Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT PADA

WARGA BINAAN DI LAPAS KELAS II A


PEKANBARU TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
TONI WINATA
NIM: 1805016

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH PEKANBARU
2020
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL RESIDENSI

ANALISIS PEMBERIAN OBAT PADA


WARGA BINAAN DI LAPAS KELAS II A
PEKANBARU TAHUN 2020

NAMA MAHASISWA : TONI WINATA


NIM : 1805016

Proposal ini telah dikonsulkan kepada Pembimbing Akademik Residensi Program


Studi Magister Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Hang Tuah Pekanbaru.

Pekanbaru, 13 Desember 2019

Pembimbing Akademik

( drg. Oktavia Dewi, M.Kes )


NIDN. 0015107001

Pekanbaru, 13 Desember 2019


Ketua Prodi Magister Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Dr. Mitra, S. K. M., M . K. M


NIDN. 0029067206
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena Berkat dan Rahmat dan Karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan

laporan ini dengan judul “ Analisis Pemberian Obat Pada Warga Binaan di

Lapas Kelas II A Pekanbaru Tahun 2020.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kesalahan


dan kekurangannya, namun harapan penulis, Pembaca dapat memperoleh manfaat
dan dapat memberi masukan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini,
terutama:
1. Bapak Ahmad Hanafi, MPH, selaku Ketua STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2. Ibu Mitra, SKM, MKM selaku Ketua Program Studi Magister IKM
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
3. Ibu drg. Oktavia Dewi, M.Kes selaku Pembimbing Akademik Residensi
4. dr. Sri Handayani, selaku pembimbing lapangan di lapas kelas II A
pekanbaru
5. Teman-teman seperjuangan residensi yang tidak ada henti-hentinya saling
tolong menolong dan memberikan semangat untuk menyelesaikan
proposal residensi
Akhir kata penulis mohon maaf apa bila dalam penyusunan proposal
residensi ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis membuka diri untuk
menerima masukan dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pekanbaru,13 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Residensi ................................................................................... 8
1.3 Manfaat Residensi ................................................................................ 8
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1Pemahaman Tentang Obat ..................................................................... 5
BAB 3 RENCANA KEGIATAN
3.1 Rencana Kegiatan ................................................................................. 21
3.2 Waktu..................................................................................................... 21
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………....24
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Tahap Pelaksanaan Residensi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan kurikulum dan kalender Akademik Program Studi

Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru, setiap

mahasiswa wajib melakukan residensi sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Residensi merupakan suatu kegiatan praktik lapangan dalam kurun waktu

tertentu untuk mengembangkan ilmu pengetahun yang didapat dari

perkuliahan dan diaplikasikan dilapangan.

Sesuai dengan peminatan penulis, merupakan peminatan dari Promkes,

di dalam hal ini penulis memilih topik residensi tentang analisis pemberian

obat pada warga binaan di lapas kelas II A Pekanbaru.

Lapas kelas II A pekanbaru, merupakan tempat bagi narapidana yang

terdiri dari berbagai macam kasus permasalahan yang di lakukan dari napi

tersebut, mulai dari pembunuhan, narkotika, pencurian, korupsi dan masih

banyak yang lainnya. Di dalam lapas tersebut juga terdapat masalah berbagai

penyakit, mulai dari penyakit menular dan penyakit yang tidak menular.

Misalnya seperti, masalah kesehatan gigi, Dermatitis, Ispa dan gangguan

metabolisme dan lainnya. Dari informasi yang diperoleh penulis tanggal 7

Desember 2019 diketahui bahwa lapas hanya memiliki 2 tenaga kesehatan

keperawatan dan tidak ada tenaga kefarmasian untuk memberikan pelayanan

kesehatan pada pengobatan.Tentu dengan SDM saat ini belum bisa

memberikan pelayanan yang maksimal untuk warga binaan. Selain itu warga
binaan selama menjalani pengobatan untuk mencegah penularan, pasien akan

di tempatkan diruang rawat inap klinik lapas,bila ruang klinik lapas sudah

tidak memungkinkan karena terlalu penuh,pasien akan di tempatkan di kamar

sakit, namun kamar sakit tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi pasien

penyakit penular saja, melainkan untuk pasien berbagai macam penyakit.

