Anda di halaman 1dari 8

Syok Anafilaktik

Makalah

Stase ANESTESI RS Soeradji Tirtonegoro Klaten


26 November -5 Desember 2015

Disusun oleh :
TEO HUI YANG
RIZKA IBONITA
SARAH MARDHIAH
PRIMADHY RAHARDIAN WIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
Anaphylactic Reaction & Shock

Anafilaksis adalah kondisi hipersentivitas yang systemic pada tubuh saat terpapa

dengan pencetus tertentu. Terdapat beberapa definisi untuk anafilaksis misalnya reaksi

anafilaksik, anafilaktoid, dan shock anafilaktik. Reaksi anafilaktik adalah respons

klinis terhadap reaksi imunologik tipe I yang terjadi antara antigen

dengan antibodi (IgE). Reaksi anafilaktoid adalah bila terjadi reaksi

serupa tetapi tidak melalui jalur interaksi antigen antibody. Contoh :

reaksi akibat radiografi kontras.

Anafilaksis boleh dibahagika kepada dua jenis patofisiologi: IgE

dan non-IgE. Untuk reaksi tipe IgE, pencetus akan memyebabkan

pelepasan IgE dari mast cell disertai dengan histamine dan

prostaglandin, ini menyebabkan reaksi anafilaksis di tubuh. Untuk tipe

non-IgE, pencetus menaktivasi sistem komplemen dan sistem

komplemen menyebabkan reaksi anafilaktoid.

Pencetus tersering anafilaksis (tipe Ig-E):

- Antibiotik (penisilin, sefalosporin), ekstrak alergen (bisa tawon,

polen),

- obat (analgetik, anestesi, thiopental, suksinilkolin),

- enzim (kemopapain, tripsin),

- serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit),


- protein manusia (insulin, vasopresin, serum).

Pencetus tersering untuk anafilaksis (tipe non-IgE):

- Zat penglepas histamin secara langsung : Obat (opiat, vankomisin,

kurare), Cairan hipertonik (media radiokontras, manitol), Obat lain

(dekstran, fluoresens)

- Aktivasi komplemen (protein manusia (imunoglobulin, & produk darah

lainnya), bahan dialysis)

- Modulasi metabolisme asam arakidonat (Asam asetilsalisilat,

Antiinflamasi nonsteroid)

Pada umumnya reaksi anafilaksis akan menyebabkan reaksi lokal

dan reaksi sistemik. Untuk reaksi lokal yang paling sering adalah

urtikaria, erythema, gatal-gatal, dan angioedema. Reaksi lokal jarang

menimbulkan kematian dan boleh diatasi dengan obat antihistamine

atau steroid salep. Reaksi sistemik menyebabakan komplikasi yang

lebih berat kerana penglibatan berbagai organ dan sering melibatkan

lebih dari satu organ pada satu pasien. Reaksi sistemik boleh terjadi

dalam 30 menits setelah paparan. Penderita boleh mengalami

kegawatan jika tidak mendapat penangaan yang benar. Kondisi yang

paling gawat untuk reaksi sistemik adalah bronchospasm, shock

anafilaksi, dan steven-johnson syndrome.


Reaksi sistemik ringan
Rasa gatal, hangat sering disertai rasa penuh di mulut dan tenggorokan
Hidung tersumbat, bersin-bersin
Edema di sekitar mata serta berair
Kulit gatal
Onset biasanya terjadi 2 jam setelah paparan antigen
2. Reaksi sistemik sedang
Serupa reaksi sistemik ringan disertai spasme bronkus &/atau edema
saluran napas
Sesak, batuk, dan mengi
Angioedema, urtikaria menyeluruh, mual, dan muntah
Gatal, badan terasa hangat, serta gelisah
3. Reaksi sistemik berat
Spasme bronkus, edema laring, serak, stridor, sesak, sianosis, henti napas
Sakit menelan, kejang perut, diare, muntah
Hipotensi, aritmia, syok, koma
Kejang
Terjadi mendadak
Syok anafilaktik bagian dari reaksi sistemik berat

Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang

melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang merata, pruritus,atau

kemerahan, edema bibir-lidah-uvula), paling sedikit satu dari gejala berikut :


a. Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak

ekspirasi (APE), hipoksemia.

b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ (hipotonia atau

kolaps, pingsan, inkontinens)

Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar serupa alergen

pada penderita (beberapa menit sampai jam):

a. Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruritus-kemerahan,

edema pada bibir-lidah-uvula)

b. Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stidor, penurunan APE,

hipoksemia)

c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps, pingsan,

inkontinens)

d. Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah)

3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa menit sampai jam)

e. Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan lebih dari

30% tekanan darah sistolik.


f. Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau penurunan lebih dari 30%

nilai basal pasi

* Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila < 70 mm Hg antara 1 bulan

sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg [2x umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang

dari 90 mm Hg dari 11 sampai 17 tahun.

Flowchart untuk penanganan Shock Anafilaksi

Penatalaksanaan Anafilaksis yang paling penting adalah berhentikan pencetus,

nilai berat reaksi dan memilih cara penangaan. Jika pasien dipastikan mengalami shock

anafilaksis, adrenaline harus segera diberikan secara IM. Dosage adrenaline adalah
0.01mg/kg (sekitar 0.3-0.5 ml), diinjeksi maksimal 3 kali setiap 5 menits jika tidak ada

perbaikan. Pasien harus dimonitor setelah diinjeksi adrenalin dengan cara monitor

tekanan darah, nadi, dan oxymetry). Pasien harus diberikan penafasan manual jika

pernasafan tidak adequate.

Untuk pencegahan kejadian anafilaksi, pasien harus diedukasi bahwa

anafilaksis dapat berulang, pemicu perlu diketahui dan sering dihindari dan pencegahan

jangka panjang harus dilakukan

Langkah-langkah Pencegahan:

1. Riwayat alergi obat secara terperinci

2. Obat sebaiknya diberikan peroral

3. Observasi pasien selama 30 menit setelah pemberian

4. Memeriksa label obat

5. Menanyakan riwayat obat secara teliti jika ada faktor predisposisi

6. Mengajarkan untuk dapat menyuntik adrenalin

7. Menggunakan preparat human antiserum

8. Lakukan uji kulit jika mungkin

9. Pemberian obat pencegahan reaksi alergi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai