Anda di halaman 1dari 110

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

GAMBARAN IMPLEMENTASI KEGIATAN


PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
DAN PEMANTUAN JENTIK BERKALA (PJB)
PADA PROGRAM PENCEGAHAAN INFEKSI
DENGUE DI PUSKESMAS KELURAHAN
CEMPAKA PUTIH BARAT TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

LINDA FRATIWI
20190301257

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KEBUN JERUK
2021

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


GAMBARAN IMPLEMENTASI KEGIATAN
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
DAN PEMANTUAN JENTIK BERKALA (PJB)
PADA PROGRAM PENCEGAHAAN INFEKSI
DENGUE DI PUSKESMAS KELURAHAN
CEMPAKA PUTIH BARAT TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

LINDA FRATIWI
20190301257

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KEBUN JERUK
2021

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Linda Fratiwi


TTL : Nyanggi, 22 November 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 20190301257
NO. HP : 087877680165
Email : linda22pratiwi@gmail.com
Alamat : Jl. Kingkit ll no 21 RT 4 RW 12 Kebun
Kelapa Gambir Jakarta Pusat

PENDIDIKAN FORMAL
Nama Tempat Periode
Universitas Esa Unggul Kebun Jeruk 2019 - 2022

Akademi Kebidanan Stikes Lombok Tengah 2009 - 2012


Qomarul Huda

SPK YARSI MATARAM Mataram 2005 - 2008

SMP 3 KOPANG Lombok Tengah 2003 - 2005

SDN Karang Tengah Lombok Tengah 1995 - 2003


HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Linda Fratiwi
NIM : 20190301257
Jurusan : Kesehatan Masyarakat
Peminat : AKK (Administrasi Kebijakan
Kesehatan)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya


susun dengan judul :
“GAMBARAN IMPLEMENTASI KEGIATAN
PSN DAN PJB PADA PROGRAM
PENCEGAHAN INFEKSI DENGUE DI
PUSKESMAS KEL. CEMPAKA PUTIH BARAT
TAHUN 2021”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan plagiat dari skripsi orang lain. Apabila
INPUT pada PROSES
kemudian hari pernyataan
OUTPUT
saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang
berlaku.
1. SDM 1.
Perencanaa Capaian
2. Pendanaan
n pemberantasan
3. Sarana Sarang nyamukJakarta,
2.
4. Metode Pemberanta Agustus 2022
san Sarang Pembuat
PernyataanNyamuk
3. Pemantuan
Jentik
Berkala
4.
Pengawasa (Linda Fratiwi)
n
LEMBAR PERSETUJUAN

Gambaran Implementasi Kegiatan PSN


Dan PJB Pada Program Pencegahaan
Infeksi Dengue

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan Kegiatan PSN
Dan PJB
3. Pengawasan
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Linda Fratiwi
NIM : 20190301257
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Peminatan : AKK (Administrasi Kebijakan
Kesehatan)
Judul Skripsi :Gambaran Implementasi Kegiatan PSN
Dan PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat Tahun 2021”
Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan
penguji dan diterima sebagai persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu
(S1) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas
EsaUnggul.

Menyetujui

(Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed,


Apt)
DEKAN FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Deasy Febriyanty, S.K.M.,


M.K.M. ( )

1. Penguji 1 : Ade Heryana, S.St.


M.K.M. ( )

2. Penguji 2 : Mugi Wahidin


SKM,M.Epid. ( )

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal :


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini yang berjudul
Gambaran Implementasi Kegiatan PSN dan PJB Pada
Program Pencegahan Infeksi Dengue Di Puskesmas
Kel. Cempaka Putih Barat Tahun 2021. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, penulis tidak akan menyelesaikan
laporan skripsi ini dalam tepat waktu. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir Arief Kusuma Among Praja, MBA Selaku
Rektor Universitas Esa Unggul Jakarta.
2. Ibu Dr. Aprilita Rina Yanti, Eff., M.Biomed, Apt,
selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Esa Unggul
3. Ibu Putri Handayani, S.KM, MKKK, selaku Ketua
Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Deasy Febrianty, SKM, MKM, selaku dosen
pembimbing.
5. Bapak Ade Heryana S. St, M.K.M, selaku dosen
dosen penguji I.
6. Bapak Mugi Wahidin SKM,M.Epid, selaku dosen
penguji II.
7. Seluruh staff Universitas Esa Unggul
8. Bapak dan Ibu yang telah banyak membantu dalam
memberikan arahan dan masukan untuk
memperoleh data yang penulis perlukan di
Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
9. Kedua orang tua penulis dan keluarga yang selalu
memberikan doa dan dukungan moral kepada
penulis.
10. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu
memberikan masukan, motivasi dan semangat
kepada penulis selama proses skripsi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis berharap
Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu manfaat bagi pengembangan
ilmu.

Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
ABSTRAK
Nama : Linda Fratiwi
Study Program : Kesehatan Masyarakat
Judul : Gambaran Implementasi Kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Dan Pemantuan Jentik Berkala (PJB)
Pada Program Pencegahaan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kelurahan
Cempaka Putih Barat Tahun 2021
Infeksi virus dengue masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia terutama di perkotaan dan
pedesaan. Untuk mengantisipasi peningkatan kasus
demam berdarah, pemerintah melakukan gerakan
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB dalam program
pencegahan Infeksi Demam Berdarah Dengue di
Puskesmas Cempaka Putih Barat tahun 2021.
Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kelurahan
Cempaka Putih Barat Jakarta Pusat. Jenis penelitian
ini menggunakan metode kualitatif eksploratif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan melakukan wawancara mendalam
dan FGD (Focus Group Discussion),observasi dan
eksplore dokumen. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 8 orang,1 informan kunci adalah kepala
puskesmas,1 informan utama penanggung jawab
program P2DBD di puskesmas,1 informan pendukung
dari petugas kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan dari kantor kelurahan dan 5 orang kader
jumantik. Validasi data dilakukan dengan triangulasi
sumber, triangulasi metode dan triangulasi waktu.
Analisis data dilakukan dengan membuat transkrip
data, matriks data dan konten analisis. Pada variabel
penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan. Pada variabel perencanaan belum
optimal, hal ini dikarenakan selama dua tahun terjadi
refocusing anggaran akibat pandemi covid sehingga
tidak ada anggaran untuk peralatan baru. Pada
variabel pelaksanaan masih belum optimal, hal ini
disebabkan tidak adanya kualifikasi dan pelatihan
untuk kader jumantik, terdapat masyarakat yang tidak
membuka pintu saat petugas masuk ke rumah untuk
melakukan pemeriksaan, terdapat kader jumantik
yang tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya.
Pada variabel pengawasan masih belum optimal
karena belum adanya pendampingan rutin dari
petugas kesehatan untuk kader jumantik yang
melaksanakan kegiatan dua kali dalam seminggu,
capaian dalam pelaksanaan PSN belum memenuhi
target 95% dan terdapat perbedaan hasil laporan saat
kader jumantik melakukan kegiatan bersama tenaga
kesehatan. Saran bagi penanggung jawab program
agar dapat menyeleksi kader jumantik yang memiliki
kualifikasi usia produktif, memberikan pelatihan
kepada seluruh petugas, mencari dana sementara
untuk anggaran peralatan, regenerasi petugas
jumantik yang tidak disiplin dan sanksi tegas bagi
yang melakukan tidak sesuai dengan kegiatan PSN
dan PJB.

Kata kunci: Pelaksanaan, Kegiatan


Pemberantasan Sarang Nyamuk, Pemantauan
Jentik Berkala, Infeksi Dengue.
ABSTRACT
Nama : Linda Fratiwi
Study Program : Public Care
Tittle : Description Of Implementation
Of Mosquito Nest
Eradication Activities (PSN) And Periodic
Larvae Monitoring (PJB) In
The Dengue Infection Prevention
Program In The Health Puskesmas Kelurahan
Cempaka Putih Barat In 2021.
Dengue virus infection is still a health problem in
Indonesia, especially in urban and rural areas. To
anticipate the increase in dengue fever cases, the
government carried out a community movement in the
Eradication of Mosquito Nests (PSN). The purpose of
this study was to determine the implementation of PSN
and PJB activities in the Dengue Hemorrhagic Fever
Infection prevention program at the Cempaka Putih
Barat Health Center in 2021. The study was
conducted in the Puskesmas area of Cempaka Putih
Barat Village, Central Jakarta. This type of research
uses exploratory qualitative methods. The data
collection technique used in this research is to conduct
in-depth interviews and FGD (Focus Group
Discussion), observation and document exploration.
There were 8 informants in this study, 1 key informant
was the head of the puskesmas, 1 main informant in
charge of the P2DBD program at the puskesmas, 1
supporting informant from public health and
environmental health officers from the kelurahan
office and 5 jumantik cadres. Data validation is done
by source triangulation, method triangulation and
time triangulation. Data analysis was carried out by
making data transcripts, data matrices and content
analysis. The variables of this research are planning,
implementation, supervision. The planning variable
has not been optimal, this is because for two years
there has been a budget refocusing due to the covid
pandemic so there is no budget for new equipment.
The implementation variable is still not optimal, this is
due to the absence of qualifications and training for
jumantik cadres, there are people who do not open the
door when officers enter the house to carry out
inspections, there are jumantik cadres who are not
disciplined in carrying out their duties. The
monitoring variable is still not optimal because there
is no routine assistance from health workers to
jumantik cadres who carry out activities twice a week,
achievements in the implementation of PSN have not
met the 95% target and there are differences in the
results of reports when jumantik cadres carry out
activities with health workers. Suggestions for the
person in charge of the program to be able to select
jumantik cadres who have productive age
qualifications, provide training to all officers, seek
temporary funds for the equipment budget,
regeneration of jumantik officers who are not
disciplined and strict sanctions for those who do not
comply with PSN and PJB activities.

Keywords: Implementation, activities for eradicating


mosquito nests, periodic larva monitoring, dengue
infection.
DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Pertanyaan Penelitian 6
1.4 Tujuan Penelitain 6
1.4.1 Tujuan Umum 6
1.4.2 Tujuan Khusus 7
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.5.1 Puskesmas 7
1.5.2 Peneliti Selanjutnya 7
1.5.3 Universitas 7
1.6 Ruang Lingkup 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 9
2.1 Landasan Teori 9
2.1.1 Kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk DBD (PSN DBD) 9
2.1.4 Pengaruh Keberhasilan Program Pencegahan
Infeksi Dengue 19
2.1.5 Pendekatan Sistem 21
2.2 Kerangka Teori 27
2.3 Penelitian Terkait 28
BAB III METODE PENELITIAN 34
3.1 Kerangka Konsep 34
3.2 Definisi Istilah 35
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian 35
3.4 Jenis Penelitian 36
3.5 Informan Penelitian 37
3.6 Instrumen Penelitian 37
3.7 Pedoman Wawancara Mendalam 39
3.8 Panduan Focus Group Discussion
(FGD 40
3.9 Validitas Data 40
3.9.1 Triangulasi Sumber 41
3.9.2 Triangulasi Metode 41
3.9.3 Triangulasi Waktu 41
3.10 Analisis Data 42
4.1 Gambaran Perencanaan Kegiatan PSN
Dan PJB Pada Program Pencegahaan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021. 43
4.2 Gambaran Pelaksanaan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue Di
Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat Tahun
2021 46
4.3 Gambaran Pengawasan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue Di
Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat Tahun
2021. 58
BAB V PEMBAHASAN 62
5.1 Gambaran Perencanaan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahaan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat. 62
5.2 Gambaran Pelaksaaan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue Di
Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat Tahun
2021. 64
5.3 Gambaran Pengawasan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue Di
Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat Tahun
2021. 72
5.4 Keterbatasan penelitian 75
6.1 Kesimpulan 76
6.2 Saran 77
DAFTAR PUSTAKA 79

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kartu Pemeriksaan Jentik 13
Gambar 2.2 Siklus Ae. Aegypti (Sumber : Center
for Disease Control and Prevention) 21
Gambar 2. 3 Kerangka Teori 29
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep 36
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terkait 28


Tabel 3. 1 Definisi Istilah 35
Tabel 3. 2 Jumlah Informan 37

xiii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi virus dengue ialah infeksi akut yang
disebabkan virus dengue ditularkan melewati
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus
biasanya terdapat di daerah tropis dan sub tropis.
Dengue menyebabkan penyebaran penyakit yang
luas pada semua wilayah di dunia. pada sebagian
tahap sub klinis kebanyakan kasus tidak disadari
terinfeksi dengue. Beberapa orang mengalami
infeksi virus dengue yang parah dan mengalami
komplikasi yang terkait dengan perdarahan parah
dan kerusakan organ/ kebocoran plasma dan
memiliki resiko kematian yang lebih tinggi bila
tidak segera ditangani dengan tepat. Dengue
disebabkan virus genus flavivirus, famili
flaviviridae, memiiliki 4 serotipe yaitu dengue-1,
dengue-2, dengue-3 dan dengue-4. Pemulihan
infeksi dengue memberikan kekebalan seumur
hidup apabila terinfeksi salah satu jenis serotife ini
serotife yang dominan sering terjadi yaitu serotife
DEN 3 (WHO, 2020).
Pada tahun 2017 data secara global
menunjukan sekitar 104.771.911 dari seluruh
penduduk dunia mengalami infeksi dengue dengan
kasus yang terjadi pada wanita 52.357.259 dan
terjadi pada laki- laki 52. 414.653 dibandingkan
pada tahun 1990 dengan 23.283.274 kasus.
Tingkat kejadian standar usia per 100.000
penduduk. Di tingkat global meningkat dari 4.316
kasus pada tahun 1990 menjadi 13.713 kasus pada
tahun 2017. Kejadian pada tingkat Negara per
100.000 penduduk untuk infeksi dengue tertinggi
di Barbados dengan kasus 41799 per 100.000
penduduk, diikuti oleh Dominika dengan 41.521
kasus per 100.000 penduduk, Indonesia 41.171 per
100.000 penduduk dan India dengan 40.729 kasus
per 100.000 penduduk. Sebaliknya 81 negara tidak
memiliki data demam berdarah pada tahun 2017.
Selain itu global burden of disease (beban
penyakit global) pada tahun 2017 melaporkan
kasus infeksi dengue di Afrika Selatan yaitu 1.212
kasus per 100.000 penduduk, dan Negara Namibia
98.569 kasus per 100.000 penduduk (Z.Zeng et
al./EclinicalMedicine, 2021).
Di Indonesia berdasarkan data kasus infeksi
virus dengue tahun 2018 tercatat 65.602 jumlah
kasus dengan kematian 462 jumlah kasus dan
Incidence Rate IR 24.73 per 100.000 penduduk.
Kemudian tahun 2019 sebanyak 138.127 jumlah
kasus dan 919 jumlah kematian. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dan IR
sebesar 51,48 per 100.000 penduduk pada tahun
2019. Pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303
kasus, Incidence Rate (IR) sebesar 40 per 100.000
penduduk jumlah ini menunjukan angka
penurunan dari tahun sebelumnya. (Kemenkes,
2020).
Jumlah penderita infeksi virus dengue di
provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 sebanyak
3.007 kasus dengan Incidence Rate (IR) 28,7 per
100.0000 penduduk dan kasus kematian 1 orang di
Jakarta selatan. pada tahun 2019 jumlah kasus
demam berdarah sebanyak 8,716 dengan Incidence
Rate (IR) 83,0 Per 100.000 Penduduk dan di tahun
2020 dilaporkan terdapat 4.760 kasus DBD
dengan proporsi yang cukup seimbang dengan
perempuan dan laki-laki. Kasus meninggal karena
DBD ditemukan 1 orang di Jakarta Timur. Karena
atas kejadian kasus tersebut masyarakat perlu
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
melakukan program pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan 3M plus dan meningkatkan
program DBD (Dinkes DKI Jakarta, 2020).
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
rangka mengantisipasi terjadinya pertambahan
kasus demam berdarah pemerintah mengeluarkan
surat edaran mentri Kesehatan RI no.
PV.0201/Menkes/2018 untuk meningkatkan upaya
penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan menguras
membersihkan tempat penampungan, menutup
yaitu menutup rapat tempat penampungan air.
Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang
barang bekas, mencegah gigitan nyamuk 3M Plus
dengan gerakan 1 rumah 1 jumatik (G1R1J).
Meningkatkan surveilans melalui kegiatan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) merupakan
pemeriksaan dan pemantuan oleh jumantik
kegiatan yang perlu dilakukan ialah melakukan
pemeriksaan di setiap tempat, media dan wadah
yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk dan mencatatnya di kartu jentik
melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantuan dan
melakukan surveilans berbasis masyarakat yaitu
pelaporan kasus DBD di masyarakat oleh jumantik
atau warga. Pemantuan PJB ialah kegiatan yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
PSN 3M plus. Dilakukan PJB diharapkan ABJ
dapat mencapai target Nasional. Di samping itu
pemerintah juga melakukan upaya untuk
menghimbau dinas kesehatan provinsi untuk
mendukung gerakan PSN 3M PLUS dan PJB
dengan sosialisasi kepada masyarakat agar ikut
peduli dalam mencegah penyebaran DBD dengan
menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal,
tempat kerja sekolah dan ibadah karena kegiatan
tersebut yang paling efektif dan efisien untuk
pencegahan demam berdarah. (Kemenkes &
Ditjen P2PL, 2019).
dimana
menitik berat pada pencegahan
dengan metode gerakan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Kemudian Kementrian Kesehatan
menyusun strategi penguatan
pelayanan kesehatan melalui
pendekatan keluarga dengan
mengutamakan upaya promotif dan
preventif, termasuk upaya dan
pengendalian penyakit arbovirus,
khususnya penyakit DBD. Pencegahan
dan pengendalian vektor yang dapat
dilakukan dengan pelaksanakan
kegiatan PSN 3M Plus (Kemenkes RI
2016). Gerakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) selain
penatalaksanaan penderita DBD
dengan memperkuat kapasitas
pelayanan kesehatanMenurut informasi dari
puskesmas kecamatan cempaka putih antara tiga
wilayah Puskesmas cempaka putih yaitu kelurahan
cempaka putih barat merupakan wilayah yang
endemis demam berdara (DBD) dan merupakan
kelurahan pemukiman padat penduduk dengan
jumlah penduduk yang sangat besar data yang
diterima penulis dari pihak terkait sudinkes
penderita demam berdarah pada tahun 2018 jumlah
kasus sebanyak 18 orang, tahun 2019 jumlah kasus
sebanyak 61 orang, pada tahun 2020 jumlah kasus
sebanayak 51 orang.dan berdasarkan data PSN
tentang target pencapian PSN di puskesmas
cempaka putih barat yaitu pada tahun 2018 target
capianya 89 % dan pada tahun 2019 target
capianya 89 % kemudian pada tahun 2020 target
ABJ masih menunjukan angka dibawan standar
yaitu 86%.
Hasil penelitian Zumroh (2015) identifikasi
permasalahan ialah dibutuhkan perencanan oleh
semua pemegang program P2DBD dimana dapat
bersinergi dalam mengusahakan keberhasilan
pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD,
pencegahan dan penanggulangan diusahakan dari
segi preventif dengan memutus mata rantai
penularan DBD. Dari itu dibutuhkan manajemen
program P2DBD untuk bisa menekan jumlah
kasus dan angka kesakitan demam berdarah,
program dapat terlaksana seperti yang diharapkan
dapat dipengaruhi oleh peran serta seluruh pihak
seperti pejabat setempat, petugas kesehatan dan
semua masyarakat.
Hasil penelitian oleh Hidajat (2018)
ketidakberhasilan program pencegahan dan
pemberantasan demam berdarah untuk mencegah
dan menurunkan angka kasus yang tinggi
berhubungan dengan tidak adanya peran serta
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
aktivitas-aktivitas program. Masyarakat tidak
mempunyai akses langsung untuk mendapatkan
informasi dan pengetahuan tentang program dan
prakondisi untuk masyarakat ikut dalam peran
sertanya dalam program, dikarenakan dalam
penyuluhan lewat penyampaian informasi dari
petugas lapangan kepada masyarakat belum
berjalan dengan baik.
Hasil penelitian Faizah, at. el (2018)
mengatakan variabel proses menunjukkan bahwa
kegiatan PSN belum terlaksana secara optimal
yaitu indikator PSN belum mencapai target ABJ di
Mojosongo Puskesmas hanya 67% dengan target
realisasi 95%. Puskesmas perlu meningkatkan
koordinasi dan komunikasi bagi seluruh kader
penyelenggara, Dinkes, dan lintas sektor demi
keberlangsungan pelaksanaan kegiatan Program
Pengendalian DBD dan pembuatan berita acara
dan pendampingan dengan pemerintah desa
melalui kader jumantik dalam pelaksanaan PSN.
Menurut informasi dari Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih antara tiga wilayah, Puskesmas
Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan
Wilayah yang endemis infeksi virus dengue dan
merupakan kelurahan pemukiman padat penduduk
dengan jumlah penduduk yang sangat besar data
yang diterima penulis dari pihak terkait sudinkes
penderita demam berdarah pada tahun 2018
jumlah kasus sebanyak 18 orang, tahun 2019
jumlah kasus sebanyak 61 orang, pada tahun 2020
jumlah kasus sebanyak 51 orang.
Menurut hasil studi pendahuluan yang
dilakukan dengan cara wawancara mendalam
kepada penanggung jawab program P2DBD di
puskesmas Cempaka Putih barat pada bulan
November 2021. Pada variabel perencanaan
kegiatan tersebut sudah terencana dengan baik
diusulkan lewat rencana usulan kerja setiap tahun.
Pada variabel pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB
masih banykanya kendala hal ini dikarenakan
tidak ada kualifikasi untuk petugas kader jumantik
dan pelatihan diberikan hanya kepada sebagian
SDM, rendahnya motivasi masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Pada variabel
pengawasan tidak dilakukan pendampingan rutin
terhadap kader jumantik yang melakukan kegiatan
dua kali seminggu. Sehingga ABJ pada tahun 2018
capaianya 89 %. Tahun 2019 capaianya 89 % dan
tahun 2020 capian 86%, dari target capian 95%.
Pada hasil observasi bersama petugas kesehatan
bulan November 2021 dilakukan pemeriksaan dan
ditemukan 7 jentik dari 20 rumah warga yang
diperiksa sehingga dalam hal ini menyebabkan
masih banyaknya kasus DBD.
Upaya yang dilakukan puskesmas Cempaka
Putih Barat dengan menggerakan kegiatan PSN
dan memberikan sosialisasi kepada warga untuk
melakukan kegiatan PSN mandiri setiap hari
dengan menguras bak mandi atau tempat
penampung air, menutup rapat penampungan air
dan mendaur ulang barang-barang bekas.
Dikerahkan jumantik (Juru Pemantau Jentik)
untuk melakukan pemantauan jentik yaitu dua kali
dalam seminggu setiap selasa dan jumat caranya
ialah dengan mengunjungi rumah dan tempat
umum untuk memeriksakan tempat penampung air
(TPA), Non (TPA), tempat olahraga, tempat
penampungan air alamiah, di dalam dan luar
rumah/ bangunan dan melakukan penyuluhan
tentang PSN DBD kepada warga agar termotivasi
untuk melakukan kegiatan tersebut apabila
ditemukan jentik, warga atau pengelola tempat-
tempat umum (TTU) diminta untuk melihat/
menyaksikan. Kemudian diberikan penjelasan dan
anjuran untuk dilakukan kegiatan PSN mandiri.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik
untuk melihat “Gambaran Implementasi
Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan
Pemantuan Jentik Berkala Pada Program
Pencegahaan Infeksi Dengue Di Puskesmas
Kelurahan Cempaka Putih Barat Tahun 2021.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Barat Jakarta Pusat.
Berdasarkan data kasus demam berdarah pada
tahun 2018 jumlah kasus sebanyak 18 orang.
Tahun 2019 jumlah kasus sebanyak 61 orang.
Tahun 2020 jumlah kasus sebanyak 51 orang.
Menurut hasil studi pendahuluan yang
dilakukan dengan cara wawancara mendalam.
Pada variabel perencanaan kegiatan tersebut sudah
terencana dengan baik diusulkan lewat rencana
usulan kerja setiap tahun. Pada variabel
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB masih
banyakanya kendala hal ini dikarenakan tidak ada
kualifikasi untuk petugas kader jumantik dan
pelatihan diberikan hanya kepada sebagian SDM,
rendahnya motivasi masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Pada variabel
pengawasan tidak dilakukan pendampingan rutin
terhadap kader jumantik yang melakukan kegiatan
dua kali seminggu. Sehingga ABJ pada tahun 2018
capaiany a 89 %. Tahun 2019 capaianya 89 % dan
tahun 2020 capian 86%. Tercapainya pelaksanaan
kegiatan PSN di lihat dari indikator capaian ABJ
diatas 95% hal ini menyebabkan dampak kasus
DBD terjadi setiap tahun. Rumusan masalah yang
dapat disusun adalah” Gambaran Implementasi
Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan
Pemantuan Jentik Berkala Pada Program
Pencegahaan Infeksi Dengue Di Puskesmas
Kelurahan Cempaka Putih Barat Tahun 2021”
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Gambaran Implementasi Kegiatan
PSN Dan PJB Pada Program Pencegahan
Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat Tahun 2021?
2. Bagaimana Gambaran Perencanaan kegiatan
PSN Dan PJB Pada Program Pencegahaan
Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat Tahun 2021?
3. Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Kegiatan
PSN Dan PJB Pada Program Pencegahan
Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat Tahun 2021?
4. Bagaimana Gambaran Pengawasan Kegiatan
PSN Dan PJB Pada Program Pencegahan
Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat Tahun 2021?
1.4 Tujuan Penelitain
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Implementasi Kegiatan
PSN Dan PJB Pada Program Pencegahan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gambaran Perencanaan Kegiatan
PSN Dan PJB Pada Program Pencegahaan
Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat Tahun 2021.
2. Mengetahui Gambaran Pelaksanaan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat Tahun
2021.
3. Mengetahui Gambaran Pengawas Kegiatan PSN
Dan PJ Pada Program Pencegahan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih
Barat Tahun 2021.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Puskesmas
Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan
kinerja di puskesmas dan memberikan informasi
kepada puskesmas mengenai Pelaksanan kegiatan
PSN dan PJB Pada Program Pencegahan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021.
1.5.2 Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya dan serta dapat menambah
pengetahuan dalam melakukan penelitian
efektivitas Pelaksanaan Program Pencegahaan
Infeksi Dengue.
1.5.3 Universitas
Bahan informasi dan menambah daftar
kepustakaan, terbentuknya kerjasama Universitas
dengan institusi untuk meningkatkan kapasitas dan
kualitas pendidikan dengan mencetak mahasiwa
yang lebih terampil.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB. Penelitian ini
dilakukan karena pelaksanaan kegiatan PSN dan
PJB belum tercapai optimal ABJ dibawah 86%,
hal ini disebabkan adanya kendala pada variabel
pelaksanaan dan variabel Pengawasan. Penelitian
ini dilakukan pada bulan November 2021 s/d
Maret 2022 di puskesmas kel. Cempaka Putih
Barat Jakarta Pusat. Informan penelitian ini terdiri
dari 1 informan kunci yaitu menjabat sebagai
kepala puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat,
Informan utama terdiri dari 1 orang yang menjabat
sebagai PJ P2DBD di Puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat, informan pendukung sebanyak 6
orang dari kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan kelurahan dan 5 orang kader dari
wilayah kerja puskesmas Kel. Cempaka Putih
Barat. Penelitian ini dilakukan dengan metode
kualitatif dengan cara wawancara mendalam FGD
(Focus group discussion), observasi langsung dan
explore telaah dokumen.
1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk DBD (PSN DBD)
Menurut Kemenkes (2017) Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) ialah suatu kegiatan
masyarakat dan pemerintah yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk dapat mencegah
penyakit DBD. Gerakan PSN DBD ialah
merupakan kegiatan yang sangat efektif untuk
mencegah terjadinya penyakit demam berdarah
dengue dan menciftakan kebersihan lingkungan
dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Pengendalian infeksi dengue telah diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92 tahun
1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 581/
MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada
upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan
penderita DBD dengan memperkuat kapasitas
pelayanan kesehatan dan sumber daya,
memperkuat surveilans epidemiologi dan
optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian
Luar Biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian
vektor secara umum diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor.
Sasasaran :Tempat-tempat penampungan air, bak
mandi, penampungan air ac, kulkas,
barang bekas, vas bunga, lubang
pohon, pelepah pisang tempat minum
burung, dispenser dan tempat
perpotensial untuk perkembangan
nyamuk
Lokasi : Seluruh Wilayah Tempat
Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksana : Masyarakat

Cara Kegiatan :
a. Menguras bak mandi/wc dan tempat
penampungan air lainnya sekurang-
kurangnya seminggu sekali (perkembangan
telur-larva-pupa-nyamuk kurang lebih 9
hari), secara teratur menggosok dinding
bagian dalam dari bak mandi dan semua
tempat penyimpanan air untuk
menyingkirkan telur nyamuk.
b. Menutup rapat TPA (Tempat penampungan
Air) seperti tempayan, drum, sehingga
nyamuk tidak dapat masuk. Ternyata TPA
tertutup lebih sering mengandung larva
dibandingkan TPA yang terbuka karena
penutupnya jarang terpasang dengan baik
dan sering dibuka untuk mengambil air
didalamnya. Tempayan dengan penutup yang
longgar seperti itu lebih disukai nyamuk
untuk tempat bertelur karena ruangan
didalamnya lebih gelap daripada tempat air
yang tidak tertutup sama sekali
c. Air yang terdapat di vas bunga diganti atau
ditempat minum sarang burung dilakukan
sekurangnya seminggu sekali.
d. Saluran air yang tergenang dibersihkan yang
diatap rumah maupun diselokan apabila
tersumbat oleh sampah ataupun dedaunan
dikarenakan genangan air bisa digunakan
oleh nyamuk untuk berkembang biak.
e. Dapat memelihara ikan pemakan jentik
dikolam.
f. Abatisasi ialah penggunaan larvasidasi
(Abate) yaitu pengendalian larva/ jentik
dengan pemberian larvasida yang berguna
untuk membunuh larva pemberian larvasida
dapat mengurangi kepadatan populasi untuk
jangka waktu dua bulan. Ada banyak jenis
penolak jentik termasuk temefos,
pyriproxyfen, methoprene dan bacillus
thuringiensis. Penggunaan temefos 10 gram
untuk 100 liter air, gunakan seperes sendok
makan sebaiknya diulang setiap 2 bulan.
Penggunaan metopren 1,3 % berbetuk
butiran seperti gula pasir berwarna hitam
arang dosis penggunaanya metopren 1,3 % di
ulang setiap 3 bulan. Penggunaan dosis
piriproksifen ialah 0,25% atau sendok kecil
ukuran 0,5 ml pada 100 liter air. Penggunaan
bacillus thuringiensis pada air minum pada
dosis normal dilakukan pada pemakian
berulang kali (Kemenkes, 2016).
g. Menanam pohon pepermint, lemon dan
lavender di area rumah (Kemenkes, 2017).
2.1.2 Pemantuan Jentik
Pemantuan jentik adalah pemeriksaan di
tempat perkembang biakan nyamuk ae.egypti
untuk mengetahui adanya jentik nyamuk yang
dilakukan ditempat uang berpotensial terjadinya
perkembangbiakan nyamuk
Sasasara :Mengunjungi rumah dan tempat
umum untuk memeriksakan tempat
penampung air (TPA), Non (TPA),
tempat olahraga, tempat penampungan
air alamiah, di dalam dan luar rumah/
bangunan
Lokasi : Seluruh Wilayah Tempat
Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksana : Petugas kesehatan dan jumantik
Tata Cara : Tata cara dalam melakukan
kegiatan pemantuan Jentik di rumah, TTU dan
TTI adalah sebagai berikut:
1. Periksalah bak mandi/WC, tempayan,
drum dan tempat-tempat penampungan
air lainnya.
2. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu
sampai kira-kira satu menit, jika ada
jentik pasti akan muncul ke permukaan
air untuk bernafas.
3. Gunakan senter apabila wadah air
tersebut terlalu dalam dan gelap.
4. Periksa juga tempat-tempat berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk misalnya vas bunga, tempat
minum burung, kaleng-kaleng bekas,
botol plastik, ban bekas, tatakan pot
bunga, tatakan dispenser dan lain-lain.
5. Tempat lain di sekitar rumah yaitu
talang/saluran air yang terbuka/tidak
lancar, lubang-lubang pada potongan
bambu atau pohon lainnya.
6. Hasil Pemantuan : Mencatat hasil
pemantuan jentik pada kartu dan
melaporkan hasil pemantuan. Setelah
melakukan pemeriksaan jentik, petugas
menulis hasil kartu jentik setiap
pemeriksaan dengan tanda “-“ jika
ditemukan jentik atau tanda “+” apabila
menemukan jentik.
Contoh: Kartu Pemeriksaan Jentik

Gambar 2. 1 Kartu Pemeriksaan Jentik

2.1.3 Infeksi Virus Dengue

Infeksi dengue merupakan penyakit infeksi


akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus ditandai dengan demam
selama 2 sampai 7 hari beserta manifestasi
penurunan trombosit (trombositopenia),
perdarahan, adanya hemokonsentrasi ditandai
kebocoran plasma dengan (peningkatan
hematokrit, asites, hipoalbuminemia, efusi pleura,
asites) beserta adanya gejala tidak khas seperti
nyeri pada tulang, bola mata, otot, dan kepala,
adanya ruam kulit dan tidak semua terinfeksi
dengue akan menimbulkan gejala yang berat. Ada
beberapa keluhan menimbulkan gejala demam
ringan dan sembuh dengan sendirinya bahkan
tanpa gejala sakit (asimtomatik). Ada beberapa
yang mengalami demam tanpa adanya kebocoran
plasma dan mengakibatkan kematian (Kemenkes,
2017). Pada sebagian pasien demam berdarah
dapat menjadi penyakit yang sangat mengancam
jiwa, demam berdarah dengue menyebabkan
penderita mempunyai keluhan nyeri hebat, seakan
tulang akan mengalami patah. (Wekaadigunawan,
2020).
A. Penularan Virus Dengue
Virus ditularkan ke badan manusia melewati
gigitan nyamuk Aedes yang sudah terinfeksi Aedes
aegypti yang dianggap sebagai arbovirus yaitu
virus yang menularkan melalui artopoda apabila
terinfeksi nyamuk akan tetap mendapatkan infeksi
sepanjang hidupnya menularkan virus ke orang
sangat rawan apabila menggigit dan menghisap
darah. Nyamuk berjenis betina yang sudah
terinfeksi dapat menurunkan virus ke generasi
nyamuk dengan penularan transovarian namun
sangat jarang terjadi dan tidak memperberat
penularan yang sangat penting ke manusia.
Manusia ialah penjamu yang paling utama
mendapatkan virus, sekalipun studi sudah
menunjukan yaitu monyet ada beberapa bagian di
dunia dapat terinfeksi dan dapat bertindak sebagai
sumber virus untuk nyamuk pengigit. Virus
bersirkulasi dalam darah orang yang terinfeksi
ketika demam. Nyamuk yang tidak terinfeksi
dapat menginfeksi virus jika mereka menggigit
seseorang selama viremik. Selama 8-10 hari virus
berkembang di dalam tubuh nyamuk dan selama
ini bisa menularkan ke manusia saat menggigit
dan menghisap darah yang berikutnya. Waktu
yang dibutuhkan untuk inkubasi ekstrinsik
bergantung pada kondisi lingkungan suhu sekitar
(WHO, 2016).

B. Patogenesis infeksi virus dengue


Patogenesis infeksi dengue berkitan dengan
faktor virus yaitu serotipe jumlah, virulensi, faktor
penjamu, status gizi, usia, genetik penyakit
pembawaan dan interaksi antara virus dengan
penjamu kemudian faktor lingkungan suhu udara,
musim, curah hujan, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan dan mobilitas penduduk.
Peran sistem imun pada infeksi dengue adalah
sebagai berikut:
1. Infeksi primer (infeksi pertama kali)
menyebabkan kekebalan seumur hidup
penyebab serotipe
2. Infeksi sekunder penyebab serotipe virus yang
berbeda (Secondary Heterologous Infection)
biasanya memberikan keluhan yang lebih berat
dibandingkan dengan infeksi primer
3. Tanda dari karakteristiknya perembesan plasma
untuk DBD terjadi saat volume virus di dalam
darah turun.
4. Pemeriksaan patologi bisa ditemukan kerusakan
endotel pembuluh darah dan perembesan
plasma terjadi dalam waktu singkat yaitu 24-48
jam (Hadinegoro, 2018).
C. Manifestasi Klinis Infeksi Virus Dengue
Sebagian besar kasus demam berdarah tidak
menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan
gejala ringan, namun dapat bermanifestasi sebagai
penyakit parah seperti flu yang menyerang bayi,
anak kecil dan orang dewasa, tetapi jarang
menyebabkan kematian. Gejala biasanya
berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa
inkubasi 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang
terinfeksi. Organisasi Kesehatan Dunia
mengklasifikasikan demam berdarah menjadi 2
kategori utama: demam berdarah (dengan/tanpa
tanda-tanda peringatan) dan demam berdarah
parah. Sub-klasifikasi demam berdarah dengan
atau tanpa tanda-tanda peringatan dibuat untuk
membantu tenaga medis melakukan pemilihan
pada pasien untuk masuk rumah sakit, memastikan
observasi ketat, dan untuk meminimalkan risiko
berkembangnya infeksi virus dengue yang lebih
parah. Infeksi virus dengue harus dicurigai jika
demam tinggi (40°C/104°F) disertai dengan gejala
berikut selama fase demam (2-7 hari) sakit kepala
parah, sakit di belakang mata, nyeri otot dan sendi,
mual, muntah, kelenjar bengkak dan adanya ruam
(WHO, 2022).
D. Epidemiologi Dengue
Epidemiologi infeksi dengue merupakan ilmu
yang mempelajari tentang insiden dan distribusi
frekuensi infeksi dengue (Dengue hemorrhagic
fever/DHF dan expanden dengue syndrome/EDS).
Menurut variabel epidemiologi (orang, tempat,
waktu) menentukan faktor risiko (determinan)
suatu kejadian pada suatu titik waktu tertentu
kelompok populasi. Distribusi di atas adalah
distribusi yang didasarkan pada unsur orang,
tempat dan waktu. Frekuensi ini adalah faktor
penentu seperti morbiditas dan mortalitas. Risiko
mengacu pada faktor-faktor yang berpengaruh atau
mewakili risiko demam berdarah sindrom demam
berdarah diperpanjang (Kemenkes RI, 2017).
Kejadian luar biasa (KLB) dengue pertama
kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies
(Kepulauan Karibia), sebelumya kasus DBD di
Cina sudah dilaporkan pada permulaan tahun 992
SM. Di Australia pertama kali melaporkan kasus
dengue pada tahun 1897 dan di Italia, Taiwan pada
tahun 1931. Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi
pada tahun 1953-1954 di Filipina, semenjak saat
itu serangan dengue dan tingkat kasus kematian
yang tinggi terjadi di beberapa negara di wilayah
Asia Tenggara dan Indonesia, kepulauan
Maladewa, Myanmar, Srilangka, Thailand,
Singapura, Kamboja, Malaysia, New Caledonia,
Thiti, Vietnam, Filipina, dan India. Selama dua
puluh tahun peningkatan kasus terus terjadi sampai
wilayah penyebaran yang luar biasa hebatnya.
Sampai saat ini KLB terjadi setiap tahunnya di
berbagai negara di Asia Tenggara dan berbagai
serotipe virus dengue endemis di bagian negara
tropis. Di negara asia penyakit dengue endemis di
Hainan, China Selatan, Kamboja, Indonesia,
filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, Sri langka,
Singapur, Thailand, India, dan Pakistan. Berbagai
Negara dengan endemis rendah yaitu di
Bangladesh, Taiwan, Guinea, Papua New Guinea,
Nepal, dan negara bagian Asia Pasifik. Sejak
tahun 1981 kasus infeksi dengue ditemukan di
Australia Utara dan Queensland sedangkan di
Afrika Serotipe Virus dengue 1,2,3 dan 4. Bagian
pantai Timur Afrika dari Etiopia, Mozambik dan
di kepulauan lepas pantai Komoro dan Seychelles
dan Saudi Arabia melaporkan kasus yang terduga
DBD. Di Negara Amerika ke 4 serotipe virus
dengue menyebar di Amerika Tengah dan
Amerika Selatan termasuk Karbia dan Texas
(1977-1997). Pada tahun 1990 terjadi wabah KLB
di Negara Karbia, Amerika Tengah, Kolombia,
Ekuador, Peru, Bolivia, Guyana, Brazil, Argentina,
Paraguay, Meksiko dan Venezuela (Kemenkes RI,
2017).
Di Indonesia dengue pertama kali melaporkan
pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, dengue
telah tersebar di 33 provinsi dan 440 Kab./Kota
pada tahun 2010, semenjak itu DBD terus
meningkat dan pada tahun 2004 kasus terus sangat
meningkat tajam. Peningkatan kasus DBD
bertolak dengan angka kematian Case Fatality
Rate (CFR) karena DBD. Di Surabaya dan Jakarta
dilaporkan angka kematian (CFR) DBD sekitar
41,3% dan menunjukan penurunan pada tahun
2014 mencapai 0,90%. Besaran angka kesakitan
Incidence Rate (IR) DBD tahun 2014 sebanyak ≤
51 per 100.000 penduduk capaian nasional tahun
2014 sudah melampui target Incidence Rate (IR)
sebesar 39,76 per 100.000 penduduk tetapi ada 8
provinsi Incidence Rate (IR) diatas 51 per 100.000
penduduk ialah provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Utara, Kalimantan Utara Kepulauan
Riau, Bali, DKI Jakarta,Sulawesi Utara dan Di
Yogyakarta (Kemenkes RI, 2017).
E. Vektor
Aedes aegypti ialah spesies nyamuk tropis dan
subtropis ditemukan di bumi antara garis lintang
35U dan 35S diperkirakan berhubungan pada saat
musim dingin isoterm 10C meskipun Aedes
aegypti sejauh 45U selama musim hangat biasa
terjadi invasi dan pada musim dingin nyamuk
tidak hidup. Hidup nyamuk Aedes aegypti juga
dipengaruhi oleh ketinggian dan tidak ditemukan
pada ketinggian 1000M namun sudah dilaporkan
pada ketinggian 2121 M di Negara India, di
Negara Kolombi 2200 m, suhu rata-rata tahunan
ialah 17C kemudian pada ketinggian 2400 M di
Negara Eriteria Aedes aegypti ialah salah satu
vektor nyamuk yang sangat efisien pada
arbovirus, disebabkan nyamuk tersebut
antropofilik dan hidup di sekitaran manusia dan
berkembang di dalam rumah, wabah demam
berdarah disertai oleh Aedes albopictus dan Ae.
kompleks dari banyak spesies polynesiensis dan
Ae. scutellaris. Masing-masing spesies ini
memiliki distribusi geografisnya sendiri tetapi
merupakan vektor epidemi yang kurang efisien
dibandingkan Aedes aegypti telah dilaporkan
memiliki infeksi virus dengue secara vertikal
(mungkin transovarian) di laboratorium dan di
lapangan, tetapi pentingnya infeksi ini dalam
pemeliharaan virus belum ditetapkan. Penyebab
kesulitan pemusnahan vektor ialah telur Aedes
aegypti bisa bertahan dalam waktu yang cukup
lama kepada dedikasi yaitu pengawetan dengan
pengeringan terkadang lebih dari setahun (WHO,
2016).
a. Klasifikasi Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai klasifikasi
sbb:
Familia : Culicidae
Fulum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Genus : Aedes ( Stegomyia)
Ordo : Diptera
Regnum : Animalia
Subfamilia : Culicinae
Species : Aedes aegypti
b. Morfologi Aedes Aegypti
Setelah proses metamorfosis, muncul nyamuk
baru Aedes aegypti dengan ciri-ciri umum sebagai
berikut:
1) Bentuk tubuh sangat kecil dari nyamuk biasa
2) Apabila mengigit terasa gatal dan panas
3) Tungkai dan badan bergaris-garis hitam putih
4) Sayapnya ukuran 2,5-3.0 mm bersisik warna
hitam
5) Saat istirahat pantatnya mendatar tidak
nungging seperti nyamuk anopheles
6) Bertengger di tempat yang gelap
7) Waktu mengigit tidak tidak berbunyi
berdenging
Nyamuk Aedes aegypti sifatnya antropofilik
yang suka dengan manusia dan mengigit berulang
kali, nyamuk jantan hanya berminat dengan cairan
yang mengandung gula pada bunga dan tumbuhan
(N. frida, 2019).
Aedes aegypti umumnya berukuran sangat
kecil bentuk badan nya yang berwarna hitam dan
pekat dibarengi dua garis berbentuk vertikal putih
di punggungnya dan memiliki garis horizontal
pada bagian kaki. Aedes aegypti biasanya
beraktivitas pada pagi dan sore hari terkadang
mengigit saat malam hari, ia lebih suka ditempat
yang sejuk dan gelap dan lebih sering ditemukan
di dalam rumah dari pada di luar rumah yang
cuacanya panas (Wekaadigunawan, 2020).
c. Nyamuk Aedes aegypti memiliki 4 stadium yaitu
:
1. Stadium Telur
Ukuran ± 0,80 mm telur berwarna hitam dan
berbentuk oval mengapung satu demi satu
pada permukaan air yang jernih dan
menempel di dinding wadah air, telur
bertahan ditempat yang kering bertahan
sampai ± 6 bulan
2. Stadium Jentik Larva
Empat tingkat (Instar) pertumbuhan larva :
Instar 1 berukuran sangat kecil 102 mm.
Instrar II berukuran 2,5-3,8 mm. Instar III
Instar lebih besar sedikit dari Instar II
sedangkan Instar IV ukuranya paling besar
yaitu 5mm.
3. Stadium Pupa
Pupa seperti koma dan bentuknya lebih besar
dan panjang dibanding larva jentiknya Aedes
aegypti berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan kebanyakan nyamuk
lain.

4. Stadium Nyamuk dewasa


Berukuran lebih kecil bila dibandingkan
semua nyamuk lain dan memiliki warna dasar
hitam dan bintik-bintik putih di bagian badan
dan kaki (Kemenkes, 2017) .
Gambar 2. 2 Siklus Ae. Aegypti (: Center for Disease Control and Prevention)

d. Siklus Hidup
Nyamuk betina bertelur di dinding air,
selama bertelur larva menetas dari telur dalam
waktu 1-2 hari. Larva kemudian tumbuh menjadi
pupa dalam waktu 5-15 hari, nyamuk dewasa akan
keluar dari pupa setelah dua hari. Dalam kondisi
optimal perkembangan telur hingga dewasa
memakan waktu setidaknya 9 hari. Aedes aegypti
biasanya bertelur pada sore hari sebelum matahari
terbenam. Setelah bertelur nyamuk betina siap
menghisap darah kembali apabila nyamuk
terganggu saat menghisap darah nyamuk akan
mengigit kembali orang yang sama atau berpindah
ke yang lain hingga virus berpindah dengan cepat
ke banyak orang biasanya nyamuk betina akan
mati dalan 10 hari (Kemenkes, 2017).

2.1.4 Pengaruh Keberhasilan Program


Pencegahan Infeksi Dengue
1. Perilaku Masyarakat
Berdasarkan teori Benjamin Bloom Indikator
perilaku masyarakat meliputi tiga: Domain, yaitu
pengetahuan (knowledge), sikap attitude) dan tindakan
atau praktek (practice). Sebagian besar penduduk
Indonesia belum menyadari pentingnya memelihara
kebersihan lingkungan salah satu masalah yang umum
ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk
untuk menjaga agar tidak terdapat wadah-wadah yang
dapat menampung air dilingkungan tempat tinggal
kemasan plastik semakin banyak digunakan
masyarakat seperti botol, gelas air minum mineral,
plastik tersebut dapat menampung air tempat
berkembang biak aedes aegepty dapat menjadi
masalah pada saat musim hujan dan terjadi
peningkatan kasus DBD semasa musim hujan. Dalam
rangka terwujudnya perilaku yang positif demikian
pula dengan tindakan PSN DBD yang dapat
membantu mengurangi angka kejadian DBD
diperlukan perilaku yang baik terhadap lingkungan
(Simorangkir, dkk. 2019).
2. Peran Tenaga Kesehatan
Peran tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan
sangan diperlukan berupa preventif dan promotif, akan
berdampak baik terhadap hasil tindakan pencegahan
infeksi dengue seperti PSN dan 3m plus apabila
program dilakukan sangat baik benar dan secara terus
menerus akan mengurangi perkembangbiakan
penyakit demam berdarah di suatu wilayah
(Lutfianawati, 2020).
3. Sistem peringatan dini
Peringatan dini ialah kegiatan yang memberikan
peringatan dengan segera kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya peristiwa pada suatu wilayah
untuk masyarakat dapat segera siap siaga dan
bertindak sesuai keadaan situasi dan waktu yang tepat.
Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan sistem
peringatan dini untuk mengingatkan masyarakat setiap
tahun sebelum wabah DBD sehingga masyarakat
dapat memprediksinya. Sistem peringatan dini dapat
menggunakan media elektronik sebagai sarana
sosialisasi. Isi sosialisasi sebaiknya pengobatan gejala
khas DBD yaitu demam tinggi dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit, dan pasien DBD. Untuk
sosialisasi, kegiatan pemberantasan DBD yang efektif
dan efisien seperti PSN, memasang kelambu saat anak
tidur siang, memasang kelambu di ventilasi yang
terbuka, menggunakan kelambu dan juga harus ada
upaya perlindungan (Susana, 2011).
4. Ketahanan Nyamuk Terhadap Pestisida
Menurut data Dinas Kesehatan DKI Jakarta,
pestisida yang digunakan untuk fumigasi di
wilayah Jakarta adalah malathion yang digunakan
untuk fumigasi di wilayah Jakarta, Aedes aegypti,
telah digunakan dalam jumlah besar sejak tahun
1980. Malathion dan Temefos mengandung bahan
aktif orgone phosphate. Penggunaan pestisida ini
dalam waktu lama dapat menyebabkan resistensi
Aedes aegypti terhadap bahan aktif. Ini karena
tidak semua Aedes aegypti terbunuh, tetapi
beberapa masih hidup karena nyamuk dapat
melarikan diri dari pestisida. Indikasi resistensi
temephos perlunya evaluasi setiap saat terhadap
keefektifan larvasida sehingga resistensi dapat
terdeteksi dan diantisipasi perlu di waspadai
resistensi silang Ae. Aegypti terhadap thempos
karena untuk mengantisipasi peningkatan kasus
demam berdarah saat musim hujan dilakukan
upaya pemberantasan nyamuk dewasa dengan
pengasapan memakai adultisida tidak menutup
kemungkinan resistensi Ae.Aegypti terhadap
temephos dan adultisida malathion atau piretroid
pengendalian lebih kompleks (Sinaga, 2015).
2.1.5 Pendekatan Sistem
Sistem ialah suatu kesatuan yang utuh
diperkirakan berhubungan dan satu sama lain
dapat saling mempengaruhi, yang ketemunya
dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Azwar, 2017).
Menurut Muninjaya (2015) Sebuah sistem
harus memenuhi syarat minimal yaitu tiga unsur
pembentuk sistem terdiri dari masukan ( input),
proses (proccess), keluaran (output) adalah
sebagai berikut:

a. Masukan (input)
Proses (proccess) adalah kumpulan bagian
atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
masukan.
Menurut R. Terry (2014) terdiri dari 6 M
yaitu : Man (staf), Money (dana), Material
(peralatan yang dibutuhkan, termasuk logistik),
Method (ketrampilan, prosedur kerja, peraturan,
kebijaksanaan, dsb), Minute (waktu pelaksanaan),
Market (pemasaran).
Komponen Dalam Program Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk :
1. SDM (Sumber Daya Manusia)
Sumber daya manusia kesehatan ialah
petugas kesehatan termasuk petugas kesehatan
strategis dan personel tenaga pendukung atau
penunjang kesehatan berdedikasi pada upaya dan
pengelolaan perawatan kesehatan (Kemenkes,
2017).
Hasil penelitian Anita, dkk. (2017).
Menunjukan SDM dapat mempengaruhi
keberhasilan program pemberantasan penyakit
DBD di Puskesmas Rambipuji karena memenuhi
indikator untuk ketersediaan tenaga SDM
sedangkan SDM di puskesmas Patrang masih
kurang. SDM yang memadai akan akan dapat
membantu kesuksesan program pemberantasan
penyakit DBD
2. Pembiayaan
Biaya yang diperlukan untuk PSN
dibebankan kepada Instalasi/ lembaga terkait
tertuang dalam Kepmenkes RI no. 581/
Menkes/SK/VII/1992 yaitu baik melalui APBD 1,
APBD 2, APBDN dan sumber lainya yang sah
beserta swadaya yang ada, sumber dana lain untuk
kegiatan pemberantasan demam berdarah yaitu
dari (BOK) Bantuan Oprasional Kesehatan
bantuan dari Pemerintah lewat Kemenkes untuk
membantu pemerintah daerah untuk melakukan
pelayanan kesehatan sesuai standar minimal
pelayanan kesesehatan bantuan tersebut bertujuan
untuk menabahkan akses dan pemertaan Pelkes
untuk masyarakat melalui kegiatan promotive, dan
prepentif.

Hasil Penelitian Shobry (2016). Faktor yang


dapat mempengaruhi efektivitas implementasi
program ialah sumber keuangan yang diperlukan
untuk biaya oprasional melaksanakan program
apabila anggaran terbatas tingkatan kualitas
layanan yang diberikan juga akan dibatasi, hal ini
bisa menyebabkan kurang optimalnya pelaku
program karena mereka tidak terima insentif yang
diharapkan dan akhirnya program tidak berjalan
dengan baik.
3. Sarana
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue,
sarana dan bahan yang digunakan adalah alat
penyemprot, dan jumlah yang dibutuhkan setiap
Puskemas adalah tempat kebutuhan kit PSN dan
kebutuhan, pestisida, dan bahan penolong.
Diagnosis dan pengobatan pasien demam berdarah
dengue.
Hasil Penelitian Faizah, dkk. (2018). Sarana
berperan penting di dalam pelaksanaan program
P2DBD fasilitas yang di pergunakan adalah senter,
alat semprotan, dan bubuk abate untuk membasmi
nyamuk, jumlah prasarana sudah menunjang
program P2DBD di Puskesmas Mojosongo dan
sangat memadai namun didalam kegiatan PSN dan
PJB masih rendah.
4. Metode/SOP
SOP ialah standar kegiatan yang dilaksanakan
secara berurutan untuk menyelesaikan pekerjaan
apabila dipatuhi akan menyebabkan lancarnya
koordinasi dan tidak terjadi tumpang tindih atau
duplikasi, terbentuknya hubungan kerja yang
sesuai kejelasan wewenang dan tanggung jawab
setiap pegawai (Wibowo, 2017).
Hasil penelitian dari Umbara&Raviola
(2020). SOP yang dilaksankan oleh Puskesmas
Bengkalis pihak Puskesmas sudah melaksanakan
kegiatan sesuai dengan SOP tetapi ekspektasi
masih banyaknya kegiatan yang terkendala karena
akibat dari faktor lain

b. Proses (process)
Proses merupakan bagian dari sistem yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
keluaran. Pendekatan sistmen manajemen
menggunakan prinsip POAC yaitu perencanaan
(Planning), Pengorganisasuan (Organizing),
pelaksanaan (actuating) dan pengawasan
(controlling)
Komponen proses dalam pemberantasan sarang
nyamuk terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan,
pengawasan.
1. Perencanaan
Menurut amir (2014) Perencanaan puskesmas
ialah proses penyusunan kegiatan yang sistematis
untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah
yang dihadapi dalam rangka pencapian tujuan
dalam periode waktu tertentu.
Perencanaan ialah proses penyusunan rencana
puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di
wilayah kerja puskesmas. Rencana puskesmas
dibedakan atas dua macam yaitu Rencana Usulan
Kerja (RUK) untuk kegiatan pada setahun
mendatang dan Rencana Pelaksana Kegitan (RPK)
pada tahun berjalan.
Hasil Penelitian Rahayu (2012). Di Puskesmas
Ketapang 2 untuk perencanaan personalia,
pembiayaan, peralatan dan infrastruktur sudah ada
kecuali metode perencanaan/ SOP. Perencanaan
tidak sesuai dengan standar tanpa menentukan
target tujuan sasaran kinerja Puskesmas, hanya
berlandaskan analisis situasi hingga didalam
kegiatan tidak berjalan sesuai yang diharapkan,
untuk mendapatkan suatu perencanaan yang baik
sebaiknya.
2. Pelaksanaan/ Penggerakan
Pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk
menurut Kemenkes (2017) PSN ialah suatu
kegiatan masyarakat dan pemerintah yang
dilakukan secara berkesinambungan untuk dapat
mencegah penyakit DBD, dengan kegiatan
menutup, menguras, mengubur (3M) plus,
keberhasilan kegiatan PSN yaitu populasi nyamuk
Aedes Aegypti bisa dikendalikan, hingga penularan
demam berdarah bisa dicegah dan dikurangi,
kegiatan PSN ialah kegiatan pemberantasan
demam berdarah dengue sangat diperlukan peran
aktif masyarakat
Hasil Penelitan Rahayu (2012). Pelaksanaan
ialah pengorganisasian yang berkaitan dengan
struktur organisasi. Organisasi personil pelaksana
program P2DBD di Puskesmas Ketapang 2 belum
ada staf organisasi pelaksanaan kegiatan karena
keterbatasan staf yang tersedia, struktur
pelaksanaan program P2DBD sesuai dengan
struktur organiasi Puskesmas, sebaiknya struktur
organisasi dibuat khusus agar mekanisme
pendelegasian tugas dapat dijelaskan.
3. Pengawasan (controlling)
Pemantuan ialah kegiatan yang mengumpulkan
informasi saat implementasi program. Kegiatan
pemantauan menyediakan data yang diperlukan
untuk menentukan pedoman pengelolaan demam
berdarah. Pemantauan secara umum meliputi
kegiatan yang dilakukan, sumber daya manusia,
penggunaan jasa, logistik, peralatan, pembiayaan,
dan sebagainya. Penting juga untuk
memperhatikan strategi implementasi dan kualitas
implementasi untuk memerangi demam berdarah
dan untuk menyelidiki penyebab keberhasilan dan
kegagalan. Pemantauan harus dilakukan di semua
tingkatan untuk mendapatkan gambaran lengkap
tentang kemajuan, kekuatan dan kelemahan
program. (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Moekizat dalam Satriadi (2015)
pengawasan adalah hal yang dilakukan, artinya
hasil pekerjaan, menilai hasil pekerjaan tersebut,
dan apabila perlu mengadakan tindakan-tindakan
perbaikan sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencanana
Hasil penelitian Rahayu (2012) tidak dilakukan
pengawasan secara langsung dilapangan untuk
kegiatan PSN pengawasan hanya dilakukan pada
laporan jumantik dan tidak ada pengawasan
langsung kelapangan.
c. Keluaran (Output)
Output adalah kumpulan bagian atau
elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem. (Azwar, 2015). Output dalam
program penanggulangan demam berdarah atau
DBD ialah tercapainaya target angka bebas jentik
yaitu >95% dan tercapaianya kegiatan PSN sesuai
yang ditargetkan (Kementerian Kesehatan RI,
2017).
Hasil penelitian Rahayu (2012). Capian
ABJ masih belum optimal yaitu < 95 % hingga
penularan DBD belum mampu dicegah dan
dikurangi penyebab masalah ini kurangnya peran
serta masyarakat didalam kegiatan PSN,
kurangnya pengetahuan masyarakat dan
penyuluhan PSN kurang maksimal, kader yang
tersedia kurang mencukupi.
2.2 Kerangka Teori

Gambar 2. 3 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Teori Muninjaya (2014),


Kemenkes (2017), (Wibowo, 2017).
(Taufiqurokhman, 2016).
2.3 Penelitian Terkait

Tabel 2. 1 Penelitian Terkait

NO PENELITI JUDUL METODE VARAIBEL HASIL

1. Anita dkk., Evaluasi Deskripktif Input Hasil penelitian


(2017) Program kualitatif menunjukkan
Pengendalian SDM, Pendanaan, ketersediaan
metode, sarana
Penyakit input program
Demam Proses P2-DHF di
Berdarah Puskesmas
Dengue Tahun Surveilans kasus, Rambipji lebih
2015 penanggulangan lengkap
Perbandingan kasus, surveilans dibandingkan di
Antar vector, Puskesmas
Puskesmas penanggulangan Patran. Sebagian
Rambipuji KLB , PSN dan besar proses
Kabupaten bulan bakti pelaksanaan
Jember gerakan 3M DBD program P2-
dan peningkatan DHF di
professional SDM Puskesmas
Output. Patelin dan
Puskesmas
Output Program Rambipji dinilai
P2 DBD yang kurang. Selain
diteliti yaitu itu, outcome
Angka Bebas program P2-
Jentik (ABJ) DHF yaitu
angka
kebebasan larva
(ABJ) di
Puskesmas
Rambipouge
lebih tinggi
dibandingkan di
Puskesmas
Patelin.

1. Susmaneli, Evaluasi Deskriptif Variabel ada keberhasilan


Yuliastri, & P2DBD kualitatif Pemeriksaan dalam
Auzar, Jentik Berkala monitoring PSN
(2021) (PJB), ,ada beberapa
Penyeldidikan program yang
Epidemiologi belum
(PE),Fogging dan termonitoring
Penyluhan yaitu program
PE,kurangnya
koordinasi dan
lambatnya
laporan kasus,
penyuluhan
yang kurang
terjadwal,

2. Faizah Evaluasi Kualitatif Input Variabel input


dkk., pelaksanaan Dana, menunjukan
(2018) program tenaga,sarana, ketersediaan
P2DBD di metode, waktu daya tekendala
puskesmas dari
Proses
mojosong kab. penjadwalan,
Boyolali th 2018 PE, fogging, Kegiatan PSN
penyuluhan, PSN, belum
abatisasi selektif, terlaksana
PJB secara optimal
dan terjadi
Output keterlambatan
Capaian program menjatuhkan
P2DBD bubuk abate
sering diterima
kadaluarsa, 1
indikator belum
mencapai target
yaitu ABJ di
Mojosongo
Puskesmas
hanya 67%
dengan target
realisasi 95%.

3. Zaputri, Evaluasi Kualitatif Input ketersediaan


sakka, & Program tenaga yang
paridah, Penanggulanga Tenaga,Dana, masih kurang.
(2017) n P2DBD DI sarana,metode Evaluasi proses
Puskesmas Proses dinilai baik
Puwatu Kota karena sesuai
Kendari Th (PE),Fogging, dengan rencana
2016 PSN, PJB, program, namun
penyuluhan perlu
Output ditingkatkan
proses aktivitas
Capaian abatisasi kegiatan
selektif, fogging Penyelidikan
focus,PSN,PJB, Epidemiologi
Penyuluhan yang masih
terdapat
beberapa
kendala terkait
dengan data
penderita yang
tidak lengkap
sehingga
mengakibatkan
petugas
terlambat
merespon
laporan kasus.
Evaluasi
keluaran dinilai
baik karena
hampir dari tiap
kegiatan sudah
mencapai target
yang telah
ditentukan dan
dibuktikan
dengan angka
penderita DBD
menurun dari
tahun
sebelumnya
4. Rahayu Evaluasi Input Input yang
(2012) Pelaksanaan diberikan tidak
SDM, dana,
Program mencukupi
sarana&prasarana,
Pencegahaan tenaga, dana
Dan SOP sarana, dan
Penangulangan prasarana ,
Penyakit DBD Proses didalam proses
Di Wil. Kerja Perencanaan penyelenggaraan
Puskesmas kegiatan
Ketapang Pelaksanaan P2DBD tidak
Pengawasan ada kuasa
tertulis,
Output perencanaan dan
pelaksanaan
Capaian fogging,
kegiatan tidak
PE, ABJ
penyuluhan sesuai rencana
dan tidak pernah
dilakukan secara
langkah
pengawasan
diberbagai
tingkat,

Kusumo, Evaluasi kualitatif Input Kualitas SDM


Setiani, & program kuarang 85%,
Budiyono, P2DBD di kota SDM, Dana, prasaraan yang
(2014) Semarang th prasarana, digunakan tidak
2011 (Studi di Metode, regulasi, akurat Hasil
Dinas peran serta PSN
masyarakat
Kesehatan Kota menggambarkan
Semarang Proses partisipasi
masyarakat
Perencanaan,peng sebesar 84%.
organisasian, Sedangkan
pelaksanaan dan capaian program
evaluasi pengendalian
Output DBD sebanyak
1.303 kasus
Hasil proses kasus DBD;
DBD IR sebesar
73,87 per
100.000
penduduk; CFR
0,77 % dan
jumlah bebas
larva 91,18 %

5. Zumroh Evaluasi Evaluatif Kesederhanaan, Sistem


(2015) Pelaksanaan rancangan fleksibilitas, surveilans
Surveilans deskriftif akseptabilitas, sederhana
Kasus DBD Di sensitivitas, nilai mudah diterima
Puskesmas prediktif positif nilai prediktif
Putat Jaya ketepatan waktu, positif tinggi,
Berdasarkan kerepresentatifa, namun
Atribut kualitas data dan sensitivitas
Surveilans stabilitas data rendah tidak
representative
tidak tepat
waktu dan
memiliki
kualitas data
kurang baik

6. Tairas, Analisis Kualitatif Surveilans kasus, Hasil penelitian


(2015) Pelaksanaan diagnosis dan mendapatkan
Pengendalian tatalaksana Pelaksanaan
Demam kasus,pengendalia pengendalian
Berdarah n vector DBD, Demam
Dengue Di kewaspadaan dini Berdarah di
Kabupaten dan Minahasa Utara
Minahasa Utara penanggulangan secara umum
KLB sudah baik.

7. Umbara & Analisis Kualitatif Sumber daya Ada


Raviola, Program Pelak. manusia, dana, keberhasilan di
(2020) Pengendalian sarana dan dalam
Penyakit DBD prasarana, metode pelaksanan
Di Wil. UPT / standar Fogging dan
Puskesmas operasional penyelidikan
Bengkalis Kab. prosedur, epid. sesuai
Bengkalis Th penyelidikan stndar SOP,
2020 epidemiologi, program yg
pemeriksaan terkendala yaitu
jentik berkala, SDM,
penyuluhan, dan pemegang
fogging program
P2DBD
dipegang 1
orang
merangkap
pekerjaanya, dan
ketersediaan
dana yg
terhambat
karena
menunggu
pencaiaran
APBD hingga
harus
menggunakan
dana puskesmas
dulu

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Dalam kegiatan PSN dan PJB ada faktor-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
tersebut tidak optimal. Implementasi kegiatan PSN
dan PJB meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, secara skematis sebagai berikut:

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Istilah

Tabel 3. 1 Definisi Istilah

No Variabel Definisi istilah Cara ukur Alat Ukur


1. Perencanaan Alur perencanaan 1. Wawancara 1. Pedoman
kegiatan PSN dan PJB mendalam wawancara
yang ditinjau dari 2. Explore 2. Lembar
perencanaan SDM, dokumen Checklis
Pendanaan, sarana dan
metode.

2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan 1. Wawancara 1. Pedoman


Kegiatan PSN dan PJB ditinjau Mendalam wawancara
PSN Dan dari SDM, pendanaan, 2. FGD 2. Pedoman
PJB sarana metode, waktu 3. Observasi FGD
pelaksanaan, sasaran, 4. Explore 3. Lembar
kendala dan capaian dokumen Checklis
4. Lembar
Checklis

5. Pengawasan Pengawasan ditinjau 1. Wawancara 1. Pedoman


dari bentuk pengawasan, mendalam wawancara
dan yang melakukan 2. FGD 2. Pedoman
pengawasan. 3. Observasi FGD
4. Explore 3. Lembar
dokumen checklis
4. Lembar
checklis

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja


Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat yang
beralokasikan di Cempaka Putih Barat Barat
Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan pada bulan
November Tahun 2021 sampai dengan Maret
Tahun 2022.
3.4 Jenis Penelitian

3.4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan menggunakan
metode kualitatif eksploratif dengan gambaran
eksploratif karena ingin menggali secara luas
bagaimana permasalah ditempat penelitian
sehingga menemukan jawaban atas permaslahan
yang akan diteliti.
3.4.2 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan tekhnik
pengumpulan data yaitu data didapatkan dari
wawancara mendalam dan FGD (Focus Group
Discussion). Observasi dan eksplore dokumen
yaitu :
1. Wawancara Mendalam
Pada penelitian ini peneliti menggali
informasi dengan mengajukan pertanyaan sesuai
dengan pedoman wawancara untuk
mendapatkan data yang di inginkan. Jumlah
informan dalam wawancara mendalam ini
sebanyak 3 orang yakni terdiri dari informan
kunci 1 orang yaitu kepala Puskesmas Kel.
Cempaka Putih Barat, informan utama terdiri
dari 1 orang yakni informan dari PJ P2DBD
Puskesmas kel. Cempaka putih Barat, serta
informan pendukung yakni 1 informan
pendukung Kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan dari kelurahan dan
melakukan ekslporasi telaah dokumen yang
didapatkan di puskesmas.
2. FGD (Focus Group Discussion) yaitu kelompok
diskusi.
FGD dalam penelitian ini digunakan sebagai
alat pengumpulan data yang bertujuan untuk
mendapatkan data dan gambaran tentang
pelaksanaan program pencegahan Infeksi
dengue. Jumlah Informan untuk FGD sebanyak
5 orang yaitu kesemuanya informan pendukung
dari kader.

