Anda di halaman 1dari 3

Pada dasarnya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) akan membantu proses

administratif untuk memulangkan jenazah ke Indonesia. Namun, beberapa syarat wajib


dipenuhi oleh orang yang mengurus kepulangan jenazah, antara lain permohonan
mengekspor jenazah dari agensi resmi, paspor almarhum, paspor pengiring jenazah
yang berlaku, Medical Certificate of Cause of Death (MCCD) dari rumah sakit, izin
ekspor otoritas setempat, Certification of Sealing, dan Certification of Embalming dari
rumah sakit otoritas. Jika syarat-syarat telah dipenuhi, Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di wilayah negara tersebut akan berkoordinasi dengan otoritas yang
berwenang mengurusi jenazah.

Kemlu melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal
Republik Indonesia (KJRI) akan menanggung biaya memulangkan jenazah apabila
pihak keluarga yang ditinggalkan kurang mampu. Untuk hal itu diperlukan surat
keterangan tidak mampu yang kemudian dikirimkan ke Kemlu. Jika keluarga dalam
kondisi mampu, KJRI dan KBRI hanya akan mengurus perkara administrasi.

Ada dua jalur yang bisa ditempuh untuk memulangkan jenazah ke Indonesia, yakni jalur
darat dan udara. Secara umum, proses pemulangan kedua cara itu sama. Pihak yang
berwenang untuk mengurus jenazah tersebut berawal dari pihak perusahaan atau
orang yang bertanggung jawab. Sejak dinyatakan atau diketahui ada WNI yang
meninggal dunia, pihak perusahaan yang bertanggung jawab wajib melaporkan hal
tersebut kepada pihak KJRI maupun pihak kepolisian. Apabila jenazah tersebut
meninggal dalam kondisi yang tidak wajar atau di luar penanganan rumah sakit, maka
pihak kepolisian akan meminta dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebab
kematiannya. Hasil otopsi juga diperlukan sebagai persyaratan mengurus klaim
asuransi.

Selanjutnya, agen resmi pengiriman jenazah kemudian mempersiapkan peti mati yang
disesuaikan dengan tujuan dan cara pengiriman. Untuk jalur darat, biasanya cukup
menggunakan peti jenazah biasa. Sedangkan untuk pengiriman melalui pesawat
terbang, peti jenazah yang digunakan harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
dinas kesehatan setempat dan petugas terkait di semua bandara di Indonesia. Pihak
agen selanjutnya memberitahukan jadwal keberangkatan dan perkiraan waktu tiba di
tempat tujuan

Penanganan Jenazah Covid-19


Pertama, persemayaman jenazah dalam waktu lama sangat tidak dianjurkan untuk
mencegah penularan penyakit, maupun penyebaran penyakit antar pelayat.  Kedua,
jenazah yang disemayamkan di ruang duka harus telah dilakukan tindakan desinfeksi,
dan dimasukkan ke dalam peti jenazah, serta tidak dibuka kembali. 
Ketiga, untuk menghindari kerumunan yang berpotensi sulitnya melakukan physical
distancing, disarankan sekali lagi, agar keluarga yang hendak melayat tidak lebih dari
30 orang. Pertimbangan ini untuk mencegah terjadinya penyebaran antar pelayat. 
Keempat, jenazah hendaknya disegerakan untuk dikubur atau dikremasi, sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya dalam waktu tidak lebih dari 24
jam. Kelima, setelah diberangkatkan dari rumah sakit, jenazah hendaknya langsung
menuju lokasi penguburan atau krematorium untuk dimakamkan atau dikremasi. 
Sangat tidak dianjurkan untuk disemayamkan lagi di rumah atau tempat ibadah
lainnya. Keenam, sedangkan pengantaran jenazah dari rumah sakit ke pemakaman
harus memperhatikan dua hal, yakni transportasi jenazah dari rumah sakit ke tempat
pemakaman dapat melalui darat menggunakan mobil jenazah. 
Kemudian, jenazah yang akan ditransportasikan sudah menjalani prosedur desinfeksi
dan dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik yang diikat
rapat, serta ditutup semua lubang-lubang tubuhnya.
Ketujuh, beberapa ketentuan dalam pemakaman yakni, pertama pemakaman jenazah
harus dilakukan segera mungkin dengan melibatkan pihak rumah sakit dan dinas
pertamanan dan pemakaman.  
Kemudian selanjutnya, pemakaman dapat dihadiri oleh keluarga dekat dengan tetap
memperhatikan physical distancing dengan jarak minimal dua meter, maupun
kewaspadaan standar setiap individu pelayat atau keluarga yang menunjukkan gejala
COVID-19, tidak diperkenankan untuk hadir.

Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga
korban dan menerangkan maksud dan tujuannya pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah
keluarga korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga korban (ps 134 KUHAP). Jenasah yang diperiksa dapat juga berupa jenasah yang
didapat dari penggalian kuburan (ps135 KUHAP).
Jenasah hanya boleh dibawa keluar institusi kesehatan dan diberi surat keterangan kematian bila
seluruh pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah dilakukan. Apabila jenasah dibawa pulang
paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan kematian.

Anda mungkin juga menyukai