Kondisi di ruangan tersebut juga tidak jauh berbeda dengan kondisi di

ruangan sel lain yang pengap dan kurang ventilasi yang mengakibatkan

pengobatan tidak efektif ,sering kambuh lagi bahkan keadaan pasien semakin

memburuk. Kepatuhan pasien dalam minum obat juga sangat kurang, selain

petugas yang kewalahan menjalankan tugasnya karena banyaknya pekerjaaan

membuat mereka terlambat mengantar obat dan kurangnya kesadaran dan

pengetahuan dari warga binaan dalam pemahaman penggunaan obat.

Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah

ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut

juga semakin banyak. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan

kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat

dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai

pilihan obat saat ini tersedia, sehingga perlu pertimbangan-pertimbangan

yang cermat dalam memilih obat untuk penyakit. Tidak kala penting, obat

harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang

optimal (Badan POM RI, 2018).

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan

dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,

mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu


sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar

penggunaannya tepat dan aman. Selain itu harus diperhatikan pula tentang

beberapa penggolongan obat, penggunaan obat, kapan waktu minum obat yang

tepat, bagaimana interval pemberiannya, apa efek samping dari obat yang

digunakan, bagaimana menyimpan obat yang baik, dan bagaimana cara

memusnahkan obat yang benar (Depkes, 2017).

Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima pengobatan

yang sesuai dengan kebutuhannya secara klinik, dalam dosis yang sesuai

kebutuhan individunya, selama waktu sesuai. Penggunaan obat yang rasional

harus memenuhi beberapa criteria berikut, yaitu pemilihan obat yang tepat,

tepat indikasi, tepat dosis, tepat pemberian dan tepat pasien. Ketidak

rasionalitas penggunaan obat membuat warga binaan tidak mendapatkan

pengobatan yang tepat sehinga kondisi memburuk, menurunkan kualitas

hidup dan meningkatnya resiko kematian (WHO, 2010).

Oleh karena itu penulis memilih Lapas kelas II A Pekanbaru sebagai

tempat residensi. Dan tertarik untuk Menganalisis Penggunaan Obat pada

warga binaan di Lapas Kelas II A Pekanbaru Tahun 2020.


1.2 Tujuan Residensi

1.2.1 Tujuan Umum Residensi


Mahasiswa mampu memahami dan mengelola serta memiliki bakat
keterampilan dasar yang cukup untuk memecahkan masalah kesehatan
sesuai dengan topik permasalahan yang di pilih.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah berdasarakan
data dan informasi yang diperoleh.
1.2.2.2 Mahasiswa mampu mengelola suatu program kesehatan
berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan dilapangan
dengan melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring
serta evaluasi.
1.3 Manfaat Residensi

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1.3.1.1 Dapat menerapkan teori yang diperoleh selama menjalani

perkuliahan.

1.3.1.2 Mendapat pengalaman nyata dalam pelaksanaan residensi di

lapangan.

1.3.2 Instansi Tempat Residensi

1.3.2.1 Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan

institusi tempat residensi.

1.3.2.2 Mendapat informasi tentang Prodi Magister Kesehatan

Masyarakat, sehingga terbuka peluang kerjasama lebih lanjut

dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

1.3.3 Bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang

Tuah Pekanbaru
1.3.3.1 Dapat dijadikan acuan untuk melakukan evaluasi pemberian

materi perkuliahan dan pembekalan kepada mahasiswa

sehingga mempunyai informasi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

1.3.3.2 Dapat dijadikan sebagai sumber data dan informasi yang

lengkap di tempat residensi dilaksanakan.

1.3.3.3 Terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan

bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat dengan

instansi tempat residensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Obat

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran

tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk

mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara

kesehatan (Depkes, 2017).

Menurut Aniefa (2010) obat adalah suatu zat yang digunakan untuk

diagnosis, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada

manusia atau hewan. Meskipun obat dapat menyembuhkan, tetapi banyak

kejadian bahwa seseorang telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena

itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat

bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat

digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang

tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelewat dosis

akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil juga tidak

memperoleh penyembuhan.

Sedangkan menurut Sutedjo (2008), obat adalah bahan yang dapat

digunakan untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan, dan

menyembuhkan sakit, luka, gangguan rohani dan memperelok badan baik

pada hewan maupun manusia. Kemudian menurut Kebijakan Obat Nasional

dari Departemen Kesehatan RI (2015), obat merupakan sediaan atau paduan

bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan


diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan

dan kontrasepsi.

