i
Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Periode April 2020 – Maret 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Penguji 1 Penguji 2
(dr. Melda Suryana, M.Epid.) (Dr. dr. A. Aris Susanto,MS, Sp. OK)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah evaluasi program ini. Evaluasi program
ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana,
yang berlokasi di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Evaluasi
program ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengendalian
Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Periode April
2020 – Maret 2021.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan
yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:
1. Dr. dr. Djap Hadi Susanto, Mkes
2. dr. Melda Suryana, M.Epid.
3. Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp. OK
4. dr. Ernawaty Tamba, MKM
5. dr. Julianti Sutanto, M.Kes
6. dr. E. Irwandy Tirtawidjaja
7. Prof. Dr. dr. Rachmadi P, SKM
8. dr. Diana L. Tumilisar
9. Kepala Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
10. Penanggung jawab program pengendalian tuberkulosis, Puskemas Kecamatan
Grogol Petamburan
11. Seluruh pihak yang ikut memberikan dukungan dan bantuan sehingga evaluasi
program ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa mendatang dapat
ditingkatkan lebih baik lagi.
Penyusun
iii
Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode
April 2020 - Maret 2021
Jefri Patriawan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana Email
Korespondensi : patriawanjefri@gmail.com
Abstrak
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit tuberculosis akan menular melalui percikan dahak (droplet) yang
mengandung kuman TB. berdasarkan data dari WHO (World Health Organization), diperkirakan
terdapat 10 juta kasus TB (kasus baru maupun kasus kambuh) pada tahun 2019 dimana sekitar
815.000 diantaranya TB dengan HIV positif. Dari 1,4 juta kasus TB yang meninggal, terdapat
208.000 kasus diantaranya dengan HIV positif. Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua
angka kejadian tuberkulosis di dunia. Berdasarkan data dari WHO tahun 2020, diperkirakan
terdapat 845.000 kasus TB di Indonesia pada tahun 2019. Evaluasi program pengendalian
tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode April 2020 -
Maret 2021 dilakukan dengan membandingkan data cakupan program terhadap tolok ukur yang
telah ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil evaluasi program, didapatkan
dua maslah yang kemudian dijadikan prioritas masalah yaitu, cakupan angka keberhasilan
pengobatan (TSR) tuberkulosis mencapai 11,7% dari target 90% dengan besarnya masalah adalah
87% dan cakupan angka penemuan kasus (CDR) mencapai 67,8% dari target 100%. Besarnya
masalah adalah 32,2%. Penyebab masalah yang ditemukan adalah tidak adanya tenaga berupa kader
kesehatan dibeberapa kelurahan sehingga pelaksanaan tidak berjalan optimal, kurangnya
Kerjasama antar faislitas kesehatan lainnya, kurangnya sosialisasi petugas TB, terhentinya
beberapa kegiatan yang diakibatkan Pandemi COVID-19 sehingga berpengaruh terhadap
keberhasilan pelaksanaan program. Sehingga, jika masalah tersebut dapat diatasi diharapkan dapat
terjadi peningkatan terhadap cakupan program pengendalian TB diperiode yang selanjutnya.
iv
Evaluation of the Tuberculosis Control Program in the working area of
the Grogol Petamburan Puskesmas West Jakarta Period April 2020 -
March 2021
Jefri Patriawan
Faculty of Medicine and Health Sciences, Kristen Krida Wacana University Correspondence
email: patriawanjefri@gmail.com
Abstract
Tuberculosis is an infectious disease caused by the TB germ, namely Mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis will be transmitted through sputum droplets containing TB germs. Based on data
from WHO (World Health Organization), it is estimated that there are 10 million TB cases (new
cases and cases of relapse) in 2019, of which around 815,000 are HIV positive. Of the 1.4 million
TB cases that died, 208,000 were HIV positive. Indonesia ranks the second highest incidence of
tuberculosis in the world. Based on data from WHO in 2020, it is estimated that there will be
845,000 TB cases in Indonesia in 2019. Evaluation of the tuberculosis control program at the
Grogol Petamburan District Health Center, West Jakarta, for the period April 2020 - March 2021
was carried out by comparing program coverage data against predetermined benchmarks. using
a systems approach. From the results of the program evaluation, two problems were obtained
which were then prioritized, namely, the coverage of the tuberculosis treatment success rate (TSR)
reached 11.7% of the 90% target with the magnitude of the problem was 87% and the coverage
of the case finding rate (CDR) reached 67.8. % of the target 100%. The size of the problem was
32.2%. The causes of the problems found were the absence of personnel in the form of health
cadres in several sub-districts so that implementation was not optimal, the lack of cooperation
between other health facilities, the lack of socialization for TB officers, the cessation of several
activities caused by the COVID-19 pandemic so that it had an effect on the successful
implementation of the program. So, if this problem can be resolved, it is expected that there will
be an increase in the coverage of the TB control program in the next period.
