Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN KADAR LED (LAJU ENDAP DARAH) DENGAN

MENGGUNAKAN METODE WESTERGREN PADA SUSPEK


TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS KOTA TIMUR

PROPOSAL KARYA TULIS ILIYAH


Diajukan Kepada Fakultas Sains, Teknologi dan Ilmu Kesehatan Universitas Bina
Mandiri Gorontalo untuk Memenuhi Persyaratn guna Memperoleh Gelar Ahli
Madya Kesehatan

Oleh :
AMALIAH PRATIWI
2320192076

JURUSAN D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya

kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah

(KTI) ini dengan judul “Gambaran Kadar LED (Laju Endap Darah) Dengan

Menggunakan Metode Westergren Pada Suspek Tuberkulosis Di Wilayah Puskesmas

Kota Timur”. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) pada program studi D-III Analis Kesehatan, Fakultas Sains,

Teknologi dan Ilmu Kesehatan. Penulis menyadari dalam penyusunan proposal karya

tulis ilmiah (KTI) ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari proposal karya tulis ilmiah (KTI) ini tidak luput dari

berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan

perbaikannya sehingga akhirnya proposal karya tulis ilmiah (KTI) ini dapat

memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa

dikembangkan lagi lebih lanjut.

Gorontalo, April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.1 Latar belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................


2.1 Tuberkulosis..........................................................................................
2.2 Penyebab Mycobacterium Tuberculosis...............................................
2.3 Gejala Infeksi........................................................................................
2.4 Penularan Mycobacterium Tuberculosis...............................................
2.5 Penemuan Penderita TB........................................................................
2.6 Penyebab Penyakit TB..........................................................................
2.7 Pemeriksaan LED.................................................................................
2.8 Prinsip Pengukuran LED......................................................................
2.9 Implikasi Klinik....................................................................................
2.10 Mekanisme Pemeriksaan LED............................................................
2.11 Sumber Kesalahan...............................................................................
2.12 Kerangka Konsep................................................................................
2.13 Kerangka Pikir.....................................................................................

BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................


3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................
3.2 Rancangan Penelitian...........................................................................
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................
3.4 Populasi dan Sampel.............................................................................
3.5 Devinisi Operasional............................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data...................................................................
3.7 Pengolahan Data...................................................................................
3.8 Analisis Data........................................................................................
3.9 Penyajian Data......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut Agustin (2018) TB sebagai

penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Insiden TBC dan TB

MDR semakin tinggi memungkinkan penyebaran yang semakin luas dan menular,

khususnya kepada orang-orang yang mengalami penurunan imunitas tubuh.

Jumlah data menurut World Health Organization (WHO), antara tahun 2000

dan 2015 menurun 22% namun, TB masih menempati posisi ke-10 penyebab

kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 (Kemnkes, 2018).

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan RI (2018),

sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah

kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada

perempuan. Hal ini biasanya disebabkan karena laki-laki lebih mudah terpapar

pada faktor resiko TB.

Proporsi penderita BTA (+) menurut data Riskesdas (2018) dalam urutan tiga

besar ditemukan di Provinsi Papua sebanyak 0,77 % penderita TBC, kemudian

diikuti Provinsi Banten sebanyak 0,76%, dan pada Provinsi Jawa Barat yaitu

sebanyak 0,63 %. Pada kasus TB yang terjadi di tahun 2018 pada provinsi

Gorontalo sebanyak 0,42 % penderita TB.

4
Angka prevalensi menurut Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo (2019)

bervariasi, mulai dari Kab. Bone Bolango 93,42 %, Kab. Gorontalo sebanyak

85,57 %, Kota Gorontalo sebanyak 72,48 %, Kab. Gorontalo Utara sebanyak

71,70 %, Kab. Pohuwato 67,32 %, dan Kab. Boalemo 55,43 %.

Jumlah data menurut Dinas Kesehatan Kota Gorontalo (2018) dengan jumlah

kasus tertinggi hingga yang terendah yakni, pada Kota Barat 77,5%, Dungingi

72,6%, Sipatana 69,4%, Kota Tengah 64,5%, Kota Selatan 63,2%, Dumbo Raya

59,8%, Kota Barat 56,1%, Hulonthalangi 54,7%, Kota Utara 48,8% dan Kota

Timur 45,0%.

Pasien TB umumnya mengalami gejala – gejala umum berupa batuk berdahak

dua minggu atau lebih, batuk dapat diikuti dengan gelaja tambahan yaitu dahak

bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik dan demam meriang lebih

dari satu bulan (Kemnkes, 2018).

Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) merupakan suatu pemeriksaan yang

digunakan sebagai penentu kecepatan dalam pengendapan eritrosit pada suatu

tabung yang diletakkan dengan posisi tegak lurus dan dinyatakan dalam satuan

mm/jam. Tujuan dari pemeriksaan ini, untuk mengetahui suatu perbandingan nilai

rerata LED dengan metode Westergren menggunakan darah EDTA. Pemeriksaan

LED ini dapat digunakan sebagai suatu pemeriksaan penunjang dalam diagnosis

infeksi TB paru (Widiastutik, 2018).

5
Pemeriksaan LED menurut Solichul, (2001) dikutip dalam jurnal Widiastutik

(2018) dijelaskan pada diagnosis paru menunjukkan bahwa infeksi TB paru

terjadi proses inflamasi, dimana pada proses inflamasi tersebut kadar dari

fibrinogen dan globulin plasma yang berkaitan dengan reaksi fase akut yang

meningkat sehingga menyebabkan kadar LED meningkat.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian terhadap

pengaruh infeksi Mycobacterium tuberculosis terhadap kadar LED untuk melihat

seberapa besar nilai LED terhadap peradangan atau infeksi yang ditimbulkan oleh

bakteri dari pasien suspek di Puskesmas Kota Timur.

1.1 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kadar LED pada pasien suspek TB diwilayah

Puskesmas Kota Timur?

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kadar LED pada pasien suspek TB di

wilayah Puskesmas Kota Timur.

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui adanya inflamasi yang di timbulkan dari infeksi

bakteri terhadap pasien suspek TB di wilayah Puskesmas Kota Timur.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Peneliti

6
1. Menambah pengetahuan peneliti terkait dengan gambaran kadar nilai LED

pada pasien suspek TB diwilayah Puskesmas Kota Timur.

2. Menambah kreatifitas dari peneliti dalam pemeriksaan LED metode

Westegren

b. Manfaat Untuk Masyarakat

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi kepada

masyarakat khususnya kepada seorang yang memiliki gejala TB paru

2. Sebagai sarana informasi tentang pemeriksaan LED yang dapat digunakan

sebagai indikator penyembuhan pasien

3. Masyarakat dapat mengetahui kadar LED pada suspek penderita TB paru.

c. Manfaat Untuk Institusi

Digunakan sebagai sarana informasi yang dapat menjadi bahan

pembelajaran dan sebagai bentuk karya dari mahasiswa D-III Analis

Kesehatan untuk Universitas Bina Mandiri Gorontalo.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah

lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikian

TBC dapat disembuhkan dengan memakan obat antiTB dengan betul yaitu teratur

sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.

2.2 Penyebab Mycobacterium Tuberculosis

Penyakit TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang

hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan pewarna dan metode khusus.

Berwarna merah, berbentuk batang, tahan asam (lanjut buku pak)

Menurut teori Robert Kock (1882) secara meyakinkan telah dapat

memberikan bukti bahwa tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri yang diberi nama Mycobacterium tuberculosis.

Menurut KemenKes RI (2014) secara umum sifat kuman TB antara lain

adalah :

1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 - 0,6 mikron

2. Bersifat tahan asam

3. Kuman Nampak berbentuk batang berwarna merah

4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka

waktu lama pada suhu 40C sampai minus 700C

5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet

8
2.3 Gejala Infeksi

Seseorang dicurigai sebagai TB paru apabila di jumpai gejala batuk lebih dari

2-3 minggu. Gejala lain yang dapat dijumpai yaitu batuk darah, sesak napas, nyeri

dada. Gejala sistemik yang dapat menyertai seperti penurunan napsu makan, berat

badan menurun, demam, keringat malam tanpa disertai aktivitas, letih, lesu dan

lemah (Kemenkes, 2012).

2.4 Penularan Mycobacterium Tuberculosis

Penularan M TB terjadi melalui udara (airborne) yang menyebar melalui

partikel percik renik (droplet nuclei) saat seseorang batuk, bersin, berbicara,

berteriak atau bernyanyi. Percik renik ini berukuran 1-5 mikron dan dapat

bertahan di udara selama beberapa jam. Infeksi terjadi bila seseorang menghirup

percik renik yang mengandung M TB dan akhirnya sampai di alveoli. Umumnya

respons imun terbentuk 2‐10 minggu setelah infeksi. Sejumlah kuman tetap

dorman bertahun-tahun yang disebut infeksi laten. Kemungkinan seseorang

terinfeksi TB dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi percik renik di

udara dan jumlah kuman yang terhirup, ventilasi udara, serta lamanya pajanan.

Makin dekat dengan sumber infeksi dan makin lama waktu pajanan (dalam hari

atau minggu) akan meningkatkan risiko seseorang terinfeksi (Kemenkes, 2012).

9
Gambar 1. PenyebaranTB (CDC, 2016)

Tuberkulosis menyebar dari satu orang ke orang lain melalui udara. Titik

merah di udara menggambarkan droplet nuclei yang mengandung tubercle

bacilli

Penularan TB terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei seperti

ilustrasi gambar 1. Droplet nuclei akan melewati mulut/saluran hidung, saluran

pernafasan atas, bronkus kemudian menuju alveolus (CDC, 2016). Setelah

tubercle bacillus sampai di jaringan paru-paru, mereka akan mulai

memperbanyak diri. Lambat laun, mereka akan menyebar ke kelenjar limfe.

Proses ini disebut sebagai primary TB infection. Ketika seseorang dikatakan

penderita primary TB infection, tubercle bacillus berada di tubuh orang tersebut.

Seseorang dengan primary TB infection tidak dapat menyebarkan penyakit ke

orang lain dan juga tidak menunjukkan gejala penyakit (WHO, 2004).

2.5 Penemuan Penderita TB

Menurut teori DepKes RI (2002) tentang penemuan penderita TB yakni :

a) Penemuan Penderita TB pada Orang Dewasa

Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif artinya penjaringan

tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke

unit pelayanan kesehatan.

Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif

baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan

cakupan penemuan tersangka penderita cara ini biasa dikenal dengan sebutan

10
passive promotive case finding (penemuan penderita secara pasif dengan

promosi yang aktif). Selain itu semua kontak penderita TBC Paru BTA positif

dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya.

Seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita

sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat

mengakibatkan kematian.

b) Penemuan penderita tuberkulosis pada anak

Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit

sebagian besar diagnosis tiberkulosis anak didasarkan atas gambar klinis

gambar radiologis dan uji tuberculin.

2.6 Penyebab Penyakit TB

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain :

1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara-negara

yang sedang berkembang.

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparitas yang terlalu lebar,

sehingga masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi,

papan, sandang dan pangan yang buruk.

3. Beban determinan sosial yang masih berat seperti para pengangguran.

2.7 Pemeriksaan LED

Laju endap darah (LED) atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation

Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi

11
plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel

darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi (Kemenkes, 2011).

Cara pemeriksaan yang mendapat rekomendasi dari International Commitee

for Standardization in Hematology (ICSH) adalah cara Westergren (Arif, 2015).

2.8 Prinsip Pengukuran LED

Prinsip pengukuran LED menurut WHO (2011) Darah ditampung di dalam

tabung panjang berskala (dengan antikoagulan), yang diposisikan tegak. Eritrosit

akan mengendap di dasar tabung, terpisah dengan lapisan plasma di atasnya.

Tinggi kolom plasma, yang diukur 1 jam sesudahnya, menunjukkan laju

pengendapan eritrosit (erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau laju endap

darah (LED) hasil dinyatakan dalam satuan millimeter/jam (mm/jam).

Prinsip kerja pemeriksaan LED berdasarkan organisasi ICSH (International

Council for Standardization in Haematology) yakni dengan menggunakan sampel

darah EDTA yang di encerkan dengan larutan NaCl 0,86 % dengan perbandingan

4 bagian darah dan 1 bagian NaCl 0,86%.NaCl 0,86% merupakan larutan yag

digumakan untuk mengencerkan zat. Dharmawan, (2002) dikutip dalam jurnal .

Widiastutik (2018). Tinggi atau rendahnya laju endap darah dipengaruhi oleh

berbagai faktor, diantaranya faktor teknis seperti pengenceran. Beberapa daerah

seperti pada daerah terpencil penggunaan harus di minimalisir dengan beberapa

alasan, di antaranya lamanya ketersediaan reagen yang di sebabkan karena lokasi

daerah yang cukup jauh dari perkotaan. Salah satu cara meminimalisir

12
penggunaan reagen tersebut adalah dengan memodifikasi pengenceran di luar yg

di tetapkan ICSH (International Council for Standardization in Haematology).

Nilai rujukan LED menurut teori Gandosoebrata (2016) yakni :

1. Laki-laki : < 10 mm/1 jam

2. Perempuan: < 15 mm/1 jam

Perbedaan nilai normal pria dan wanita menurut Hashemi et al., (2015);

Yousuf et al., (2012) dikutip dalam jurnal Brajedenta (2019) dikarenakan jumlah

eritrosit pada wanita relatif lebih sedikit dari pada pria dan hormon androgen pada

pria dapat menghambat. LED yang lebih tinggi dari normal mengindikasikan

adanya suatu lesi yang aktif, peningkatan angka LED dibandingkan pemeriksaan

sebelumnya menunjukkan adanya suatu proses infeksi/inflamasi yang meluas,

sedangkan angka LED yang kurang dari normal dibandingkan sebelumnya

menandakan adanya suatu perbaikan.

2.9 Implikasi Klinik

Menurut teori Kemenkes (2011) implikasi klinik terhadap pemeriksaan LED

yakni :

1. Nilai meningkat terjadi pada kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya

tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit tiroid,

luka bakar, kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED >

50mm/jam harus di investigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan

terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu kadar protein dalam serum dan

protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid

13
factor. Sedangkan peningkatan nilai LED >100 mm/jam selalu dihubungkan

dengan kondisi serius misalnya pada malignansi (tumor). Menurut WHO

(2011) nilai LED yang sangat tinggi ditemukan pada tuberkulosis,

tripanosomiasis, dan keganasan.

2. Nilai menurun terjadi pada polisitemia (kelebihan sel darah merah), gagal

jantung dan anemia sel sabit.

2.10 Mekanisme Pemeriksaan LED

Mekanisme dalam pemeriksaan LED menurut Kiswari, S (2014) dikutip

dalam jurnal Hasnawati. (2018) adalah pad fase I, tahap pengendapan (agregasi)

dimana eritrosit saling menyatu atau membentu rouleaux, fase II, tahap

sedimentasi dimana pengendapan eritrosit terjadi secara konstan dan berlangsung

selama 30 menit dengan kecepatan maksimal. Fase III, tahap pemadatan dimana

kumpulan agregat mulai melambat karena terjadi pemadatan dari eritrosit yang

mengendap.

Pembentukan rouleaux, jika rouleaux banyak terbentuk maka LED meningkat,

dimana dalam hal ini di pengaruhi oleh temperatur, letak posisi pipet, fibrinogen

dan globulin yang meningkat (Depkes RI. 1989).

2.11 Sumber Kesalahan

Menurut teori Arif (2015), sumber kesalahan yang biasanya terjadi dalam

pelaksana pemeriksaan :

14
1. Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan

pemeriksaan.

2. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama,

apabila darah EDTA disimpan pada suhu 40C pemeriksaan dapat ditunda

selama 6 jam.

3. Perhatikan agar pengenceran dan pencampuran darah dengan larutan

antikoagulan dikerjakan dengan baik.

4. Mencuci pipa Westergren yang kotor dapat dilakukan dengan cara

membersihkannya dengan air, kemudian alkohol dan terakhir aseton. Cara lain

adalah dengan membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam

dalam posisi vertikal. Tidak dianjurkan memakai larutan bichromat atau

deterjen.

5. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18-250C.

6. Pada pemeriksaan pipet harus diletakkan benar-benar posisi vertikal.

15
2.12 Kerangka Pikir

Suspek TB Paru

Bakteri Mycobacterium
n tuberculosis

Pemeriksaan Laboratorium LED (Laju Endap


Darah)

Metode
Westergren

Hasil

Gambar 2.12 Skema Kerangka Pikir


Sumber : Data Primer

16
2.13 Kerangka Konsep

Pasien Suspek TB Paru

Pemeriksaaan Laboratorium

Sampel Sputum Sampel Sel


(Hepatitis B Darah Merah
surface

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan LED


Ziehl-Neelsen GeneXpert

Metode Westergren Metode Wintrobe

3. Laki-laki : < 10 mm/1 1. Laki-laki : < 10 mm/1


jam jam
4. Perempuan : < 15 mm/1 2. Perempuan : < 20 mm/1
jam jam

Keterangan :