2.2 Penggolongan Obat

Obat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Obat Bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna

hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya

berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-

antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas

di Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.

b. Obat Bebas Terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran

berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang

umumnya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat

influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam

(analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-

obat antiseptika, obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini

hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin.

c. Obat Keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan

lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang

menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras merupakan

obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang

umumnya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat

darah tinggi/hipertensi, obat darah rendah/antihipotensi, obat diabetes,

hormon, antibiotika, dan beberapa obat lambung. Obat golongan ini

hanya dapat diperoleh di Apotek dengan resep dokter.


d. Obat Narkotika dan Psikotropika

Narkotika adalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,baik

sentetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan perubahan atau

penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi samapi

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.Contoh: Kokain,codein, etilmorpin, morpin,opium.

Dengan penandaan lingkaran dan palang berwarna merah. Psikotropika

adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis bukan narkotika tetapi

termasuk obat keras yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku. Contoh : Amfetamin, Alprazolam, diazepam,

2.3 Cara Penggunaan Obat yang Benar

Penggunaan obat diharapkan agar dapat memperoleh kesembuhan dari

penyakit yang diderita. Perlu diperhatikan agar penggunaan itu tepat sesuai

dengan ketentuan-ketentuan, sebab bila salah penggunaan obat dapat

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dikatakan bahwa obat dapat

memberi kesembuhan dari penyakit bila digunakan untuk penyakit yang

cocok dengan dosis yang tepat dan cara pemakaian yang tepat (Aniefa, 2010).

Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut:

a. Oral

Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya

relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak

bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak

kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas;
obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/usus tidak bermanfaat

(penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur.

Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki,

penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta

umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan

oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah,

koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral

tidak dapat dipakai.

b. Sublingual

Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya

efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat

sakit. Misalnya pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat

cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding

usus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta).

c. Inhalasi

Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misalnya obat

asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar

obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan

langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda

khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru-sekresi

saluran nafas, toksisitas pada jantung.

Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan

diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa

pada perjalanan pernafasan.


d. Rektal

Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya

mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit/

tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung, terjadi

efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin,

barbiturat.

e. Pervaginal

Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina,

langsung ke pusat sasar. Misalnya untuk keputihan atau jamur.

f. Parenteral

Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat

dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui

saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misalnya suntikan

atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu

dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit

menelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi

lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati;

bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman,

tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan-infeksi).

Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara

parenteral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau

emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam

bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua steril untuk

memperoleh larutan atau suspensi injeksi.


g. Topikal/ lokal

Obat yang sifatnya lokal. Misalnya tetes mata, tetes telinga dan salep.

h. Suntikan

Diberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna serta dibutuhkan kerja

cepat (Anonimb, 2010).

2.4 Kapan Waktu Minum Obat Yang Tepat

Agar mendapatkan efek obat yang optimal, obat harus diminum pada

waktu yang tepat. Beberapa obat mungkin bisa diminum setiap saat tanpa

mempengaruhi efeknya, sedangkan obat lain sebaiknya diminum pada saat-

saat tertentu. Pada dasarnya obat-obat dapat diserap dengan baik dan cepat

jika tidak ada gangguan misalnya berupa makanan (Anonim c, 2015).

Maksud sebelum makan adalah ketika perut dalam keadaan kosong.

Sedangkan sesudah makan adalah sesaat sesudah makan, ketika perut masih

berisi makanan, jangan lewat dari 2 jam (Anonim c, 2015).

a. Golongan obat yang diminum sebelum makan: obat penambah nafsu

makan seperti tonikum, dan obat cacing.

b. Golongan obat yang diminum sesudah makan: obat yang dapat

merangsang selaput lendir lambung seperti asetosal, dan obat untuk

tekanan darah tinggi.

c. Golongan obat yang diminum pagi hari : Golongan obat diuretika seperti

HCT, dan obat kuras yang bekerjanya cepat, misalnya digunakan pada

saat akan operasi.

d. Golongan obat yang diminum malam hari : Obat tidur (Widjayanti,

2012).
2.5 Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan adalah bentuk obat sesuai proses pembuatan obat

tersebut dalam bentuk seperti yang akan digunakan.

Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah

sebagai berikut:

a. Tablet (Compressi)

Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan

tambahan.

1) Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi,

bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan.

2) Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada

massa lembab dalam lubang cetakan.

3) Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya

silindris. Sudah jarang ditemukan.

4) Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau

melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi

hipodermik, sekarang diberikan secara oral.

5) Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati).

Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.

6) Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan

gusi.
7) Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam

wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket

tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.

8) Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa

rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa

pahit, atau tidak enak.

b. Pilulae (PIL)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung

bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah

jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak

ditemukan pada seduhan jamu.

c. Kapsulae (Kapsul)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang

keras atau lunak yang dapat larut.

d. Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak

larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi

oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada

kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik,

suspensi sirup kering.

e. Emulsi

Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam

sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat

pengemulsi.

f. Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi

simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

g. Unguenta (Salep)

Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian

topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan

setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat

luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar

salep yang cocok.

h. Suppositoria

Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang

diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,

melunak atau melarut pada suhu tubuh.

i. Guttae (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,

dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara

meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara

dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan

Farmakope Indonesia.

j. Injectiones (Injeksi)

Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau

serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum


digunakan, yang disuntikkan ke dalam kulit atau melalui kulit atau

selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan

pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut

(Anonimb, 2010).
BAB III

RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencana Kegiatan

Proses residensi ini menggunakan metode dalam memperoleh data dan

informasi dengan cara wawancara. Dimana mahasiswa mewawancarai

tatacara minum obat pada penderita ispa, sehingga dapat menemukan

menganalisa tatacara penggunaan obat pada penderita ispa di lapas kelas II A

Pekanbaru Tahun 2019.

3.2 Waktu Residensi

Waktu pelaksanaan residensi direncanakan mulai tanggal 06 januari 2020

sampai 06 febuari 2020.

3.2.1 Tahap Residensi

3.2.1.1 Tahap Perencanaan

Peserta residensi diberi pembekalan I (23 November 2019)

dan pembekalan II (3-4 Januari 2020). Pembekalan yang

pertama membahas tentang proposal residensi dan system

pelaksanaan residensi. Pembekalan II tentang sistematika

penulisan laporan dan publikasi, pemecahan masalah dan

Plan of action.

3.2.1.2 Tahap Pelaksanaan

Mahasiswa sudah diterima ditempat residensi dan

melakukan kegiatan sebagai berikut:


Jadwal Kegiatan Uraian Keterangan
Minggu 1 a. Pengarahan dan - Memperkenalkan diri dengan - Pelaksanaan
perkenalan. staf instansi. sesuai dengan
- Pemberian pengarahan dari situasi dan
pembimbing lapangan. kondisi tempat
residensi.

b. Orientasi dan - Observasi dan wawancara - Kegiatan ini


observasi tentang pengelolaan unit kerja. meberikan
kesemua unit - Mempelajari program kerja, gambaran
Lapas. pembagian tugas, prosedur singkat tentang
kerja, pencatatan, dan instansi tempat
pelaporan serta pengawasan. residensi.

- Mahasiswa
c. Memetakan alur - Melakukan pemilihan unit
memilih salah
proses dan yang ada ditempat residensi
satu unit atau
kegiatan di unit untuk masing-masing
bagian untuk
bagian yang mahasiswa berdasarkan hasil
dipetakan dan
dipilih. yang telah dilakukan.
dibuat alur
prosesnya.

Minggu II 1. Identifikasi dan Mengidentifikasi masalah yang ada Penetapan dan


– IV prioritas pada salah satu proses diatas, penetuan prioritas
masalah. merumuskan tujuan, kemudian masalah dilakukan
menentukan prioritas, dan mencari setelah konsultasi
alternative pemecahan masalah dengan
termasuk membuat POA berkaitan pembimbing
dengan pemecahan masalah serta lapangan dan
penilaian dan evaluasi. pembimbing
akademik.
2. Mencari
alternative
pemecahan
masalah.
3. Membuat plan
of action
4. Penyelesaian
laporan
residensi, dan
Artikel
Prosiding
Residensi.
Minggu Seminar laporan Seminar laporan residensi pada Format laporan
V-VI residensi. tanggal 13-15 februari 2020. sesuai dengan buku
panduan residensi.
BAB IV

PENUTUP

Proposal ini dibuat untuk menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan

selama residensi. Apabila terdapat hal-hal yang kurang sesuai, dapat didiskusikan

pada awal sebelum magang tersebut berjalan. Demikian proposal ini dibuat.

Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai