Anda di halaman 1dari 17

KULIAH KERJA NYATA-PEMBELAJARAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KKN-PPM)

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS LABORATORIUM


TERPADU DI FASILITAS KESEHATAN PRIMER
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

Oleh :
Primadhy Rahardian Wijaya
10 / 297192 / KU / 13772
Mahasiswa Profesi Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dosen Pembimbing : Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.kes

BIDANG PENGELOLAAN KKN-PPM PENGEMBANGAN UMKM


DAN PELAYANAN MASYARAKAT
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL
KULIAH KERJA NYATA-PEMBELAJARAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KKN-PPM)
SOSIALISASI DAN PELATIHAN KADER KESEHATAN
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

Disusun Oleh :

Primadhy Rahardian Wijaya


10 / 297192 / KU / 13772
Mahasiswa Profesi Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat

Telah disetujui pada tanggal 6 Agustus 2015

Dosen Pembimbing:

Dr. dr. Wahyudi Istiono M.Kes


DAFTAR ISI

Halaman
judul..............................................................................................................
............. i
Lembar
pengesahan...................................................................................................
............... ii
Daftar
isi.........................................................................................................
.................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar
belakang.......................................................................................................
1
I.2. Identifikasi
masalah.............................................................................................. 2
I.3. Rumusan
masalah................................................................................................. 2
I.4.
Tujuan ...........................................................................................................
....... 2
I.5. Kerangka
Konsep .................................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Fasilitas Kesehatan Primer (tingkat pertama)
.................................................. 7
II.1.2 Laboratorium dan Pemeriksaan
Penunjang........................................................ 8
II.2 Kajian
Ilmiah.......................................................................
. 10
BAB III. METODE PELAKSANAAN
III.1. Rancangan
program............................................................................... ............ 12
III.2.
Sasaran.........................................................................................................
..... 12
III.3. Pelaksana dan pihak
terkait............................................................................... 12
III.4. Jadwal
pelaksanaan........................................................................................... 1 2
III.5. Rincian
Anggaran................................................................................... ............ 13
BAB IV. KESIMPULAN DAN
SARAN............................................................................... ........... 15
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................
........... 16
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pulau Komodo terletak di Kepulauan Nusa Tenggara dan dikenal
sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau Komodo berada di sebelah barat
Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape, termasuk wilayah
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Indonesia.
Tingkat kesehatan masyarakat di pulau ini cukup rendah dengan
