Anda di halaman 1dari 23

CATATAN REHABILITASI MEDIK

1. Tes Provokasi Nyeri


a. Carpal tunnel Syndrome
- Tinel’s Test

Melakukan penekanan pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare)


Interpretasi :Tinel’s test positif jika timbul nyeri yang menjalar dari tempat penekanan
hingga ke daerah sesuai inervasi nervus medianus (jari I, jari II, Jari III dan setengah jari IV)

- Phalen’s test
Melakukan hiperflexi pada pergelangan tangan dengan mempertemukan kedua punggung
tangan (dorsum manus).
Interpretasi: Jika timbul nyeri yang menjalar sesuai inervasi n.medianus berarti phalent’s test
positif yaitu terdapat penekanan n.medianus pada canalis carpi (carpal tunnel)

b. Cubital Tunnel Syndrome

Tinel’s Test

Melakukan penekanan pada sulcus n.ulnaris yaitu dibagian posterior epicondylus medialis
humeri (sulcus n.ulnaris)

Interpretasi: jika terjadi jebakan n.ulnaris pada daerah tersebut maka akan timbul nyeri yang
dirasakan berpangkal pada tempat penekanan dan menjalar sepanjang perjalanan n.ulnaris
yaitu sebelah medial lengan bawah hingga ke setengah jari IV dan V (Tinel’s test positif)

1
CATATAN REHABILITASI MEDIK

c. Radial Nerve Entrapment


Tinel’s Test

Melakukan penekanan pada bagian proximal dan sedikit ke posterior dari processus
styloideus os radii.
Interpretasi: jika terjadi jebakan n.radialis pada daerah tersebut maka subjek akan
merasakan nyeri yang 20 menjalar dari tempat penekanan hingga ke dorsum manus
sesuai inervasi n.radialis (Tinel’s test positif)

d. Lowback Pain
- Laseque test
Klien berbaring pada meja pemeriksaan dengan kedua tungkai diluruskan (diekstensikan). 2
Kemudian mengangkat tungkai subjek sambil mempertahankan lutut tetap lurus. Pada orang
nomal, subjek tidak merasakan nyeri dan tahanan hingga sudut 70°.

2
CATATAN REHABILITASI MEDIK

Interpretasi : jika subjek merasakan nyeri menjalar dari bokong hingga ke tungkai sesuai
dengan inervasi n.ischiadicus sebelum mencapai 70° dikatakan laseque’s test positif yang
biasanya didapatkan pada penderita herniasi discus L5, S1 atau S2

- Bragard Test
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque dengan
ditambah dorsofleksi kaki

- Sicard Test
Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.

- Kernig’s Sign
 Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
 Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut
90 derajat.

3
CATATAN REHABILITASI MEDIK

 Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada persendian lutut sampai
membuat sudut 135 derajat atau lebih.

Lakukan Interpretasi:
Kernig’s sign: negatif (= Normal, apabila ektensi lutut mencapai minimal 135 derajat)
Kernig’s sign positif (= Abnormal, yaituapabila tidak dapat mencapai 135 derajat atau
terdapat rasa nyeri

- Test Valsalva
Pasien diminta untuk menghela nafas
Pasien diminta untuk mengejan sewaktu ia menahan nafas
Interpretasi : timbul nyeri radikuler yang berpangkal di tingkat leher dan menjalar ke tangan.

- Tes Patrick
Tempatkan tumit atau malleolus eksterna tungkai klien yang sakit pada lutut tungkai lainnya.
Lakukan penekanan pada lutut yang difelsikan.
Interpretasi : Akan timbul nyeri pada sendi panggul ipsilateral pada saat dilakukan penekanan
pada lutut yang difleksikan tersebut.

4
CATATAN REHABILITASI MEDIK

- Tes Kontra Patrick


Lipat tungkai klien yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan.
Lakukan penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut.
Interpretasi : Akan timbul rasa nyeri pada garis sendi sakroiliaka bila di situ terdapat suatu
keadaan patologis (arthritis), baik berupa nyeri yang menjalar sepanjang tungkai maupun
yang terbatas pada daerah bluteal atau sacral saja.

