Anda di halaman 1dari 6

Catatan mata

KONJUNGTIVITIS

Pembedaan jenis-jenis konjungtivitis umum

Temuan klinis dan Viral Bakteri Klamidia Alergika


sitology
Gatal Minimal minimal minimal Hebat1
Hiperemia generalisata generalisata generalisata generalisata
Mata berair banyak sedang sedang minimal
(epifora)2
Discharge Serous Purulent3/mukopurulen Mukopurulen Serous
Eksudasi Minimal Banyak6 Banyak Minimal
Adenopati Sering Jarang Hanya pada Tidak ada
preaurikular konjungtivitis
inklusi4
Pada kerokan dan Monosit Bakteri, PMN PMN, sel Eosinofil
eksudat yang dipulas plasma, badan
inklusi
Demam Kadang-kadang Kadang-kadang - -
Pseudomembran Kadang-kadang Kadang-kadang - -
Kemosis Kadang-kadang7 Ada5 - Ada8
Hipertrofi Papilla9 - Kadang-kadang Kadang- Pada vernal
kadang dan atopi
Folikel10 Kadang-kadang - ada Kadang-
kadang

1: pada konjungtivitis atopi dan vernal

2: jika justru ada penurunan sekresi air mata dan sebaliknya peningkatan produksi mucus,
kemungkinan keratokonjungtivitis sicca

3: pada konjungtivitis hiperakut (gonococcal) discharge purulent berat

4: biasanya terinfeksi dari kontak langsung atau tidak langsung dengan sekret genital infeksius.

konjungtivitis inklusi dan trachoma sama-sama disebabkan chlamydia trachomatis, bedanya:

- Trachoma: serotype A-C


- Konjungtivitisi inklusi dewasa dan neonatal: serotype D-K
- Lymphogranuloma venereum: serotype L1. L2, dan L3

5. kemosis berat disertai edema palpebral pada konjungtivitis hiperakut (gonococcal)


6. massif pada konjungtivitis hiperakut

7. Kadang ada pada konjungtivitis adenoviral, da nada pada konjungtivitis herpes (disertai dengan
ulserasi berbentuk dendritic/geografik pada permukaan konjungtiva, dan erupsi vesikel pada palpebral
dan periorbita.

8. pada atopi dan alergi simple

9. Papilla konjungtiva merah biasanya bacterial atau klamidial (red velvet di konjungtiva tarsalis
mengindikasikan trachoma akut). Pada keratokonjungtivitis vernal terdapat giant papillae form (cobble
stone) di konjungtiva tarsalis. Cobble stone itu flat, polygonal, berwarna milky-red. Pada upper tarsus,
giant papillae form mengindikasikan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis akibat sensitive
terhadap lensa kontak, sedangkan pada lower tarsus mengindikasikan keratokonjungtivitis atopi. Kalo
giant papillae di limbus kornea (antara jam 2-4 dan 8-10), mengindikasikan keratokonjungtivitis vernal
(trantas dots)

10. Biasanya terlihat pada konjungtivitis viral, seluruh konjungtivitis klamidia (kecuali neonatal),
beberapa kasus konjungtivitis parasitic, dan beberapa kasus konjungtivitis toksik akibat obat topical
seperti: idoxuridine, dipivefrin, dan miotik. Jika folikel terletak di tarsus (terutama upper tarsus), maka
harus curiga klamidia, viral, atau toksik.

Tanda klinis lain:

Pseudoptosis : penurunan palpebral superior karena efek sekunder infiltrasi pada otot mata. Biasanya
pada konjungtivitis parah seperti: trachoma dan keratokonjungtivitis epidemis.

Penatalaksanaan

1. Konjungtivitis bacterial akut (umumnya et causa staphylococcus aureus, streptococcus


pneumonie, h. influenza, e. coli)
o Antibiotic topical broad spectrum: chloramphenicol (1%), gentamycin (0,3%), atau
flamycetin eye drops setiap 3-4x perhari. Untuk sediaan salpe dapat digunakan tiap
malam hari.
o Bila tidak berespon: ciprofloxacin (0,3%), ofloxacin (0,3%), atau gatifloxacin (0,3%)
2. Konjungtivitis bacterial hiperakut (et causa n. gonorrhea, n. meningiditis, streptococcus
species, haemophilus species, pseudomonas aeruginosa)
o Antibiotic sistemik
- Tanpa ulkus kornea: ceftriaxone 1 gram IM
- Dengan ulkus kornea: MRS, inj ceftriaxone 1 gram/12 jam IV selama 3 hari

Jika alergi penisilin dapat diberi spectinoycin (2 gram IM) atau fluoroquinolone oral
(cipro 500 mg atau ofloxacin 400 mg 2dd1 selama 5 hari)

o Antibiotic topical sebagai tambahan (direkomendasikan): erythromycin, gentaa, cipro


o Pada kasus berat: irigasi sakus konjungtiva setiap 30-60 menit sekali dengan larutan
saline untuk membersihkan sel inflamasi, debris, protease
3. Konjungtivitis chlamydia
o Konjuntivitis inklusi dewasa: bisa sembuh sendiri tanpa terapi dalam 6-18 bulan.
Rekomendasi antibiotic:
- Azitromisin 1000 mg SD
- Doxycycline 2x100mg selama 7 hari
- Tetracycline 4x250 mg selama 7 hari
- Erithromycin 4x500mg selama 7 hari
o Trachoma: diagnosis klinis trachoma memerlukan minimal 2 dari gejala berikut
- Folikel konjungtiva pada konjungtiva tarsal superior
- Folikel limbal dan sekuele nya (Herbert pits)
- Skar konjungtiva tarsal tipikal
- Panus vascular pada limbus superior

Stadium trachoma ada 4 (McCallan)

1. Stage 1 (stadium insipient): setelah periode inkubasi sekirar 7 hari. Hiperemis


konjungtiva, edema palpebral, fotofobi, dan lakrimasi bilateral
2. Stage 2 (stadium established): setelah 7-10 hari. Folikel kecil mulai terbentuk di
konjungtiva tarsal superior, lama2 membesar selama 3-4minggu.
Neovaskularisasi kornea mulai terjadi dari libus kea rah kornea bagian atas
(formasi pannus)
3. Stage 3 (stadium parut): folike mereda, diganti sikatrik (jar parut) pada folikel
konjungtiva tarsal superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Bisa terjadi
trikiasis sebagai penyulit
4. Stage 4 (stadium penyembuhan): jaringan parut menyebabkan entropion
(sering dengan trikiasis) dan obstruksi saluran air mata. Entropion + trikiasis
menyebabkan parut kornea dan neovaskularisasi lanjut. Folikel pada limbus
yang mengalami sikatriksasi membentuk Herbert pits.

Penanganan:

- Rekomendasi untuk trakoma aktif: salep tetrasiklin 1% 2x sehari selama 2


bulan dan azitromisin oral 1000 mg SD
- Eritromisin topical bisa diberikan dalam frekuensi yg sama dan Tetrasiklin
oral 1,5 -2 gram sehari dalam dosis terbagi selama 3 minggu

4. Konjungtivitis viral

- Adenovirus: bersihkan membrane konjungtiva dengan rutin menggunakan forcep atau


usap dengan kapas setiap 2-3 hari, dikombinasikan dengan kortikosteroid topical
- Herpes: trifiridine (antivirus) dan terapi suportif seperti lubrikan dan kompres dingin.
Sterois kontraindikasi herpes simpleks.

5. Konjungtivitis alergika
- Penanganan suportif: lubrikan tanpa pengawet dan kompres dingin
- Medikamentosa:
o Steroid topical: loteprednol etaboate 0,2% untuk terapi, dan 0,5% untuk
profilaksis pada konjungtivitis alergi musiman. Hati2 penggunaann steroid
jangka panjang bisa meningkatkan TIO dan peningkatan resiko katarak
subkapsular posterior.
o Vasokonstriktor topical/antihistamin
o Antihistamin topical: levocabastine hycloride 0.05% (antagonis H-1 selektif)
untuk simtomatis. Emedastine difumarate 0,5% lebih kuat dalam mengurangi
kemosis, edema palpebral, dan gejala alergi lain.
o Stabilizer sel mast: nedocromil 2%, cromolyn sodium 4.0%, fluorometholone
0,1%, loxodamide tromethamine 0,1%, pmeirolast 0,1%
o Agen dengan aksi multiple: olopatidine hydrochloride 0.1% (antagonis selektif
H1 dan stabilizer sel mast), ketotifen fumarate 0.025%

KATARAK

Klasifikasi:

Tipe katarak Kausa Penderita


Katarak senil Proses penuaan/degenerative Usia lanjut (>60 thn)
Katarak trauma Kerusakan lensa akibat trauma Bekerja di tempat berbahaya
pada kapsul lensa seperti pemanggangan dan
pembakaran kaca
Katarak komplikata Penyulit penyakit khusus Pasien diabete, asma, emfisema
sistemik menahun
Katarak kongenital Kehamilan ibu dengan tampek Bayi baru lahir
Katarak toksik Pemakaian obat lama atau Pemakaian steroid tetes mata
bahan kimia bersifat racun atau perokok

Pembagian katarak senilis:

a. Katarak nuclear: kekeruhan terutama pada nucleus yang terletak di bagian sentral lensa.
b. Katarak kortikal: kekeruhan terbentuk pada korteks lensa. Penyebab tersering adalah diabetes
mellitus. Gangguan visus tergantung pada seberapa dekat opasitas pada aksis visual
c. Katarak posterior subkapsular: kekeruhan buasa mulai di bagian belakang lensa. Pengelihatan
dekat biasa lebih terganggu daripada pengelihatan jauh. Sinar matahari terang justri
menambah kesulitan pengelihatan.
Figure 1 Katarak Kortikal

Figure 2 Katarak nuclear sklerotik: opasitas difuse tapi terutama di tengah


E: katarak subkapsular posterior

F: katarak morgagni

STADIUM KATARAK

1. Katarak matur : seluruh protein lensa opaque


2. Katarak imatur: ada sebagian protein yang masih transparan
3. Katarak hipermatur: protein korteks lensa mencair. Cairan kemudian keluar melalui kapsul lensa,
menyebabkan lensa mengerut dan kapsulnya berkeriput (wrinkled). Sehingga, nucleus
tenggelam ke bawah, atau floats freely (katarak morgagnian).

Anda mungkin juga menyukai