v
DAFTAR ISI
vi
6.4 Masalah lingkungan .............................................................................. 43
BAB VII PRIORITAS MASALAH ............................................................................................ 44
BAB VIII PENYELESAIAN MASALAH ................................................................................. 46
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 49
4.4 Kesimpulan ........................................................................................... 49
4.5 Saran ...................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 51
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 52
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberculosis akan menular melalui
percikan dahak (droplet) yang mengandung kuman TB, infeksi ini akan terjadi
Ketika seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak infeksius
tersebut.1
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. berdasarkan data
dari WHO (World Health Organization), diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB
(kasus baru maupun kasus kambuh) pada tahun 2019 dimana sekitar 815.000
diantaranya TB dengan HIV positif. Dari 1,4 juta kasus TB yang meninggal,
terdapat 208.000 kasus diantaranya dengan HIV positif. Terdapat 30 negara dengan
angka kejadian tuberkulosis tertinggi di dunia, salah satunya adalah Indonesia.
Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua angka kejadian tuberkulosis di
dunia.2
Berdasarkan data dari WHO tahun 2020, diperkirakan terdapat 845.000
kasus TB di Indonesia pada tahun 2019. Namun, hanya 568.987 kasus yang
teridentifikasi dan hanya sekitar 67% yang mendapatkan pengobatan. Terdapat
19.000 diantaranya TB dengan HIV positif. Dan terdapat 96.700 kasus TB yang
meninggal dengan 4.700 kasus diantaranya dengan HIV positif. 2
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, jumlah
pengidap penyakit TBC pada tahun 2018 sebanyak 32.570 atau sekitar 0,3% dari
total penduduk DKI Jakarta. Berdasarkan data per wilayah selama tahun 2015-
2018, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan jumlah penderita TBC tertinggi setiap
tahunnya. Pada tahun 2018 penderita TBC di Jakata Timur mencapai 10.207 jiwa,
dimana angka ini mengalami kenaikan 145 jiwa dari tahun 2017.3 Berdasarkan data
Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2018, Case Notification Rate (CNR)
kasus TB di DKI Jakarta sebesar 342 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan
untuk Case Detection Rate (CDR) TB di DKI Jakarta sebesar 104%, dan kota
tertinggi adalah Jakarta Pusat dengan 185%.4
1
Jumlah kasus TB yang terkonfirmasi bakteriologis dan telah berikan
pengobatan (Case Detection Rate/CDR) di Puskesmas Kecamatan Grogol
Pertamburan tahun 2019 sebanyak 140 orang (42,81%). Jumlah pasien TB yang
sembuh dan pengobatan lengkap (Treatment Succes Rate/TSR) di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan tahun 2019 sebanyak 46 orang (92%). Sedangkan,
jumlah kasus TB RO yang ditemukan di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
di tahun 2019 sebanyak 2 orang (40%). Dan jumlah pasien TB dengan mengetahui
status HIV di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan tahun 2019 sebesar 2
orang (87,32%).
WHO mencanangkan strategi yang disebut End Tuberculosis, yang
merupakan bagian dari Sustainable Development Goals. Dengan tujuan untuk
mengakhiri epidemi tuberculosis didunia. Dimana Strategi ini meiliki visi zero
death, disease and suffering due to TB. Dengan indikator yang digunakan untuk
pencapaian target ditahun 2030 yaitu, jumlah kematian akibat TB berkurang 90%
dibandingkan tahun 2015, angka insidensi TB berkurang 90% dibandingkan tahun
2015, tidak ada anggota keluarga yang mengalami masalah ekonomi yang
katastropik. Dengan komponen yang terdapat dalam strategi ini adalah tatalaksana
dan upaya pencegahan integrasi yang berpusat pada pasien, dukungan pilitik dan
system pendukung yang kuat serta intensifikasi penelitian dan inovasi baru. Untuk
terwujudnya target diatas, pada tahun 2030 maka diperlukan evaluasi program
pengendalian tuberkulosis untuk mengetahui masalah yang timbul, penyebab
masalah, dan penyelesaian masalah pada program pengendalian tuberculosis
sehingga program dapat dilaksanakan dengan lebih baik.5
2
3. Jumlah kasus TB RO yang ditemukan di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan di tahun 2019 sebanyak 2 orang (40%).
4. Jumlah pasien TB dengan mengetahui status HIV di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan tahun 2019 sebesar 2 orang (87,32%).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui cakupan program, masalah, penyebab masalah, dan
penyelesaian masalah pada program pengendalian tuberculosis di wilayah
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat periode April 2020 -
Maret 2021 menggunakan metode pendekatan sistem.
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan mengenai program puskesmas yang telah
diperoleh selama Pendidikan kedokteran dan membandingkan dengan
keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.
2. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai program
pengendalian tuberkulosis serta cara mengevaluasinya.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengevaluasi program
puskesmas, terutama program pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas.