fasilitas, ketersediaan obat-obatan, dan tenaga kesehatan yang sangat
terbatas. Ditambah belum tercovernya semua penduduk di sana oleh BPJS.
Satu-satunya facilitas kesehatan di pulau komodo adalah
Puskesmas Benteng yang terletak di kecamatan komodo. Puskesmas
tersebut juga belum dilengkapi facilitas rawat inap dan persalinan serta
laboratorium yang memadai, keterampilan laboran dalam melakukan
pemeriksaan lab dan pemahaman terhadap indikasi serta interpretasi hasil
pemeriksaan lab masih kurang. Semua keadaan ini membuat sulitnya
masyarakat di sana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Bahkan
keadaan gawat darurat sekalipun seperti trauma akibat gigitan komodo
yang cukup banyak terjadi disana tidak segera mendapatkan tindakan
medis dan keperawatan yang professional sehingga masih banyak korban
meninggal akibat kurangnya pelayanan kesehatan di sana dan tidak
adanya pemeriksaan kultur bakteri hubungannya denga media kultur yang
diperlukan. Belum lagi ditambah penyakit infeksius seperti malaria yang
masih cukup tinggi angka prevalensinya di Pulau ini. Di Indonesia, malaria
ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus
malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang,
slide positive rate (SPR): 9215, annual paracitic index (API): 0.080/00. CFR
dirumah sakit sebesar 10-50 %. Menurut laporan, di provinsi Jawa Tengah
tahun 1999; API sebanyak 0.35 0/00, sebagian besar disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria
di Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0.51 pada
tahun 2003, menurun menjadi 0.15 dan berkurang lagi menjadi 0.07 pada
tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur,
sedangkan Plasmodium ovale di NTT dan Papua.5
Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama
semakin bertambah. Plasmodium falciparum dilaporkan resistensi
terhadap klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin di wilayah Amazon dan
Asia Tenggara. P. vivax yang resistensi klorokuin ditemukan di Papua
Nugini, provinsi Papua, Papua Barat dan Sumatera. 5
Resistensi obat menyebabkan semakin kompleksnya pengobatan
dan penanggulangan malaria maka pemeriksaan lab untuk resistensi
bakteri juga perlu diadakan. 5 Sebagai salah satu re-emerging infectious
disease di Indonesia, malaria endemis di beberapa provinsi. Secara
nasional pada tahun 2007 Provinsi Papua Barat mempunyai Annual Malaria
Incidence (AMI) tertinggi (346 ), urutan kedua Provinsi Papua (176 ),
dan urutan ketiga adalah Provinsi Maluku Utara ( 92,04 ). Provinsi Nusa
Tenggara Timur sendiri menempati urutan ke empat dengan AMI sebesar
81,32 . 6
Di Nusa Tenggara Timur kasus kematian balita dengan penyakit
penyerta malaria berada pada urutan kelima dengan persentase sebesar 7
%, setelah ISPA, Tuberkulosis, Diare dan Anemia (Dinkes Prov NTT, 2007).
Pada tahun 2005 di desa Uitiuana Kecamatan Semau Kabupaten Kupang
terjadi KLB malaria yang menyebabkan kematian 8 orang anak. Selain
menyebabkan kematian, untuk dampak jangka panjang serangan malaria
berulang juga dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik anak. 7
Akibat dari itu semua, banyak masyarakat Pulau Komodo ini yang
mencari pelayanan kesehatan bukan ke tenaga medis tetapi justru ke
dukun kampung atau dukun beranak yang sebenarnya kurang professional
di bidangnya.
Setelah laboratorium terpadu ini terbentuk masalah yang muncul
selanjutnya adalah pengelolaan lab tersebut juga butuh dana dan tenaga.
Untuk itu bisa dilakukan kerja sama dengan universitas untuk penelitian
sekaligus pengelolaan. Sehingga dapat didapatkan manfaat yang besar
dari laboratorium ini tidak hanya untuk warga setempat tapi juga untuk
bidang keilmuan untuk seluruh dunia.

