 7-10 hari demam, dan terdapat adanya perut
sefalosporin atau koamoksilav jika tidak kembung yang merupakan salah satu
bisa berikan parenteral sefotaksim atau gejala saluran pencernaan. Terapi
seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan diberikan sefotaksim atau seftriakson 2-
oral selama 10 hari. 4 hari secara parenteral dikarenakan
ISK bawah: antibiotik oral 3 hari di cek sambilan saat pemberian cairan. Pasien
dulu ada resistensi atau tidak, jika tidak diberikan cairan ditakutkan adanya
berikan trimetropin, sefalosporin, atau gejala dehidrasi karena ISK atas
amoksisilin. Dalam 24-48 jam ada menunjukkan gejala saluran cerna yang
perbaikan klinis belum ada maka cek dapat menyebabkan dehidrasi. Cairan
kultur. yang diberikan sesuai dengan berat
badan yaitu 8,2 dikali 100 sama dengan
820 cc sehari, dalam 1 menit 12 tetes
46
mikro.
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN
Terapi 2. Pada pasien ini gejala demam
2. Deteksi tatalaksana kelainan anatomi menghilang setelah 24 jam pemberian
dan fungsional pada ginjal dan saluran sefotaksim, dan pemberian obat
kemih. Jika pasien sudah hilang dilanjutkan menjadi seftriakson melalui
gejalanya dalam 24-48 jam maka tidak parenteral selama total pemberian 10
ada ISK kompleks, terapi terus hari.
dilanjutkan umumnya dengan total
pemberian antibiotik selama 7-10 hari. Pembahasan: Pada pasien ini sesuai
Baik secara oral ataupun parenteral pengobatan dengan teori diberikan
dilanjutkan oral ataupun perenteral sefotaksim pada 24 jam pertama lalu
saja. dilanjutkan dengan parenteral yang
3. Deteksi dan mencegah infeksi pilihan lainnya boleh seftriakson dan
berulang. Pemberian profilaksis diberikan selama 10 hari. Pasien baru
sebaiknya tidak diberikan pada anak ISK pertama kali mengalami ISK demam dan
demam pertama kali. Indikasi profilaksis dikarenakan gejala hilang setelah 24 jam
adalah anak ISK berulang yang belum maka pasien tidak terkena ISK kompleks,
tau berapa lama optimal pemberian sehingga tidak perlu diberikan antibiotik
profilaksis. Profilaksis untuk ISK profilaksis.
kompleks 3-4 bulan.
Infeksi Saluran Kemih
TEORI PASIEN
Indikasi Rawat Inap: Pembahas: pada pasien terdapat
1. Usia neonatus hingga 4 bulan. adanya pielonefritis akut dikarenakan
2. Pielonefritis akut. demam turun kurang dari 7 hari dan
3. ISK dengan penyulit seperti gagal didapatkan adanya gejala lain seperti
ginjal, hipertensi. fontanel cembung yang mengarah
4. ISK disertai sepsis atau syok kepada meningitis, dikarenakan ISK
5. ISK dengan gejala klinis berat (rasa dapat menyebabkan bakteremia, sepsis,
sakit yang hebat, toksik, kesulitan dan meningitis.
asupan oral, muntah, dan dehidrasi)
6. ISK dengan kelainan urologi
kompleks
7. ISK dengan organisme resisten
antibiotik oral
8. ISK yang orang tua tidak mampu
merawat anak
Infeksi Saluran Kemih

Prognosis:
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Pembahasan: dikarenakan pada pasien ini ditangani sejak dini dengan


pemberian antibiotik secara cepat setelah demam 1 hari, maka tanda-tanda
vital pasien kembali normal. Pada pasien demam menghilang setelah 1 hari
diberikan antibiotik sehingga tidak ada ISK atas kompleks yang menandakan
tidak ada penyulit anatomis dan fungsional sehingga tidak ada gangguan
fungsi tubuh. Pasien baru pertama kali mengalami ISK demam dan tidak ada
penyulit sehingga kemungkinan besar tidak ada ISK rekuren kedepannya.
Meningitis Bakterialis
TEORI PASIEN
Definisi: Pasien terdapat demam tinggi dengan
Peradangan pada leptomeningens dapat adanya perut kembung saja tanpa
disebabkan oleh bakteri, virus atau adanya keluhan lain. Demam naik turun,
jamur dengan gejala pada neonatus turun setelah diberi obat tetapi tidak
hingga dibawah 2 tahun terdapat sampai suhu yang normal. Setelah
adanya hipotermi, malas minum, letargi, beberapa jam suhu meningkat kembali.
distress pernapasan, ikterus, muntah, Demam semakin memburuk hingga
diare, kejang, ubun-ubun menonjol, mencapai suhu 39,9 derajat celcius.
tidak ada kaku kuduk. Dapat juga
dimanifestasikan pada usia dibawah 12 Pembahasan: pasien belum
bulan jika terdapat umumnya demam, menunjukkan anamnesis yang sesuai
tanda meningeal tidak jelas, rewel, dengan definisi sehingga perlu
gelisah, penurunan kesadaran, poor dilakukannya pemeriksaan penunjang
feeding, dan ubun-ubun yang menonjol.
Meningitis Bakterialis
TEORI PASIEN

Epidemiologi: Pasien berusia 6 bulan 27 hari,


Paling tinggi pada usia kurang dari 1 didapatkan pasien terinfeksi saluran
tahun. kemih.
Etiologi:
<1 bulan: E.coli, Streptokokus grup B, L.
Monocytogenes.
1-3 bulan: E.coli, Streptokokus grup B, L.
Monocytogenes, H. Influenza type B.
3 bln-18 thn: H. Influenza, N.
Meningitidis, S. Pneumoniae.

Pembahasan: pada pasien ini berusia dibawah satu tahun merupakan


epidemiologi tersering pada meningitis bakterialis, dan pasien didiagnosis positif
ISK atas dikarenakan gejala, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Penyakit ISK tersebut merupakan perjalanan awal bakteri hingga dapat menuju
lapisan meningen. Etiologi dari meningitis tersebut adalah E.coli dikarenakan
kemungkinan besar bakteri dari ISK atas tersebut adalah E.coli.
Patogenesis

• Pasien mengidap penyakit ISK bagian atas, yaitu adalah pielonefritis.


Pielonefritis merupakan penyakit yang kemungkinan besar dapat
masuk ke dalam sirkulasi darah.
• Bakteri E. coli masuk kedalam sirkulasi darah.
• E. coli memiliki pili yang pada lapisan meningen terdapat adanya
reseptor dari pili tersebut.
• Pili menempel pada reseptor pili yang terdapat sel endotel
mikrovaskular otak.
• E. coli mengeluarkan alfa hemolisin sehingga menyebabkan kematian
sel endotel lalu menyebabkan infeksi pada lapisan meningen.
• E coli juga memiliki antigen K1 yang terdiri dari asam salisilat sebagai
kapsul untuk melindungi diri dari sistem imun.
Meningitis Bakterialis
TEORI PASIEN
Diagnosis: • Anamnesis: pasien terdapat demam
• Anamnesis: malas minum, letargi, sejak satu hari yang lalu sebelum
distress pernapasan, ikterus, dibawa ke IGD, demam naik turun,
muntah, diare, kejang. Dapat juga naik terutama pada malam hari dan
dimanifestasikan jika terdapat turun setelah diberi obat, suhu
umumnya demam, rewel, gelisah, meningkat kembali setelah beberapa
penurunan kesadaran, poor feeding. jam. Demam semakin memburuk
• Pemeriksaan Fisik: hipertermi, sklera menjadi 39,9 derajat celcius. Disertai
ikterik, badan kuning, ubun-ubun dengan perut kembung.
atau fontanel cembung, tidak ada • Pemeriksaan fisik: fontanel cembung,
meningeal sign. abdomen cembung, hipertermi.
• Pemeriksaan Penunjang: hasil CSF • Pemeriksaan Penunjang: hasil CSF
yaitu tekanan meningkat, leukosit glukosa normal, leukosit meningkat
100-60.000 biasanya beberapa dan dimonisasi oleh PMN dan MN,
ribu,dominasi oleh PMN, protein serta protein meningkat.
meningkat sekitar 100-500, <40 atau
<40% gds, dan terdeteksi bakteri
pada kultur dan pewarnaan gram.
Kondisi Tekanan Leukosit Protein Glukosa Keterangan
(mikroLiter) (mg/dL) (mg/dL)
Normal 50-180mm <4; 60-70% 20-45 >50% gds
H20 limfosit, 30- atau >0,4
40% perbandinga
monosit; 1- n glukosa
3% neutrofil; darah dibagi
pmn<1 glukosa csf
Meningitis Meningkat 100-60.000 100-500 <40 atau Organisme
Bakterialis biasanya <40% gds terdeteksi
Akut beberapa pewarnaan
ribu,dominas gram dan
i oleh PMN kultur
Meningitis Normal atau 1-10.000 >100 Menurun
dengan meningkat dominasi atau normal
pengobatan oleh PMN
parsial dan MN
Kondisi Tekanan Leukosit Protein Glukosa Keterangan
Meningitis Meningkat, 10-500, 100-500 <50 BTA (+). PPD
Tuberkulosa menurun dominasi dan rontgent
akibat pmn, (+),
obstruksi CSF limfosit, dan Pemeriksaan
tahap lanjut monosit. kultur dan
PCR.

Meningitis Meningkat 25-500 tahap 20-500 Menurun Budding


Jamur awal <50 yeast
dominasi terdeteksi
PMN, pada
kemudian pemeriksaan
MN kultur.

Meningitis Normal atau Tahap awal <200 Normal, Enterovirus


Virus atau sedikit dominasi menurun terdeteksi di
meningoense meningkat PMN, sampai 40 CSF dengan
falitis kemudian pemeriksaan
didominasi kultur, PCR
MN, jumlah (+), HSV
sel >1000 dideteksi di
PCR.
Meningitis Bakterialis
• Pada pasien didapatkan demam yang tinggi, adanya fontanel cembung
serta tidak adanya meningeal sign menandakan secara anamnesis dan
pemeriksaan fisik sesuai dengan diagnosis.
• Pasien terkena ISK terlebih dahulu sehingga sebelum dilakukannya
lumbal pungsi, pasien telah mendapatkan antibiotik. Hasil CSF menjadi
glukosa normal yaitu glukosa csf dibagi glukosa darah sewaktu hasilnya
0,64 yaitu diatas dari > 0,4, proteinnya 192 yaitu meningkat, jumlah sel
40 yaitu meningkat lebih dari 1, didominasi oleh PMN 37 yang lebih
dari 1, dan MN 63 yang lebih dari 1.
• Berdasarkan data yang didapat, pasien terkena meningitis bakterialis
dengan pengobatan parsial.
Meningitis Bakterialis
Meningitis Bakterialis
• Tatalaksana:
• Pada pasien ini gejalanya masih belum jelas sehingga dilakukan lumbal
pungsi. Lumbal pungsi mengatakan meningitis bakterialis yang diobati
secara parsial. Kecurigaan yang ditakutkan akan gagalnya lumbal pungsi
sehingga diberikan antibiotik empirik pada pasien ini yaitu seftriakson 1x
800mg secara i.v yang seharusnya tidak boleh diberikan secara bersamaan
dengan cairan infus. Dikarenakan hasil CSF tidak sesuai dengan indikasi
pemberian steroid sehingga pada bayi ini tidak diberikan pemberian
steroid. Tidak ada penurunan kesadaran atau tanda neurologis fokal
sehingga dapat diberikan cairan isotonik pada pasien ini karena
memerlukan jalur intravena, yaitu cairan RL 12 tts mikro permenit. Lumbal
pungsi positif tetapi tidak dilakukan kultur untuk memastikan etiologinya
dan karena usia diatas 3 bulan diberikan terapi seftriakson secara iv
minimal 10 hari. Tidak perlu diberikan obat lagi dan kemoprofilaksis, kecuali
kemoprofilaksis berupa rifampin, siprofloksasin, atau seftriakson untuk
individu yang berkontak erat penderita infeksi N. Meningitidis atau H.
Influenza.
Meningitis Bakterialis

• Prognosis:
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam

• Pembahasan: dikarenakan pada pasien ini ditangani sejak dini dengan


pemberian antibiotik secara cepat setelah demam 1 hari, maka tanda-tanda
vital pasien kembali normal. Pada pasien demam menghilang setelah 1 hari
diberikan antibiotik sehingga tidak terjadi pemanjangan durasi sakir sebelum
diberikan antibiotik. Pada pasien ini tidak terdapat kejang, koma, syok
sehingga tidak ada gangguan fungsi otak dan tanda vital baik. Relaps dapat
terjadi 3 sampai 14 hari setelah terapi tetapi hal ini hanya terjadi pada
organisme yang resisten.

Anda mungkin juga menyukai