3.5 Informan Penelitian


Pemilihan informan dengan cara snowballing
yakni peneliti mencari informan dan selanjutnya
peneliti menanyakan pada informan dan meminta
kepada informan lain juga untuk dijadikan
informan, kemudian melakukan personal kontak
dengan cara mencari informan secara langsung
siapa yang dapat jadi informan yang sesuai dan
dapat memberikan informasi tentang penelitian
yang akan diteliti.
Tabel 3. 2 Jumlah Informan

No Informan Jenis Informan Jumlah Kode


1. Kepala PKM Kel. Informan Kunci 1 IK
Cempaka Putih Barat

2. PJ P2DBD PKM Kel. Informan Utama 1 IU


Cempaka Putih Barat

3. Kasi Kesra dari Informan Pendukung 1 IP


Kelurahan

4. Kader Informan Pendukung 5 IP

Total 8 Informan

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada variabel perencanaan diperoleh informasi
dengan cara wawancara mendalam dan explore
dokumen. Perencanaan ini menggunakan 2 jenis
informan yaitu informan kunci yang mengetahui
segala inti dari perencanaan dan pokok masalah.
Informan utama yang ikut melakukan intraksi
sosial dengan masyarakat dan mengetahui
perencanaan. Wawancara mendalam alat yang
digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam
melalui wawancara dengan pertanyaan
menggunakan alat perekam suara/ record. Hal
yang ditanyakan adalah alur dari perencanaan. Hal
yang akan ditanyaakan terkait bagaimana
perencanaan yang dilakukan. Eksplore telaah
dokumen alat yang digunakan yaitu lembar telaah
dokumen. Hal ditanyakan Dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan program kegiatan PSN dan
PJB
2. Pelaksanaan
Pada variabel pelaksanaan diperoleh informasi
dengan cara wawancara menda, Focus Group
Discussion (FGD), observasi dan telaah dokumen.
Pelaksanaan ini menggunakan 3 jenis Informan
yakni informan kunci adalah informan yang paling
memahami bagaimana pelaksanaan kegiatan PSN
dan PJB, Informan utama yaitu informan yang
terlibat langsung dalam interaksi sosial terhadap
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB, dan informan
pendukung yaitu yang ikut dalam pelaksanaan
kegiatan yang dapat memberikan informasi
tambahan dari pelaksanaan.Wawancara mendalam
alat yang digunakan yaitu pedoman wawancara
mendalam melalui wawancara dengan pertanyaan
menggunakan alat perekam suara/ record. Hal
yang ditanyakan adalah terkait dengan SDM,
pendanaan, sarana, metode, tempat dan wkatu
pelaksanaan, sasaran, kendala dan capaian dari
pelaksanaan kegiatan. Focus Group Discussion
(FGD) alat yang digunakan pedoman Focus Group
Discussion (FGD) melalui diskusi terarah dengan
pedoman FGD menggunkan alat rekam. Hal yang
di diskusikan bagaimana kualifikasi menjadi
kader,pelatihan yang diberikan, isentif, peralatan
dan metode yang digunakan, dimana tempat
pelaksanaan dan sasaran, apa kendala selama
melaksanakan kegiatan PSN dan PJB. Observasi
alat yang digunakan yaitu lembar checklist dengan
memberi tanda checklist. Hal yang di observasi
yaitu dilakukan pemeriksaan pada 7 tatanan,
terdapat kendala pada kegiatan dan bagaimana
sarana dan pengawasanya oleh petugas pelaksana
dari puskesmas dan kader jumantik ya/tidak.
Exsplore dokumen alat yang digunakan yaitu
lembar telaah dokumen. Hal dicari dokumen-
dokumen kegiatan PSN dan PJB.
3. Pengawasan
Pada variabel pengawasan diperoleh informasi
dengan cara wawancara mendalam dan Focus
Group Discussion (FGD, observasi dan telaah
dokumen. Pengawasan ini menggunakan 3 jenis
Informan yakni informan kunci adalah informan
yang paling memahami bagaimana pengawasan
kegitan PSN dan PJB, Informan utama yaitu yang
ikut dalam pelaksanaan pengawasan. Informan
pendukung kesra kesling yaitu yang ikut
membantu dapat memberikan informasi tambahan
dari pelaksanaan. Wawancara mendalam alat yang
digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam
melalui wawancara dengan pertanyaan
menggunakan alat perekam suara/ record. Hal
yang akan ditanyakan adalah apakah dilakukan
pengawasan. Focus Group Discussion (FGD) alat
yang digunakan pedoman Focus Group Discussion
(FGD) melalui diskusi terarah dengan pedoman
FGD menggunkan alat rekam. Hal yang di
diskusikan apa dilakukan pengawasan, siapa saja
yang melakukan pengawasan. Observasi alat yang
digunakan yaitu lembar checklist dengan memberi
tanda checklist. Hal yang di observasi yaitu apakah
dilakukan pengawasan pada kader jumantik
dengan kegiatan yang dilaksanakan. ya/tidak.
Eksplore dokumen alat yang digunakan yaitu
lembar telaah dokumen. Hal dicari dokumen
pengawasan tersedia/tidak.
3.7 Pedoman Wawancara Mendalam
Peneliti mengajukan pertanyaan terbuka
kepada informan di dalam wawancara mendalam
dan berusaha menggali informasi apabila
diperlukan untuk menggali informasi yang lebih
mendalam. Pedoman wawancara dalam penelitian
ini untuk mencari informasi mengenai
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terkait
dengan pelaksanaan program pencegahaan infeksi
dengue dengan menggunakan teknik Probling
yaitu dilakukan untuk mendalami dan
memperkaya informasi yang didapatkan dari
informan.
A. Variabel Perencanaan
1. Bagaimana alur perencanaan kegiatan PSN dan
PJB di Puskesmas Cempaka Putih Barat?
2. Bagaiman perencanaa, SDM, Pendanaan,
Sarana, Metode
B. Variabel Pelaksanaan
3. Berapa jumlah SDM pada pelaksanaan kegiatan
PSN dan PJB di puskesmas kel. Cempaka Putih
Barat
4. Darimana sumber dana untuk Pelaksanan
kegiatan PSN dan PJB di Puskesmas Cempaka
Putih Barat?
5. Bagaimana sarana yang digunakan untuk
kegiatan program PSN dan PJB di Puskesmas
Cempaka Putih Barat?
6. Bagaimana metode yang digunakan untuk
kegiatan program PSN dan PJB di Puskesmas
Cempaka Putih Barat?
7. Dimana sasaran dari pelaksanaan program PSN
pada di Puskesmas Cempaka Putih Barat?
8. Apa kendala atau hambatan dalam
melaksanakan program PSN dan PJB di
puskesmas Cempaka Putih Barat ?
C. Variabel Pengawasan
1. Apakah dilakukan Pengawasan kegiatan
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB di
Puskesmas Cempaka Putih Barat?
3.8 Panduan Focus Group Discussion (FGD
Pada Penelitian ini dilakukan dengan tahapan yaitu :
1. Peneliti melakukan FGD dengan Focus Group
Discussion (FGD) alat yang digunakan panduan
Focus Group Discussion (FGD) kepada 5 orang
kader jumantik dan melakukan record setelah
selesai peneliti menyalin hasil FGD ke dalam
tulisan dan selanjutnya peneliti menganalisa
hasil FGD
2. Peneliti membuat naratif dari hasil analisa data
FGD
3. Peneliti menentukan informan sebagai objek
penelitian.
3.9 Validitas Data
Pada validitas data penelitian ini diperoleh
dengan cara melakukan triangulasi adapun
triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini
adalah :
3.9.1 Triangulasi Sumber
Pada penelitian ini triangulasi sumber
diperoleh dengan cara melakukan wawancara
mendalam dan observasi. Yakni dengan
wawancara mendalam, kepada informan utama
terlebih dahulu kemudian ke informan kunci yang
menguasai pelaksanaan program lalu ke informan
pendukung yang merupakan informan yang dapat
memberikan informasi tambahan. Melakukan
Focus Group Discussion (FGD) pada kelompok
kader.Data dari ketiga sumber tersebut tidak sama
atau tidak diratakan tetapi penulis
mendeskripsikan mana jawaban yang sama atau
berbeda dan mana spesifik dari ke tiga jawaban
informan. Data yang telah dianalisis peneliti
hingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya diminta kesepakatan dari tiga sumber
data.

3.9.2 Triangulasi Metode


Pada penelitian ini triangulasi metode untuk
menguji kredibilitas data peneliti melakukan
metode dengan mengecek data kepada sumber
yang sama tetapi dengan metode yang berbeda
yakni data diperoleh dengan Focus Group
Discussion (FGD) dan wawancara kepada
informan lalu kemudian dicek dengan melakukan
observasi dan exsplore dokumen sehinga apabila
menghasilkan data yang berbeda-beda peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan
yang bersangkutan atau informan lain untuk
meyakinkan data mana yang dianggap benar
karena dari sudut pandangnya yang berbeda.
3.9.3 Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas
data. (Sugiyono, 2016). Yakni Pengujian
kredibilitas data dilakukan dengan cara
pengecekan dengan wawancara mendalam dan
Focus Group Discussion (FGD, observasi dan
telaah dokumen. Dalam waktu atau situasi berbeda
bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai menemukan kepastian data.
3.10 Analisis Data
Berikut adalah analisis data yang digunakan
peneliti yang dilakukan dalam penelitian ini :
1. Transkip data tahap ini peneliti memaparkan
jawaban yang diberikan informan secara detail
kemudian di recording dan didapatkan dari
wawancara mendalam dan FGD (Focus group
discussion)
2. Matriks data peneliti membuat tabel matriks
terkait pertanyaan dari ` Panduan FGD (Focus
group discussion) dan pedoman wawancara dan
melihat transkip wawancara dari jawaban
informan kunci, informan utama dan pendukung
memberi jawaban yang dan mendeskripsikan
data yang dikumpulkan sehingga dapat
dijadikan kata kunci bagi peneliti.
3. Konten Analisis
Menganalisis setiap informasi yang di dapatkan
dari observasi dan explore dokumen dari semua
informan peneliti hanya bergantung pada saat
wawancara dan obervasi langsung.
1

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Perencanaan Kegiatan PSN Dan


PJB Pada Program Pencegahaan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih
Barat Tahun 2021.
Perencanaan kegiatan PSN dan PJB di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat, alur
perencanaan masuk dalam Rencana Usulan Kerja
(RUK) setiap tahun dan dimonitoring lewat RPK
(Rencana Pelaksana Kerja) setiap bulan,
sebenarnya untuk kegiatan tersebut banyak
dibantu dari kelurahan Cempaka Putih Barat.
Direncanakan kebutuhan sumber daya manusia
(SDM) dari petugas kesehatan merupakan petugas
dari puskesmas yang akan memberikan
pendampingan dan pengawasan pada petugas
kader jumantik yang merupakan warga yang
berdomisili di kelurahan Cempaka Putih Barat,
untuk petugas jumantik dibuatkan surat keputusan
dari lurah untuk melaksanakan kegiatan PSN,
pendanaan untuk kegiatan termasuk peralatan
untuk KIT PSN dianggarkan dari kelurahan
sementara untuk perencanaan anggaran terjadi
refocushing anggaran selama dua tahun karena
pandemik covid, perencanaan dalam metode
kegiatan itu turun langsung ke wilayah dengan
taget sasaran 50 sampel pemeriksaan. Hal tersebut
dibuktikan melalui informasi sebagai berikut :
a. Alur Perencanaan
Dalam alur perencanaan kegiatan PSN dan PJB
di puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat
masuk dalam RUK (Rencana Usulan Kerja)
tahunan dan puskesmas dan dimonitoring lewat
RPK (Rencana Pelaksana Kerja) setiap bulan. Hal
ini dijelaskan dalam wawancara bersama informan
terkait sebagai berikut:
“Kalau untuk alur program PSN dan
PJB ini kan selalu masuk ke RUK (Rencana
Usulan Kerja) tahunan, terus juga masuk
nanti setiap bulananya itu di monitor lewat
ee RPK (Rencana Pelaksana Kerja),
kemarin terkait dengan covid sempat tutup,
gak jalan kegiatan jumantiknya, jadi harus
jumantik mandiri kemudian ini covid mulai
turun mulai jalan lagi”. (IK)

“Untuk alur dan perencanaan kegiatan


PSN itu memang sudah di usulkan setiap
tahunnya di RUK untuk kegiatan PSN eee.
Kegiatan PSN itu anggaranya ada di kantor
kelurahan ee berbentuk honor kader
jumantik. Kegiatan fogging itu sendiri
dianggarkan tapi tetap di puskesmas
kecamatan, jadi untuk puskesmas kelurahan
itu hanya melakukan kegiatan PSN”. (IU)

Kesimpulan hasil wawancara mendalam


dengan informan terkait, terdapat kesamaan
pernyataan bahwa alur perencanaan kegiatan
tersebut masuk dalam RUK (Rencana Usulan
Kerja) tahunan dan kegiatan tersebut di monitoring
setiap bulan lewat RPK (Rencana Pelaksanaan
Kerja).
Hal tersebut dibuktikan juga melalui eksplore
dokumen, yaitu tersedia dokumen RUK (Rencana
Usulan Kegiatan) program pengendalian penyakit
menular demam berdarah dengue puskesmas Kel.
Cempaka Putih Barat yaitu perencanaan kebutuhan
sumber daya, mita kerja dari lintas sektor dan
kader jumantik, waktu pelaksanaan, kebutuhan
anggaran dan pengalokasianya serta sumber
pembiayaan yang disusun setiap tahunnya
b. Perencanaan
Didalam Perencanaan kegiatan PSN dan PJB di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat dari
hasil wawancara informan menjelaskan untuk
perencanaan SDM petugas kesehatan yang ada
dipuskesmas dan kader jumantik merupakan
warga setempat sementara untuk perencanaan
anggaran tidak ada ada perencanaan anggaran
untuk peralatan yang digunakan kader jumantik
karena refocushing anggaran semenjak dua tahun
pandemik covid dan metode yang digunakan yaitu
nantinya turun langsung ke wilayah. Hal tersebut
dibuktikan dengan pernyataaan informan terkait
sebagai berikut :
“kalau SDMnya kan sesuai dengan SDM
yang ada iya kan SDM nya iya petugas dari
puskesmas, jadi di tiap tiap kelurahan itu
kita ada petugas pemegang program DBD
nya satu orang satu PJ programnya kayak
begituu, terus kalau untuk anggaran kita
tidak pakai anggaran karena sifatnya kita
monitoring PSN bukan apa namanya ee
kayak jumantik yang ada dikelurahan, kalau
untuk sarana, anggarannya dipuskesmas itu
kita menganggarkan abate tapi itu bukan
untuk jumantik karena jumantik itu ranahnya
ke kelurahan, kalau puskesmas akan
menggarkan untuk petugas dan untuk
monitoring, kita juga punya sarana yang kita
anggarin” (IU)

“Kalau untuk perencanaan SDM itu kita


merencanakan satu orang jumantik ituu
ditaruh untuk satu RT, jadi disini ada 165 RT
ditambah satu koordinator jumantiknya,
SDM itu kita buatkan surat keputusan dari
lurah, untuk perencanaan anggaran
honornya itu satu orang lima ratus ribu,
sesuai perda ya itu ada di perda 6 tahun
2007, perencanaan anggran sudah dua
tahun semenjak pandemik itu ada
refocushing anggaran untuk peralatan yang
digunakan jumantik terdiri dari ee seragam,
alat kerjanya itu senter, topi dan tas gitu,
kemudian ee awalnya ada satu lagi
tambahan anggaran untuk ee abate tapi
karena abate puskesmas menganggarkan
juga maka itu sudah menjadi apa namanaya
ee tumpang tindih anggaran iya, makanya
dari kelurahan itu di hapus nah sekarang
jadi tanggung jawab puskesmas untuk
abatenya, kalau untuk perencanaan
sasaranya itu targetnya 50 rumah,
perencanaan dalam metodenya langsung sih
terjun kemasyarakat”( IP)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam


dengan informan terkait perencanaan untuk SDM
petugas kesehatan dari puskesmas sendiri di
kelurahan punya PJ program DBD sedangkan
untuk kader jumantik dari masyarakat yang
berdomisili di wilayah kerja puskesmas Cempaka
Putih Barat, satu RT maisng- masing 1 kader
jumantik, untuk petugas jumantik itu dibuatkan
surat keputusan dari lurah untuk kegiatan PSN,
sementara untuk perencanaan anggaran selama
dua tahun pandemik covid refocushing anggaran
untuk peralatan, perencanaan dalam metode
kegiatan itu turun langsung ke wilayah dengan
taget sasaran 50 sampel pemeriksaan.

4.2 Gambaran Pelaksanaan Kegiatan PSN Dan


PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021
Pelaksaan kegiatan PSN dan PJB meliputi
sumber daya manusia, jumlah SDM dalam
kegiatan PSN dan PJB terdiri dari petugas
surveylan, 1 PJ P2DBD (Pengendaian Penyakit
Menular Demam Berdarah Dengue) dari kesling,
dokter internship dan kepala puskesmas sendiri
ikut dalam kegiatan tersebut dan petugas kesra
kesling dari kantor kelurahan dan kecamatan, serta
165 kader jumantik, kualifikasi untuk petugas
kesehatan dari D3 kesehatan sementara untuk
kualifikasi petugas kader jumantik tidak harus
berpendidikan dan berusia produktif hanya
masyarakat yang mau bekerja sama untuk
bersosialisasi di masyarakat dan tidak adanya
pelatihan secara menyeluruh. Pendanaan untuk
anggaran KIT PSN diputus pemerintah semenjak
dua tahun pandemik covid sehingga berdampak
pada sarana yang digunakan tidak cukup
menunjang untuk kegiatan, kegiatan dilakukan
berdasarkan jadwal dari kelurahan dan mengacu
pada SOP yang sudah ditentukan yaitu kegiatan
dilakukan dua kali seminggu pada pagi hari selasa
dan jumat yang dilaksankan oleh kader jumantik,
terdapat pula jumantik yang tidak disiplin
mengerjakan tugasnya yaitu pada 7 tatanan yang
diperiksa lebih banyak pemeriksaan ke
pemukiman warga dan sampel yang ditargetkan 50
sampel hanya terrealisasi 31 sampel, terdapat pula
kendala terhadap laporan yang dikirim ke
puskesmas sering terlambat dan mepet waktu, dan
adanya masyarakat yang tidak bisa berkerjasama
dengan petugas tidak membukakan pintunya saat
petugas datang, banyak rumah kosong, warga yang
tidak tau pentingnya kegiatan PSN dan
menganggap fogging lebih efektif untuk
membunuh nyamuk sehingga banyak dari warga,
yang meminta untuk melakukan kegiatan fogging
padahal tidak ada kasus. Hambatan saat pandemik
kegiatan tidak bisa dilaksanakan dengan optimal.
Hal ini diperoleh dari informasi sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)


Diperoleh informasi dari hasil wawancara
mendalam, FGD dan exsplore dokumen, untuk
jumlah SDM tidak dijelaskan jumlah total petugas
kegiatan hanya menyebutkan kebutuhan sumber
daya untuk kegiatan PSN yaitu PJ program DBD,
kader jumantik dan lintas sektor terkait namun
dapat disimpulkan jumlah tenaga pelaksana
kegiatan PSN dan PJB sudah mencukupi karena di
bantu dari tenaga surveilans kecamatan, dokter
internship, kepala puskesmas, petugas kesra
kesling dari kantor kelurahan dan kecamatan
beserta 165 kader jumantik. kualifikasi untuk
petugas kesehatan minimal dari dari D3 dan S1
dan petugas kader jumantik tidak memiliki
kualifikasi dari segi pendidikan dan umur hanya
masyarakat yang mau mensosialisasikan kegiatan
PSN dan PJB dan petugas juga tidak diberikan
pelatihan secara menyeluruh diketahui pelatihan
hanya untuk petugas surveilens diberikan
pelatihan P2P atau zonotik namun tidak
diwajibkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pernyataan para informan terkait sebagai berikut :
“Untuk pemegang program itu ada
dibagian surveilan kemudian dari
keslingnyaaa, kalo dokternya karena ada
saya karena kebetulan disini ada dokter
internshipnya juga, untuk kualifikasi
khususnya dari bagian kesling ya untuk yang
megang kualifikasinya D3 yaa kesehatan
lingkunganya,Untuk pelatihan sih belum ada
iyah, dari pas dia dah lulus dari seorang
sanitarian harus paham kan apa yang harus
dikerjakan. Dari bagian keslingnya atau juga
dari sudin ada refresing ee kader dan juga
petugas kesling yang secara rutin“.(IK)
“Kalau dari Puskesmas kelurahan punya 1
orang PJ dari kesling yaitu pemegang
P2DBDdan dibantu oleh perawat bagian
surveilan itu untuk ee laporan kegiatannn.
Untuk kegiatan PSN sih kita biasa turun
bersama kepala puskesmas dibantu jugaa
dari petugas kesra kesling kelurahan dan
kader jumantik serta petugas dari kantor
kecamatan, tidak ada kualifikasi, Kalau untuk
ee dari puskesmas sendiri untuk sih tidak ada
pelatihan tapi kalau untuk pelatihan P2P
atau zonotik itu lebih biasanya ke
surveilans,”(IU).
“Di cempaka putih barat sendiri itu ada
beberapa kader dari masing-masing RT itu
satu kemudian ada korwil ditambah korwil
eee. Satu RW satu jadi disini itu ada 152 RT
ditambah korwil 13 jadi sekitar seratus jadi
berapa itu 165 kader, Secara kualifikasi itu
ee masyarakat yang mau diajak kerja sama
untuk eee program PSN ini gitu terutama
yang ee mau mensosialisasikan bagaimana
pemberantasan sarang nyamuk ini ke
warganya, Untuk pelatihan khusus sih eee
tidak ada”.(IP).
Dan pembahasan diatas didukung oleh
pernyataan para informan pendukung dari hasil
FGD adalah sebagai berikut:
I1 :Kayaknya tidak ada kualifikasi
I2 :Pelatihan tidak ada,hanya sosialisasi
saja kaya tadi
I4 :Kita ke sukarela saja sih mbk, kita
sosialisasi ya
I5 :Gak ada pelatihan lah,kadang kita
sharing kayak gini aja mbk
I3 :Iya, tidak ada harus tamat SMA,
kuliah, umur harus berapa gak ada
juga. Paling pertemuan untuk sosialisasi
I4 :Ada sosialisasi sebelum ada PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat) begini.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil wawancara


mendalam, dari semua informan terkait untuk
jumlah SDM dalam kegiatan PSN dan PJB terdiri
dari petugas surveylan, 1 PJ P2DBD (Pengendaian
Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue) dari
kesling, dokter internship dan kepala puskesmas
sendiri ikut dalam kegiatan tersebut dan petugas
kesra kesling dari kantor kelurahan dan
kecamatan, serta 152 orang kader jumantik dari
masing-masing RT dan 13 orang kordinasi wilayah
sehingga total terdapat 165 kader jumantik,
kualifikasi untuk petugas kesehatan dari D3
kesehatan sementara untuk kualifikasi petugas
kader jumantik tidak harus berpendidikan dan
berusia produktif hanya masyarakat yang mau
bekerja sama untuk bersosialisasi di masyarakat,
petugas pelaksana kegiatan juga tidak diberikan
pelatihan secara menyeluruh diketahui bahwa
hanya untuk petugas surveilens diberikan
pelatihan P2P atau zonotik namun tidak
diwajibkan dan petugas pelaksana termasuk para
kader tidak ada pelatihan khusus yang diberikan
hanya sosialisasi dan refreshing kader jumantik
dalam kegiatan program PSN dan PJB. Kegiatan
sosialisasi tersebut dilakukan dengan zooming
pada saat pandemik.
Berdasarkan hasil exsplore dokumen
tersedianya dokumen kebutuhan sumber daya
kegiatan PSN di puskesmas Kel. Cempaka Putih
Barat tahun 2022 yaitu PJ Program DBD, kader
dan lintas sektor dan tidak ada penjelasan jumlah
keseluruhan tenaga kegiatan dan tersedianya
dokumen riwayat pendidikan para petugas yaitu
kualifikasi khusus yang harus dimiliki oleh
petugas pelaksana kegiatan PSN dan PJB berupa
minimal telah menyelesaikan pendidikan D3
kesling, S1 kedokteran dan S1 kesehatan
masyarakat.
b. Pendanaan
Diperoleh informasi dari hasil wawancara
mendalam, FGD dan exsplore dokumen,
tersedianya sumber pembiayaan berasal dari
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) yang
dikelola sendiri oleh puskesmas untuk
dialokasikan untuk pembelian abate dan APBD
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) yang
dikelola oleh kelurahan sendiri dialokasikan untuk
dialokasikan untuk kegiatan PSN, honor jumantik
dan pendanaan untuk peralatan. Selama pandemik
diketahui bahwa pendanaan untuk KIT PSN
diputus pemerintah karena pandemik covid. Hal
ini dapat dilihat dari hasil pernyataan para
informan terkait sebagai berikut :
“Klo sumber dana untuk kegiatan PSN
yang paling besar untuk bayar honor kader,
sumber-sumbernya dari kantor kelurahan,
terus kalo untuk abate memang dari
puskesmas kecamatan masuk ke dana BULD
(Badan Layanan Umum Daerah)”. (IK)
“Hmm, dari BULD kalau pendanaan dari
puskesmas mendanakan untuk abate, tapi
kalau untuk alat-alat kebutuhan kader
jumantik itu dari kantor kelurahan. Pada saat
pandemik pendanaan untuk peralatan kit PSN
pernah diputus pemerintah namun untuk
abate tetap berjalan. Kalau jumlah dana nya
sih saya kurang tau”.(IU)
“Sumber dananya itu dari APBD sendiri
sih mbk, kalau alokasi dana itu kita berikan
setiap 3 bulan sekali jadi per tri wulan ya
mbk, untuk dana sendiri itu ee setiap kader
diberi honor 500 ribu perbulan”(IP).
Hal tersebut ditambah dengan pernyataan para
informan pendukung diberikan insentif untuk
menjadi petugas kader jumantik untuk
melaksanakan kegiatan PSN dan PJB di wilayah
kerja puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat
sebagai berikut :
I3: Di kasihhh
I4: Honor
I1: Dikasi tapi dari kantor kelurahan
I5: Kita ada komisi
I2: Nanti diakhir tahun kita ada bonus
tapi dengan syarat kaloo kasus DBD
Nol
Berdasarkan kesimpulan dari hasil wawancara
mendalam pernyataan dari informan terkait,
sumber dana kegiatan PSN dan PJB yaitu dari
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) yang
dikelolah oleh pukesmas kecamatan dan sumber
dana yang berasal dari APBD kelurahan dikelola
sendiri oleh kelurahan sendiri. Alokasi dana dari
BULD diberikan untuk menyediakan pembelian
abate dan fogging sedangkan sumber dana dari
APBD dialokasikan untuk kegiatan PSN, honor
jumantik dan pendanaan untuk peralatan. Selama
pandemik diketahui bahwa pendanaan diputus
pemerintah karena pandemik covid.
Hal ini didukung oleh explore dokumen yang
tersedia menunjukan bahwa sumber pembiayaan
kegiatan untuk persediaan abate berasal dari
BULD (Badan Layanan Umum Daerah) puskemas
dan untuk kegiatan PSN, honor jumantik dan
peralatan berasal dari APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) kelurahan.
c. Sarana
Sarana dalam pelaksanaan kegiatan PSN dan
PJB di kelurahan Cempaka Putih Barat yang
dimaksud ialah segala yang digunakan dalam
kegiatan tersebut berdasarkan hasil wawancara
mendalam, FGD, observasi dan explore dokumen
diperoleh pernyataan yaitu berupa abate, seragam,
senter, alat pengukur, tas dan sudah mencukupi
untuk menunjang kegiatan tersebut, sedangkan
sarana yang digunakan petugas kader jumantik
senter, kaos, alat pencatat, papan jalan sudah tidak
menunjang sehingga memeriksaan jentik pada
penampungan air yang gelap tidak terlihat dengan
jelas. Diketahui bahwa penyedianya sarana
terakhir pada tahun 2019 dan sudah tidak layak
untuk digunakan dalam kegiatan PSN dan PJB.
Dapat dilihat dari hasil pernyataan para informan
terkait sebagai berikut :
“kalo sarana peralatan yang digunakan
kader jumantik berasal dari kelurahan. Kita
nyediakan cuma abate, sementara kalo saya
ikut Jumbling (Jumat Bersih Lingkungan)
peralatannya sudah cukup”.(IK)
“Iyaa kadang kader jumantik dikasih
alat-alat KIT PSN dan senter, nah itu sudah
tidak disediakan lagi. Kalo misalnya dari
kelurahan kemarin putus karena untuk
peralatan jumantik kit PSN, abate tetap
berjalan. Sudah dua tahun para jumantik
tidak di fasilitasi untuk penggunaan
peralatanya, seharusnya setiap tahun dapat
baru”. (IU)
“Untuk sarana itu di bagi kan satu kader
satu mbk. Jadi sekitar 165an, satu kader satu
senter, ada seragam juga kita butuhkan, alat
pengukur dan tas. Alhamdulilah untuk sarana
sih cukup baik namun kedua tahun ini setelah
masuk pandemik anggarannya diputusin sih”.
(IP)
Sedangkan pernyataan para kader jumantik
pelatihan untuk petugas kegiatan PSN dan PJB di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat, dari
hasil FGD sebagai berikut:

I2: Kalo dari puskesmas itu kadang


abate, abate dapat cuman kayak
senter, kaos. Aduh udah lama aku
enggak dikasih mbak sampai bolong-
bolong, makanya beli sendiri
I3: Senter, kaos, alat pencatat, tiga tahun
ini memang engga ada, itu udah
enggak dapat lagi
I1: Dapat papan jalan, dari kelurahan
senternya juga udah gak bagus ya
I4: Cuma ini mbak yang kurasakan alat
pendukung kita kerja kaya senter,
kaos, kemarin kita beli sendiri
I5: Iyaa kayak alat pendukung enggak
ada senter terus kaos sampai buluk-
buluk gak karuan.
Dari hasil wawancara mendalam dan FGD dan
disimpulkan bahwa sarana yang digunakan
petugas kesehatan abate, seragam, senter, alat
pengukur, tas dan sudah mencukupi untuk
menunjang kegiatan tersebut, sedangkan sarana
yang digunakan petugas kader jumantik senter,
kaos, alat pencatat, papan jalan dan sudah tidak
layak digunakan selama tiga tahun peralatan
tersebut tidak disediakan lagi selama masa
pandemik dan para kader berinisiatif membeli
peralatanya sendiri.
Dari hasil observasi peneliti saat mengikuti
kegiatan PSN dan PJB pada 21 Januari dan 22
Maret 2022 terdapat kendala dilapangan yaitu
peralatan yang digunakan para kader jumantik
tidak berfungsi dengan baik sehingga
memeriksaan jentik pada penampungan air yang
gelap tidak terlihat degan jelas.
Hal tersebut didukung oleh exsplore dokumen,
dimana sarana tersebut sudah tidak disediakan
karena pendanaan diputus pemerintah yang di
akibatkan oleh masa pandemik covid. Dari
dokumen inventaris sarana dalam kegiatan PSN
dan PJB diketahui bahwa penyedianya terakhir
pada tahun 2019 dan sudah tidak layak untuk
digunakan dalam kegiatan PSN dan PJB.
d. Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan PSN dan PJB dikelurahan
Cempaka Putih Barat peneliti memperoleh
informasi acuan metode yang digunakan dalam
pelaksanaan tersebut mengacu pada SOP dan buku
petunjuk teknis yaitu berdasarkan Instruksi
Sekertaris Daerah Pemprov DKI No 121 Tahun
2021 Tentang Optimalisasi Kegiatan PSN.
Berdasarkan Perda Prov. DKI No. 6 Tahun 2017
Tentang pengendalian Penyakit Demam Berdarah
serta tersedianya dokumen petunjuk teknis
pelaksanaan kegiatan. Kegiatan dilakukan dua kali
dalam seminggu dan kegiatan tersebut dilakukan
dengan turun langsung ke rumah warga. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan para informan
terkait sebagai berikut:
“Itu kan ada pedoman pelaksanaan dan
pemberantasan DBD dari Pemprov DKI
jakarta, disitu yang dipakai yang itu tuh yang
terakhir berapa tuh yang nomer 121 tahun
2021 yah”. (IK)
“Metode yang digunakan yang terbaru itu
kan dari instruksi gubernur No. 121 setau
saya juga ada dari PERDA no 6 tahun
2017”. (IU)
“Metodenya kita turun langsung mbk jadi per
jadwal setiap hari selasa dan jumat. Acuan
yang digunakan berdasarkan instuksi
gubernur, kalau yang terbaru itu ada
optimalisasi kegiatan PSN di insekda no 121
tahun 2021”.(IP)

Sedangkan pernyataan para kader jumantik


metode yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan PSN dan PJB di puskesmas kelurahan
Cempaka Putih Barat, dari hasil FGD sebagai
berikut:
I4: Metode nya dari rumah ke rumah pasti
I1: Kan udah rutin setiap hari selasa dan
jumat
I3:Iya, kalau wilayahnya lockdown RW nya
bilang lockdown berarti kita enggak bisa
masuk.
I2:Kan kita punya SK dari kelurahan yang
diperbaharui setiap tahun, nanti itu
dibawa untuk laporan ke RW dan RT
untuk kegiatan PSN.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil wawancara


mendalam dengan informan terkait SOP (Stdandar
Oprasional Kerja) yang digunakan dalam kegiatan
PSN dan PJB yaitu berdasarkan Instruksi
Gubernur No 121 Tahun 2021 optimalisasi
kegiatan PSN dan PERDA No 6 Tahun 2017
dengan metode kegiatan dilakukan dua kali dalam
seminggu dan kegiatan tersebut dilakukan dengan
turun langsung ke rumah warga.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui exsplore
dokumen yaitu tersedianya dokumen SOP kegiatan
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan
No.Dokumen SOP/PKMCP/UKM/KSL/06 bahwa
kegiatan PSN dan PJB di Cempaka Putih Barat
mengacu berdasarkan Kepmenkes RI no 374
Tahun 2010 Tentang Pengendalian vektor,
berdasarkan Perda Prov. DKI No. 6 Tahun 2017
Tentang pengendalian Penyakit Demam Berdarah
dan berdasarkan Instruksi Sekertaris Daerah
Pemprov DKI No. 121 Tahun 2021 Tentang
Optimalisasi Kegiatan PSN dan tersedia buku
pedoman petunjuk teknis kegiatan sebagai salah
satu tata cara pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB
yang diperoleh dari sudinkes untuk mempermudah
pelaksanaan kegiatan tersebut.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dan pemantuan jentik berkala (PJB) adalah
kegiatan yang dilakukan bersamaan pada kegiatan
tersebut di puskesmas kelurahan Cempaka Putih
Barat. Kegiatan PSN dan PJB di puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Barat berdasarkan
jadwal yang sudah ditentukan dari kelurahan pada
hari selasa dan jumat sasaran pelaksanaan kegiatan
PSN dan PJB harus dilakukan pada 7 tatanan yaitu
pemukiman warga, TTU (Tempat-Tempat Umum),
fasilitas olahraga, fasilitas kesehatan, perkantoran,
institusi pendidikan dan pengolahan makanan dan
pemeriksaan dilakukan pada 50 sampel sekali
kunjungan, namun pemeriksaan dilakukan lebih
banyak pada permukiman warga dan jumlah
sampel pemeriksaan hanya terealisasi 31 sampel.
Terdapat beberapa kendala adanya warga yang
tidak bisa bekerjasama dengan petugas tidak
bersedia dilakukan pemeriksaan pada rumahnya
terutama rumah mewah, terdapat rumah kosong,
rumah yang tidak ada penghuninya, adanya kader
yang tidak disiplin terlambat mengirim hasil
laporan kegiatan dan hambatan saat pandemik
kegiatan tidak bisa dilaksanakan dengan optimal.
Hal ini dibuktikan dengan pernyataan para
informan terkait sebagai berikut:
“Dua kali seminggu sekali keliling 50 rumah
untuk kader, untuk petugas 20 rumah gitu,
terus kalo nanti supervisi dari puskesmas kan
1 kali seminggu pada hari jumat dan jumat
keliling itu nanti ngikut jadwal dari
kelurahaan. PJB sama kayak PSN jadi iya
angka- angka ABJ itu kan priodenya, PJB itu
akumulasi dari kegiatan PSN yang dikerjakan
setiap hari itu, PSN kayak ee rutin daylinya,
Sasaranya semua wilayah harus tercover
tidak boleh nggk”.(IK).
“Di semua lokasi kelurahan Cempaka Putih
Barat, sasaran kita ini ada rumah tangga,
TTU (Tempat-Tempat Umum) POS yante,
fasilitas olah raga. Kalo misalnya eee dari
kelurahan kader jumantik itu mereka
targetnya 50 rumah sekali turun, kalo kita
dari petugas puskesmas cuma 20 rumah
doang sekali turun. Pada hari selasa dan
jumat”.(IU)
“Pagi hari selasa dan jumat di kelurahan,
sasarannya yang paling utama eeee
menurunkan angka DBD bukan menurunkan
lagi sih mbk, sebetulnya kita mau
mengenolkan ee angka kasus DBD yang ada
di wilayah Cempaka Putih Barat. Jadi dalam
satu minggu itu harus bisa terpantau semua
rumah yang ada di RT itu”. (IP)

Sedangkan pernyataan para kader jumantik


pelaksanan kegiatan PSN dan PJB di puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Barat, dari hasil FGD
sebagai berikut:
I2: Selasa sama jumat
I1:Seminggu dua kali, Pemukiman,
perkantoran, pendidikan sekolah ya,
terus, TTU (Tempat-Tempat Umum),
fasilitas kesehatan, pengolahan
makanan, itu yang kita periksa.
13: Di wilayah kelurahan, asaran itu kalo
aku lihat sihhh paling 7 tatanan itu ya
perumahan, perkantoran, sekolah,
tempat wisata, olah raga dan fasilitas
kesehatan.
I4: Kelurahan kita tempat pelaksanaanya
I5: Kegiatannya juga sama dengan PJB

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan


pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB pada hari
selasa dan jumat di mulai pada pagi hari di seluruh
wilayah kerja puskesmas kelurahan Cempaka
Putih Barat dan sasaran kegiatan tersebut
dilakukan di pemukiman warga, TTU (Tempat-
Tempat Umum), fasilitas olahraga, fasilitas
kesehatan, perkantoran, institusi pendidikan dan
pengolahan makanan, dimana petugas kesehatan
memiliki target sekali pemeriksaan sebanyak 20
sampel perkunjungan sedangkan untuk petugas
kader jumantik memiliki target sekali
perkunjungan sebanyak 50 sampel.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada
kegiatan PSN dan PJB dilapangan sebanyak 3 kali,
yaitu pada 10 Desember 2021, 21 Januari 2022
dan pada 22 Maret 2022 disimpulkan bahwa
kunjungan lebih banyak dilakukan pada
perumahan warga daripada tatanan lainnya.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui eksplore
dokumen yaitu tersedianya dokumen jadwal
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB yang dikirim
dari kelurahan Cempaka Putih Barat dari bulan
januari sampai maret tahun 2022 yang rutin
dilakukan pada hari selasa dan jumat beserta
lokasi dan penanggung jawab koordinator RW
Jumantik yang bertugas. Dan adanya dokumen
daftar kunjungan rumah petugas jumantik yaitu
formulir pemantuan jentik di RT/ RW di di
Kelurahan Cempaka Putih Barat pada tanggal 22
maret 2022 dengan total jumlah pemeriksaan 50
sampel sekali kunjungan namun hanya dilakukan
pemeriksaan pada 31 sampel yang diperiksa dan
tertera keterangan ditemukan jentik.
Masalah dalam pelaksanaan PSN dan PJB
diberikan juga informasi dari para informan terkait
tentang kendala dilapangan dalam melaksanakan
kegiatan diperoleh pernytaaan sebagai berikut:
“Ada ya, misalnya tadi itu ada sebagian
kader yang tidak rutin melaporkan penemuan
jentik, mungkin dari segi disiplin dan umur
kader juga ya, Kendala ya paling warga yang
sulit dikunjungi rumahnya,. Kendala pada
PJB paling sama iyaa dengan PSN warga
yang susah untuk bukain pintu dan acuh
begitu saja”. (Ik)
“Kendalanya seperti tadi ada warga yang
rumahnya susah untuk dikunjungi dari situ
sih kita sosialisasikan untuk eee PSN mandiri
jadi dilaporkan foto bak mandi kemudian
dispenser, tanaman, terus ada lagi tadi
penampungan penampungan air AC, kulkas
itu dilaporkan ke group RW atau RT masing
masing”.(IU).
“Kendala, paling warga sudah untuk bukain
pintu dan acuh begitu saja”. (IP)
Pernyataan ini juga didukung dari pernyataan
pada informan terkait pada kendala pelaksanaan
masih ditemukan di masyarakatnya sendiri,
berdasarkan hasil FGD sebagai berikut:
I4:Kendala kalo di wilayah sama warganya,
ada yang gampang bisa dikunjungi
rumahnya
I1: Banyak yang tidak mau dikunjungi mbak,
yaitu ada warga yang tidak bersedia
I5:Kayak kemarin kita jalan susah dibukain
pintu
I2:Masih sama iya hambatanya, Non sewo
mbak alat banyak yang rusak, kaos sudah
buluk semua,makanya saya ngomong mbk
intan masalah senter senjatanya senter
udah pada rusak
I1:Apa lagi selama pandemik banyak yang
tidak mau bukain pintu,
I3:Dilakukan fogging tapi gak dibukain
rumahnya

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan


FGD diatas diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
kendala dalam pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB
yaitu banyaknya warga yang tidak mau untuk
membukakan pintu rumahnya dan acuh tak acuh
pada saat petugas datang, rumah yang ditinggalkan
oleh penghuninya, banyak rumah kosong, warga
yang tidak tau pentingnya kegiatan PSN dan
menganggap fogging lebih efektif untuk
membunuh nyamuk sehingga banyak dari warga
warga yang meminta untuk melakukan kegiatan
fogging padahal tidak ada kasus. Kader yang tidak
disiplin terlambat mengirim hasil laporan kegiatan.
Pada masa pandemik kegiatan tidak bisa dilakukan
secara optimal dan disosialisasikan untuk jumantik
mandiri untuk memfoto tempat-tempat
penampungan air di rumahnya dan dilaporkan
melalui group RT dan RW.
Dari hasil observasi peneliti saat mengikuti
kegiatan PSN dan PJB pada 21 Januari dan 22
Maret 2022 adanya dilapangan yaitu warga yang
tidak membukakan pintu saat petugas masuk,
selain itu terdapat pula warga yang menolak
rumahnya diperiksa dan dimasuki petugas dan
rumah-rumah mewah yang sulit untuk
bekerjasama dengan petugas karena mereka
menganggap tidak perlu dilakukan pemeriksaan
dirumahnya yang sudah bersih, terdapat rumah
kosong, rumah yang tidak ada penghuninya
sehingga petugas kesulitan memasuki rumah
tersebut.
4.3 Gambaran Pengawasan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021.
Pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan
PSN dan PJB di puskesmas kelurahan Cempaka
Putih Barat dilakukan secara langsung dari petugas
puskesmas dan lintas sektor terkait pada hari jumat
bersamaan saat jumbling (Jumat Bersih
Lingkungan) berdasarkan jadwal wilayah.
Pengawasan pada kegiatan kader jumantik tidak
rutin diawasai setiap hari selasa dan jumat
melainkan pengawasan dari petugas kesehatan
dengan keliling berdasarkan jadwal dan
pengawasan pada pengendalian pembuat laporan
masih terjadi masalah kader jumantik masih tidak
jujur dengan penemuan jentiknya sehingga laporan
kader jumantik berbeda apabila dengan laporan
petugas kesehatan. Hal ini diperoleh melalui
informasi sebagai berikut:
a. Pengawasan
Pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan PSN
dan PJB di puskesmas kelurahan Cempaka Putih
Barat dilakukan dari puskesmas dan kelurahan
bentuk pengawasanya secara langsung bersamaan
saat jumbling pada hari jumat berdasarkan jadwal
wilayah. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan
para informan terkait sebagai berikut:
“Jadi yang melakukan pengawasan dari
puskesmas dan dari kesra kesling kantor
kelurahan. Bentuk pengawasan langsung
pendampingan jadi kita lihat ini sama kayak
kemarin linda turun saat itu, terus juga
laporanya juga direview, kemudian ada
rapat tahunan yaa. pengawasan
pengendalian bikin laporan oleh atasan
surveilans kecamatan”. (IK)
”kalo dari puskesmas itu biasanya dari
surveilans atau kesehatan lingkungan, terus
kalo dari kelurahan itu pak lurahnya
langsung atau mungkin dari kesra kesling
kantor kelurahan sama kecamatan juga
seperti itu, ada dari kesra kesling kantor
kecamatan dan pak camatnya, habis itu kan
direkap lagi sama surveilans kecamatan,
laporan PJB setiap tiga bulan jadi nanti yang
diawasin surveilans kecamatanya”.(IU)
“kita pembinaan itu terjun langsung ke
lapangan bahwa benar adanya seperti ini
makanya dari situ, nah kita kan tidak
mungkin setiap hari terjun langsung kebawah
iya makanya kita perlukan adanya kader
yang aktif ee apa, kita juga kalau turun pasti
koordinasinya pada RT setempat karna apa”.
(IP)
Sedangkan pernyataan para kader jumantik
pengawasan pelaksanan kegiatan PSN dan PJB di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat, dari
hasil FGD sebagai berikut:
I3: Dari puskesmas dari kelurahan, ikut
terun ke wilayah
I2: Ada bergantian dilakukan pengawasan
sekaligus jumbling itu kan, dari
kelurahan juga mbak secara bergiliran,
cuma gak ngumpul. Kita langsung
keliling saja, biasanya seremonial
ngumpul gitu, kan sosialisasi
I4: Sempat off iya, sempat off iya
I5: Cuman pemantuan aja di Wa aja di
group paling,
Berdasarkan kesimpulan dari pernyataan
diatas pengawasan kegiatan dilakukan dari petugas
puskesmas, petugas kantor kelurahan dan
kecamatan secara langsung dan bergiliran sesuai
lokasi dan jadwal yang sudah ditentukan yang
kemudian laporannya direkap oleh petugas
surveilans. Berdasarkan pernyataan para kader
jumantik kegiatan pengawasan sempat
diberhentikan saat pandemik tinggi dan
pengawasan dilakukan via group whatsupp.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti dilapangan tanggal 20 Desember Tahun
2021 dan 21 Januari Tahun 2022 bahwa
pengawasan kegiatan PSN dan PJB dilakukan
pada hari jumat sekaligus jumbling yang dampingi
langsung oleh camat dan petugas kantor walikota.
Pengawasan pada kegiatan kader jumantik tidak
rutin diawasai setiap hari selasa dan jumat
melainkan pengawasan dari petugas kesehatan
dengan keliling berdasarkan jadwal.
b. Capaian Pelaksanaan
Capaian pelaksanaan kegiatan PSN belum
memenuhi angka target 95%, dan hasil yang
dilaporkan petugas kesehatan capaian ABJ 91%,
laporan kader jumantik berbeda apabila kegiatan
dilaksanakan dengan petugas kesehatan terdapat
kader jumantik yang tidak jujur dengan penemuan
jentiknya sedangkan pencapaian target berhasil
terlihat dari tidak adanya jentik lagi dan kasus
DBD tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan
pernyataan para informan terkait sebagai berikut:
“Angka bebas jentiknya tercapai dari 95%.
Harusnya kader yang tidak disiplin
ngelaporin, diganti kali. Justru kalau ketemu
jentik dia harusnya dapat reward kan ”.(IK)
“Hmm jentik berkala kurang ya, karena ada
batasannya juga ya. Itu dia kenapa ABJ
petugas kader itu 95% padahal setiap saya
turun pasti ada jentik. Kalau petugas yang
turun pasti nemu jentik kalau kader yang
turun tidak nemu jentik”. (IU)
“Jadi kadang kader suka tidak jujur dengan
adanya penemuna jentik iya”. (IP)
Sedangkan pernyataan para kader jumantik
capaian pelaksanan kegiatan PSN dan PJB di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat, dari
hasil FGD sebagai berikut:
I4: Bebas DBD tapi kesadaran
masyarakatnya masih kurang mbk
I2: Yang tadi itu sih masing-masing
wilayah kita gak ada DBD,
pada nol semua
I: Pencapain seratus gitu aja kita kan gak
boleh dibawah 95 %,
ini aku udah 97%, pernah 96%, dibawah
95% juga belum
pernah
I3:Karena kalau misalnya 95% kebawah
kan dikasih penyuluhan begini,
kondisinya begitu mba.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
wawancara mendalam dan FGD hasil pernyataan
dari iInforman terkait menyatakan target yang
diharapkan capaian ABJ diatas 95% sedangkan
pernyataan dari informan utama capaian ABJ
masih dibawah angka 95%, sementara dari
pernyataan para kader pencapaiannya sudah
diatas 95%. Jadi kesimpulanya para kader hanya
berharap angka bebas jentik selalu diatas 95%
sehingga dapat dilihat para kader jumantik hanya
fokus dengan capain ABJnya dan tidak jujur
dengan penemuan jentik dilapangan sedangkan
kegiatan PSN dilihat dari bebasnya jentik dan
kasus DBD tidak ada.
Berdasarkan explore dokumen yang
ditunjukan tersedia hasil rekapitulasi pemeriksaan
jentik berkala di Cempaka Putih Barat bahwa
capain rekapitualsi kegiatan PSN belum
memenuhi angka target 95% dan hasil yang
dilaporkan kader jumantik berbeda apabila
kegiatan dilaksanakan dengan petugas kesehatan.
1

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Perencanaan Kegiatan PSN Dan


PJB Pada Program Pencegahaan Infeksi
Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih
Barat.
Gambaran perencanaan implementasi kegiatan
PSN dan PJB di Puskesms kelurahan Cempaka
Putih Barat dinilai sudah cukup baik hal ini dapat
terlihat dari alur perencanaan kegiatan masuk
dalam RUK (Rencana Usulan Kegiatan) setiap
tahun dan dimonitoring lewat RPK (Rencana
Pelaksana Kerja) setiap bulan, direncanakan
kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dari
petugas kesehatan merupakan petugas dari
puskesmas yang akan memberikan pendampingan
dan pengawasan, mitra kerja merupakan dari lintas
sektor terkait, dan kader jumantik merupakan
warga yang berdomisili dikelurahan setempat,
kegiatan pelaksanaan PSN yang dilakukan kader
jumantik berdasarkan surat keputusan dari lurah,
namun terjadi permasalahan pada perencanaa
anggaran untuk peralatan karena selama dua tahun
pandemik covid terjadi refocushing anggaran dan
terjadi tumpang tindih untuk anggaran abate dari
puskesmas dan kelurahan sehingga diputuskan
untuk anggaran abate dari puskesmas, dalam
metode kegiatan direncanakan untuk turun
langsung saat kegiatan ke wilayah dengan taget
sasaran 50 sampel pemeriksaan
a. Alur Perencanaan
Pada kegiatan proses atau langkah yang
ditentukan untuk memenuhi kebutuhan pada
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB di puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Barat. Berdasarkan hasil
wawancara dan explore dokumen, alur
perencanaan kegiatan PSN dan PJB masuk dalam
RUK (Rencana Usulan Kegiatan) tahunan yang
diusulkan setiap tahun yang kemudian di
monitoring lewat RPK (Rencana Pelaksanaan
Kerja) setiap bulan. Kegiatan PSN dan PJB
tersebut diketahui sempat terhenti karena
pandemik covid yang kemudian atas keputusan
bersama dikerahkan untuk dilakukan jumantik
mandiri.
Menurut Kepmenkes No. 44 (2016).
Perencanaan program dimasukan ke dalam
Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Puskesmas
menyusun rencana untuk kegiatan lebih terperinci
dalam rencana tahunan puskesmas. Penyusuanan
(RUK) merupakan perencanaan kebutuhan
kegiatan puskesmas sesuai dengan kategori tingkat
permasalahan dalam satu tahun. Sementara
Rencana Pelaksana Kegiatan (RPK) diwujudkan
dalam perencanaan kegiatan sesuai dengan skala
prioritas berdasarkan alokasi kebutuhan yang
tersedia dalam tahun berjalan. Disarankan dalam
perencanaan agar dapat memikirkan
merencanakan program memberikan pelatihan
kepada masyarakat agar dapat menjadi jumantik
mandiri.
b. Perencanaan
Perencanaan untuk SDM dari petugas
kesehatan sudah cukup baik dengan adanya
petugas dari puskesmas dan kader jumantik,
Perencanaan untuk anggaran belum cukup optimal
hal ini disebabkan karena anggaran untuk
peralatan selama dua tahun karena pandemik covid
refocusing anggaran sehingga nantinya akan
berdampak pada sarana yang digunakan petugas,
Perencanaan jumlah sasaran yang akan diperiksa
ditargetkan 50 sampel pemeriksaan dengan
metode turun langsung ke wilayah kerja
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat.

Penelitian ini didukung oleh Rahayu (2012).


Di Puskesmas Ketapang 2 untuk perencanaan
personalia, pembiayaan, peralatan dan
infrastruktur sudah ada kecuali metode
perencanaan/ SOP. Perencanaan tidak sesuai
dengan standar tanpa menentukan target tujuan
sasaran kinerja Puskesmas, hanya berlandaskan
analisis situasi hingga didalam kegiatan tidak
berjalan sesuai yang diharapkan, untuk
mendapatkan suatu perencanaan yang baik
sebaiknya langkah-langkah yang ditempuh sama.
Menurut alder dalam Taufiqurokhman, (2016)
dalam Perencanaan adalah suatu proses
menentukan apa yang ingin dicapai pada masa
yang akan datang serta menetapkan tahapan
tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Perencanaan lebih jauh diartikan sebagai kegiatan
terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dalam waktu tertentu. Perencanaan yang dilakukan
sesuai dengan teori tersebut bahwa dalam kegiatan
PSN dan PJB di puskesmas kel. Cempaka Putih
Barat sudah di tetapkan dalam RUK setiap tahun
dan tahapan dalam kegiatan sudah direncanakan
sehingga dapat menentukan hasil capain dari
kegiatan tersebut namun pada anggaran peralatan
untuk sarana berupa kebutuhan jumantik
disarankan untuk mempersiapkan dana oprasional
untuk kebutuhan anggaran peralatan dan
diputuskan anggaran untuk abate tidak dobel
anggaran.
5.2 Gambaran Pelaksaaan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021.
Gambaran Pelaksaaan Dalam Implementasi
Kegiatan PSN Dan PJB di puskemas kelurahan
Cempaka Putih Barat dinilai belum cukup baik hal
ini dinilai pada pelaksanaan terdapat masalah yaitu
pada sumber daya manusia khususnya jumantik
tidak memiliki kualifikasi dari segi umur dan
pendidikan dan tidak adanya pelatihan secara
menyeluruh terhadap sumber daya manusia hanya
diberikan sosialisasi dan refreshing kader
jumantik. Kegiatan sosialisasi tersebut dilakukan
dengan zooming pada saat pandemik. Pada
pendanaan untuk anggaran KIT PSN diputus
pemerintah semenjak dua tahun pandemik covid
sehingga sarana yang digunakan kader jumantik
saat pelaksanaan kegiatan tidak cukup menunjang
untuk digunakan, sementara untuk jadwal
pelaksanaan sudah tepat sesuai jadwal yaitu dua
kali seminggu pada pagi hari selasa dan jumat
yang dilaksankan oleh kader jumantik, terdapat
pula jumantik yang tidak disiplin mengerjakan
tugasnya yaitu pada 7 tatanan yang diperiksa lebih
banyak pemeriksaan ke pemukiman warga dan
sampel yang ditargetkan 50 sampel hanya
terrealisasi 31 sampel, terdapat pula kendala
terhadap laporan yang dikirim ke puskesmas
sering terlambat dan mepet waktu, masih
banyaknya kendala dalam pelaksanaan adanya
masyarakat yang tidak bisa berkerjasama dengan
petugas tidak membukakan pintunya saat petugas
datang, banyak rumah kosong, warga yang tidak
tau pentingnya kegiatan PSN dan menganggap
fogging lebih efektif untuk membunuh nyamuk
sehingga banyak dari warga, yang meminta untuk
melakukan kegiatan fogging padahal tidak ada
kasus. Hambatan saat pandemik kegiatan tidak
bisa dilaksanakan dengan optimal.
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia ialah tenaga yang
bertugas menjalankan kegiatan PSN dan PJB
pada program pencegahaan infeksi dengue di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat.
Dari hasil wawancara mendalam dan exsplore
dokumen disimpulkan bahwa terdapat informasi
yang tidak sama yaitu di dalam exsplore dokumen
tidak dijelaskan jumlah total petugas kegiatan
hanya menyebutkan kebutuhan sumber daya
untuk kegiatan PSN yaitu PJ program DBD,
kader jumantik dan lintas sektor terkait namun
dapat disimpulkan jumlah tenaga pelaksana
kegiatan PSN dan PJB sudah mencukupi karena
di bantu dari tenaga surveilans kecamatan, dokter
internship, kepala puskesmas, petugas kesra
kesling dari kantor kelurahan dan kecamatan
beserta 165 kader jumantik. kualifikasi untuk
petugas kesehatan minimal dari dari D3 dan S1
dan petugas kader jumantik tidak memiliki
kualifikasi dari segi pendidikan dan umur hanya
masyarakat yang mau mensosialisasikan kegiatan
PSN dan PJB dan petugas juga tidak diberikan
pelatihan secara menyeluruh diketahui pelatihan
hanya untuk petugas surveilens diberikan
pelatihan P2P atau zonotik namun tidak
diwajibkan.
Menurut undang-undang no. 36 tahun 2014
pasal 4 menyatakan pemerintah dan pemerintah
daerah bertanggung jawab terhadap peraturan,
pembinaan, pengawasan dan peningkatan mutu
kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Saragih
(2019) pada indikator sumber daya manusia
(SDM) terdapat kualifikasi pendidikan yang
masih rendah serta tidak semua ketenagaan
tersebut mendapatkan pelatihan bahkan ada yang
sama sekali tidak mendapatkan pelatihan
sehingga belum sesuai dengan ketentuan dan
belum cukup optimal untuk kualifikasi SDM.
Sumber Daya Manusia Kesehatan ialah
tenaga kesehatan (Termasuk tenaga kesehatan
strategis) dan tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan (Kemenkes, 2017). Pada
hasil penelitian di puskesmas kelurahan Cempaka
Putih Barat sejalan dengan teori tersebut, SDM
yang bertugas untuk pelaksana kegiatan
merupakan petugas kesehatan yang memiliki
kualifikasi dan kader jumantik yang diberikan
sosialisasi oleh petugas kesehatan sehingga cukup
mendukung untuk menjalankan kegiatan tersebut.
SDM pada pelaksanaan kegiatan PSN dan
PJB di kelurahan Cempaka Putih Barat sudah
mencukupi karena dibantu dari kader jumantik
dan lintas sektor terkait, namun belum cukup
optimal untuk kualifikasi petugas kader jumantik
dan pelatihan hanya diberikan pada sebagian
petugas bahkan petugas pelaksana dan kader
jumantik tidak diberikan pelatihan. Hal ini
disbebakan kualifikasi untuk petugas kader
jumantik tidak dilihat dari segi pendidikan dan
umur hanya masyarakat yang mau diajak kerja
sama dalam mensosialisasikan kegiatan. Saran
untuk pihak penanggung jawab untuk menyeleksi
petugas kader jumantik dari segi umur yaitu
dengan mengambil petugas yang masih berumur
produktif kemudian petugas yang memiliki
pendidikan dan harus memiliki kemampuan
bersosialisasi dengan baik dan perlu adanya
peningkatan/ pengadaan pelatihan secara
menyeluruh yang diberikan untuk
mengoptimalkan kegiatan PSN dan PJB.
b. Pendanaan
Didalam penelitian ini, pendanaan yang
dimaksud dalam kegiatan ialah anggaran yang
digunakan dalam melaksanakan kegiatan PSN
dan PJB di puskesmas kelurahan Cempaka Putih
Barat.
Berdasarkan hasil wawancara dan explore
dokumen, pada sumber pembiayaan kegiatan
PSN dan PJB berasal dari BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah) yang dikelolah oleh
pukesmas kecamatan yang diberikan untuk
menyediakan pembelian abate dan fogging
sedangkan sumber dana dari APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) kelurahan yang
dikelola oleh kelurahan sendiri dialokasikan
untuk kegiatan PSN, honor jumantik dan
pendanaan untuk peralatan.
Menurut Kepmenkes RI no. 581/
Menkes/SK/VII/1992 biaya yang diperlukan
untuk PSN dibebankan kepada Instalasi/lembaga
terkait yaitu baik melalui APBD 1, APBD 2,
APBDN dan sumber lainya yang sah beserta
swadaya yang ada. Sumber dana pada kegiatan
pemberantasan demam berdarah yaitu dari (BOK)
Bantuan Oprasional Kesehatan bantuan dari
Pemerintah lewat Kemenkes untuk membantu
pemerintah daerah untuk melakukan pelayanan
kesehatan sesuai standar minimal pelayanan
kesesehatan.
Hasil Penelitian Shobry (2016) faktor yang
dapat mempengaruhi efektivitas implementasi
program ialah sumber keuangan yang diperlukan
untuk biaya operasional dalam melaksanakan
program apabila anggaran terbatas tingkatan
kualitas layanan yang diberikan juga akan
dibatasi. Hal ini dapat menyebabkan kurang
optimalnya pelaksanaan program karena
kurangnya dana dalam memfasilitasi kegiatan
tersebut.
Menurut Yuesti dan Kepramareni (2019)
pendanaan adalah keputusan yang berhubungan
dengan penentuan sumber dana yang akan
digunakan, penentuan perimbangan pendanaan
yang optimal, dan perusahaan menggunakan
sumber dana dari dalam perusahaan atau akan
mengambil dari luar perusahaan. Pembiayaan
pada kegiatan PSN dan PJB pada kelurahan
Cempaka Putih Barat sesuai dengan teori
tersebut, bahwa sumber dana yang digunakan
berasal dari BLUD yang dianggarkan untuk
menyediakan pembelian abate dan fogging
sedangkan sumber dana dari APBD kelurahan
dialokasikan untuk kegiatan PSN, honor jumantik
dan pendanaan untuk peralatan namun untuk
pembiayaan peralatan KIT PSN dimana sumber
dana berasal dari APBD (Anggaran Pendapat
Berdasarkan pembahasan diatas, pembiayaan
kegiatan PSN dan PJB dinilai belum cukup
optimal hal ini karenakan pendanaan untuk
peralatan KIT PSN diputus pemerintah selama
pandemik sehingga menyebabkan anggaran untuk
pembelian peralatan baru sudah tidak ada.
Berdasarkan hal tersebut saran kepada pengelola
dana di puskesmas dan kelurahan agar
mengupayakan dana sementara untuk membeli
dan melengkapi prasarana peralatan yang
diperlukan dalam kegiatan PSN dan PJB sehingga
kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Pembiayaan kegiatan PSN dan PJB dinilai
belum cukup optimal hal ini karenakan
pendanaan untuk peralatan KIT PSN diputus
pemerintah selama pandemik sehingga
menyebabkan anggaran untuk pembelian
peralatan baru sudah tidak ada. Berdasarkan hal
tersebut saran kepada pengelola dana di
puskesmas dan kelurahan agar mengupayakan
dana sementara untuk membeli dan melengkapi
prasarana peralatan yang diperlukan dalam
kegiatan PSN dan PJB sehingga kegiatan dapat
berjalan dengan baik.
c. Sarana
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
wawancara mendalam dan explore dokumen
sarana yang digunakan untuk petugas kesehatan
sudah cukup menunjang kegiatan tersebut
sedangkan sarana yang digunakan untuk kader
jumantik sudah tidak layak digunakan. Hal
tersebut dilihat dari hasil observasi dilapangan
dan penyediaan sarana terakhir pada tahun 2019
dimana sarana sudah tidak disediakan selama tiga
tahun.Terdapat perbedaan pendapat tentang
sarana yang digunakan petugas kesehatan dan
kader jumantik.
Menurut Kepmenkes RI no
581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue sarana dan bahan yang digunakan yaitu
alat fogging, PSN kit, kebutuhan jumantik,
inseksida, lavarsida serta bahan pendukung
penatalaksanaan DBD.
Hasil Penelitian Faizah, dkk. (2018) sarana
berperan penting di dalam pelaksanaan program
P2DBD fasilitas yang di pergunakan adalah
senter, alat semprotan, dan bubuk abate untuk
membasmi nyamuk, namun kualitasnya masih
rendah terutama sarana untuk kegiatan PSN.
Menurut moenir (2015) sarana ialah segala
jenis peralatan yang digunakan untuk
mempermudah upaya dan memperlancar kerja
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Dalam
kegiatan PSN dan PJB di puskesmas kel.
Cempaka Putih Barat tidak sejalan dengan teori
sarana yang digunakan para kader jumantik untuk
kegiatan sudah tidak layak dan berfungsi
sehingga kurang menunjang untuk pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Pembiayaan kegiatan PSN dan PJB dinilai
belum cukup optimal hal ini karenakan
pendanaan untuk peralatan KIT PSN diputus
pemerintah selama pandemik sehingga
menyebabkan anggaran untuk pembelian
peralatan baru sudah tidak ada. Berdasarkan hal
tersebut saran kepada pengelola dana di
puskesmas dan kelurahan agar mengupayakan
dana sementara untuk membeli dan melengkapi
prasarana peralatan yang diperlukan dalam
kegiatan PSN dan PJB sehingga kegiatan dapat
berjalan dengan baik.
d. Metode
Berdasarkan kesimpulan mengenai
metode/SOP (Standar Oprasional Prosedur)
berdasarkan Instruksi Sekertaris Daerah Pemprov
DKI No 121 Tahun 2021 Tentang Optimalisasi
Kegiatan PSN. Berdasarkan Perda Prov. DKI No.
6 Tahun 2017 Tentang Pengendalian Penyakit
Demam Berdarah bahwa kegiatan dilakukan
dengan metode dua kali dalam seminggu dan
kegiatan tersebut dilakukan dengan turun
langsung ke rumah warga.
Penelitian Umbara & Raviola (2020) Standar
Operasional Prosedur yang ada di Puskesmas
Bengkalis pihak Puskesmas sudah melaksanakan
kegiatan sesuai dengan SOP dan diketahui bahwa
semua kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai
SOP (Standar Oprasional Prosedur).
SOP adalah standar kegiatan yang dilakukan
secara berurutan untuk menyelesaikan pekerjaan
apabila dipatuhi akan menyebabkan lancarnya
koordinasi dan tidak terjadi tumpang tindih atau
duplikasi, terbentuknya hubungan kerja yang
sesuai kejelasan wewenang dan tanggung jawab
setiap pegawai (Wibowo, 2017). Metode/ SOP
pada kegiatan PSN dan PJB di kel.Cempaka Putih
Barat sejalan dengan teori bahwa dalam kegiatan
tersebut berdasarkan standar kegiatan yang
mengacu pada SOP untuk mempermudah
berjalanya kegiatan dengan lancar serta
tersedianya dokumen petunjuk teknis pelaksanaan
kegiatan.
Metode kegiatan PSN dan PJB dinilai sudah
cukup baik karena kegiatan PSN dan PJB
mengacu berdasarkan Kepmenkes RI no 374
Tahun 2010 Tentang Pengendalian vektor,
berdasarkan Perda Prov. DKI No. 6 Tahun 2017
Tentang pengendalian Penyakit Demam Berdarah
dan berdasarkan Instruksi Sekertaris Daerah
Pemprov DKI No. 121 Tahun 2021 Tentang
Optimalisasi Kegiatan PSN kegiatan tersebut
dilakukan dalam dua kali seminggu dan adanya
buku petunjuk teknis untuk memepermudah tata
cara pelaksanaan kegiatan tersebut.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk dan pemantuan jentik kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader
jumatik dipuskesmas kelurahan Cempaka Putih
Barat.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
wawancara, observasi dan explore dokumen
terdapat kesesuain pernyataan dari informan
bahwa tersedianya jadwal pelaksanaan kegiatan
PSN dan PJB pada hari selasa dan jumat sasaran
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB harus
dilakukan pada 7 tatanan yaitu pemukiman
warga, TTU (Tempat-Tempat Umum), fasilitas
olahraga, fasilitas kesehatan, perkantoran,
institusi pendidikan dan pengolahan makanan dan
pemeriksaan dilakukan pada 50 sampel sekali
kunjungan, sementara hasil observasi
pemeriksaan dilakukan lebih banyak pada
permukiman warga. Pada hasil explore dokumen
jumlah sampel pemeriksaan hanya terealisasi 31
sampel. Masih banyaknya kendala dan hambatan
dalam pelaksanan hal ini disebabkan karena
terdapat kendala terhadap laporan yang dikirim
ke puskesmas sering terlambat dan mepet
waktu,kendala dalam pelaksanaan adanya
masyarakat yang tidak bisa berkerjasama dengan
petugas tidak membukakan pintunya saat petugas
datang, banyak rumah kosong. Hambatan saat
pandemik kegiatan tidak bisa dilaksanakan
dengan optimal.
Hasil penelitian Susmaneli (2021), pemilihan
sampling rumah yang diperiksa pada kegiatan
PSN dan PJB berdasarkan rumah yang ada
penghuninya. Adapun tempat yang dilakukan
kegiatan PSN dan PJB ialah seluruh tatananan
yang berada diwilayah tersebut namun bangunan
yang diperiksa tidak sebanyak 100 bangunan dan
kurang dari jumlah tersebut sehingga dapat
mempengaruhi laporan yang akan dilaporkan.
Berdasarkan penelitian Setyobudi (2011)
dalam kegiatan PSN menunjukan partisipasi
masyarakat dapat berpengaruh dengan
keberadaan jentik dapat disebabkan kurangnya
penyuluhan tenaga medis sehingga menyebabkan
sikap dan tindakan masyarakat tetap buruk dalam
melakukan pencegahan karena ketidaktahuan
masyarakat tentang bahayanya penyakit DBD.
Pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk
menurut Kemenkes (2017) PSN ialah suatu
kegiatan masyarakat dan pemerintah yang
dilakukan secara berkesinambungan untuk dapat
mencegah penyakit DBD, dengan kegiatan
menutup, menguras, mengubur (3M) plus,
keberhasilan kegiatan PSN yaitu populasi
nyamuk Aedes Aegypti bisa dikendalikan, hingga
penularan demam berdarah bisa dicegah dan
dikurangi, kegiatan PSN ialah kegiatan
pemberantasan demam berdarah dengue sangat
diperlukan peran aktif masyarakat. Pada
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB di puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Barat belum sejalan
dengan teori tersbut bahwa dalam pelaksaaan
kegiatan PSN di puskesmas belum mampu
dicegah karena masih terdapat banyak ditemukan
jentik.
Pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB dinilai
belum cukup optimal hal ini dikarenakan pada
tatanan yang diperiksa lebih banyak
kepemukiman warga dan sasaran sampel yang
diperiksa belum terrealisasi sepenuhnya dari
target pemeriksaan, hasil laporan yang dikirim
kepuskesmas sering terlambat hal ini disebabkan
karena kader jumantik yang tidak disiplin
menjalankan tugasnya sepenuhnya. Terdapat pula
banyak kendala saat pelaksanaan masyarakat
yang tidak bisa bekerjasama dengan petugas dan
hambatanya kegiatan tersebut tidak bisa di
laksanakan secara optimal karena masa pandemi.
Sehingga disarankan perlu adanya kaderisasi dan
diberikan sanksi bagi petugas kader jumantik
yang tidak disiplin mengerjakan tugasnya dan
perlu adanya sanksi tegas bagi masyarakat yang
tidak patuh akan kegiatan PSN dan PJB di
kelurahan Cempaka Putih Barat.
5.3 Gambaran Pengawasan Kegiatan PSN Dan
PJB Pada Program Pencegahan Infeksi Dengue
Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
Tahun 2021.
Gambaran pengawasan pada implementasi
kegiatan PSN Dan PJB pada pengawasan dinilai
belum cukup optimal, pengawasan langsung
dilakukan dari petugas puskesmas dan lintas sektor
terkait pada hari jumat bersamaan saat jumbling
(Jumat Bersih Lingkungan) berdasarkan jadwal
wilayah. Namun pengawasan pada pengendalian
pembuat laporan masih terjadi masalah kader
jumantik masih tidak jujur dengan penemuan
jentiknya sehingga laporan kader jumantik
berbeda apabila dengan laporan petugas kesehatan.
a. Pengawasan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,
pengawasan dilakukan secara bergantian oleh
petugas kesehatan dari puskesmas dan lintas sektor
terkait pada hari jumat bersamaan saat jumbling
(jumat bersih lingkungan). Pengawasan tidak
dilakukan rutin oleh petugas kesehatan pada satu
wilayah terhadap kegiatan yang dilakukan
jumantik.
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2014
Pasal 4 menyatakan pemerintah dan pemerintah
daerah bertanggung jawab terhadap peraturan,
pembinaan, pengawasan dan peningkatan mutu
kesehatan.
Hasil penelitian Rahayu (2012) tidak
dilakukan pengawasan secara langsung dilapangan
untuk kegiatan PSN pengawasan hanya dilakukan
pada laporan jumantik dan tidak ada pengawasan
langsung kelapangan.
Menurut Moekizat dalam Satriadi (2015)
pengawasan adalah hal yang dilakukan, artinya
hasil pekerjaan, menilai hasil pekerjaan tersebut,
dan apabila perlu mengadakan tindakan-tindakan
perbaikan sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
tersebut bahwa pengawasan kegiatan PSN dan PJB
di kel. Cempaka Putih Barat dilakukan untuk
menilai hasil kegiatan dan melihat sudah sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan apakah sudah sesuai dengan
perencanaan yang sudah ditentukan sehingga akan
perlu ditindak lanjuti belum dan tidak tercapaianya
kegiatan tersebut.
Pengawasan pelaksanan kegiatan PSN dan
PJB dinilai sudah cukup baik pengawasan dari
petugas kesehatan dan lintas sektor terkait secara
langsung sesuai jadwal yang ditentukan
pengawasan pengendalian membuat laporan oleh
surveilans namun pengawasan tidak dilakukan
rutin oleh petugas kesehatan pada satu wilayah
terhadap kegiatan yang dilakukan jumantik,
sehingga menyebabkan adanya kader jumantik
yang tidak disiplin dalam mengerjakan tugansya.
Disarankan kepada pihak penangung jawab terkait,
perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap
kegiatan yang dilakukan jumantik, kaderisasi atau
diberikan sanksi bagi petugas kader jumantik yang
tidak disiplin mengerjakan tugasnya hal ini untuk
memberi peringatan bagi kader jumantik untuk
optimal mengerjakan tugasnya karena
keberhasilan kegiatan tersebut bergantung pada
kinerja jumantik setiap hari.
b. Capaian Pelaksanaan Kegiatan
Capaian pelaksanaan kegiatan dilihat dari ABJ
(Angka Bebas jentik) yang dilaksanakan saat
pemantuan jentik dan merupakan akumulasi dari
kegiatan PSN yang dikerjakan setiap jadwal oleh
petugas. Berdasarkan kesimpulan dari hasil
wawancara mendalam dan explore dokumen
terdapat kesamaan hasil informasi yang
didapatkan dari pernyataan informan dengan hasil
rekapitulasi laporan PSN, bahwa hasil dari laporan
ABJ kader jumantik dengan hasil laporan petugas
kesehatan berbeda.
Hasil penelitian Rahayu (2012). Capian ABJ
masih belum optimal yaitu < 95 % hingga
penularan DBD belum mampu dicegah dan
dikurangi penyebab masalah ini kurangnya peran
serta masyarakat didalam kegiatan PSN,
kurangnya pengetahuan masyarakat dan
penyuluhan PSN kurang maksimal, kader yang
tersedia kurang mencukupi.
Capaian kegiatan PSN dilihat dari ABJ (Angka
Bebas Jentik) untuk melihat sebarapa besar
pengaruh kegiatan PSN untuk memberantas
nyamuk dalam kegiatan terseb. Dalam program
penanggulangan demam berdarah atau DBD ialah
tercapainya target angka bebas jentik yaitu > 95%
dan tercapainya kegiatan PSN sesuai yang
ditargetkan (Kemenkes RI, 2017). Hasil penelitian
pada pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB di
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat
menurut capain kemenkes belum memenuhi target
yang diharpakan sehingga masih banyaknya
penemuan jentik dan kasus DBD di kelurahan
tersebut.
Berdasarkan pembahasan diatas, capaian
pelaksanaan kegiatan PSN dinilai belum optimal
dikarenakan angka bebas jentik yang diharapkan
belum terrealisasi dari target capian ABJ > 95%.
Hal ini disebabkan adanya kendala pada laporan
yang dikerjakan jumantik berbeda dengan laporan
yang dikerjakan jumantik, petugas kesehatan ABJ
91%. Sedangkan petugas kader jumantik 97%
namun masih banyak ditemukan jentik saat
petugas kader jumantik melakukan pengawasan.
5.4 Keterbatasan penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah
keabsahan data yang diperoleh tergantung pada
motivasi dan minat informan pada waktu
wawancara mendalam dan Foccus Group
Discuttion. Penelitian ini tidak bebas dokumentasi
berkas yang rahasia dan kursial.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Perencanaan
Pada perencanaan kegiatan PSN dan PJB sudah
cukup baik karena masuk dalam pembahasan
program RUK (Rencana Usulan Kerja) pukesmas
setiap tahun di monitoring lewat RPK (Rencana
Pelaksana Kerja) setiap bulan. Kegiatan tersebut
banyak di bantu dari kelurahan termasuk SDM
yang bertugas berupa kader jumantik, termasuk
dana anggaran dan peralatan dibantu dari
kelurahan. Namun perencanaan untuk petugas
kader belum cukup optimal apabila hanya
merupakan warga yang berdomisili di kelurahan,
anggaran untuk peralatan kader jumantik selama
dua tahun refocusing anggaran karena pandemik
covid sehingga akan berdampak tidak adanya
anggaran untuk peralatan baru, untuk anggaran
abate sempat terjadi tumpang tindih karena
anggaran abate yang disediakan kelurahan juga
dianggarakan ke puskesmas sehingga menjadi
dobel anggaran, sasaran ditargetkan 50 sampel
rumah dengan metode yang akan digunakan
dengan turun langsung ke wilayah kerja
Puskesmas.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan dinilai belum cukup optimal.
Pada jumlah sumber daya alam (SDM) yang
melaksanakan sudah cukup karena banyak dibantu
dari lintas sektor terkait dan para kader jumantik,
namun belum cukup baik untuk kualifikasi kader
jumantik dan tidak adanya pelatihan secara
menyeluruh terhadap petugas pelaksana.
Pendanaan untuk anggaran peralatan diputus
pemerintah karena pandemik covid sehingga
berdampak pada peralatan yang digunakan kader
jumantik saat pelaksanann kurang menunjang
kegiatan. Metode yang digunakan saat pelaksaan
denhgan turun langsung kerumah warga dua kali
seminggu untuk kader jumantik dan adanya buku
petunjuk teknis, sasaran dalam pelaksanaan
ditentukan pada 7 lebih banyak dilakukan pada
pemukiman warga dan sampel target yang
ditentukan hanya terrealisasi 31 sampel. Masih
banyaknya kendala dan hambatan dalam
pelaksanan hal ini disebabkan karena terdapat
kendala terhadap laporan yang dikirim ke
puskesmas sering terlambat dan mepet waktu,
kendala dalam pelaksanaan adanya masyarakat
yang tidak bisa berkerja sama dengan petugas
tidak membukakan pintunya saat petugas datang,
banyak rumah kosong. Hambatan saat pandemik
kegiatan tidak bisa dilaksanakan dengan optimal.
3. Pengawasan
Pada pengawasan dinilai belum cukup optimal,
pengawasan langsung dilakukan dari petugas
puskesmas dan lintas sektor terkait pada hari jumat
bersamaansaat jumbling berdasarkan jadwal
wilaya. Namun Pengawasan pengendalian
pembuat laporan masih terjadi masalah kader
jumantik masih tidak jujur dengan penemuan
jentiknya sehingga laporan kader jumantik
berbeda apabila dengan laporan petugas kesehatan
yang terlihat dari hasil rekapitulasi hasil kegiatan
PSN petugas kesehatan ABJ 91% masih dibawah
angka target.

6.2 Saran
6.2.1 Saran Bagi Puskesmas Cempaka Putih
Barat

1. Disarankan pada pihak puskesmas agar dapat


memikirkan merencanakan program
memberikan pelatihan kepada masyarakat
agar dapat menjadi jumantik mandiri.
2. Disarankan pada pihak penanggung jawab
puskesmas untuk memberikan pengadan
pelatihan untuk semua petugas secara
menyeluruh hal tersebut dilakukan agar
untuk peningkatan keterampilan dan
pengetahuan petugas dalam menjalankan
kegiatan tersebut dan perlu adanya sanksi
tegas bagi masyarakat yang tidak patuh akan
kegiatan tersebut hal ini dilakukan agar
kegiatan berjalan dengan optimal sehingga
terrealisasi target yang diharapkan dan kasus
infeksi dengue tidak ada lagi.

6.2.2 Saran Bagi Kelurahan Cempaka Putih


Barat
1. Disarankan pihak penanggung jawab
kelurahan untuk mengganti kader jumantik
yang sudah berusia sepuh dan menyeleksi
petugas kader jumantik dengan mengambil
petugas yang masih berumur produktif
kemudian petugas memiliki kemampuan
bersosialisasi dengan baik. Hal ini
dikarenakan untuk menunjukan peningkatan
yang optimal dalam kegiatan tersebut
dibutuhkan kader jumantik yang berkualitas
karna mereka yang bertugas setiap hari dan
dekat dengan masyarakat dan
mengupayakan dana sementara untuk
membeli dan melengkapi prasarana
peralatan yang diperlukan dalam kegiatan
PSN dan PJB sehingga kegiatan dapat
berjalan dengan baik
2. Disarankan kepada pihak penangung jawab terkait,
perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap kegiatan
yang dilakukan jumantik, perlu adanya kaderisasi dan
diberikan sanksi bagi petugas kader jumantik yang
tidak disiplin mengerjakan tugasnya hal ini untuk
memberi peringatan bagi kader jumantik untuk
optimal mengerjakan tugasnya karena keberhasilan
kegiatan tersebut bergantung pada kinerja jumantik
setiap h

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Khoiri, A., & Indriaswati, D. K. (2017).


Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Demam
berdarah Dengue Tahun 2015 (Perbandingan Antara
Puskesmas Patrang dan Puskesmas Rambipuji
Kabupaten Jember). IKESMA, 12(2).
Amir, y. (2014) Penerapan Manajemen Dalam
Puskesmas di unduh tanggal 24
agustus2022.https://Fwww.academia.edu%2F1170
2866%2FPenerapan_Fungsi_Manajemen_POACE
_pada_Puskesmas&usg=AOvVaw0RHWelcT1dbs
Zj2lbRpsrA
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan
(6th ed.). Bina Rupa Aksara.
Edi Suharto, 2014, Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan
Sosial), PT.Refika Aditama
Faizah, A., Suryawati, C., & Fatmasari, E. Y. (2018).
Evaluasi pelaksanaan program pengendalian
penyakit demam berdarah dengue (P2DBD) di
Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
6(5), 13–25.
Hidajat, D. D. I. (2018). Peranserta Masyarakat
dalam Upaya Pencegahandan Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue: Kasus di
Jakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Indonesia.
Hadinegoro, dkk. (2018).Pedoman Diagnosis dan Tata
Laksana Infeksi Virus Dengue Pada Anak. UKK
Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Irianto, K. (2018). Bakteriologi, Mikrobiologi dan
Virologi: Panduan Medis dan Klinis. Alfabeta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017).
Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan
Angka Obesitas (GENTAS). Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Modul
Penanggulangan Dan Pencegahan Demam
Berdarah. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kusumo, R. A., Setiani, O., & Budiyono, B. (2014).
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Semarang Tahun
2011 (Studi di Dinas Kesehatan Kota Semarang).
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 13(1).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, Pub. L. No. 43 (2019).
Muninjaya, A. A. G. (2015). Manajemen Kesehatan.
EGC.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta.
N.Frida (2019).Mengenal Demam Berdarah Dengue.
Semarang : Alprin. ISBN: 978-623-263-480-0
Rahayu, T. (2012). Evaluasi Pelaksanaan Program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Ketapang 2 (Studi di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin
Timur Propinsi Kalimantan Tengah). Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro,
1(2), 18790.
Sari, Yunita Manda. 2013. Evaluasi Pelaksanaan
Program Pemberantasan DBD (P2DBD) di
Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar.
JURNAL MKMI, Juni 2013
Shobry, M. N. (2016). Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Pelaksanaan Program Urban
Farming di Kabupaten Gresik. Universitas
Airlangga.
Henry Simamora, 2016, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Gramedia, Jakarta.
Siswanto, & Usnawati. (2019). Epidemiologi Demam
Berdarah Dengue. Mulawarman University Press.
Susmaneli, H., Yuliastri, M., & Auzar, U. K. (2021).
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue (P2DBD). Al-Tamimi Kesmas:
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of
Public Health Sciences), 10(1), 31–45.
Tairas, S. (2015). Analisis pelaksanaan pengendalian
demam berdarah dengue di Kabupaten Minahasa
Utara. Jikmu, 5(1).
Taufiqurokhman (2016). Konsep Dan Kajian Ilmu
Perencanaan.Jakarta Pusat:Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik. Univ. Prof. Dr. Moestopo
Beragama.
Umbara, B., & Raviola, R. (2020). Analisis
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit
Demam Berdarah Dengue (P2dbd) Di Wilayah
Kerja Upt Puskesmas Bengkalis Kabupaten
Bengkalis Tahun 2020. PREPOTIF: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(2), 217–227.
Vollman, K. M. 2010. Introduction to progressive
mobility. Critical care nurse, 30(2), S3-5.
doi:10.4037/ccn2010803
World Heath Organization. (2021). Dengue and severe
dengue.Di unduh pada 15 februari 2022 di
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/dengue-and-severe-dengue
World Heath Organization. (1999). Demam Berdarah
Dengue. Yasmin, Asih 2016. Jakarta:EGC
ISBN:979-448-474-1
Wekaadigunawan, S.S. Cri, dkk. (2020). Pencegahaan
Demam berdarah di Tengah pamdemic.
Wibowo. (2017). Manajemen Kinerja. Raja Grafindo
Persada.
Westra, Pariata (2014). Ilmu Administrasi. Yogyakarta.
Liberti
Yohan, B (2018). Demam Berdarah Dengue:
Problematika Interaksi Virus, Penjamu dan Vektor
Zaputri, R., sakka, ambo, & paridah, paridah. (2017).
Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (Dbd) di Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 2(6).
Zumroh. (2015). Evaluasi Pelaksanaan Surveilans
Kasus Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas
Putat Jaya Berdasarkan Atribut Surveilans. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 3(1), 82–94.
Z. zeng et al., (2021). Global,regional, and national
dengue burden from 1990 to 2917: A asystematic
analysis based on the global burden of disease
study.
http://https//www.journals.elsevier.com/eclinicalm
edicine

Lampiran 1
Daftar Singkatan

ABJ : Angka Bebas Jentik


BOK : Bantuan Oprasional Kesehatan
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBDN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
CFR : Case Fatality Rate
DBD : Demam Berdarah
Dinkes : Dinas kesehatan
DKI : Daerah Khusus Ibukota
FGD : Focus Group Discussion
IR : Incidence Rate
IEC : Internasional Electrotechnical Commission
KLB : Kejadian Luar biasa
PP : Pengendalian Penyakit
PJB : Pemantuan Jentik Berkala
PJ : Penanggung Jawab
PL : Pengendalian Lingkungan
PSN : Pemberantasan sarang Nyamuk
P2DBD : Pencegahaan Penyakit Demam Berdarah
Dengue
SDM : Sumber Daya Manusia
SOP : Standar Operasi Prosedur
TTU : Tempat-Tempat Umum
TPA : Tempat Pemrosesan Akhir
WHO : World Health Organization

Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED
CONSENT) INFORMAN
GAMBARAN IMPLEMENTASI KEGIATAN PSN
DAN PJB PADA PROGRAM PENCEGAHAN
INFEKSI DENGUE DI PUSKESMAS KEL.
CEMPAKA PUTIH BARAT
Informan Yang Terhormat,
Perkenalkan, Nama saya Linda Fratiwi, Mahasiswi
program S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul. Saat
ini saya sedang melakukan penyusunan skripsi “
penelitian mengenai " Gambaran Implementasi
Kegiatan PSN Dan PJB Pada Program Pencegahan
Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel. Cempaka Putih
Barat.
Kami meminta kesediaan bapak/ Ibu secara sukarela
untuk menjadi Informan dalam penelitian ini, hasil
dari penelitian ini sangat tergantung pada informasi
yang didapatkan dari Bapak/ Ibu sebagai Informan.
Untuk itu diharapkan Bapak/ Ibu dapat berpartipasi
dengan memberi jawaban dengan sejujurnya dan apa
adanya. Tidak ada penilaian salah/ benar terhadap
jawaban yang diberikan, jawaban yang diberikan
sangat penting untuk penelitian ini. Jawaban yang
diberikan tidak mempengaruhi penilaian kehidupan
Bapak/ ibu sehari-hari. Bapak/ ibu berhak untuk
menolak menjawab pertanyaan atau tidak tersedia
sebagai informan bila tidak menginginkannya.
Mohon ibu/ bapak menandatangani form di bagian
bawah ini bila bapak/ ibu setuju sebagai informan atau
sumber informasi.
Saya …………….dengan ini menyatakan bersedia/
tidak untuk menjadi informan atau partisipan dalam
kegiatan penelitian ini
Hormat
saya,
Jakarta, 2022
Nama dan TTD

Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN IMPLEMENTASI KEGIATAN PSN
DAN PJB PADA PROGRAM PENCEGAHAN
INFEKSI DENGUE DI PUSKESMAS KEL.
CEMPAKA PUTIH BARAT TAHUN 2021

A. Identitas Informan
1. Inisial Nama Informan :
2. Unit Kerja Responden :
3. Jabatan :
4. No telpon
B. Petunjuk Pelaksanaan Wawancara Mendalam
1. Perkenalan dan ucapan terima kasih kepada
informan
2. Wawancara direkam menggunakan recorder dan
dicatat oleh peneliti untuk membantu ingatan
peneliti penjelasan maksud dari wawancara ini
adalah menggali informasi yang sedalam-
dalamnya mengenai Gambaran Implementasi
Kegiatan PSN dan PJB Pada Program
Pencegahan Infeksi Dengue Di Puskesmas Kel.
Cempaka Putih Barat Tahun 2021
3. Informan bebas memberikan jawaban dan
komentar karena sangat bernilai, jawaban tidak
ada yang salah dan benar, karena wawancara ini
hanya untuk kepentingan tugas akhir peneliti
C. Pokok bahasan

I. Pertanyaan Variabel Perencanaan


1. Bagaimana alur perencanaan program PSN dan
PJB di Puskesmas Cempaka Putih Barat?
Prob: Berarti alurnya sudah sesuai
2. Bagaiaman perencanaan yang ditinjau dari
perencanaan SDM, Perencanaan pembiayaan
sarana dan metode ?
II. Pertanyaan Variabel Pelaksanaan
1. Berapa jumlah SDM dalam perencanaan
program PSN dan PJB di Puskesmas Cempaka
Putih Barat?
Prob: Dengan kadernya
2. Apa ada kualifikasi untuk menjadi tenaga
SDM program PSN dan PJB di Puskesmas
Cempaka Putih Barat ?
2. Apakah ada pelatihan yang diberikan tenaga
SDM?
Prob: Apakah sumber daya memiliki
kemampuan khusus
3. Darimana sumber dana untuk program PSN
dan PJB di Puskesmas Cempaka Putih Barat?
Prob: alokasinya bagaimanaa
4. Bagaimana sarana yang digunakan untuk
kegiatan program PSN dan PJB di Puskesmas
Cempaka Putih Barat?
Prob: Kulaitasnya bagaimana?
5. Dariman acuan metode yang digunakan untuk
kegiatan program PSN dan PJB di Puskesmas
Cempaka Putih Barat?
Prob: Apakah sudah sesuai metode acuannya
? Sesuai ya, terus apa saja kebijakan dalam
perencanaan program kegiatan PSN dan
PJB di puskesmas cempaka putih barat
6. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan PSN dan
PJB di Puskesmas Cempaka Putih Barat?
Prob :Dimana saja sasaran pelaksanaan?
7. Apa kendala atau hambatan dalam
melaksanakan program PSN dan PJB di
puskesmas Cempaka Putih Barat?
III. Pertanyaan Variabel Pengawasan
1. Apakah dilakukan Pengawasan kegiatan
program PSN dan PJB di Puskesmas Cempaka
Putih Barat?
Prob: Siapa yang melakukan pengawasan
2. Apa target yang ingin dicapai dari program
pemberantasan PSN dan PJB di Puskesmas
Cempaka Putih Barat?

Lampiran 4

GAMBARAN IMPLEMENTASI KEGIATAN PSN


DAN PJB PROGRAM PENCEGAHAN INFEKSI
DENGUE DI PUSKESMAS KELURAHAN
CEMPAKA PUTIH BARAT
PANDUAN PERTANYAAN FOCUS GROUP
DISCUSSION (FGD) UNTUK KELOMPOK
KADER

Nama Peserta :

1. 4.
2. 5.
3.

Waktu Pelaksanaan :
Tempat Pelaksanaan :
Penelitian :
Pertanyaan Focus Group Discussion (FGD)
l. Pertanyaan
1. Apa ada kualifikasi khusus yang dimiliki menjadi
kader ?
Prob: seperti umur harus berapa ? pendidikan
sampai mana?
2. Apakah ada pelatihan yang diberikan kader
jumantik untuk menjadi petugas kegiatan PSN dan
PJB di kel. Cempaka Putih Barat ?
Prob: Berarti selama menjadi kader jumantik tidak
ada pelatihan ?
3. Apakah diberikan isentif jadi kader jumantik
dalam pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB di Kel.
Cempaka Putih Barat ?
Prob: dikasihnya per bulan atau bagaimana
4. Apakah sarana yang digunakan petugas kader
jumantik dalam pelaksanaan kegiatan PSN dan
PJB di Kel. Cempaka Putih Barat?
Prob: Kualitasnya bagaimana?
5. Bagaimana metode yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan PSN dan PJB di kel.
Cempaka Putih Barat?
Prob: Metodenya sudah dijalankan?
6. Kapan waktu pelaksanaan dan diamana sasaran
pelaksanaan kegiatan PSN dan PJB di kel.
Cempaka Putih Barat?
Prob: kegiatan juga sama dengan PJB?
7. Apa kendala dalam pelaksanaan kegiatan PSN dan
PJB di kel. Cempaka Putih Barat?
Prob: hambatanya apa saja?
8. Apa target dan capian dalam pelaksanaan kegiatan
PSN dan PJB di Kel. Cempaka Putih Barat ?
Prob: seperti apa solusinya
9. Bagaimana pengawasan dalam pelaksanaan
kegiatan PSN dan PJB di kel. Cempaka Putih
Barat ?
Prob: Bentuk pengawasanya
Lampiran 5

Rekapitulasi hasil kegiatan PSN di


Puskesmas Kel. Cempaka Putih Barat
tahun 2022

Hasil kegiatan petugas kesehatan


Hasil Rekapitulasi kegiatan PSN dari kelurahan
yang dikerjakan kader jumantik
1

Lampiran 6

MATRIKS WAWANCARA
PERTANYAAN INFORMAN INFORMAN UTAMA INFORMAN
KUNCI PENDUKUNG

(IK) (IU) (IP)

Bagaimana Kalau untuk Untuk alur dan perencanaan


perencanaan Program PSN kegiatan PSN itu memang
program PSN dan dan PJB ini sudah di usulkan setiap
PJ di Puskesmas kan selalu tahunnya di RUK untuk
Cempaka Putih masuk ke kegiatan PSN eee. Kegiatan
Barat? RUK PSN itu anggaranya ada di
(Rencana kantor kelurahan ee
Usulan Kerja) berbentuk honor kader
tahunan, terus jumantik. Kegiatan fogging
juga masuk itu sendiri dianggarkan tapi
nanti setiap tetap di puskesmas
bulananya itu kecamatan, jadi untuk
di monitor puskesmas kelurahan itu
lewat ee RPK hanya melakukan kegiatan
(Rencana PSN
Pelaksana
Kerja),
kemarin
terkait dengan
covid sempat
tutup, gak
jalan kegiatan
jumantiknya,
jadi harus
jumantik
mandiri
kemudian ini
covid mulai
turun mulai
jalan lagi

Bagaiaman kalau SDMnya kan sesuaiKalau untuk perencanaan


perencanaan dengan SDM yang ada iyaSDM itu kita merencanakan
kegiatan PSN dan kan SDM nya iya petugas darisatu orang jumantik ituu
PJB ditinjau dari puskesmas, jadi di tiap tiapditaruh untuk satu RT, jadi
perencanaan kelurahan itu kita ada petugasdisini ada 165 RT ditambah
SDM,Pembiayaan, pemegang program DBD nyasatu koordinator
sarana metode satu orang satu PJjumantiknya, SDM itu kita
yang direncanakan programnya kayak begituu,buatkan surat keputusan dari
? terus kalau untuk anggaranlurah, untuk perencanaan
kita tidak pakai anggarananggaran honornya itu satu
karena sifatnya kitaorang lima ratus ribu, sesuai
monitoring PSN bukan apaperda ya itu ada di perda 6
namanya ee kayak jumantiktahun 2007, perencanaan
yang ada dikelurahan, kalauanggran sudah dua tahun
untuk sarana, anggarannyasemenjak pandemik itu ada
dipuskesmas itu kitarefocushing anggaran untuk
menganggarkan abate tapi ituperalatan yang digunakan
bukan untuk jumantik karenajumantik terdiri dari ee
jumantik itu ranahnya keseragam, alatkerjanya itu
kelurahan, kalau puskesmassenter, topi dan tas gitu,
akan menggarkan untukkemudian ee awalnya ada
petugas dan untuksatu lagi tambahan anggaran
monitoring, kita juga punyauntuk ee abate tapi karena
sarana yang kita anggarin”abate puskesmas
(IU) menganggarkan juga maka
itu sudah menjadi apa
namanaya ee tumpang tindih
anggaran iya, makanya dari
kelurahan itu di hapus nah
sekarang jadi tanggung
jawab puskesmas untuk
abatenya, kalau untuk
perencanaan sasaranya itu
targetnya 50 rumah,
perencanaan dalam
metodenya langsung sih
terjun kemasyarakat

Berapa jumlah Untuk Kalau dari Puskesmas Di cempaka putih barat


SDM dalam pemegang kelurahan punya 1 orang PJ sendiri itu ada beberapa
perencanaan program dari kesling yaitu pemegang kader dari masing-masing
program PSN dan infeksi dengue P2DBD (Program RT itu satu kemudian ada
PJB di Puskesmas itu ada Pengendalian Penyakit korwil ditambah korwil eee.
Cempaka Putih dibagian Demam Berdarah Dengue) Satu RW satu jadi disini itu
Barat? surveilan dan dibantu oleh perawat ada 152 RT ditambah korwil
kemudian ee bagian surveilan itu untuk ee 13 jadi sekitar seratus jadi
yang utama laporan kegiatannn. Untuk berapa itu 165, iya kadernya
memang dari kegiatan PSN sih kita biasa
keslingnyaaa, turun bersama kepala
kalo dokternya puskesmas dibantu jugaa
karena ada dari petugas kesra kesling
saya karena kelurahan dan kader
kebetulan jumantik serta petugas dari
disini ada kantor kecamatan
dokter
internshipnya
juga

Apa kualifikasi Untuk Tidak ada kualifikasi. Secara kualifikasi itu ee


untuk menjadi kualifikasi masyarakat yang mau diajak
tenaga SDM khususnya kerja sama untuk eee
kegiatan PSN dan dari bagian program PSN ini gitu
PJB di Puskesmas kesling ya terutama yang ee mau
Cempaka Putih memang ini mensosialisasikanbagaimana
Barat ? kan kita kan pemberantasan sarang
ikutin dari ee nyamuk ini ke warganya
apa namanya
kualifikai dari
puskesmas
kecamatan iya
ituu jadi untuk
yang megang
kualifikasinya
D3 yaa
kesehatan
lingkungan ya
Apakah ada Untuk Kalau untuk ee dari Untuk pelatihan khusus sih
pelatihan untuk pelatihan sih puskesmas sendiri untuk eee tidak ada hanya kita
petugas kegiatan belum ada spesifik PSN nya sih tidak sosialisasi saja di kelurahan,
PSN dan PJB ? iyah, gak ada pelatihan tapi kalau untuk kemampuan yang
wajib seperti untuk pelatihan P2P atau secara ee apa ekslusif sih
Prob: Apakah ada itu, iyaa zonotik itu lebih biasanya ke tidak ada iya, terus
kemampuan secara memang kan surveilans kemampuan untuk
spesifik kalo kesling sosialisasi aja sih mbk,
dari pas dia seperti ngobrol dengan
dah lulus dari warganya yang diperiksa
seorang
sanitarian
harus paham
kan apa yang
harus
dikerjakan.
Dari bagian
keslingnya
atau juga dari
sudin ada
refresing ee
kader dan juga
petugas
kesling yang
secara rutin

Darimana sumber Klo sumber Hmm, dari BULD kalau alau Sumber dananya itu dari
dan alokasi dana dana untuk pendanaan dari puskesmas APBD sendiri sih mbk,
untuk program kegiatan PSN mendanakan untuk abate, kalau alokasi dana itu kita
PSN dan PJB di yang paling tapi kalau untuk alat-alat berikan setiap 3 bulan sekali
Puskesmas besar untuk kebutuhan kader jumantik itu jadi per tri wulan ya mbk,
Cempaka Putih bayar honor dari kantor kelurahan. Pada untuk dana sendiri itu ee
Barat? kader, sumber- saat pandemik pendanaan setiap kader diberi honor
sumbernya untuk peralatan kit PSN 500 ribu perbulan
dari kantor pernah diputus pemerintah
kelurahan, namun untuk abate tetap
terus kalo berjalan. Kalau jumlah dana
untuk abate nya sih saya kurang tau
memang dari
puskesmas
kecamatan
masuk ke dana
BULD (Badan
Layanan
Umum Daerah
Bagaimana sarana kalo sarana Iyaa kadang kader jumantik Untuk sarana itu di bagi kan
yang digunakan peralatan yang dikasih alat-alat KIT PSN satu kader satu mbk. Jadi
untuk kegiatan digunakan dan senter, nah itu sudah sekitar 165an, satu kader
program PSN dan kader tidak disediakan lagi. Kalo satu senter, ada seragam
PJB di Puskesmas jumantik misalnya dari kelurahan juga kita butuhkan, alat
Cempaka Putih berasal dari kemarin putus karena untuk pengukur dan tas.
Barat? kelurahan. peralatan jumantik kit PSN, Alhamdulilah untuk sarana
Kita abate tetap berjalan. Sudah sih cukup baik namun kedua
nyediakan dua tahun para jumantik tahun ini setelah masuk
cuma abate, tidak di fasilitasi untuk pandemik anggarannya
sementara penggunaan peralatanya, diputusin sih
kalo saya ikut seharusnya setiap tahun
Jumbling dapat baru
(Jumat Bersih
Lingkungan)
peralatannya
sudah cukup
Darimana acuan Itu kan ada Metode yang digunakan Metodenya kita turun
metode yang pedoman yang terbaru itu kan dari langsung mbk jadi per
digunakan untuk pelaksanaan instruksi gubernur No. 121 jadwal setiap hari selasa dan
kegiatan PSN dan dan setau saya juga ada dari jumat. Acuan yang
PJB di Puskesmas pemberantasan PERDA no 6 tahun 2017 digunakan berdasarkan
Cempaka Putih DBD dari instuksi gubernur, kalau
Barat? Pemprov DKI yang terbaru itu ada
jakarta, disitu optimalisasi kegiatan PSN
yang dipakai di insekda no 121 tahun
yang itu tuh 2021
yang terakhir
berapa tuh
yang nomer
121 tahun
2021 yah
Kapan waktu “Dua kali Di semua lokasi kelurahan Pagi hari selasa dan jumat di
pelakasnaan dan seminggu Cempaka Putih Barat, kelurahan, sasarannya yang
sasaran kegiatan sekali keliling sasaran kita ini ada rumah paling utama eeee
PSN dan PJB di 50 rumah tangga, TTU (Tempat- menurunkan angka DBD
kel. Cempaka untuk kader, Tempat Umum) POS yante, bukan menurunkan lagi sih
Puith Barat ? untuk petugas fasilitas olah raga. Kalo mbk, sebetulnya kita mau
20 rumah gitu, misalnya eee dari kelurahan mengenolkan ee angka
terus kalo kader jumantik itu mereka kasus DBD yang ada di
nanti supervisi targetnya 50 rumah sekali wilayah Cempaka Putih
dari turun, kalo kita dari petugas Barat. Jadi dalam satu
puskesmas puskesmas cuma 20 rumah minggu itu harus bisa
kan 1 kali doang sekali turun. Pada hari terpantau semua rumah yang
seminggu selasa dan jumat ada di RT itu
pada hari
jumat dan
jumat keliling
itu nanti
ngikut jadwal
dari
kelurahaan.
PJB sama
kayak PSN
jadi iya angka-
angka ABJ itu
kan priodenya,
PJB itu
akumulasi dari
kegiatan PSN
yang
dikerjakan
setiap hari itu,
PSN kayak ee
rutin daylinya,
Sasaranya
semua wilayah
harus tercover
tidak boleh
nggk
Apa kendala dan Kalo kendala Ada ya, misalnya tadi itu ada Kendalanya seperti tadi ada
hambatan tadi linda sebagian kader yang tidak warga yang rumahnya susah
pelaksanaan ngerasain rutin melaporkan penemuan untuk dikunjungi dari situ
kegiatan PSN dan sendiri yah, jentik, mungkin dari segi sih kita sosialisasikan untuk
PJB di Kel. susah diketok disiplin dan umur kader juga eee PSN mandiri jadi
Cempaka Putih gitu pintu ya, Kendala ya paling warga dilaporkan foto bak mandi
Barat? rumah nya, yang sulit dikunjungi kemudian dispenser,
mungkin ada rumahnya,. Kendala pada tanaman, terus ada lagi tadi
kader yang PJB paling sama iyaa dengan penampungan penampungan
gak bisa PSN warga yang susah untuk air AC, kulkas itu
disiplin bukain pintu dan acuh begitu dilaporkan ke group RW
laporan yang saja atau RT masing masing
dikirim terlalu
mepet dan
suka dadakan
laporan rutin
nya, warganya
yang belum
tau
pentingnnya
ngecek sarang
nyamuk gitu
terus minta di
fogging. Sama
di rumah
kosong dan
rumah-rumah
yang
ditinggalin
penghuninya.
Kalo
hambatanya
sekarang sih
terutama
terkait dengan
masa
pandemik ini.
Nanti yang di
andalkan
adalah
pelaporan
lewat jumantik
mandiri yang
di cek foto-
foto dikirim
ke kader
jumantiknya
dari RT nya
Apakah dilakukan Jadi yang kalo dari puskesmas itu kita pembinaan itu terjun
Pengawasan melakukan biasanya dari surveilans atau langsung ke lapangan bahwa
kegiatan PSN dan pengawasan kesehatan lingkungan, terus benar adanya seperti ini
PJB di Puskesmas dua-duanya kalo dari kelurahan itu pak makanya dari situ, nah kita
Kel. Cempaka dari lurahnya langsung atau kan tidak mungkin setiap
Putih Barat? puskesmas mungkin dari kesra kesling hari terjun langsung
dan dari kesra kantor kelurahan sama kebawah iya makanya kita
kesling kantor kecamatan juga seperti itu, perlukan adanya kader yang
kelurahan. ada dari kesra kesling kantor aktif ee apa, kita juga kalau
Bentuk kecamatan dan pak turun pasti koordinasinya
pengawasan camatnya, habis itu kan pada RT setempat karna apa
langsung direkap lagi sama surveilans
pendampingan kecamatan, laporan PJB
jadi kita lihat setiap tiga bulan jadi nanti
ini sama yang diawasin surveilans
kayak kemarin kecamatanya
linda turun
saat itu, terus
juga laporanya
juga direview
sama kalau
tidak ada
rapat-rapat,
kemudian ada
rapat tahunan
yaa.
pengawasan
pengendalian
bikin laporan
oleh atasan
surveilans
kecamatan

Apa target dan Angka bebas


capaian dalam jentiknya Hmm jentik berkala kurang
pelaksanaan tercapai dari ya, karena ada batasannya
kegiatan PSN dan 95%. juga ya. Itu dia kenapa ABJ
PJB di Kel. CPB? Harusnya petugas kader itu 95%
kader yang padahal setiap saya turun
tidak disiplin pasti ada jentik. Kalau
ngelaporin, petugas yang turun pasti
diganti kali. nemu jentik kalau kader
Justru kalau yang turun tidak nemu jentik
ketemu jentik
dia harusnya
dapat reward
kan

PLALAertanyaan Jawaban

Lampiran 7

MATRIKS FGD

Perencanaan Jawaban

Apa ada kualifikasi I1:Kayaknya tidak ada kualifikasi


khusus yang dimiliki
menjadi petugas kader I4:Kita ke sukarela saja sih mbk, kita sosialiasi ya
jumantik di Kel. I5: Gak ada lah, kadang kita sharing kayak gini aja mbk
Cempaka Putih Barat ?
I2:Karna kan senter jentik doang, karena kita haru fokus
ke tempat-tempat yang ada jentiknya
Prob: seperti umur harus I3: Iya, tidak ada harus tamat SMA, kuliah, umur harus
berapa ? pendidikan berapa gak ada juga
sampai mana?

Apakah ada pelatihan I2 : Pelatihan tidak ada, sosialisasi saja kayak tadi
yang diberikan kader
jumantik untuk menjadi 11: Kayak tadi habis ngezoom juga gtu, buat penyegaran
petugas kegiatan PSN dan aja kita suka lupa-lupa biar lebih semangat lagi
PJB di kel. Cempaka begitu
Putih Barat ? I3 : Paling pertemuan untuk sosialisasi

I4 : Ada sosialisasi sebelum ada PPKM (Pemberlakuan


Pembatasan Kegiatan Masyarakat) begini

Apakah diberikan isentif I3: Di kasih


jadi kader jumantik dalam
pelaksanaan kegiatan I4: Honor
PSN dan PJB di Kel. I1: Dikasi tapi dari kantor kelurahan
Cempaka Putih Barat ?
I5: Kita ada komisi

I2: Nanti diakhir tahun kita ada bonus tapi dengan syarat
kaloo kasus DBD Nol
I5: Pernah dibayarin tiga bulan sekali

I4: Sama pernah ngerasain gaji tiga bulan gitu


I3: 13 RW ini mendapingi kader jumantiknyah, gerbek
nah gerbek PSN namanya, itu yang eranya tahun
200an begitu eee tahun

Apakah sarana yang I2:Kalo dari puskesmas itu kadang abate, abate dapat
digunakan petugas kader cuman kayak senter, kaos. Aduh udah lama aku
jumantik dalam enggak dikasih mbak sampai bolong-bolong, makanya
pelaksanaan kegiatan beli sendiri
PSN dan PJB di Kel.
Cempaka Putih Barat? I3:Senter, kaos, alat pencatat, tiga tahun ini memang
engga ada, itu udah enggak dapat lagi

I1:Dapat papan jalan, dari kelurahan senternya juga udah


gak bagus ya

I2: Cuma ini mbak yang kurasakan alat pendukung kita


kerja kaya senter, kaos, kemarin kita beli sendiri

I4: Belum, sampai saat ini belum, nah ini kan sedang
pandemik tiga tahun

I5: Iyaa kayak alat pendukung enggak ada senter terus


kaos sampai buluk-buluk gak karuan

Bagaimana metode yang I4: Metode nya dari rumah ke rumah pasti
digunakan dalam
melaksanakan kegiatan I2: kan udah rutin setiap hari selasa dan jumat
PSN dan PJB di kel. I3: Iya, kalau wilayahnya lockdown RW nya bilang
Cempaka Putih Barat ? lockdown berarti kita enggak bisa masuk.

I2: Kan kita punya SK dari kelurahan yang diperbaharui


setiap tahun, nanti itu dibawa untuk laporan ke RW
dan RT untuk kegiatan PSN.

Kapan waktu pelaksanaan I2: Selasa sama jumat


dan sasaran kegiatan PSN I1:Seminggu dua kali, Pemukiman, perkantoran,
dan PJB di kel. Cempaka pendidikan sekolah ya, terus, TTU (Tempat-
Putih Barat? Tempat Umum), fasilitas kesehatan, pengolahan
makanan, itu yang kita periksa.
13: Di wilayah kelurahan, asaran itu kalo aku lihat
sihhh paling 7 tatanan itu ya perumahan,
perkantoran, sekolah, tempat wisata, olah raga dan
fasilitas kesehatan.
I4: Kelurahan kita tempat pelaksanaanya
I5: Kegiatannya juga sama dengan Pemangtuan jentik
Apa kendala dan I4: Kendala kalo di wilayah sama warganya, ada yang
hambatan dalam gampang bisa dikunjungi rumahnya
pelaksanaan kegiatan
PSN dan PJB di kel. I1: Banyak yang tidak mau dikunjungi mbak, yaitu ada
Cempaka Putih Barat warga yang tidak bersedia

I5: Kayak kemarin kita jalan susah dibukain pintu

I2: Masih sama iya hambatanya, Non sewo mbak alat


banyak yang rusak, kaos sudah buluk
semua,makanya saya ngomong mbk intan masalah
senter senjatanya senter udah pada rusak.

I1: Apa lagi selama pandemik banyak yang tidak mau


bukain pintu,

I3: Dilakukan fogging tapi gak dibukain rumahnya

Apa target dan capian I4: Bebas DBD tapi kesadaran masyarakatnya masih
dalam pelaksanaan kurang mbak
kegiatan PSN dan PJB di
Kel. Cempaka Putih Barat I2:Yang tadi itu sih masing-masing wilayah kita gak ada
? DBD, pada nol semua

I1: Pencapain seratus gitu aja kita kan gak boleh


dibawah 95 %, ini aku udah 97%, pernah 96%,
dibawah 95% juga belum pernah
I3:Karena kalau misalnya 95% kebawah kan dikasih
penyuluhan begini, kondisinya begitu mba
Bagaimana pengawasan I3: Dari puskesmas dari kelurahan, ikut terun ke wilayah
dalam pelaksanaan
kegiatan PSN dan PJB di I1: Jadi ngasih arahan juga ke warga gitu, ngikutin kita
kel. Cempaka Putih I2: Ada bergantian dilakukan pengawasan sekaligus
Barat? jumbling itu kan, dari kelurahan juga mbak secara
bergiliran, cuma gak ngumpul. Kita langsung keliling
saja, biasanya seremonial ngumpul gitu, kan
sosialisasi

I1: Sesuai RW ya, RW 1 jumat besok RW 2 jumat besok


RW 3, kalo aku di wilayah ku sendiri, di RT ku jumat
besok RT mbk ismi

I4: Sempat off iya, sempat off iya

I5: Cuman pemantuan aja di Wa aja di group paling,

I2: Sempat lagi tinggi-tingginya gak boleh

Lampiran 8

Lembar: Observasi Checklist


Variabel Elemen ya Tidak Keterangan

Pelaksanaan Dilakukan ü Observasi lapangan dilakukan 3x


kegiatan PSN pemeriksaan PSN kunjungan pada kegiatan PSN dan
dan PJB di Kel. dan PJB pada 7 PJB di Kel. Cempaka Putih Barat
Cempaka Putih tatanan di Kel.
Barat Cempaka Putih
Barat
Pelaksanaan Terdapat kendala ü Kendala pada warga yang kurang
kegiatan PSN pada saat observasi sadar akan pentingnya kegiatan
dan PJB dilapangan PSN, petugas tidak dibukakan pintu
rumah dan warga yang menolak
rumahnya di lakukan pemeriksaan

Pelaksanaan Terdapat sarana ü Sarana atau senter yang digunakan


kegiatan PSN yang kurang para petugas sudah tidak berfungsi
dan PJB efektif/ tidak layak dengan baik untuk menerangi
tampungna air yang tidak ada
penerangan

Pengawasan Dilakukan ü Pengawasan dilakukan satu kali


PSN dan PJB pengawasan seminggu pada hari jumat dengan
kegiatan PSN dan lintas sektor terkait
PJB
ü
Dilakukan Tidak dilakukan pengawasan rutin
Pengawasan pada satu wilayah terhadap kegiatan
terhadap kader pelaksanaan PSN dan PJB yang
jumantik dilakukan jumantik
Lampiran 9
TELAAH DOKUMEN

No. Dokumen Tersedia Tidak Uraian


tersedia

Variabel INPUT
a. Dokumen RUK Tersedia a. Rencana usulan kegiatan
puskesmas program Pengendalian
Cempaka Putih penyakit menular demam
Barat Tahun 2022 berdarah dengue
puskesmas Kel. Cempaka
Putih Barat

a. Dokumen Tersedia a. Terdapat kebutuhan sumber


Kebutuhan daya yaitu PJ Program
Sumber Daya DBD, Kader dan lintas
kegiatan PSN sektor terkait
Puskesmas
Cempaka Putih
Barat tahun 2022 b. Ijazah petugas pelaksana
kegiatan PSN dan PJB
b. Dokumen Riwayat merupakan tamatan dari
pendidikan para d3 kesling, s1 kedokteran
petugas dan s1 kemsmas,

c. Dokumen sumber 1. Tersedia a. Dokumen


dana kegiatan PSN rincian
di puskesmas kel. pembiayaan
Cempaka Putih kegiatan PSN
Barat Tahun 2022 dan PJB di
puskesmas
kel. Cempaka
Putih Barat

a. Dokumen SOP b. SOP kegiatan PSN


kegiatan PSN di Tersedia (Pemberantasan Sarang
Puskesmas Nyamuk) Di puskesmas
Cempaka Putih kel Cempaka Putih Barat
Barat tertera acuan tentang
pengendalian vektor,
pengendalian penyakit
DBD dan optimalisasi
kegiatan PSN

Variabel Pelaksanaan
ii a. Dokumen jadwal Tersedia a. Jadwal pelaksanaan PSN
. pelaksanaan pada bulan januari sampai
kegiatan PSN dan dengan maret tahun 2022
PJB Cempaka pada hari selasa dan jumat
Putih Barat di Wilayah kerja
Tersedia puskesmas Kel. Cempaka
Putih Baratwaktu dan
tempat pelaksanaan
b. Dokumen petunjuk
beserta petugas
teknis pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan PSN
kegiatan PSN
dan PJB

b. Buku Pedoman petunjuk


teknis kegiatan PSN

ii a. Dokumen Form Tersedia c. Jumlah pemeriksaan 31


i Daftar Kunjungan rumah dan ditemukan
. Rumah Petugas jentik dipenampungan
PSN Kel. Cempaka air dan tempat minum
Putih Barat burung

i a. Dokumen Tersedia a. Laporan hasil kegiatan


v rekapitulasi hasil PSN petugas kesehatan
. kegiatan yaitu capain ABJ 91%
pemberantasan sedangkan laporan ABJ
sarang nyamuk kader jumantik 97%

b. Dokumen Tersedia c. Laporan rekapitulasi hasil


Rekapitulasi hasil kegiatan PSN petugas
kegiatan PSN di kesehatan sebanyak 357
Puskesmas Kel. pemeriksaan dengan ABJ
Cempaka Putih 91%, laporan petugas
Barat kader jumantik 40152
dengan ABJ 97%.

No Sarana kebutuhan kegiatan PSN Layak Tidak Layak Tahun Pembelian


dan PJB
1. 1 Senter ü 2019
2. 2 Alat Pengukur ü 2019
3. 3 Papan Jalan ü 2019
4. 4 Kaos ü 2019
5. 5 Alat pencatat ü 2019

Lampiran 10

Daftar Sarana yang digunakan untuk kegiatan PSN


dan PJB

Lampiran 11

Dokumentasi Foccus group discuttion dengan kader


jumantik
Dokumentasi kegiatan PSN di kel. Cepmaka Putih
Barat

Pengecekan jentik dengan para petugas kesehatan dan


kader jumantik

Dokumentasi Acara Pembukaan Kegiatan PSN


Dengan Lintas Ektor Terkait
1

Anda mungkin juga menyukai