I.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat di tarik
beberapa identifikasi masalah sebagai berikut ini :
1. Satu-satunya facilitas kesehatan di pulau komodo adalah
Puskesmas Benteng yang terletak di kecamatan komodo
2. Puskesmas tersebut belum dilengkapi facilitas
laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang memadai.
3. Tidak tersedianya media kultur bakteri dan infrastruktur
lain yang menunjang.
4. Laboran masih perlu ditingkatkan keterampilannya.
5. Pengelolaan lab ke depan perlu dipikirkan dengan matang
agar lab tahan lama dan tidak rusak.

I.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan rumusan
masalah diantaranya :
1. Bagaimana cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
fasilitas primer di kecamatan komodo?
2. Bagaimana cara mendapatkan dana untuk meningkatkan
kualitas laboratorium dan pemeriksaan penunjang di
puskesmas?
3. Bagaimana cara meningkatkan keterampilan laboran dan
mengelola lab di masa depan?

I.4 Tujuan
Universitas Gadjah Mada (UGM) lahir pada 19 Desember 1949
sebagai bukti bahwa negara Republik Indonesia telah merdeka. Sebagai
universitas perjuangan, UGM bertekad selalu mengabdi kepada
kepentingan masyarakat, sehingga UGM sering diberi predikat sebagai
universitas kerakyatan. Dua tahun sejak lahirnya UGM, tahun 1951 UGM
mengerahkan mahasiswanya ke luar Jawa sebagai guru yang mengajar
pada Sekolah Lanjutan Atas. Kegiatan ini disebut sebagai Pengerahan
Tenaga Mahasiswa (PTM), yang merupakan bentuk pertama dari kegiatan
KKN. Sayangnya kegiatan ini berhenti pada tahun 1962 karena krisis
keuangan negara saat itu. Akan tetapi kemudian muncul kegiatan KKN
pada tahun 1971 yang dicetuskan oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri,
SH, pakar hukum UGM, dan kegiatan KKN tersebut tetap dipertahankan
sebagai kegiatan wajib mahasiswa UGM hingga sekarang. Atas dasar
pertimbangan historis lahirnya UGM dan kegiatan KKN tersebut maka UGM
mempunyai kewajiban moral untuk tetap menjaga citra dan mutu kegiatan
KKN. Oleh karena itu KKN tematik muncul di UGM pada tahun 1998 1999
sebagai respon dari kondisi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997.
UGM kembali memberikan respon melalui kegiatan KKN terhadap kuatnya
tekanan globalisasi (pada milenium 2) terhadap lapisan masyarakat
ekonomi lemah di Indonesia, yaitu dengan mengubah paradigma
pembangunan (development) menjadi paradigma pemberdayaan
(empowerment) di dalam pelaksanaan kegiatan KKN sehingga kegiatan
tersebut menjadi lebih kontekstual. Sehingga rekontekstualisasi kegiatan
KKN ini mampu menghasilkan pemimpin sejati, yaitu lulusan UGM yang
mempunyai empati dan peduli terhadap permasalahan masyarakat
ekonomi lemah dan mampu memberdayakan mereka untuk menolong diri
mereka sendiri
Sedangkan tujuan khusus dari Program Peningkatan Kualitas
Laboratorium Terpadu Di Fasilitas Kesehatan Primer ini adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer
secara keseluruhan dimana fasilitas laboratorium yang baik demi
mencegah ataupus mengurangi insidensi misdiagnosis yang nantinya
akan berujung pada kesalahan terapi juga sehingga dapat menimbulkan
morbiditas bahkan mortalitas pada pasien atau masyarakat. Sehingga
masyarakat dapat merasakan perbedaan pelayanan medis yang lebih baik
dan lebih memuaskan dibandingkan jika berobat ke dukun.
I.5 Kerangka Konsep

TIM KKN
Pemerintah
Pemuda dan daerah Puskesmas
Penduduk Setempat
Pulau Komodo
Dinas Kesehatan
Daerah
Pihak Ketiga UGM untuk Kementrian
(Sponsor/Donatu pengelolaan dan Kesehatan
r) kerjasama penelitian
Indonesia

Gambar. Kerangka konsep program permohonan dana peningkatan mutu laboratorium


di fasilitas kesehatan primer Pulau Komodo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Fasilitas Kesehatan Primer (tingkat pertama)


Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. 2
Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri
atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi:


a. pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama


adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat
kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan spesialistik. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan sub spesialistik.2

Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan


perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
Fasilitas kesehatan yang termasuk Faskes Tingkat Pertama adalah:
a. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. (Permenkes No. 128
Tahun 2004)
b. Praktik dokter umum
Praktik dokter umum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh dokter umum terhadap pasien dalam melaksanakan upaya
kesehatan. (UU No. 29 Tahun 2004)
c. Praktik dokter gigi
Praktik dokter gigi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (UU
No. 29 Tahun 2004)
d. Klinik umum
Klinik umum adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan medis dasar, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. (Permenkes No. 28
tahun 2011)
e. RS Kelas D pratama
RS Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan kesehatan dasar yang tidak membedakan
kelas perawatan dalam upaya menjamin peningkatan akses bagi
masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan upaya kesehatan
perorangan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam,
pelayanan rawat jalan, dan rawat inap.3
Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial; dan
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

II.1.2 Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang


Manfaat tujuan pemeriksaan laboratorium salah satunya adalah
digunakan untuk menegakkan diagnosa penyakit dan juga memantau
perkembangan pengobatan terhadap suatu jenis penyakit tertentu melalui
pemeriksaan yang diperlukan. Karena memang untuk bisa menegakkan
diagnosa penyakit diperlukan beberapa media pemeriksaan baik itu hasil
anamnese medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi (rontgen) dan
juga laboratorium pula. Sampel lab bisa diambil dari pasien berupa darah,
sputum, air kencing (urine), dan sebagainya. 4
Yang dimaksud dengan pengertian pemeriksaan laboratorium adalah
merupakan suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan
mengambil bahan atau sampel dari penderita (pasien), yang bisa berupa
urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit
bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan
lainnya yang diperlukan.
Jenis Pemeriksaan Laboratorium4
Kimia Klinik. Pemeriksaan lab dalam bagian kimia klinik ini mempunyai
tujuan mendeteksi awal adanya infeksi virus, memperkirakan status imun
seseorang dan juga dapat digunakan dalam rangka pemantauan respon
pasca vaksinasi.4
Hematologi. Pemeriksaan darah hematologi ini adalah bagian dari
penilaian komponen sel darah secara lebih lengkap, yang bertujuan dan
bermanfaat dalam rangka mengetahui adanya kelainan darah seperti
anemia ( kurang darah ), adanya infeksi atau kelainan sel darah putih
yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah akibat kelainan jumlah
trombosit. Pemeriksaan meliputi keseluruhan darah dan plasma. Mereka
melakukan perhitungan darah dan selaput darah 4
Imunologi. Pemeriksaan imunologo darah ini bertujuan untuk mendeteksi
awal adanya infeksi virus, mempekirakan status imun dan juga menguji
antibodi pada diri seseorang yang akan diperiksa terkait dengan penyakit
yang sedang dialami.4
Mikrobiologi. Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikrobiologi adalah
pemeriksaan lab terhadap sampel darah, urin , feses , serta sekret dan
kerokan kulit yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopis,
pengecatan maupun pembiakan.4
Patologi. Adalah merupakan jenis pemeriksaan bedah menguji organ,
ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah
seperti masektomi payudara.4
Sitologi. Adalah jenis pemeriksaan untuk menguji usapan sel (seperti dari
mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain. 4
Serologi. Menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti
Hepatitis atau HIV AIDS.4
PCR (Polimerase Chain Reaction). Merupakan pemeriksaan dengan
menggunakan teknologi amplifikasi asam nukleat virus, untuk mengetahui
ada tidaknya virus / DNA virus, untuk memperkirakan jumlah virus dalam
tubuh, untuk mengetahui jenis virus ( genotipe atau subgenotipe ) yang
menginfeksi.4
Tujuan Pemeriksaan Laboratorium Darah
Ada beberapa tujuan dan manfaat dari pemeriksaan darah maupun
pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu diantaranya :
Pemeriksaan Penunjang dalam menegakkan diagnosis penyakit.
Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan
gejala klinis.
Membantu pemantauan pengobatan dan juga pemberian obat.
Memantau perkembangan penyakit pasien.
Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis yang mungkin
menyertai.
Menyediakan informasi prognostik atau perjalanan sebuah penyakit.
Panduan prognosis
Pedoman terapi

Panel Pemeriksaan Laboratorium


PANEL DEMAM.
Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit infeksi
yang dapat menimbulkan demam seperti halnya infeksi saluran nafas
(Bronchitis, TBC), Infeksi Saluran kemih, Demam Typhoid, Demam
Berdarah, Malaria dan lain-lain. Untuk tujuan pengobatan dan mengetahui
perjalanan penyakit dapat dilakukan dengan kultur (biakan kuman dan
juga dengan tes kepekaan kuman terhadap antibiotika.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah :
Hematologi Rutin.
Urin Rutin.
Malaria (Sediaan apus darah tepi).
Widal, Anti Dengue IgG, IgM.
SGOT, SGPT.
PANEL GANGGUAN FUNGSI HATI dan PETANDA HEPATITIS.
Manfaat dan kegunaan pemeriksaan fungsi hati dan penyakit hepatitis ini
adalah untuk mengetahui gangguan fungsi hati dan radang atau infeksi
hati.
Pemeriksaan Gangguan Funsi Hati meliputi :
SGOT, SGPT.
Gamma GT, Alkali Fosfatase.
Total Protein dan fraksinya.
Bilirubin Total.
Pemeriksaan Petanda Hepatitis terdiri dari :
gM anti HAV
HBsAg.
Anti HCV.
Pemeriksaan uji saring vaksinasi hepatitis B adalah berupa
pemeriksaan : HbsAg, Anti Hbs dan anti Hbc.
PANEL GANGGUAN FUNGSI GINJAL.
Tujuan dan kegunaan pemeriksaan fungsi ginjal adalah dalam rangka
mengetahui adanya gangguan pada fungsi ginjal seseorang.
Jenis Pemeriksaan Fungsi Ginjal antara lain adalah sebagai berikut :
Urin Rutin.
Ureum, Kreatinin, Asam Urat.
Elektrolit yang terdiri dari : Natrium (Na), Kalium (K), Clorida (Cl),
Kalsium.
Fosfat Anorganik (Pada umumnya diperiksa bagi usia > 40 tahun).
PANEL UJI SARING ANEMIA.
Kegunaan manfaat pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk
mengetahui adanya anemia dan juga mengetahui penyebab anemia.
Jenis Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :
Analyzer Hematologi (HB,Ht,Leukosit,Hitung jenis lekosit,Indeks
eritrosit.
Gambaran darah tepi, retikulosit.
Fe Serum, Fenritin, TIBC.
PANEL GANGGUAN METABOLISME GULA (DIABETES MELLITUS).
Pemeriksaan untuk diagnosa DM dan juga untuk follow up penyakit
kencing manis adalah dengan pemeriksaan gula darah dan urin puasa
gula darah dan urin 2 jam pp.
Pemeriksaan Laboratorium Pengelolaan Penyakit DM adalah dengan
melakukan pemeriksaan lab gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1c
(dilakukan setiap 3 bulan), urin rutin, benda keton, ureum, kreatinin, asam
urat, Mikroalbumin.4

II.2 Kajian Ilmiah

II.2.1 Laboratory Medicine in Africa: A Barrier to Effective Health


Care oleh Petti et al. (2015)
a. Abstract
Memberikan pelayanan kesehatan di sub-Sahara Afrika adalah
masalah yang kompleks. Laporan terbaru memanggil lebih banyak
sumber daya untuk membantu dalam pencegahan dan pengobatan
penyakit menular yang mempengaruhi populasi ini, tetapi pembuat
kebijakan, dokter, dan masyarakat sering gagal untuk memahami bahwa
diagnosis sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
Akses ke tes diagnostik yang handal sangat terbatas di wilayah ini, dan
misdiagnosis sering terjadi. Maklum, alokasi sumber daya untuk pengujian
laboratorium diagnostik belum menjadi prioritas bagi sistem perawatan
kesehatan terbatas sumber daya, tetapi tes diagnostik laboratorium yang
tidak dapat diandalkan dan tidak akurat mengarah ke pengeluaran yang
tidak perlu di daerah yang sudah terganggu oleh kekurangan sumber
daya, mempromosikan persepsi bahwa pengujian laboratorium tidak
membantu , dan kompromi perawatan pasien. Kami mengeksplorasi
hambatan pelaksanaan pengujian yang konsisten di kawasan ini dan
menggambarkan kebutuhan untuk pendekatan yang lebih komprehensif
untuk diagnosis infectiousvdiseases, dengan penekanan pada pembuatan
laboratorium pengujian prioritas yang lebih tinggi. 1
b. Pembahasan
Memberikan pelayanan kesehatan dengan terbatasnya sumber
daya diakui sebagai masalah yang kompleks dan untuk klinik atau rumah
sakit kabupaten dengan minimal hingga tidak ada dukungan laboratorium,
diagnosa sering dibuat secara klinis (misalnya, oleh Penggunaan algoritma
klinis malaria dan TBC). Ketergantungan pada diagnosis klinis terjadi di
daerah dengan prevalensi penyakit yang tinggi, tanpa biaya tambahan,
dan tidak memerlukan peralatan laboratorium khusus atau persediaan;
Namun, diagnosis berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis tidak spesifik,
tidak reliabel dan dikaitkan dengan peningkatan mortalitas. Di antara
4670 pasien dirawat di rumah sakit Tanzania yang menerima diagnosis
klinis malaria berat oleh kriteria WHO, 50% memiliki hasil apusan darah
mengkonfirmasikan kehadiran
Plasmodium falciparum. Pasien dengan parasit yang ditemukan pada
apusan darah lebih baik hasil daripada pasien tanpa bukti laboratorium
malaria, yang menunjukkan
bahwa penyakit serius lainnya tidak dianggap atau yang mungkin
diberhentikan di
mendukung malaria. Dalam analisis retrospektif terhadap anak-anak di
sebuah rujukan tersier pusat di Kumasi, Ghana, 40% dari pasienyang telah
diberi klinis WHO didefinisikan diagnosis malaria yang dikonfirmasi untuk
benar-benar memiliki sepsis bakteri. Jelas, tidak adanya dukungan
laboratorium
kontribusi untuk overdiagnosis malaria yang mengarah ke kegagalan
untuk mengobati atau penundaan dalam pengobatan alternatif
mengancam jiwa ,infeksi dan berpotensi meningkatkan angka kematian.
Klinis tumpang tindih antara penyakit adalah masalah umum lain yang
berpotensi dapat mengganggu perawatan pasiendan yang dapat
mengakibatkan terapi antimikroba yang tidak tepat. Misdiagnosis terjadi
dengan penyakit lain juga. Di Nigeria, akurasi klinis diagnosa demam
tifoid, bila dibandingkan
dengan konfirmasi kultur laboratorium adalah 50% dan diagnosis
meningitis bakteri diabaikan dalam 24% dari anak-anak Kenya ketika
pendekatan klinis diaplikasikan sendiri. Diagnosis dugaan TB juga bisa
nonspesifik. Satu studi menemukan bukti infeksi tuberkulosis hanya 52%
dari 229 pasien yang diduga TB di Botswana. Di Selatan Afrika, sebuah
studi postmortem anak-anak yang terinfeksi HIV dan disajikan dengan
kesulitan pernapasan menemukan bahwa Presentasi klinis TB paru
adalah hampir tidak bisa dibedakan dari kegagalan pernapasan yang
disebabkan oleh pneumonia jiroveci, cytomegalovirus, bakteri pneumonia,
atau interstitial limfositik pneumonitis. Demikian pula, di Malawi, sebuah
negara dengan prevalensi tinggi HIV, hasil kultur aspirasi sumsum
tulangdari orang dewasa dengan anemia berat menunjukkan adanya
Infeksi tersembunyi (mikobakteri dan bakteri) sebagai penyebab yang
dapat diobati sebagai penyebab anemia. Dalam banyak kasus di sub-
Sahara Afrika, tampaknya diagnosis yang berdasarkan gejala klinis saja,
tanpa dukungan dasar tes diagnostik, mengarah ke pengobatan yang
tidak tepat, peningkatan morbiditas, dan kematian yang tidak perlu.
Sehingga diperlukan peningkatan prioritas untuk kualitas laboratorium di
fasilitas kesehatan daerah untuk sesegera mungkin. 1
BAB III METODE PELAKSANAAN

III.1 Rancangan Program


Pada program kali ini, akan diajukan gagasan tentang salah satu
menaikkan status kesehatan di pulao komodo. Cara yang ditempuh
diantaranya dengan mengadakan program peningkatan kualitas
laboratorium fasilitas kesehatan primer di pulau komodo. peningkatan
kualitas laboratorium fasilitas kesehatan primer ini nantinya akan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhanuntuk
5000 kepala keluarga yang berada di wilayah pulau komodo baik warga
lokal maupun turis yang sedang berwisata.
Pengadaan peningkatan kualitas laboratorium fasilitas kesehatan
primer ini dapat di lakukan tim KKN berupa tahap koordinasi terkait
pengadaan dan pengusulan kepada puskesmas dan dinas kesehatan
setempat bahkan kementrian kesehatan pusat. Potensi wisata dan
ekonomi yang baik menunjang untuk di adakan program ini.
Secara singkat, nanti tim KKN akan membuat surat dan menempuh
birokrasi yang ditujukan ke puskesmas, Dinas Kesehatan setempat dan
Kementrian kesehatan pusat untuk meminta dana peningkatan kualitas
laboratorium serta mengajukan proposal untuk pihak ketiga sebagai
donator serta menjalin kerjasama dengan pihak UGM perihal penelitian
yang dapat dilakukan di lab tersebut sekaligus untuk pengelolaan yang
bertujuan menunjang sustainability lab tersebut ke depannya juga untuk
mengirimkan narasumber untuk pelatihan laboran dari UGM. Proses
birokrasi ini pertama dilakukan tim KKN dengan mencari informasi baik
secara langsung, tidak langsung, dan melalui internet tentang alur
pengajuan yang baik dan benar. Deskripsi warga sekitar yang
membutuhkan pelayanan kesehatan dapat menjadi alasan kuat yang di
ajukan kepada pihak terkait.

III.2 Sasaran
Sasaran dari program ini tentu saja masyarakat pulau komodo baik
warga lokal maupun turis yang sedang berkunjung. Untuk pengajuan
sendiri, tim KKN diharapkan membuat proposal, surat-surat dan berkas
lainnya yang sebeluknya telah dicari informasi tentang kelengkapan
berkas yang nantinya digunakan untuk melaksanakan dan mengajukan
kepada dinas kesehatan, organisasi terkait, puskesmas, dan kementrian
kesehatan dana peningkatan kualitas laboratorium di pulau komodo.
Komunikasi yang baik dengan kepala masing-masing instansi akan
menunjang kelancaran program ini. Adanya surat permohonan yang
ditandatangani pejabat setempat. Ditambah petisi dari warga setempat
akan menguatkan permintaan untuk segera di realisasikan pemerintah.

III.3 Pelaksana dan Pihak Terkait


Pihak yang terkait pada program ini yakni. Pejabat daerah pulau
komodo, mulai dari tingkat bupati, kelurahan, camat, bahkan sekertaris
desa. Surat yang dibuat dengan kuat ditukukan oleh TIM KKN dibantu
pemuda setempat dan pemerintah daerah sebagai pelaksana untuk
menembusi dan mengirimkan surat permohonan tersebut kepada
puskesmas, dinas kesehatan dan Kementrian kesehatan.

III.4 Rincian Anggaran


No Yang Harga Banyaknya Jumlah
dibutuhkan Satuan

1 Proposal 50.000,00 10 500.000,00


Cetak

2 Surat 10.000,00 15 150.000,00


bermaterai

3 Amlop 2.500,00 20 50.000,00

4 Perangko 6.000,00 20 120.000,00

5 Peralatan 30.000,00 1 30.000,00


tulis

6 Transportasi 500.000,00 1 500.000,00


dan
akomodasi

7 Komunikasi 300.000,00 1 300.000,00

Total 1.650.000,0
0

III.5 Jadwal Pelaksanaan


Program ini hendaknya dilaksanakan pada tahun pertama KKN
komodo selama 8 minggu yaitu pada april-mei 2016. Sedangkan untuk
tahun-tahun selanjutnya dapat dilakukan follow-up progress program ini.

Kegiatan Waktu (APRIL-MEI 2016)


Pembuatan proposal
cetak Minggu 1-2

Mencari alur birokasi


pengajuan dana Minggu 1-2

Berkomunikasi
dengan pemerintah Minggu 1-8
daerah
Pembuatan surat Minggu 1-2
Pembelian alat tulis,
amlop dan materai Minggu 1

Tandatangan
pemerintah daerah Minggu 3-4
Pengiriman proposal
dan surat ke pusat Minggu 5

Memfollow up surat
dan proposal Minggu 6-8
Berkomunikasi
dengan puskesmas,
dinas kesehatan Minggu 1-8
daerah dan
kementrian
kesehatan pusat
Pendataan
infrastruktur
laboratorium dan Minggu 1
permasalahan yang
sering dihadapi
serta solusi yang
memungkinkan
Sosialisasi ke
masyarakat
pentingnya mencari Minggu 1-8
pelayanan
kesehatan yang
tepat
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan ulasan yang telah di buat dapat di tarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut ini :
1. Program peningkatan kualitas laboratorium fasilitas kesehatan
primer merupakan program yang sangat penting yang
semestinya diterapkan di pulau komodo mengingat disana
pelayanan kesehatan masih kurang dan dapat menyebabkan
misdiagnosis yang meningkatkan morbiditas serta pemberian
terapi yang tidak tepat bahkan dapat menyebabkan kematian
yang sebetulnya dapat dihindari.
2. Hal yang dapat dilakukan TIM KKN dapat berupa membuat surat
dan proposal permohonan kepada puskesmas, dinas kesehatan
daerah dan kementrian kesehatan pusat untuk mengajukan dana
peningkatan kualitas laboratorium terpadu di pulau komodo.
Serta ke UGM untuk pengelolaan, penelitian dan juga pelatihan.
3. Program ini tidak hanya berhenti satu periode KKN, akan tetapi
diharapkan terus difollow up terus hingga berhasil.

IV.2 Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil beberapa saran sebagai
berikut ini :
1. Hendaknya program ini segera terlaksana karena merupakan
salah satu dasar dan pilar utama dalam pelayanan kesahatan
dan fungsi utama pelayanan kesehatan yaitu diagnosis klinis
yang tepat dan akurat yang diharapkan berujung pada terapi
dan kesembuhan serta prognosis yang bagus pada pasien dan
meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan
morbiditas penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Petti, CA. 2015. Laboratory Medicine in Africa: A Barrier to Effective
Health. Clinical Infectious Diseases Oxford Journals. 2006(42) : 377-
382. Available from http://www.cidoxfordjournals.org/
2. http://www.jamkesindonesia.com/jkn/detail/faskes_tingkat_pertama
#.Vb5kg_Oqqko
3. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4. https://infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com/tag/pemeriksaan-
penunjang-diagnosis/
5. WHO. World Malaria Report 2009. Geneva, 2009
6. Depkes RI. 2007.
7. Fernando, et al. 2003.

Anda mungkin juga menyukai