= Variabel yang tidak diteliti

= Variabel yang diteliti

Gambar 2.13 Skema Kerangka Konsep


Sumber : Data Primer

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran

lengkap mengenai sesuatu. Penelitian ini menggambarkan hasil pemeriksaan LED

pada suspek TB di Puskesmas Kota Timur.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif (quantitative method)

yaitu penelitian yang dicirikan dengan lebih menekankan pada informasi yang

dinyatakan dalam suatu bentuk angka atau bilangan numerik dimana angka

tersebut mewakili satu variabel tertentu dan dianalisis datanya, dilakukan

menggunakan teknik Exel. Penelitian ini menggambarkan tentang hasil hasil

pemeriksaan LED pada suspek TB di Puskesmas Kota Timur.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan pada Laboratorium Puskesmas

Kota Timur Kota Gorontalo.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 1 Mei 2020 – 31 Mei

2020.

18
3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti.

Populasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu orang yang

memiliki gejala seperti pada pasien TB paru.

2. Sampel

Sampel adalah kumpulan dari individu-individu atau objek yang dapat

diukur dan mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini adalah pasien

suspek TB paru di Puskesmas Kota Timur sebanyak 43 sampel dengan

beberapa kriteria sampel dan rumus besar sampel :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yaitu suatu karakteristik umum dari populasi target

yang akan dijadikan subyek penelitian (Sastroasmoro, 2014). Adapun

kriteria inkulis pada penelitian ini yaitu :

a. Seorang dengan gejala TB paru yang dapat berkomunikasi dengan

baik.

b. Seorang dengan gejala TB paru yang belum pernah di diagnosa

sebagai penderita dari penyakit TB paru

c. Seorang dengan gejala TB paru yang tidak cacat secara fisik.

19
2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu mengeluarkan atau menghilangkan beberapa

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian (Sastroasmoro,

2014). Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu

a. Seorang dengan gejala TB paru yang disertai penyakit lain.

b. Wanita hamil dan menyusui.

c. Meninggal atau sering keluar kota selama pemeriksaan

3. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus

populasi sampel penelitian tidak diketahui. Adapun besar sampel yang

diperoleh yaitu :

Rumus :
Z2 P (1-P)
n = ------------------------------
d2

20
Keterangan :

1) N = Jumlah sampel

2) Z21-/2 = Derajat kemaknaan, biasanya 95% = 1,96

3) P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, jika tidak

diketahui proporsinya, di tetapkan 50% = 0,05

4) d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang

diinginkan atau tingkat kesalahan yang diinginkan = 0,15

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling yaitu dimana sampel penelitian di pilih sesuai dengan kriteria

yang telah di tetapkan peneliti (Notoadmodjo, 2012). Pengambilan sampel dari

orang yang memiliki gejala TB paru di wilayah kota Gorontalo.

3.5 Kerangka Operasional

Seorang yang memiliki gejala TB paru di


wilayah kota Gorontalo

Populasi dalam penelitian yaitu seorang yang


memiliki gejala TB paru di wilayah kota
Gorontalo

Purposive
sampling

Sampel dalam penelitian ini sebagian dari populasi seorang


yang memiliki gejala TB paru di wilayah kota Gorontalo

21
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengumpulan darah vena
dengan melakukan pemeriksaan LED dengan metode Westergren dan
membagikan quisioner.

Pengolah data berupa : Editing, Coding, Entry,Cleaning,Tabulating dan


Describing

Analisis data menggunakan SPSS, dan penyajian dalam bentuk table


yang disertai narasi
Gambar 3.4.5 Kerangka Operasional

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

pemeriksaan LED menggunakan metode Westergren.