4
1.5 Sasaran
Masyarakat di wilayah Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat periode April 2020 - Maret 2021.
5
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini berupa hasil kegiatan puskesmas
mengenai Program Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Grogol
Peramburan periode April 2020 - Maret 2021, yang terdiri dari:
1. Penemuan orang terduga tuberculosis yang mendapat pelayanan standar.
2. Penegakkan diagnosis melalui pemeriksaan mikroskopis yang bermutu.
3. Pengobatan tuberkulosis dengan pengobatan standar.
4. Keberhasilan tuberkulosis.
5. Pengawasan langsung minum obat.
6. Diagnosis tuberkulosis resisten obat melalui tes cepat molekuler.
7. Kasus TB dengan HIV.
8. Pembinaan dan evaluasi kader kesehatan.
9. Penyuluhan mengenai TB.
10. Pencatatan dan pelaporan.
2.2 Metode
Metode yang digunakan untuk evaluasi program adalah metode pendekatan
sistem yang dilakukan mulai dari pengumpulan data, pengelompokan data, pengolahan
data dan analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program pengendalian penyakit tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan periode April 2020 – Maret 2021 dengan cara membandingkan
cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan.
6
BAB III
KERANGKA TEORI
1. Masukan (Input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari
tenaga (man), dana operasional (money), sarana (material), metode
(method), jangka waktu pelaksanaan (minute), mesin atau peralatan yang
digunakan (machine), sasaran masyarakat yang menjadi target program
(market) dan informasi (information).
2. Proses (Process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating) dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (Output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan langsung
dari berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung (keluaran)
suatu sistem.
7
4. Lingkungan (Enviroment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Terbagi atas dua,
lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (Feedback)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut
serta sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan
dan pelaporan yang lengkap, monitoring dan rapat bulanan.
6. Dampak (Impact)
Dampak merupakan akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
8
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam evaluasi program berasal dari data
sekunder yang berasal dari:
1. Data geografi dan demografi di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat periode April 2020 - Maret 2021.
2. Rekapitulasi pasien TBC di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat periode April 2020 - Maret 2021.
3. Laporan registrasi pasien TBC di fasilitas pelayanan kesehatan periode April
2020 - Maret 2021.
4. Laporan pasien dengan pengobatan sesuai standar di Puskesmas Kecamtan
Grogol Petamburan periode April 2020 - Maret 2021.
5. Laporan registrasi kesembuhan pasien TB fasilitas pelayanan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode Maret April
2020 - Maret 2021.
6. Laporan pengawasan minum obat di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat periode April 2020 - Maret 2021.
7. Laporan pasien TB-HIV di wilayah Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat periode April 2020 - Maret 2021.
8. Laporan penyuluhan mengenai TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan periode April 2020 - Maret 2021.
9. Laporan pencatatan dan pelaporan di Pusekesmas Kecamtan Grogol
Petamburan periode April 2020 - Maret 2021.
10. Notulensi kegiatan pembinaan dan evaluasi kader TBC periode Maret April
2020 - Maret 2021.
9
2. Luas wilayah dan batas-batas
Kecamatan Grogol Petamburan memiliki luas wilayah 1.131,66
Ha yang terdiri dari 7 kelurahan, 75 RW dan 868 RT dengan batas
wilayah sebagai berikut:
10
8. Puskesmas Keluruhan Tanjung Duren Selatan
9. Puskesmas Keluruhan Tomang
11
4.3 Data Khusus
4.3.1 Masukan (input)
4.3.1.1 Tenaga (Man)
• Penanggungjawab P2TB : 1 orang
• Dokter Pelayanan : 1 orang
• Perawat : 1 orang
• Petugas Pencatatan dan Pelaporan : 1 orang
• Petugas Laboratorium : 1 orang
• Petugas Apotik : 1 orang
• Petugas pengawas minum obat : Keluarga pasien
• Kader TBC ;
- Grogol Petamburan : 4 orang
- Grogol I : Tidak ada data
- Grogol II : Tidak ada data
- Grogol III : 1 orang
- Jelambar I : Tidak ada data
- Jelmbar II : 1 orang
- Jelambar Baru : 1 orang
- Tanjung Duren Utara : 1 orang
- Tanjung Duren Selatan : 1 orang
- Tomang : 1 orang
12
4. Timbangan : Tersedia 2 buah
5. Tabung oksigen dan regulator : Tersedia 1 buah
6. Tiang infus : Tersedia 1 buah
7. Spuit 1cc/3cc/5cc : Tersedia 1 kotak
8. Handscoon : Tersedia 1 kotak
9. Alkohol swab : Tersedia 1 kotak
10. Kasur pemeriksaan : Tersedia 1 buah
11. Skerem : Tersedia 1 buah
12. Obat OAT : Tersedia di apotik
13. Pot dahak : Tersedia di apotik
14. Alat TCM : Tersedia di laboratorium
15. Mikroskop : Tersedia di laboratorium
16. Reagen Ziehl Neelsen : Tersedia di laboratorium
• Non Medis
1. Loket pendaftaran
2. Ruang pemeriksaan dan tindakan
3. Wastafel dan sabun di ruang pemeriksaan
4. Alat tulis, komputer, printer
5. Alur pelayanan TB
6. Poster Tuberkulosis
7. Brosur mengenai Tuberkulosis
8. Brosur mengenai Tuberkulosis pada Anak
9. Status Pasien
10. Formulir pencatatan P2TB:
➢ TB01 : Kartu Pengobatan Pasien TB
➢ TB02 : Kartu Identitas Pasien TB
➢ TB03 : Buku Registrasi Pasien TB
➢ TB05 : Formulir Pemeriksaan Dahak
➢ TB06 : Daftar Suspek Diperiksa Dahak
➢ TB09 : Formulir Rujukan atau Pindah Pasien TB
➢ TB10: Formulir Hasil Akhir Pengobatan Pasien pindahan
➢ Formulir Kunjungan Rumah Pasien TB RO
➢ Formulir Kunjungan Pasien TB RO
13
11. Ruang Laboratorium di dalam Puskesmas
12. Ruang Pengambilan dan Penyimpanan obat di dalam Puskesmas.
4.3.1.4 Metode (Method)
14
metode Xpert MTB/RIF saat ini digunakan sebagai sarana penegakan
diagnosis tuberkulosis, termasuk digunakan di Puskesmas Grogol
Petamburan, Jakarta Barat.
Pada pasien yang memiliki gejala TB tetapi didapatkan hasil
pemeriksaan dahak negatif, maka dilakukan pemeriksaan rontgen
dada untuk menunjang pemeriksaan sebelumnya. Selanjutnya, pasien
terduga TB anak dilakukan uji tuberkulin (Mantoux test) untuk
melengkapi skoring TB pada anak.
15
4. Pengendalian pengobatan di bawah pengawas minum obat
(PMO)
16
6. Tuberkulosis resisten obat (RO)
Tuberkulosis resisten obat adalah suatu keadaan dimana
kuman Mycobacterium tuberculosis tidak lagi mempan dengan obat
anti Turbekulosis (OAT). Ada 5 kategori resistensi obat anti
tubekulosis yaitu: monoresitence, polyresistence, multi drug
resistence, extensively drug resistence dan TB resistance Rifampisin.
Monoresistence terjadi jika terjadi resistan pasda salah satu OAT.
Polyresitance terjadi resisten pada lebih dari satu OAT. Multi drug
resistance terjadi resiten pada isoniazid atau rifampisin dengan atau
tanpa OAT lini pertama.
8. Penyuluhan penyakit TB
17
pengambilan obat. Kemudian penyuluhan kelompok dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan ataupun kader kesehatan TBC kepada
masyarakat di setiap lingkungan. Penyuluhan perorangan dan
kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan sarana non- medis
seperti poster dan brosur mengenai tuberkulosis, serta dapat diberikan
secara langsung atau tidak langsung melalui media elektronik.
18
4.3.2 Proses (Process)
4.3.2.1 Perencanaan
1. Penemuan setiap orang terduga TB mendapatkan pelayanan sesuai
standar
19
minum obat untuk menghindari komplikasi hingga resistensi obat.
6. Tuberkulosis resisten obat (RO)
Pasien dengan hasil pemeriksaan resiten OAT, maka pasien akan
dirujuk ke RS pusat rujukan TB MDR. Puskesmas akan merujuk pasien ke
RS rujukan, dan akan ditindak lanjut oleh RS.
7. Tuberkulosis dengan HIV
Pasien TB kasus baru akan diperiksa status HIV di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan yang dilakukan selama jam operasional
Puskesmas. Kemudian, jika hasil positif atau status HIV sudah diketahui
dan mengkonsumsi ARV, maka pasien akan dirujuk ke RS.
8. Penyuluhan penyakit TB
a) Penyuluhan perorangan diberikan kepada pasien maupun keluarga
pasien TB yang dilakukan setiap kunjungan pasien ke Puskesmas yaitu
dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat, pukul 08.00-16.00 WIB
oleh dokter atau perawat di pelayanan TB Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan.
b) Penyuluhan kelompok yaitu penyuluhan yang diberikan kepada
masyarakat mengenai TB. Penyuluhan kelompok dapat dilakukan di
dalam gedung maupun di luar gedung. Penyuluhan kelompok kepada
masyarakat mengenai TB dilakukan sebanyak 30 kali yaitu di bulan
Februari, Maret, April, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan
November oleh satuan pelaksana pelayanan P2P TB kepada 30 orang
target sasaran di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan. Namun,
sepanjang tahun 2020- Maret 2021 penyuluhan kelompok baru 1 kali
dilakukan karena situasi pandemic COVID-19.
20
10. Pencatatan dan pelaporan
a) Pencatatan akan dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat oleh
petugas pelayanan TB, pukul 08.00-16.00 WIB, di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan.
b) Pelaporan akan dilakukan sebulan sekali oleh petugas pelayanan TB
melalui media elektronik dan secara online melalui Sistem Informasi
Tuberkulosis.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Koordinator dan
Pelaksana P2TB
dr. Ranny Puspita Dewi
Petugas Lab
Anggota Program P2TB
Ikrom R, Amd. Kep Deni
Farmasi
Atikah N. S.Farm
21
Berdasarkan bagan diatas, makan didapatkan pembagian tugas masing-masing bagian adalah:
1. Kepala UPTD Puskesmas
a. Sebagai penanggung jawab keseluruhan daripada program.
b. Sebagai pengawas dari pelaksanaan kegiatan P2TB
c. Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan P2TB di wilayah
kerja.
2. Koordinator dan Pelaksana Program
a. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan secara
keseluruhan berkualitas sesuai dengan pedoman nasional pengendalian
tuberkulosis Departemen Kesehatan RI.
b. Menyusun perencanaan kebutuhan operasional
c. Mengawasi pelaksanaan Kegiatan
d. Mengevaluasi Kegiatan
3. Anggota Program P2TB
a. Sebagai pelaksana kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok
mengenai TB
b. Melakukan pencatatan penderita TB yang berkunjung ke Puskesmas
dan merekapitulasi data untuk dilaporkan ke koordinator.
4. Petugas Laboratorium
a. Mengambil dahak sesuai SOP
b. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur dan standar
laboratorium yang telah ditetapkan
c. Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
d. Melakukan pencegahan pasca pajanan okupasional
e. Mencatat hasil tes cepat molekular yang dilakukan
5. Petugas Farmasi
a. Manajemen OAT
b. Pelayanan informasi obat bagi pasien maupun tenaga kesehatan
lainnya
c. Pengawasan efek samping obat OAT
d.
22
4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Penemuan setiap orang terduga TB mendapatkan pelayanan sesuai
standar
Kegiatan ini dilakukan sesuai metode perencanaan. Akan tetapi,
penemuan aktif masif masih terdapat tiga kelurahan yang tidak memiliki
kader kesehatan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan belum maksimal.
2. Penegakan diagnosis Tuberkulosis (TB) paru
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan metode dan perencanaan
dimana setiap pasien yang terkonfirmasi TB secara bakteriologis (sputum
sewaktu, pagi, sewaktu atau TCM), foto rontgen maupun uji tuberkulin
dilakukan pencatatan di buku registrasi pasien TB (TB03).
3. Pengobatan Tuberkulosis (TB) paru
Pengobatan Tuberkulosis paru dilakukan sesuai dengan metode
dan perencanaan kepada tiap pasien TB. Pemberian OAT disediakan dalam
bentuk paket dengan tujuan memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan pengobatan hingga tuntas.
4. Pengendalian pengobatan di bawah pengawas minum obat (PMO)
Kegiatan dilakukan sesuai dengan metode dan perencanaan.
Petugas PMO mendapatkan konseling dan evaluasi terkait pengobatan
pasientiap kali kunjungan ke Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.
23
8. Penyuluhan penyakit TB
24
4.3.3 Keluaran (Output)
Tabel 4.1 Jumlah tiap orang terduga TB mendapat pelayanan sesuai standar di
wilayah Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode April
2020 – Maret 2021.
Bulan Jumlah
April 71 orang
Mei 84 orang
Juni 98 orang
Juli 87 orang
Agustus 76 orang
September 117 orang
Oktober 49 orang
November 90 orang
Desember 76 orang
Januari 89 orang
Februari 108 orang
Maret 57 orang
Total Orang Terduga 1.002 orang
1002
𝑥 100% = 100%
1002
25
Hasil perhitungan persentase orang terduga TB yang mendapat
pelayanan standar adalah sebesar 100%. Nilai ini sesuai dengan
target 100% yang diharapkan dalam satu tahun berdasarkan
Penilaian Kerja Puskesmas (PKP) Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat.
2. Cakupan angka penemuan kasus TBC yang diobati (CDR) di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode April 2020 -
Maret 2021.
Tabel 4.2 Jumlah Pasien TB yang Terkonfirmasi secara
Bakteriologis di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan periode April
2020– Maret 2021.
Bulan Jumlah
April 23 orang
Mei 16 orang
Juni 75 orang
Juli 9 orang
Agustus 4 orang
September 9 orang
Oktober 11 orang
November 5 orang
Desember 7 orang
Januari 10 orang
Februari 21 orang
Maret 5 orang
Total Pasien
195 orang
TB
Dari tabel tersebut, dapat diketahui terdapat 195 orang
pasien TB yang terkonfirmasi secara bakteriologis.