2. Kekuatan Motorik

Nilai Interpretasi
0 Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.
1 Terdapat kontraksi, gerakan sendi minimal dengan LGS Tidak Penuh
2 Terdapat gerakan sendi dengan LGS Penuh, tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)
3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat, tidak dapat melawan tahanan
4 Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan tahan ringan dan
sedang dari pemeriksa
5 Kekuatan normal

3. Skala Nyeri VAS dan NRS

5
CATATAN REHABILITASI MEDIK

4. Dermatom dan miotom saraf spinalis

Aksi otot radiks


Mengangkat siku setinggi deltoid C5
bahu
Fleksi lengan bawah Bisep brachii C6
Ekstensi lengan bawah Trisep brachii C8
Fleksi pergelangan tangan dan Kelompok otot lengan bawah C8, T1
jari dan intrinsik tangan
Ekstensi lutut Quadriseps Femoris L3-4
Fleksi Panggul Illiopsoas L2
Fleksi Lutut Hamstring L4-5, S1
Dorsofleksi ibu jari kaki Ekstensor halusis longus L5
Fleksi plantar pergelangan gastrocnemius S1
kaki

5. Refleks Fisiologis
a. Reflex bisep
- Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
- Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku

6
CATATAN REHABILITASI MEDIK

- Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilikus


- Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien lalu ketuklah tendo tersebut
palu

b. Refleks triseps
- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan
- Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilikus
- Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani

c. Reflex brakhioradialis
- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan tangan sedikit
dipronasikan
- Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya
- Ketuklah pada processus styloideus

7
CATATAN REHABILITASI MEDIK

d. Refleks Patella
- Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
- Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
- Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
- Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella

e. Refleks Achilles
- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki
- Ketuklah pada tendo achilles
- Lakukan cuci tangan rutin

6. Refleks patologis
a. hoffman
- Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai
- Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jarijarinya disuruh fleksi-entengkan
- Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah kita.
- Dengan ibu jari kita ”gores kuat” ujung jari tengah klien

Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi
dan aduksi ibu jari.

8
CATATAN REHABILITASI MEDIK

b. Tromner
- Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai
- Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jarijarinya disuruh fleksi-entengkan
- Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah (ibu jari) kita.
- Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksi dan aduksi ibu jari. Kadang disertai fleksi jari lainnya

c. Babinski
- Mintalah klien berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan.
- Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien supaya tetap pada tempatnya.
- Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung gagang palu refleks secara
perlahan dan tidak menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks menarik kaki.
Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal
ibu jari.
Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari , yang dapat disertai
mekarnya jari-jari lainnya.

9
CATATAN REHABILITASI MEDIK

7. Pemeriksaan nervus kranialis


a. Nervus I, Olfaktorius
Menaruh salah satu bahan/zat di depan salah satu lubang hidung klien sementara lubang
hidung yang lain ditutup. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yang dikenal sehari-
hari, misalnya kopi, teh, tembakau, jeruk.

Interpretasi:
Normosmia: kemampuan menghidu normal, tidak terganggu.
Hiposmia: kemampuan menghidu menurun, berkurang.
Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu, dapat dijumpai pada penderita
hiperemesis gravidarum atau pada migren.
Parosmia: tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu.
Kakosmia: persepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.
Halusinasi penciuman: biasanya berbentuk bau yang tidak sedap, dapat dijumpai pada
serangan epilepsi yang berasal dari girus unsinat pada lobus temporal, dan sering disertai
gerak mengecap-ngecap (epilepsi jenis parsial kompleks).

b. Nervus II (Opticus) dan III (Oculomotorius)


Sensorik
- Klien disuruh untuk melihat jauh (menfiksasi pada benda yang jauh letaknya.
- Selanjutnya pemeriksa memberi cahaya senter dan dilihat apakah ada reaksi pupil.
Pada keadaan normal pupil mengecil, disebut refleks cahaya langsung positif.

- Selanjutnya pemeriksa memperhatikan pula pupil mata yang satu lagi. Apakah
pupilnya ikut mengecil oleh penyinaran mata lainnya (kontralateral).

Jika pupilnya ikut mengecil berarti reaksi cahaya tidak langsung positif.

10
CATATAN REHABILITASI MEDIK

Pada lesi N. II kanan, refleks cahaya pupil langsung pada mata kanan negatif, dan tidak
langsung pada mata kiri negatif.

Bila mata yang normal (kiri) disinar, refleks pupil langsung positif, dan refleks cahaya
tak langsung di kanan positif.

Motorik (N.III, Oculomotorius)

Pemeriksa memperhatikan celah mata klien untuk menilai apakah terdapat ptosis
(kelopak mata terjatuh, mata tertutup dan tidak dapat dibuka), eksoftalmus dan
enoftalmus

Kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinya ptosis, yaitu kelopak mata
terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat dibuka. Hal ini disebabkan oleh kelumpuhan m.
Levator palpebrae. Kelumpuhan m. Levator palpebra yang total mudah diketahui, karena
kelopak mata sama sekali tidak dapat diangkat, mata tertutup. Pada kelumpuhan ringan
pemeriksa dapat membandingkan celah mata; pada sisi yang lumpuh celah mata lebih
kecil dan kadang-kadang kita lihat dahi dikerutkan (m. Frontalis) untuk mengkompensasi
menurunnya kelopak mata.

c. Nervus III (Oculomotorius), IV (Trochlear), VI (Abdusens)


- Pemeriksa menempatkan pena atau jari-jari pada posisi vertikal sejauh 50 cm dari
mata penderita dalam arah penglihatan sentral.
- Tangan yang lain memegang kelopak mata atau dagu klien untuk fiksasi kepala.
- Pemeriksa menggerakkan pena secara perlahan ke arah lateral, medial, atas, bawah,
dan ke arah yang miring yaitu atas-lateral, bawah-medial, atas-medial dan bawah-
lateral.
- Perhatikan apakah mata klien dapat mengikuti gerakan itu dan tanyakan apakah klien
melihat ganda (diplopia).

Interpretasi :

11
CATATAN REHABILITASI MEDIK

Bila klien tidak dapat menggerakkan mata ke arah lateral, parese m rectus lateralis
yang dipersarafi N cranialis VI. Bila klien tidak dapat menggerakkan mata ke arah
medial bawah, parese m obliqus superior yang dipersarafi N cranialis IV. Bila klien
tidak dapat menggerakkan mata ke arah selain lateral dan medial-bawah, parese N
cranialis III
d. Nervus V (Trigeminus)
1. Sensibilitas
Sensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu :
- bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis
- bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis
- bagian dagu, keluar dari foramen mentale.
Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan kiri.

2. Motorik
Penderita disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan pemeriksa ditruh kira-kira
didaerah otot maseter. Jika kedua otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada
tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot lebih keras.

e. Nervus VII (Facialis)


- Perhatikan muka penderita : simetris atau tidak. Perhatikan kerutan dahi, pejaman
mata, sulcus nasolabialis, dan sudut mulut.
- Meminta penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan simetris atau
tidak. Kerutan dahi menghilang pada sisi yang lumpuh.
- Meminta penderita memejamkan mata dan kemudian pemeriksa mencoba membuka
mata penderita. Pada sisi yang lumpuh, penderita tidak dapat/sulit memejamkan mata
(lagopthalmus) dan lebih mudah dibuka oleh pemeriksa.
- Meminta penderita menyeringai atau menunjukkan gigi, mencucurkan bibir atau
bersiul, dan mengembungkan pipi. Perhatikan sulcus nasolabialis akan mendatar,

12
CATATAN REHABILITASI MEDIK

sudut mulut menjadi lebih rendah, dan tidak dapat mengembungkan pipi pada sisi
lumpuh.

INTERPRETASI: Bedakan kelumpuhan nervus VII tipe UMN dan tipe LMN. Tipe UMN,
bila kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (m. orbicularis oris). Tipe LMN, bila
kelumpuhan terjadi baik pada daerah mulut maupun pada mata (m. orbicularis oculi) dan dahi
(m. frontalis).

f. Nervus VIII (Vestibulocochlearis)


- Tes Weber
Garpu tala yang bergetar ditempelkan dipertengahan dahi. Dibandingkan mana yang lebih
keras, kanan/ kiri.

- Tes Rinne

Garpu tala yang bergetar ditempelkan pada Processus mastoideus. Sesudah tak
mendengar lagi dipindahkan ke telinga maka terdengar lagi. Ini karena penghantaran
udara lebih baik daripada tulang.

13
CATATAN REHABILITASI MEDIK

g. Nervus IX (Glossopharyngeal ) – X(Vagus)


- Gerakan palatum
Penderita diminta mengucapkan huruf a atau ah dengan panjang, sementara itu
pemeriksa melihat gerakan uvula dan arcus pharyngeus. Uvula akan berdeviasi
kearah yang normal (berlawanan dengan gerakan menjulurkan lidah pada waktu
pemeriksaan N XII).

- Reflex muntah
Pemeriksa meraba dinding belakang pharynx dan bandingkan refleks muntah kanan
dengan kiri. Refleks ini mungkin menhilang oada pasien lanjut usia

h. Nervus XI (Accesorius)
Kekuatan otot sternocleidomastoideus diperiksa dengan menahan gerakan fleksi lateral dari
kepala/leher penderita atau sebaliknya (pemeriksa yang melawan/ mendorong sedangkan
penderita yang menahan pada posisi lateral fleksi). (a)
Kekuatan m. Trapezius bagian atas diperiksa dengan menekan kedua bahu penderita
kebawah, sementara itu penderita berusaha mempertahankan posisi kedua bahu terangkat
(sebaliknya posisi penderita duduk dan pemeriksa berada dibelakang penderita)(b)

(a) (b)

14
CATATAN REHABILITASI MEDIK

i. Nervus XII (Hypoglossus)


Pada lesi LMN, maka akan tamapk adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini berupa
perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah)
1). Menjulurkan lidah Pada lesi unilateral, lidah akan berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy
(kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.
2) Menggerakkan lidah kelateral Pada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa
digerkkan kearah samping kanan dan kiri.
3)Tremor lidah Diperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka tremor
dan atropi papil positip
4) Articulasi Diperhatikan bicara dari penderita. Bila terdapat parese maka didapatkan
dysarthria.

8. Mekanisme TENS
TENS bekerja dengan menstimulasi serabut saraf tipe α β yang dapat mengurangi nyeri.
Mekanisme kerjanya diperkirakan melalui ‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari serabut saraf
kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar, kemudian serabut saraf besar akan menutup jalur
pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri dan TENS juga
menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin. TENS dapat digunakan pada
berbagai keadaan salah satunya pasien paska bedah dan kondisi akut. Hal ini didukung oleh
penelitian Rosyid (2010), bahwa TENS lebih efektif dalam menurunkan intensitas nyeri
dibandingkan dengan terapi es pada pasien simple fraktur karena TENS memiliki mekanisme
frekuensi dan amplitude yang dapat diatur berdasarkan sensasi nyeri yang dialami oleh pasien
simple fraktur. Keuntungan dari menggunakan TENS adalah bahwa tidak seperti menghilangkan
rasa sakit oleh obat, karena tidak menimbulkan ketagihan, tidak menyebabkan kantuk atau mual,
dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan. Proses stimulus melalui kulit mendukung untuk
bekerja menurunkan nyeri dengan cara penutupan gerbang transmisi nyeri.

15
CATATAN REHABILITASI MEDIK

9. Penanganan Nyeri

10. ROM
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan
untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan dapat dilihat sebagai
tulang yang digerakkan oleh otot atau pun gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui
persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut
akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Range of motion (ROM) diukur dalam rentang gerak aktif (AROM) dan rentang gerak pasif
(PROM). AROM didefinisikan sebagai rentang gerak ketika seseorang menggunakan kekuatan
otot untuk mempengaruhi gerakan pada sendi. Sementara PROM adalah rentang gerak yang
dicapai ketika pemeriksa menerapkan kekuatan eksternal ke anggota tubuh seseorang. Perbedaan
antara AROM dan pengukuran PROM menunjukkan perlekatan tendon, kelemahan (kekuatan
menurun relatif terhadap jaringan artikular yang ketat), keterlibatan saraf, atau nyeri.

16
CATATAN REHABILITASI MEDIK

ROM cervical spine

ROM shoulder

17
CATATAN REHABILITASI MEDIK

ROM Elbow

ROM Hand & Wrist

18
CATATAN REHABILITASI MEDIK

ROM Thorakal & Lumbar Spine

19
CATATAN REHABILITASI MEDIK

Lateral Bending
Rotasi

20
CATATAN REHABILITASI MEDIK

ROM Hip

21
CATATAN REHABILITASI MEDIK

ROM Knee

ROM Foot & Ankle

22
CATATAN REHABILITASI MEDIK

23

Anda mungkin juga menyukai