3.6.1 Alat Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tabung EDTA

2. Rak Tabung

3. Torniquit

4. Disposible 3 ml

5. Pipet Westergren

22
6. Rak Westergren

7. Ballpipet

3.6.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Kapas Alkohol 70%

2. Kapas kering

3. Darah vena

4. Antikoagulan EDTA

3.6.3 Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan ini menggunakan tabung Westergren dimana pada pipet

ini terdapat garis-garis millimeter 0 – 200 mm yang pengerjaannya

dilakukan sebagai berikut :

a. Pra Analitik

1. Pasien tidak memerlukan persiapan yang khusus

2. Persiapan sampel : Darah vena dicampur dengan antikoagulan

dengan perbandingan 4 : 1

3. Melakukan pengambilan darah vena sesuai dengan prosedur.

4. Darah di tampung pada tabung vakum yang terdapat antikoagulan

23
b. Analitik

1. Pipet darah EDTA menggunakan pipet Westergren sampai tanda nol,

bersihkan bagian luar pipet dengan tissue

2. Pengisian darah kedalam pipet menggunakan ballpipet

3. Pipet Westergren diletakkan pada rak tabung Westergren dengan

posisi tegak lurus pada suhu ruang dan jalankan stopwatch

4. Setelah tepat 1 jam, baca tinggi lapisan plasma yang terbentuk

dengan satuan mm/jam dan laporkan sebagai nilai LED.

c. Pasca Analitik

1. Laki-laki : < 10 mm/1 jam

2. Perempuan : < 15 mm/1 jam

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel dan diolah

menggunakan program statistik (Sugiono, 2012). Pengolahan data menggunakan

komputer dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing Data

Pada tahap ini peneliti mengkaji dan meneliti kembali data yang diperoleh

kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam

memperoleh data. Proses Editing dilakukan dengan cara memastikan atau

membaca kembali identitas petugas kebersihan.

24
2. Coding Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pemberian kode yang berupa angka-

angka terhadap data yang masuk berdasarkan variabelnya masing-masing.

Sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data.

3. Entry Data

Pada tahap ini peneliti memasukkan data berupa angka - angka yang

diberi kode dan akan diteliti dalam melakukan analisa data sehingga data yang

dihasilkan sesuai dengan data yang dibuat.

4. Cleaning Data

Tahap ini merupakan tahap peneliti membersihkan data atau menghapus

data – data yang tidak penting atau terlibat dalam menganalisa data sehingga

mendapatkan hasil yang sesuai.

5. Tabulating Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengelompokkan data ke dalam suatu

tabel tertentu menurut katogeri yang dimilikinya.

6. Describing Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan

menggambarkan dalam bentuk interpretasi dari hasil tabel yang telah

dilakukan analisa data.

25
3.8 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisi data dengan aplikasi Microsoft Exel yang

merupakan sebuah aplikasi/program komputer yang berguna untuk membuat jenis

analisis statistika (Sugiono, 2012). Analisis data dalam penelitian ini adalah

statistik deskriptif, dimana hanya menggambarkan data atau karakteristik data

dari sampel yang diteliti.

3.9 Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah

memahami apa yang disajikan (Sugiyono, 2012). Penyajian data dalam penelitian

ini menggunakan tabel dan disertai narasi, agar data lebih cepat di mengerti dan

dalam membuat proses pengambilan dan kesimpulan lebih tepat, cepat dan akurat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Retno Ardanari. 2018. Tuberkulosis. PT. Deepublish CV Budi Utama.


Yogyakarta.

Arif, Mansyur. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Fakultas Kedokteran


UNHAS. Makassar.

Brajedenta. G. S, Dewi. S. S. 2019. Efek Terapi Obat Anti Tuberkulosis Terhadap


Laju Endap Darah: Studi Pada Pasien Tuberkulosis Anak. Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan. Volume 5, Nomor 2.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis.


Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Gorontalo. 2018. Data Pasien Tuberkulosis Paru.


Gorontalo.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2019. Data Pasien Tuberkulosis Paru.


Gorontalo.

Gandosoebrata, R. 2016. Penuntun Laboratorium Klinik. PT. Dian Rakyat.


Jakarta.

Hasnawati. 2018. Pengaruh Infeksi Mycobacterium Tuberculosis Terhadap Nilai


Laju Endap Darah Penderita Tuberculosis Paru Di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Jurnal Media Analis
Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1. Makassar.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi Tuberkulosis Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Infodatin Pusat Data Dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI Tuberkulosis. Jakarta Selatan.

Widiastutik. F. D. S., Heru Purwita. 2018. Comparative Mean Value Of Led With
Westergreen Methode Using Edta Blood And Nacl 0,85% With

27
Comparative Dilution 4 : 0,5 And 4 : 1 On The Tb Lung Patient.
Jurnal Bioscience Volume 2 Number 1, pp.29-3.

World Health Organization. 2011. Manual of Basic Techniques for A Health


Laboratory. Edisi 2. PT. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai