Anda di halaman 1dari 64

Nama : Gita Nur Azizah (112016296)

Pembimbing : Dr. Suhesti Handayani, Sp.A


Nama : An. AFS
Nomor RM : 169072
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 26-09-2012 (5 Tahun, 1 Bulan, 11 Hari)
Alamat : Cililitan Besar Rt 006/003,Kebonpala,
Kec.Makasar, Jakarta Timur.
Agama : Islam
Suku : sunda
Pendidikan : Taman Kanak-kanak
AYAH
Nama : Tn. S Agama : Islam
Tanggal lahir : 25-09-1973 ( 44 Pendidikan : S1 Teknik Anak kandung (anak
tahun) Informatika tunggal)
Suku bangsa : Sunda Pekerjaan : Staf Administrasi
Alamat : Jalan Cililitan Penghasilan : Rp 3.500.000
Besar Rt 006/003, Kebonpala /bulan
Kec. Makasar, Jakarta Timur

IBU Nama : Ny.D Agama : Islam


Tanggal lahir : 14-02-1977 (40 Penididkan : S1 Psikolog
tahun)
Suku bangsa : Sunda Pekerjaan : Guru TK
Alamat : Jalan puskesmas Rt Penghasilan : 2.500.000
06/10, Jakarta Timur
Batuk sudah sejak 2 Minggu SMRS

• Keluhan Utama

Pilek, bersin-bersin, demam, keringan dingin


malam hari, mual, muntah, BAB cair 1x
• Keluhan Tambahan
Seorang anak dibawa oleh ibunya datang ke poliklinik anak
dengan keluhan batuk-batuk yang sudah dirasakan kurang lebih 2
minggu SMRS RSAU dr. Esnawan Antariksa. Batuk dirasakan secara
terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh udara dinggin. Selain itu
batuk juga disertai dengan dahak berwarnah putih dan kental, namun
riwayat batuk berdarah serta keluhan sesak disangkal ibu pasien.
Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien mengeluhkan pilek
yang disertai ingus berwarna putih sampai hijau, dan juga anak sering
bersin-bersin. Riwayat memiliki alergi terhadap obat, makanan atau
pun lingkungan disangkal oleh ibu pasien.
Lanjutan….

Selain itu Ibu pasien juga menjelaskan bahwa selama 2


minggu terakhir anak mengalami demam, namun tidak terlalu
tinggi. Pada saat demam suhu tertinggi yang pernah diukur ibu
pasien yaitu 37,9 C. Demam dirasakan terutama lebih tinggi
pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. Demam
juga disertai terdapat keringat dingin terutama pada malam
hari. Riwayat demam disertai kejang disangkal oleh ibu pasien.
3 hari SMRS ibu pasien mengatakan sudah membawa pasien berobat di IGD
RSAU, serta sudah memberikan obat batuk dan penurun panas pada pasien namun
belum ada perbaikan dan masih sering kambuh lagi bila sudah tidak minum obat.

Keluhan terdapat benjolan pada leher, ketiak, lipat paha, tulang belakang , sendi
punggung dan lutut disangkal ibu pasien.
Selain itu ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya tidak mengalami
penurunan berat badan akan tetapi ibu pasien mengeluh berat badan anaknya
dalam sebulan ini sulit naik. Nafsu makan anaknya dirasa menurun dibandingkan
sebelumnya. Ibu mengatakan biasanya anak sehari makan 3 kali, namun sekarang
Sekali makan pasien hanya memakan sekitar 5-6 sendok saja. Adanya mual,
muntah, ataupun pusing disangkal. BAB cair sekali dan BAK masih dalam batas
normal.
 Sejak kecil pasien sering mengeluh batuk yang hilang timbul, namun
keluhan selalu membaik setelah mengkonsumsi obat batuk yang
dibelikan oleh ibu pasien di warung.
 Tidak ada riwayat alergi makanan, obat, dingin dan debu.
 Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari, dan penyakit
jantung bawaan.
 Riwayat rawat inap dengan diagnosis Gastroenteritis akut (diare)
pada tahun 2012 (5 tahun yang lalu). Tidak ada riwayat operasi
sebelumnya.
 Ibu pasien menjelaskan bahwa memiliki keluhan yang
sama dengan pasien dan dulu pernah memiliki riwayat
penyakit TB paru dengan riwayat pengobatan tuntas dan
sembuh pada tahun 2016. Selain itu didalam keluarga juga
terdapat paman yang tinggal bersama pasien. Paman
pasien memiliki keluhan batuk-batuk juga sama seperti
pasien dan sedang mederita TB pada tulang belakang dan
sedang dalam masa pengobatan.
Pasien tinggal bersama kedua orangtua, kakek, nenek dan
pamannya di kawasan yang padat penduduknya. Tempat tinggal pasien
terdiri dari 2 lantai, lantai pertama ditempati oleh pasien dan kedua
orang tua serta kakek dan nenek, sedangkan lantai kedua ditempati oleh
paman pasien. Rumah beratap genteng, dinding tembok, lantai
menggunakan keramik, dengan 1 kamar tidur yang berjendela pada
lantai pertama dan 1 kamar dilantai kedua, serta terdapat 1 ruang tamu.
Cahaya matahari dapat masuk melalui jendela. Kamar mandi ada 1 dan
terdapat di dalam rumah. Penerangan dengan listrik. Untuk kebutuhan
sehari-hari air berasal dari air sumur. Jarak septic tank kurang lebih 10
meter dari sumber air. Air limbah rumah tangga disalurkan melalui
selokan di depan rumah. Selokan dibersihkan 1 kali dalam sebulan dan
aliran air di dalamnya lancar.
Kehamilan Kelahiran
Perawatan ANC sebanyak 4 kali. Tempat kelahiran Rumah sakit Polri
antenatal Di dibidan 2kali, dokter Penolong persalinan Dokter Kandungan
kandungan sebanyak 2
kali. ANC dilakukan di Cara persalinan Secara SC dengan indikasi Ketuban
RS polri. pecah dini
Masa gestasi Cukup Bulan (38 minggu)
Penyakit Tidak Ada
Keadaan bayi • BBL : 3200 gram
kehamilan
• Panjang badan lahir : 47 cm
• Lingkar kepala : Ibu tidak tahu
• Bayi langsung menangis
• Bayi tidak pucat, biru, kuning,
kejang
• Nilai apgar : Ibu tidak tahu
• Kelainan bawaan : tidak ada
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan Merangkak  9 bulan

Tengkurap : 6 bulan Berbicara  12 bulan

Duduk : 8 bulan Berjalan  11 bulan

Berdiri : 10 bulan Membaca dan menulis  5 tahun

Perkembangan pubertas  perempuan Gangguan perkembangan mental/emosi


Rambut pubis : - Saat ini anak duduk di bangku
Perubahan suara : - pendidikan TK, dan tidak ada gangguan
perkembangan mental/emosi.
VAKSIN DASAR Ulangan

BCG 1 bulan -
DPT 2,3,4 bulan 18 bulan
Polio 0,2,3,4 bulan 18 bulan
Campak 9 bulan 2 tahun
Hepatitis B 0,1,6 bulan -
MMR - -
TIPA - -
TTV
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 120 x/menit
Keadaan Umum : Tampak sakit
Napas : 32 x/menit
sedang
Suhu : 36,6 ˚ C

Data Antropometri
BB : 18 kg
TB : 107 cm
Lingkar Kepala : - cm
Lingkar Dada : - cm
LLA : - cm
•Persentil
BB/U P 50%

Data Antropometri •Berat Badan Ideal


BB : 18 kg
= 5 th x 2 + 8 kg = 18 kg
TB : 105 cm

 Status gizi :
= BB aktual / BB ideal x 100%
= 18 kg/18 kg x 100%
= 100 % (Normal)
 Kepala
• Bentuk dan ukuran : Normochepali
• Rambut dan kulit kepala: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
 Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor kanan dan kiri, refleks cahaya langsung
dan tidak langsung (+/+), secret(-), edem palpebral (-).
 Telinga : Normotia, tanda peradangan (-), sekret(-), liang telinga lapang,
Gangguan pendengaran (-)
 Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), epitaksis (-), sekret (-),
pernapasan cuping hidung(-) tanda peradangan (-)
• Bibir : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), bercak-
bercak/tanda peradangan (-)
• Gigi geligi : dalam batas normal, caries dentis (-)
• Mulut : normal, tidak hiperemis, mukosa lembab, tidak ada
tampak adanya bercak/tanda peradangan
• Lidah : Normoglossi, Coated tongue (-)
• Tonsil : T1-T1 Tenang, hiperemis (-)
• Faring : Hiperemis (-)
Thorax
Leher
Dinding Thorax : Simetris saat statis &
Massa (-), Pembesaran KGB & Tiroid (-) dinamis, tidak tampak bagian yg tertinggal,
retraksi sela iga (-)

Paru Jantung
I  Retraksi sela iga (-/-), pelebaran sela iga
(-), Simetris saat statis & dinamis I  Ictus cordis tidak tampak
P  Gerak napas simetris kanan dan kiri P  Ictus cordis teraba setinggi ICS IV Linea
tidak ada bagian yang tertinggal, massa (-) Midclavicula sinistra
P  tidak dilakukan pemeriksaan P  Tidak dilakukan pemeriksaan
A  SNV (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-) A  BJ I-II murni reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen

I  Perut datar, bekas operasi(-), masa(-)


A  BU (+) Normoperistaltik seluruh lapang Genitalia
abdomen.
P  Supel, Nyeri tekan (-), Hepar & lien genitalia (+) normal perempuan. tidak
tidak teraba, massa (-), Turgor kulit baik tampak tanda- tanda peradangan (-)
P  Timpani pada seluruh lapang abdomen

Anggota Gerak
Anus & Rectum
Gerak aktif (+), akral hangat, sianosis
Anus dan rectum normal. Tidak tampak (-), edema (-), CRT <2 detik, tidak
adanya kelainan, tanda peradangan (-), tampak adanya kelainan pada anggota
bercak-bercak (-) , luka (-), lesi(-) gerak.
Tulang Belakang
Kelenjar Getah Bening
Normal, tidak tampak
Tidak teraba pembesaran
skoliosis, kifosis, dan lordosis

Kulit Reflex Fisiologis

Warna kulit sawo matang, turgor kulit Biceps (+/+), Triceps (+/+),
baik. Ptekie (-), vesikel (-) , papul (-), Patella (+/+), Achilles
makula eritem (-) (+/+)

Rambut
Reflex Patologis
Rambut hitam, distribusi Babinsky (-)
merata, tidak mudah dicabut Kaku kuduk (-)
Brudzinsky(-)
 Belum dilakukan
Telah diperiksa seorang anak perempuan usia 5 tahun dengan keluhan batuk-batuk sudah
sejak 2 minggu SMRS RSAU dr. Esnawan Antariksa. Batuk dirasakan terus-menerus disertai dahak
berwarna putih dan kental. Selain itu batuk juga disertai dengan pilek, ingus berwarna putih
sampai hijau dan anak juga sering bersin-bersin. Pasien juga mengalami demam hilang timbul
yang tidak terlalu tinggi, demam terutama pada malam hari disertai keringat dinggin. Suhu
tertinggi yang pernah diukur adalah 37,9 C. Ibu pasien mengatakan berat badan pasien sulit naik
dalam satu bulan terakir. Nafsu makan juga menurun. BAB cair 1 kali dan BAK dalam batas
normal. Sebelumnya 3 hari SMRS ibu pasien sudah membawa pasien ke IGD RSAU untuk berobat
dan sudah memberikan obat penurun batuk dan demam namun belum ada perbaikan. Didalam
keluarga ibu pasien juga mengeluhkan keluhan yang sama dan pernah memiliki riwayat TB
dengan riwayat pengobatan tuntas. Selain itu pasien juga tinggal bersama paman yang memiliki
riwayat Tbparu dan juga TB tulang belakang dan masih dalam masa pengobatan.

PF :
PP : Belum
KU : Tampak sakit sedang, CM
dilakukan
HR 120 x/menit
RR 32 x/menit
Suhu 36,6 C
Anjuran Pemeriksaan
Penunjang
Prognosis
• Ad vitam : Dubia ad Bonam
 Pemeriksaan darah rutin+
LED • Ad sanationam : Dubia ad Bonam
 Uji tuberkulin • Ad function : Dubia ad Bonam
 Pemeriksaan BTA Sputum
 Foto Rongten Thorax
Medikamentosa
1. Ambroxol syr 3x 5 ml
2. Cetirizine syr 2x5ml

Edukasi
 Skrining terhadap anggota keluarga lain yang tinggal bersama pasien.
 Menghindarkan kontak dengan penderita TB Dewasa
 Pengobatan pada keluarga yang menderita TB
Tinjauan Pustaka
 Tuberkulosismerupakan infeksi yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis), yang disebut juga basil tahan asam. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.
 Didapat dari orang dewasa yang menderita TB paru, Anak TB tidak pernah
menularkan
 Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global
utama.
 Seluruh dunia (2014); 9,6 juta kasus TB  6 juta kasus baru;
diantaranya 1,0 juta anak.
 Negara India, Indonesia dan China memiliki jumlah terbesar
kasus  23%, 10% dan 10%.
 Indonesia  1 juta kasus baru (2014)  7% nya adalah anak-
anak.

Global tuberculosis report 2015. Geneva: WHO Press; 2015


Pusdatin Kemenkes RI. Tuberkulosis, temukan obati sampai sembuh. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2015
1Global tuberculosis report 2015. Geneva: WHO Press; 2015
M. tuberculosis inhalation

phagocytosis by PAM bacilli dead

live bacilli P
TB
incubation period
multiplies (2-12 weeks) r
primary focus formation i
pathogenesis
hematogenic spread(5%)
acute or occult lymphogenic spread
m
a
Primary complex2) r
TST (+) Cell Mediated Immunity (+) y

TB disease T
TB infection
B
primary complex complication
hematogenic spread complication Optimal immunity 3)
lymphogenic complication

Dead
immunity 
reactivation/reinfection
Cured TB disease4)
Kontak dengan pasien TB

TB disease :
TB exposure :
- Gejala (+)
- Gejala (-) TB infection :
- Uji
- Uji - Gejala (-)
tuberkulin
tuberkulin (- - Uji tuberkulin
(+)
) (+)
- Rontgen (+/-
- Rontgen (-) - Rontgen (-)
)
- BTA/kultur/t - BTA/kultur/tes
- BTA/kultur/t
es cepat TB cepat TB (-)
es cepat TB
(-)
(+/-)
1. PASIF
Anak datang ke Faskes dengan keluhan TB

2. AKTIF
Kontak investigasi
 Diagnosis TB pada anak sulit
 Perlu mempertimbangkan semua penemuan klinis, penunjang dan bakteriologis
 Diagnosis pasti  ditemukannya mycobacterium dari specimen yang diambil (TB
paru  dahak, meningitis TB  LCS)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berdasarkan surat keputusan
No.004/Rek/PP IDAI/VI/2013 tentang diagnosis tuberkulosis (TB)
pada anak didasarkan pada:

 Bukti atau kecurigaan adanya kontak dengan sumber infeksi TB, biasanya
pasien TB dewasa dengan hasil basil tahan asam (BTA) positif.
 Gejala dan tanda klinis sugestif TB, termasuk penilaian seksama terhadap kurva
tumbuh kembang anak.
 Uji tuberkulin positif.
 Gambaran radiologis sugestif ke arah TB.
Berdasarkan:
1. Bukti Infeksi
2. Klinis
3. Radiologis Memenuhi 3 dari 4 bukti
temuan
4. Bakteriologis
1. BUKTI INFEKSI
1. Kontak (+) dan/atau 2. Tuberculin Skin Test
(TST) and/or Interferon
Gamma released assay
(IGRA)
2. Manifestasi Klinis

Chronic Unremitting Symptoms


 Batuk
 Demam
 Berat badan turun atau gagal tumbuh
 Pembesaran kelenjar limfe

biasanya disertai dengan


 Nafsu makan turun/anorexia
 Lemah, aktivitas menurun
 Merupakan gejala umum penyakit infeksi
 Pada TB anak :
Umumnya tidak tinggi (subfebris)
Berlangsung >14 hari
Penyebab demam lain sudah disingkirkan: ISK, demam
tifoid, malaria
Dapat disertai keringat malam
3) Gambaran Radiologis

 Limfadenopati hilus atau paratrakeal

Sugestif TB  Atelektasis
 Konsolidasi
 Gambaran Milier
 Lesi Gohn periferal
 Efusi pleura
STANDAR FOTO  Kalsifikasi

AP-  Kavitas

PA/LATERAL  Emphisema obstruktif


4) Bakteriologis
Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB:
• Batuk ≥ 2 minggu
• Demam ≥ 2 minggu
• BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
• Malaise ≥ 2 minggu
ALUR DIAGNOSIS TB ANAK Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat
(KEMENKES 2016)
Pemeriksaan mikroskopis/tes
cepat molekuler (TCM) TB

Positif Negatif Spesimen tidak dapat diambil

Ada akses foto rontgen toraks Tidak ada akses foto rontgen toraks
dan/atau uji tuberkulin*) dan/atau uji tuberkulin

Skoring sistem

Skor ≥ 6 Skor < 6

Uji tuberkulin ATAU Uji tuberkulin ATAU kontak


kontak TB paru dewasa TB paru dewasa (-)
(+)
TB anak
Terkonfirmasi TB anak Berkontak Tidak ada/tidak jelas
bakteriologis klinis dengan berkontak dengan
pasien TB paru pasien TB paru dewasa
dewasa
Terapi OAT**) Menetap Observasi gejala selama 2 minggu
Menghilang Bukan TB
TUJUAN
 Menyembuhkan
 Mencegah kematian atau kecacatan
 Mencegah kekambuhan
 Mencegah terjadinya resistensi obat
 Mencegah transmisi TB & reservasi PRINSIP
sumber infeksi 1. OAT diberikan dalam paduan
obat, tidak boleh monoterapi
2. Pengobatan setiap hari
3. Pemberian gizi adekuat
4. Mencari dan menatalaksana
penyakit penyerta
Nama Obat Dosis harian Dosis Efek samping
(mg/kgBB/ha maksimal
ri) (mg/hari)

Isoniazid 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitis


(H)

Rifampisin 15 (10-20) 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,


(R) trombositopenia, peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
Pirazinamid 35 (30-40) - Toksisitas hepar, atralgia, gastrointestinal
(Z)

Etambutol 20 (15-25) - Neuritis optik, ketajaman mata berkurang


(E) buta warna merah hijau, hipersensitivitas,
gastrointestinal
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan

TB paru BTA negatif 2HRZ 4HR


TB Kelenjar

Efusi pleura TB

TB paru BTA positif 2HRZE 4HR


TB paru dengan kerusakan luas

TB ekstraparu (selain TB Meningitis dan TB


Tulang/sendi)
TB Tulang/sendi 2HRZE 10HR
TB Millier

TB Meningitis
 Bayi <5 kg pemberian OAT secara terpisah (bukan KDT)

KOMBINASI
DOSIS TETAP
 Dosis obat menyesuaikan kenaikan BB

(KDT)  Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal
(sesuai umur).

Berat 2 bulan 4 bulan  OAT KDT diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah atau digerus)
badan (kg) RHZ (RH (75/50)
(75/50/150)
 Obat dapat ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau
dimasukkan dalam sendok (dispersable).
5-7 1 tablet 1 tablet

8-11 2 tablet 2 tablet  Obat ditelan saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan

12-16 3 tablet 3 tablet


 Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak boleh
17-22 4 tablet 4 tablet melebihi 10 mg/kgBB/hari

23-30 5 tablet 5 tablet


 Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat
>30 OAT dewasa tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer
PEMBERIAN
KORTIKOSTEROID
Pada kondisi :
 TB meningitis,

 Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)

 Perikarditis TB,

 TB milier dengan gangguan napas yang berat,

 Efusi pleura,

 TB abdomen dengan ascites

Sering digunakan:
Prednison dosis 2 mg/kg/hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus sakit
berat, dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.

Tappering off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis:


tappering off setelah 4 minggu.
 Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali
sebulan pada fase lanjutan

 Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan


kemungkinan adanya efek samping obat

 Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum harus dilakukan pada akhir
bulan ke-2, ke-5 dan ke-6

 Foto Rontgen tidak rutin dilakukan


Hasil pengobatan Definisi

Sembuh Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan yang
hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya.
Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah satu
pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja apabila selama dalam
pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT.
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau sedang dalam
pengobatan.

Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang pengobatannya terputus selama 2
(loss to follow-up) bulan terus menerus atau lebih.

Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya. Termasuk dalam kriteria ini
adalah “pasien pindah (transfer out)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir
pengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab
kegagalan terapi.
Jika:
 Anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau >2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB  beri pengobatan kembali mulai dari awal.
 Anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB  lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.

Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko terjadinya


TB kebal obat akan meningkat.
 Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan
gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut menderita TB.

 Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dahak atau sistem skoring.
Evaluasi dengan sistem skoring harus lebih cermat dan dilakukan di fasilitas
rujukan.

 Apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif, maka anak


diklasifikasikan sebagai kasus kambuh.

 Pada pasien TB anak yang pernah mendapat pengobatan TB, tidak dianjurkan
untuk dilakukan uji tuberkulin ulang.
K
 Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,
usus Poncet’s arthropathy.

 Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas-SOFT (Sindrom


Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat-
SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma
paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada
TB milier dan kavitas TB.
P

 Imunisasi BCG
- Sebelum usia 3 bulan, optimal 2 bulan.
- Dosis: Bayi (0,05 ml), Anak (0,10 ml).
- Intrakutan otot deltoid.
- >3 bulan, uji tuberkulin dahulu.
P
Prognosis baik jika
dikenali sejak dini dan
pengobatan yang
efektif.

Anda mungkin juga menyukai