Anda di halaman 1dari 6

RESUME SKENARIO 1 MODUL ALERGI

OLEH RUANG 4

KASUS 1

Seorang laki-laki, 35 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk, pilek, panas sumer-
sumer. Penderita mendapat obat amoksisilin, parasetamol, GG, CTM. Setelah mendapat
obat dari Puskesmas, penderita pulang dan minum obat-obatan yang diberikan. Bebera[a
menit setelah meminum obat tersebut timbul bentol-bentol kemerahan diseluruh tubuhnya
dan terasa gatal.

KATA SULIT

 Panas sumer-sumer : badan yang terasa hangat


 Amoksisilin
 Parasetamol
 GG : Gliseril Guaiakolat
 CTM : Chloro Trimeton

KATA KUNCI

 Laki-laki, 35 tahun
 Keluhan batuk, pilek, panas sumer-sumer
 Mendapat obat amoksisilin, parasetamol, GG, CTM
 Beberapa menit setelah meminum obat, timbul bentol-bentol kemerahan diseluruh
tubuhnya dan terasa gatal

MASALAH DASAR

REAKSI TUBUH (ALERGI) YANG TIMBUL SETELAH MENGKONSUMSI OBAT

PERTANYAAN DAN PEMBAHASAN

1) Etiologi alergi pada kasus ini ?


Jawab : Obat

2) Bagaimana mekanisme dan imunopatogenesis dari alergi ?


Jawab :
 Paparan 1
Alergen → Sel T → Sel B → Sel Mast → Berikatan dengan reseptor IgE
 Paparan 2
Alergen → Sel Mast berikatan dengan IgE → Degranulasi → Pelepasan mediator
kimia (histamine) → Vasodilatasi → Bengkak → Merah
3) Jelaskan alasan kenapa diberikan obat amoksisilin, parasetamol, GG dan CTM pada
kasus ini ?
Jawab :
a) Amoksisilin
Obat ini merupakan obat penisilin. Spesifiknya golongan aminopresilin. Pada
dasarnya penisilin termasuk golongan antibiotika betalaktam, karena pada
struktur kimianya terdapat cincin betalaktam. Mekanisme kerja antibiotic adalah
dengan menghambat sintesis mukpepetida yang diperlukan untuk pembentukan
dinding sel bakteri. Pada penggunaan klinik, amoksisilin biasanya dipakai untuk
infeksi batang gram-negatif, seperti haemophilus influenza penghasil
betalaktamase dengan kombinasi trimetoprim-sulfametaksazol, amoksisilin-asam
klavulanat atau ampisilin-sulbaktam. Pada kasus ini amoksisilin dipakai untuk
gejala batuk dan pilek.

b) Parasetamol
Asetaminofen (di Indonesia lebih dikenal dengan Parasetamol) merupakan
metabolit fenatesin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak
1983. Efek antipiretik ini ditimbulkan oleh gugus amino-benzen.
Farmakodinamik :
Efek analgesic parasetamol dan fenatesin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh
dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Pada kasus ini, parasetamol digunakan khusus untuk gejala panas sumer-sumer.

c) GG ( Gliserol Guaiakolat)
Obat ini merupakan obat ekspektoran. Ekspektoran ialah obat yang dapat
merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas (espektorasi). Mekanisme
kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara
refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N. vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. Namun,
penggunaan obat ini didasarkan oleh tradisi dan kesan subjektif pasien dan
dokter. Belum ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan. Pada
kasus ini, obat ini ditujukan untuk gejala batuk.

d) CTM (Chlorotrimeton)
Chlorotrimeton merupakan obat anti-histamin (AH₁), generasi pertama. Obat ini
berada dibawah golongan alkilamin. Obat ini dikenal juga sebagai khlorfeniramin
maleate. Obat ini berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi
dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. (pada penyakit alergi) AH₁ ini
berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis atau
urtikaria. AH₁ menghilangkan bersin, rinore, dan gatal pada mata, hidung,
tenggorokan pada pasien seasonal hay fever. AH₁ efektif terhadap alergi yang
disebabkan debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya
lama. Pasa kasus ini ditunjukan untuk gejala pilek.
4) Apakah alergi ini disebabkan oleh salah satu jenis obat atau obat lain ? Sebutkan
pula kandungan yang terdapat pada obat khususnya yang menyebabkan alergi !
Jawab :
Alergi obat yang dialami pasien besar kemungkinan disebabkan oleh 2 jenis obat
yang dikonsumsi oleh pasien diantaranya amoksisilin dan parasetamol.
 Manifestasi klinis dari alergi akibat amoksisilin :
o Ruam kulit. Ruam kulit dapat terjadi diseluruh tubuh atau dibagian
tertentu. Biasanya ditandai dengan kemerahan pada kulit, pembengkakan
serta benjolan(kadang-kadang gatal) dan bintik-bintik diatas permukaan
kulit. Hal inni adalah salah satu gejala yang paling umum dari reaksi alergi
terhadap amoksisilin pada anak-anak maupun orang dewasa.
o Gatal dan pembengkakan. Terasa sensasi gatal pada daerah-daerah
tubuh, terutama dilipatan kulit. Hal ini dapat menyebabkan banyak
ketidaknyamanan dan menyebabkan infeksi karena menggaruk dengan
kuku yang kotor. Selain gatal, bengkak juga merupakan efek samping dari
amoksisilin yang dapat terjadi.
o Peradangan. Peradangan dan sensasi terbakar terasa pada tubuh. Hal ini
sering terjadi pada otot-otot wajah dan dapat menyebabkan sensasi
terbakar di pipi, kelopak mata bawah, bibir, disekitar mulut dan hidung.
Hal ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain.
o Mual. Mual merupakan gejala yang sangat umum disebabkan oleh asupan
obat amoksisilin. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan dan hilangnya
nafsu makan sebagai efek langsung.
o Masalah pencernaan. Ada beberapa masalah pencernaan yang dapat
muncul sebagai gejala alergi amoksisilin, yang meliputi tingkat keasaman,
mulas, diare serta nyeri perut.
o Reaksi parah. Ada reaksi lain yang dapat muncul sebagai akibat dari
penggunaan obat amoksisilin. Berikut ini adalah reaksi parah yang dapat
disebabkan karena penggunaan terus dan dosis obat :
 Pengelupasan kulit pada tangan dan kaki
 Pengembangan lepuh dan bisul di mulut
 Punggung dan alat kelamin
 Kejang
 Sesak napas
 Kesulitan bernafas
 Hidung tersumbat
 Nyeri didaerah perut
 Warna urin menjadi gelap
 Darah dalam tinja
 Melemahnya fungsi hati
 Infeksi jamur
 Munculnya penyakit ginjal dan asma
Tingkat keparahan tergantung pada lama penggunaan serta dosis yang
tinggi.

 Manifestasi klinis dari alergi akibat paracetamol :


o Mual, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan.
o Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati.
o Reaksi hipersensitivitas/alergi seperti ruam, kemerahan pada kulit,
bengkak, sesak nafas, dan syok.
Pada dasarnya semua obat berpotensi menimbulkan alergi. Setiap orang
memiliki jenis alergi yang berbeda-beda. Namun, dari bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan FKUI menyebutkan obat yang sering menimbulkan alergi adalah
antibiotika penisilin dari turunannya (amoksisilin, ampisilin, kloksasilin),
antibiotika sulfonamide, obat antidemam dan anti nyeri (asam salisilat,
parasetamol)

 Komposisi Amoksisilin
Tiap tablet amoksisilin 500mg mengandung amoksisilina trihidrat setara
dengan amoksisilina anhidrat 500mg. Tiap tablet amoksisilin 250mg
mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat
250mg. Tiap sendok teh (5ml) suspense mengandung amoksisilina trihidrat
setara dengan amoksisilina anhidrat 125mg.

 Komposisi Parasetamol
o Parasetamol Tablet : Setiap tablet mengandung parasetamol 500mg
o Parasetamol Sirup 125mg/5ml : Tiap 5ml (1 sendok tkr) mengandung
parasetamol 125mg
o Parasetamol Sirup 160mg/5ml : Tiap 5ml (1 sendok tkr) mengandung
parasetamol 160mg
o Parasetamol Sirup Forte 250mg/5ml : Tiap 5ml (1 sendok tkr)
mengandung parasetamol 250mg

5) Bagaimana Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang dari kasus ini ?


Jawab :
o Anamnsesis :
 Kapan gejala timbul dan apakah munculnya mendadak atau bertahap
 Karakter, lama, frekuensi, dan beratnya gejala
 Waktu timbulnya gejala
 Pekerjaan dan hobi
 Pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup
 Kaitan penyakit dengan riwayat keluarga
 Jenis obat yang sudah diberikan
 Rute obat : suntik atau obat
o Pemeriksaan fisik :
Diperiksa apakah ada :
 Urtikaria dengan edema laring, wheezing, hipotensi
 Demam, luka pada membrane mukosa, pembesaran kelenjar getah
bening
 Membrane timpani
o Pemeriksaan penunjang :
 Skin Prick Test (Tes Tusuk Kulit)
 RAST (Radio Alergo Sorbent Test)

6) Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus ini ?


Jawab :
o Diagnosis : pasien ini terkena ERUPSI ALERGI OBAT
o Diagnosis banding : Syndrome Steven-Johnsons

7) Bagaimana penatalaksanaan dan penanganan pada pasien ini ?


Jawab :
Dasar penatalaksanaan alergi obat adalah penghentian obat yang dicurigai kemudian
mengatasi gejala klinis yang timbul
 Penatalaksanaan umum :
Penghentian obat. Kalau mungkin semua obat dihentikan dulu kecuali obat
yang memang perlu dan tidak dicurigai sebagai penyebab reaksi alergi atau
menggantikan dengan obat lain. Bila obat tersebut dianggap sangat penting
dan tak dapat digantikan dapat terus diberikan atas persetujuan keluarga dan
dengan cara desesitasi.

 Penatalaksanaan khusus :
Terapi sesuai gejala yang timbul terutama pemberian obat golongan
kortikosteroid dan anti-histamin.

8) Bagaimana komplikasi dan prognosis pada kasus ?


Jawab :
o Komplikasi :
 Gejala kulit (paling sering) :
 Eritema (kemerahan)
 Urtikaria (bentol)
 Pruritus (gatal)
 Angioedema (pembengkakan atau bercak)
 Vesikula (gelembung yang berisi cairan serum, beratap, mempunyai dasar
dengan diameter < 1cm)
 Bula (vesikel dengan diameter > 1cm) hingga kulit melepuh
 Gejala lain (yang lebih jarang) :
 Sesak nafas
 Pusing hingga pingsan, seperti pada anafilaksis
 Anemia
 Gangguan fungsi hati atau ginjal
 Komplikasi yang paling berbahaya :
 Anafilaksis
 Steven Johnsons Syndrome
 Nekrosis Epidermal Toksik
 Drug Rash Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS)
o Progosis :
Jika penatalaksanaanya baik maka prognosisnya juga baik, tetapi apabila
penatalaksanaanya buruk maka prognosisnya juga buruk.

KESIMPULAN

Erupsi obat yang diakibatkan oleh Hipersensitivitas Tipe 1

REFERENSI

 Farmakologi dan Terapi FKUI


 Imunologi Dasar FKUI
 Fisiologi Kedokteran
 Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V
 Buku Ajar Patologi Robbins Vol 1 Edisi 7

Anda mungkin juga menyukai