Target cakupan penderita TB yang diobati dalam 1 tahun
adalah 100%. Kemudian dilakukan perhitungan cakupan
berdasarkan perhitungan puskesmas dengan rumus sebagai
berikut:
26
195
𝑥 100% = 59,63 %
327
100% − 59,63%
𝑥 100% = 40,37%
100%
Kesimpulan didapatkan perhitungan cakupan belum mencapai
target yaitu 59,63% dengan besaran masalah 40,37%.
3. Cakupan angka notifikasi kasus (Case Notification Rate =CNR) di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
periode April 2020 - Maret 2021.
27
195
𝐶𝑁𝑅 = 𝑥 100.000 = 80,25 /100.000 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
242.965
𝐸−𝑂
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑁𝑅 = 𝑥100
𝐸
190 − 80,25
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑁𝑅 𝑥 100 = 57,76 %
190
28
195
𝑥 100% = 100%
195
Perhitungan persentase pasien TB yang diobati adalah 100%,
sehingga sudah mencapai target yaitu 100% dalam 1 tahun
berdasarkan PKP Puskesmas Grogol Petamburan.
Jumlah 195
29
Hasil perhitungan adalah 12,30% dari target 90% yang
ditentukan oleh PKP Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan,
sehingga cakupan belum memenuhi target. Kemudian dicari besaran
masalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yangs embuh
dan jumlah pasien baru terkonfirmasi bakteriologis yang diobati di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode
April 2020 – Maret 2021.
Periode Jumlah pasien baru TB Jumlah pasien baru
paru Terkonfirmasi terkonfirmasi
Bakteriologis yang sembuh Bakteriologis yang
diobati
April 2020 - April 7 195
2021
Jumlah 7 195
7
𝐶𝑅 = 𝑥100% = 3,58%
195
30
Dari perhitungan angka kesembuhan atau cure rate didapatkan
bahwa CR di wilayah Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan sebesar
3,58%. Sedangkan target yang ditentukan oleh PKP Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan adalah 90%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa terdapat masalah pada cakupan persentase angka kesembuhan
(Cure Rate/CR) di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode
April 2020 – Maret 2021. Adapun besar masalah CR pada Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan dapat diukur menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝐸−𝑂
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑅 𝑥 100%
𝐸
90 − 3,58
𝑥 100% = 96.02%
90
Tabel 4.6 Jumlah PMO yang mengawasi pasien TB di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan periode April 2020 – Maret 2020.
Periode PMO
April 2020- Maret 195
2021
Jumlah 195
31
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠 𝑃𝑀𝑂
𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖
195
𝑥100% = 100%
195
Tabel 4.7 Jumlah kasus TB resisten obat yang terkonfirmasi resistan terhadap
rifampisin (RR) dan atau TB-MDR berdasarkan hasil pemeriksaan tes cepat
molekuler maupun konvensional di antara perkiraan kasus TB resisten obat di
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode April 2020 – Maret 2020
Periode TB RO RR atau MDR
April 2020 – Maret 5 orang
2021
Jumlah 5 orang
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa cakupan pasien yang resisten obat
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode April
2020 - Maret 2021 sebanyak 5 pasien. Untuk mengukur persentase
penemuan kasus TB resisten obat diperlukan perkiraan jumlah pasien TB
resisten obat. Perkiraan jumlah pasien TB resisten obat dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
5
𝑥 100% = 83,33%
6
32
Persentase penemuan kasus TB resisten obat adalah sebesar
83,33 %. Nilai ini lebih tinggi dengan target yang diharapkan dalam satu
tahun berdasarkan PKP Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan yakni
sebesar 80%. Artinya tidak ada masalah pada persentase penemuan kasus
TB resisten obat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan periode April 2020 – Maret 2021.
Tabel 4.8 Jumlah pasien TB yang mempunyai hasil tes HIV yang dicatat di
formulir pencatatan TB yang hasil tes HIV diketahui termasuk pasien TB yang
sebelumnya mengetahui status HIV positif di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan periode April 2020 – Maret 2021
Periode Pasien yang mengetahui
Status HIV
April 2020 – Maret 195 orang
2021
Jumlah 195 orang
33
Grogol Petamburan adalah sebesar 60%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada masalah pada persentase cakupan pasien TB yang
mengetahui status HIV di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan periode April 2020 – Maret 2021.
34
13. Cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai TB di wilayah kerja
Puseksmas Kecamatan Grogol Petamburan periode April 2020 – Maret
2021.
Semua pencatatan dan pelaporan program pengendalian TB telah
dilaksanakan dengan baik dengan capaian 100% dengan target Puskesmas
adalah 100%. Seluruh pencatatan dilakukan mengikuti formulir P2TB dan
telah diinput ke dalam Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).
4.3.4 Lingkungan
Fisik
1. Lokasi
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan membawahi 7
kelurahan dan 9 Puskesmas Kelurahan. Akses jalan dapat dilalui oleh
semua jenis kendaraan sehingga tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan. Akses jalan yang bisa dilalui oleh semua
jenis kendaraan sehingga tidak mempengaruhi pelaksanaan program
secara signifikan.
2. Pemukiman
3. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan meliputi 1 puskesmas induk, 9
puskesmas pembantu, 1 puskesmas keliling, 10 klinik pratama, 2 klinik
utama, 82 balai pengobatan, 7 praktik dokter umum perorangan, 10
praktik dokter gigi perorangan, 2 praktik dokter spesialis perorangan, 3
praktik pengobatan tradisional, 3 apotek.
35
Non fisik
1. Mata pencaharian
Tidak ada data mengenai mata pencaharian penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.
2. Pendidikan
Sebagian besar penduduk didaerah Grogol Petamburan
berpendidikan SD sederajat. Karena hal ini akan dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
tuberkulosis.
3. Sosial budaya
Pandemi COVID-19
Karena terjadi pandemi COVID-19, terdapat beberapa kegiatan
yang terhenti, sehingga mempengaruhi pelaksanaan dari program
pengendalian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan terutama kegiatan diluar gedung seperti
penyuluhan, skrining, kunjungan ke rumah warga, peringatan HTBS dll.
36
4.3.6 Dampak
4.3.6.1 Langsung/ Effect
Diharapkan dengan dilaksanakan program pengendalian tuberkulosis sesuai
target yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian, angka kesakitan,
penularan, insidensi, maupun prevalensi penderita tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan. Namun dampak langsung program
pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan belum
dapat dinilai.
37
BAB V
PEMBAHASAN MASLAH
38
8 Cakupan penemuan 80% 83,33% -
kasus TB RO
39
5.2 Masalah Menurut Variabel Masukan
Tabel 5.2 Masalah menurut variabel masukan
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1 Tenaga/Man Ada Ada (+)
Namun belum
Dokter, Perawat, maksimal, jumlah
Farmasi, Petugas kader berkurang
Lab, Kader, PMO
2 Money/Dana APBD dan Tersedia namun (+)
BOK belum maksimal
3 Material/Materi Ada sarana dan Ada (+)
prasarana yang Namun poster dan
dibutuhkan brosur tidak
beroperasi
dengan baik
4 Method/Metode Sesuai dengan Sudah sesuai (-)
buku pedoman pedoman
40
5.4 Masalah dari Variabel Lingkungan
41
BAB VI
PERUMUSAN MASALAH
42
2. Penyuluhan kelompok di dalam gedung baru terlaksanakan 1 kali selama
satu tahun terakhir.
6.4 Masalah Lingkungan
43
BAB VII
PRIORITAS MASALAH
A. Capaian angka penemuan kasus (CDR) mencapai 59,63% dari target 100%.
Besarnya masalah adalah 40,37%.
B. Capaian angka notifikasi kasus ( Case Notification Rate =CNR) adalah 80,25
kasus/100.000 penduduk dari target 190 kasus/100.000 penduduk, dengan
besar masalah 57,76%.
C. Capaian pengobatan tuberkulosis (TB) paru berdasarkan angka keberhasilan
pengobatan mencapai 12,30% dari target 90%. Besarnya masalah adalah
86,33%.
D. Persentase capaian angka kesembuhan (Cure Rate=CR) mencapai 3,58% dari
target 90%, dengan besar masalah 96,2%.
E. Cakupan penyuluhan mengenai TB sebesar 1 kali dari target 30 kali, dengan
besar masalahnya adalah 96,7%.
44
Sehingga, yang menjadi prioritas masalah adalah :
A. Cakupan pengobatan tuberkulosis (TB) paru berdasarkan angka keberhasilan
pengobatan mencapai 12,30% dari target 90%. Besarnya masalah adalah
86,33%.
B. Cakupan angka penemuan kasus (CDR) mencapai 59,63% dari target 100%.
Besarnya masalah adalah 40,37%.
45
BAB VIII
PENYELESAIAN MASALAH
Masalah I
Penyelesaian masalah:
1. Melakukan evaluasi pengobatan setiap bulan untuk menegetahui apakah ada
data yang tidak lengkap dan pencarian informasi mengenai stasus pengobatan
pasien TB.
2. Memberikan pembinaan dan pelatihan oleh petugas TBC kepada petugas
pengawas obat (PMO) dalam melaksanakan dan mengawasi program
46
pengendalian tuberculosis.
3. Melakukan perekrutan kader kesehatan TB, dan memberikan pelatihan serta
pembinaan disetiap kelurahan, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan
ataupun dapat dilakukan secara online.
4. Meningkatkan konseling dan edukasi kepada pasien TB dan keluarga pasien
dengan menggunakan poster, brosur ataupun sarana yang ada yang lebih
menarik, agar pasien menjadi lebih termotivasi dan patuh minum obat,
5. Memberikan penyuluhan secara online mengenai TB, cara penularan, etika
batuk dan pengobatan yang teratur sehingga pemahaman yang salah dari
pasien mengenai TB akan hilang.
6. Pengobatan dan konseling dilakukan secara online melalui sosial media,
sehingga pasien yang takut berobat ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan
lainnya bisa menghubungi via online.
Masalah II
Cakupan angka penemuan kasus (CDR) mencapai 59,63% dari target 100%. Besarnya
masalah adalah 40,37%.
Penyebab:
1. Kurangnya kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain di sekitar puskesmas seperti klinik
swasta atau dokter praktik pribadi dalam pencatatan dan pelaporan penyakit
tuberkulosis.
2. Tidak adanya kader di beberapa kelurahan sehingga mengakibatkan angka penemuan
kasus TB berkurang, oleh sebab kurangnya investigasi terhadap pasien yang bergejala
maupun kontak serumah pasien TB.
3. Kurangnya sosialisasi petugas TBC dalam mengevaluasi penemuan pasien terduga dan
terkonfirmasi TB di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan.
4. Penyuluhan kelompok di luar gedung tidak dilaksanakan karena pandemi COVID-19
dan penyuluhan didalam gedung tidak dilaksanakan secara optimal.
5. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB dan terdapat stigma yang
salah di masyarakat.
6. Kondisi pandemi COVID-19 dan PSBB menyebabkan kegiatan penemuan atau
penjaringan pasien terduga TB secara aktif-masive di masyarakat berkurang sehingga
hanya dilakukan penemuan terduga TB secara pasive di pelayanan kesehatan
(puskesmas).
47
Penyelesaian masalah:
1. Melakukan pendataan dan koordinasi dengan fasilitas kesehatan lain di sekitar
puskesmas untuk melakukan pencatatan pasien TB yang berobat dan
melaporkan ke puskesmas setiap bulan.
48
BAB IX
9.1 Kesimpulan
Telah dilaksanakan evaluasi program Pengendalian Tuberkulosis dengan pendekatan
sistem di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode
April 2020 – Maret 2021, ditemukan dua prioritas masalah yaitu angka penemuan kasus TB
yang diobati dan angka keberhasilan pengobatan TB. Kegiatan tersebut belum terlaksana
dengan baik dari segi input, proses maupun output. Sumber daya manusia yang kurang seperti
tidak adanya kader dibeberapa kelurahan, penyuluhan yang tidak terlaksana dan adanya situasi
pandemi COVID- 19 juga menyebabkan beberapa kegiatan terhenti sehingga program tidak
mencapai target.
9.2 Saran
Ditujukan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
dengan saran sebagai berikut:
1. Meningkatan angka penemuan kasus TB dengan melakukan penemuan kasus baik secara
aktif dan masif. Menggiatkan kembali penemuan kasus secara aktif dengan dapat
dilakukan investigasi kontak dengan kunjungan ke rumah warga dengan tetap
menerapkan protokol Kesehatan. Selain itu dengan melakukan koordinasi dengan
pelaksana program pengendalian TB di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan untuk
melakukan skrining online yang disebarkan ke masyarakat dengan bantuan kader
kesehatan TB, sehingga didapatkan peningkatan penemuan orang terduga TB.
2. Meningkatkan pematauan minum obat oleh petugas PMO setiap hari, dan dilakukan
pendataan yang lengkap, sehingga status pengobatan pasien tidak ada yang terlewat, serta
dilakukan evaluasi rutin setiap bulan terhadap status pengobatan pasien.
3. Melakukan penyuluhan baik secara kelompok maupun perorangan. Secara kelompok
dapat dilakukan di dalam maupun diluar gedung. Penyuluhan dapat dilakukan secara
online dengan menggunakan aplikasi seperti “zoom”, dengan dilakukan penyuluhan
minimal sebulan sekali khususnya kepada keluarga pasien, dengan diberikan penyuluhan
mengenai penyakit TB, cara penularan, pengobatan dan lama pengobatan, konsekuensi
jika tidak berobat tuntas, serta diberikan pengetahuan dan disajikan data pasien TB
disetiap keluarga sehingga dapat mengubah stigma masyarakat yang salah mengenai
penyakit TB seperti penyakit TB adalah keturunan dan bukan penyakit medis.
49
4. Memperbaiki kekurangan kader di kelurahan yang tidak memiliki kader, sehingga setiap
kelurahan memiliki kader. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan melakukan
komunikasi, pembinaan, dan evaluasi melalui pemberian materi mengenai TB kepada tiap
petugas kesehatan maupun kader kesehatan TB secara berkala tiap bulan sehingga
meningkatkan mutu da motivasi dalam pelaksanaan kegiatan. Saat ini dapat dilakukan
melalui pertemuan secara daring.
5. Mengadakan pertemuan setiap bulan dengan anggota pelaksana program untuk
mengevaluasi kinerja kerja setiap anggota pelaksana program pengendalian tuberkulosis,
sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan program pengendalian
Tuberkulosis.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
LAMPIRAN
52
Lampiran 3. Leaflet TBC
53