KONJUNGTIVITIS
2: jika justru ada penurunan sekresi air mata dan sebaliknya peningkatan produksi mucus,
kemungkinan keratokonjungtivitis sicca
4: biasanya terinfeksi dari kontak langsung atau tidak langsung dengan sekret genital infeksius.
7. Kadang ada pada konjungtivitis adenoviral, da nada pada konjungtivitis herpes (disertai dengan
ulserasi berbentuk dendritic/geografik pada permukaan konjungtiva, dan erupsi vesikel pada palpebral
dan periorbita.
9. Papilla konjungtiva merah biasanya bacterial atau klamidial (red velvet di konjungtiva tarsalis
mengindikasikan trachoma akut). Pada keratokonjungtivitis vernal terdapat giant papillae form (cobble
stone) di konjungtiva tarsalis. Cobble stone itu flat, polygonal, berwarna milky-red. Pada upper tarsus,
giant papillae form mengindikasikan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis akibat sensitive
terhadap lensa kontak, sedangkan pada lower tarsus mengindikasikan keratokonjungtivitis atopi. Kalo
giant papillae di limbus kornea (antara jam 2-4 dan 8-10), mengindikasikan keratokonjungtivitis vernal
(trantas dots)
10. Biasanya terlihat pada konjungtivitis viral, seluruh konjungtivitis klamidia (kecuali neonatal),
beberapa kasus konjungtivitis parasitic, dan beberapa kasus konjungtivitis toksik akibat obat topical
seperti: idoxuridine, dipivefrin, dan miotik. Jika folikel terletak di tarsus (terutama upper tarsus), maka
harus curiga klamidia, viral, atau toksik.
Pseudoptosis : penurunan palpebral superior karena efek sekunder infiltrasi pada otot mata. Biasanya
pada konjungtivitis parah seperti: trachoma dan keratokonjungtivitis epidemis.
Penatalaksanaan
Jika alergi penisilin dapat diberi spectinoycin (2 gram IM) atau fluoroquinolone oral
(cipro 500 mg atau ofloxacin 400 mg 2dd1 selama 5 hari)
Penanganan:
4. Konjungtivitis viral
5. Konjungtivitis alergika
- Penanganan suportif: lubrikan tanpa pengawet dan kompres dingin
- Medikamentosa:
o Steroid topical: loteprednol etaboate 0,2% untuk terapi, dan 0,5% untuk
profilaksis pada konjungtivitis alergi musiman. Hati2 penggunaann steroid
jangka panjang bisa meningkatkan TIO dan peningkatan resiko katarak
subkapsular posterior.
o Vasokonstriktor topical/antihistamin
o Antihistamin topical: levocabastine hycloride 0.05% (antagonis H-1 selektif)
untuk simtomatis. Emedastine difumarate 0,5% lebih kuat dalam mengurangi
kemosis, edema palpebral, dan gejala alergi lain.
o Stabilizer sel mast: nedocromil 2%, cromolyn sodium 4.0%, fluorometholone
0,1%, loxodamide tromethamine 0,1%, pmeirolast 0,1%
o Agen dengan aksi multiple: olopatidine hydrochloride 0.1% (antagonis selektif
H1 dan stabilizer sel mast), ketotifen fumarate 0.025%
KATARAK
Klasifikasi:
a. Katarak nuclear: kekeruhan terutama pada nucleus yang terletak di bagian sentral lensa.
b. Katarak kortikal: kekeruhan terbentuk pada korteks lensa. Penyebab tersering adalah diabetes
mellitus. Gangguan visus tergantung pada seberapa dekat opasitas pada aksis visual
c. Katarak posterior subkapsular: kekeruhan buasa mulai di bagian belakang lensa. Pengelihatan
dekat biasa lebih terganggu daripada pengelihatan jauh. Sinar matahari terang justri
menambah kesulitan pengelihatan.
Figure 1 Katarak Kortikal
F: katarak morgagni
STADIUM KATARAK