Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 2 Nomor 4, November 2020


e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

PENCEGAHAN TETANUS
Sisy Rizkia Putri
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. DR. Ir. Sumatri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng,
Kec. Rajabasa, Kota Bandarlampung, Lampung, Indonesia 35145
sisyrizkia@gmail.com (+6287798055544)

ABSTRAK
Tetanus merupakan penyakit bersifat akut yang ditandai dengan kekakuan otot dan spasme,
akibat toksin yang dihasilkan Clostiridium Tetani mengakibatkan nyeri biasanya pada rahang
bawah dan leher. Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah studi review. Tujuan
penulis melakukan studi literatur ini adalah menyajikan, menambah pengetahuan tentang
pencegahan terhadap tetanus. Sumber utama yang digunakan merupakan buku-buku serta
artikel-artikel yang berasal dari literature searching di PubMed, google scholar, ataupun yang
lainnya. Pencarian artikel digunakan dengan kata kunci seperti tetanus, pencegahan, faktor
risiko, gejala klinis, vaksin. Artikel disaring dengan ketentuan pencarian dari tahun 2010-2020
dan menghasilkan 1100 artikel yang kemudian di pilih 30 artikel. Analisis dengan meggunakan
metose systematic studi literature digunakan untuk pengumpulan dan evaluasi pada fokus
pembelajaran yang dituju. Hasil studi literatur ini menunjukkan bahwa pencegahan dapat
dilakukan dengan vaksin tetanus. Penemuan vaksin ini dapat menekan angka kejadian.
Penanganan luka yang baik juga dapat menjadi cara ampuh dalam pencegahan penyakit tetanus.

Kata kunci: pencegahan; tatalaksana; tetanus; vaksin

PREVENTION OF TETANUS

ABSTRACT
Tetanus is an acute disease characterized by muscle stiffness and spasm, due to the toxin
produced by Clostiridium Tetani causing pain, usually in the lower jaw and neck. The method
used in this writing is a review study. The purpose of the authors in conducting this literature
study is to present, increase knowledge about prevention of tetanus. The main sources used are
books and articles from literature searching on PubMed, google scholar, or others. Article
searches are used with keywords such as tetanus, prevention, risk factors, clinical symptoms,
vaccines. Articles were filtered with search terms from 2010-2020 and produced 1100 articles
which were then selected 30 articles. Analysis using systematic study literature method is used
for collection and evaluation of the intended learning focus. The results of this literature study
indicate that prevention can be done with the tetanus vaccine. The discovery of this vaccine can
reduce the incidence rate. Good wound handling can also be a powerful way to prevent tetanus.

Keywords: prevention; tetanus; treatment; vaccine

PENDAHULUAN nyeri biasanya pada rahang bawah dan


Tetanus berasal dari kata Yunani leher (IPD PAPDI, 2014).
“tetanus” yang artinya “berkontraksi”,
merupakan penyakit bersifat akut yang Tetanus merupakan hal yang dapat
ditandai dengan kekakuan otot dan dicegah. Tetanus lebih umum
spasme, akibat toksin yang dihasilkan didapatkan pada masyarakat dengan
Clostiridium Tetani mengakibatkan pemasukan ekonomi rendah, terutama
negara berkembang, tapi tidak menutup

443
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

kemungkinan tetanus ada di negara muncul biasanya pada hari ke 4-14


maju. (Lam & Louise, 2019). setelah lahir, rata-rata 7 hari setelah
kelahiran. Penyebabnya adalah
WHO mengatakan pada tahun 2015, pemotongan tali pusar bayi saat lahir
terdapat 10301 kasus tetanus termasuk menggunakan alat yang tidak steril.
3551 kasus neonatal yang dilaporkan Kasus tetanus neonatal banyak terjadi
melalui WHO/Unicef. Laporan tersebut pada negara berkembang yang
juga masih belum bisa menjelaskan masyaraktnya masih banyak
angka kejadian sebenarnya dikarenakan menggukan layanan kesehatan rendah
banyaknya insiden yang tidak untuk persalinannya (Selvy, 2017).
dilaporkan (WHO, 2017).
Indonesia sebagai negara berkembang
Kelompok masyarakat yang tidak masih menjadi salah satu negara yang
mendapatkan vaksinasi, usia lebih dari kasus tetanus neonatal nya banyak. Pada
65 tahun, penderita diabetes merupakan tahun 1979 Indonesia malukan upaya
masyrakat yang memiliki faktor resiko untuk mencapai target Eliminasi
tinggi terhadap tetanus. Kurangnya Tetanus Maternal dan Neonatal dimulai
pengetahuan masyarakat terhadap dengan pemberian vaksin tetanus toxoid
resiko infeksi tetanus yang disebabkan kepada ibu hamil, calon pengantin dan
oleh luka juga menjadi salah satu faktor bayi (Pusat Data dan Informasi
risiko masih maraknya terjadi tetanus Kemenkes RI. 2012).
(Alifil et,al. 2015).
Imunitas yang didapatkan dari vaksin
Tetanus yang terjadi pada non neonatal tetanus dapat mencegah kejadian
paling banyak didapatkan dikarenakan tetanus, tetapi imunitas ini tidak
pekerjaan terutama pekerjaan yang berlangsung seumur hidup. Maka dari
memiliki potensial bahaya tinggi seperti itu dibutuhkan injeksi booster pada
pekerja agrikultural, pekerja industry, pasien yang mengalami luka rentan
dan pekerja kesehatan, pekerja tetanus (Komang, 2014). Tujuan
konstruksi dan pekerja besi. Dapat juga dilakukan studi literature ini adalah
didapatkan pada luka-luka yang tidak mengedukasi dan memberikan
ditangani dengan benar. Luka yang informasi kepada pembaca mengenai
dimaksud seperti luka akibat terpotong pencegahan tetanus terutama dengan
gelas ataupun luka tersayat metal penggunaan vaksin tetanus.
(Mahadev, et al. 2020).
METODE
Infeksi tetanus juga bisa disebabkan Metode yang digunakan pada artikel ini
oleh sebab lain. Seperti dikatakan Novi, adalah studi literatur. Sumber utama
pada penelitian yang dilakukannya yang digunakan merupakan buku-buku
kepada 40 orang anak, didapatkan serta artikel-artikel yang berasal dari
bahwa infeksi tetanus disebabkan literature searching di PubMed, google
karena otitis media sebanyak 52.5% dan scholar, ataupun yang lainnya.
sisanya dikarenakan luka tusuk dan Pencarian artikel digunakan dengan kata
laserasi di ekstremitas dan kepala kunci seperti tetanus, pencegahan,
(Novie, et al. 2012). faktor risiko, gejala klinis, vaksin.
Artikel disaring dengan ketentuan
Tetanus neonatal terjadi pada bayi pencarian dari tahun 2010-2020 dan
berusia kurang dari 28 hari. Gejala akan menghasilkan 1100 artikel yang

444
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

kemudian di pilih 30 artikel. Analisis Clostridium tetani merupakan


dengan meggunakan metose systematic organisme yang sensitive terhadap suhu
studi literature digunakan untuk panas dan tidak dapat bertahan hidup
pengumpulan dan evaluasi pada fokus jika terdapat kehadiran oksigen. Tetapi
pembelajaran yang dituju, lalu ditulis sebaliknya, spora bakteri ini sangat
kedalam jurnal ini dengan tujuan resisten terhadap suhu panas dan
menyajikan, menambah pengetahuan antiseptic biasa. Sporanya dapat
dan pemahaman mengenai artikel ini bertahan pada suhu 1210c untuk 10-15
dengan meringkas materi penelitian menit (CDC, 2015).
pada focus topic tertentu dimana pada
artikel ini membahas mengenai topik Clostridium tetani menghasilkan toksin
pencegahan tetanus. tetanus yang mengakibatkan kekakuan
otot dan spasme. Pada Bakteri dewasa
HASIL dihasilkan dua eksotoksin yaitu
Menurut laporan kasus yang ditulis oleh tetanolysin dan tetanospasmin.
Tertia, pasien dengan diagnosa tetanus Tetanospasmin inilah yang merupakan
datang dengan keluhan mulut kaku dan toksin neuro dan menyebabkan
sulit dibuka. Pasien juga mengaku sulit timbulnya gejala pada pasien dengan
menelan serta nyeri baik makanan padat tetanus. Infeksi oleh bakteri ini masuk
ataupun cairan. Nyeri pada perut dan lewat luka yang terkontaminasi, dimana
punggung, demam juga dirasakan. luka tersebut menjadi hipaerob sampai
Pasien juga tidak dapat beraktifitas anaerob disertai terdapatnya jaringan
karena kaku dirasakan di seluruh tubuh. nekrotis dimana spora akan berubah
Menurut laporan pasien juga anti menjadi vegetative dan berkembang
tetanus tidak diberikan setelah pasien (Bjernar, 2013).
mengalami luka tusukan kayu.
Didapatkan juga trismus dan Tatalaksana pada tetanus ditunjukkan
meningismus dileher. Uji spatula untuk mengontrol kekuan spasme,
positif. Pemeriksaan fisik yang kekuan otot dan menurunkan ketidak
dilakukan terhadap pasien didapatkan stabilan kardiovaskular. Tatalaksananya
perut seperti papan (Clarissa, et.al. meliputi penanganan luka yang baik,
2019). antitoksin, antibiotik serta penangan
suportif (Lam Minh & C Louise. 2019).
Clostridia adalah genera heterogen dari Pemberian antibiotic prophylaxis untuk
bakteri anaerob saprofitik. Merupakan tetanus tidak praktis dan juga tidak
bakteri gram positif pembentuk spora terlalu berguna dalam penanganan luka
yang terdiri dari 209 spesies dan 5 yang berpotensi tetanus. Imunisasi
subspesies. Terdapat spesies clostridia tetanus lebih berperan penting dalam
yang bersifat patogen seperti penanganan tetanus. Dilaporkan bahwa
Clostridium batolinum, Clostridium tetanus lebih jarang terjadi dengan
difficile, Clostridium perfringens, dan pasien yang memiliki riwayat imunisasi
Clostridium tetani. Spesies yang tetanus toxoid (CDC, 2019).
bersifat patogen ini menghasilkan satu
atau lebih eksotoksin yang membuat PEMBAHASAN
inangnya sakit dan dapat menyebabkan C. tetani masuk kedalam tubuh lewat
kematian (Jonathan, et.al 2017). luka yang terkontaminasi. Toksin yang
di produksi akan menyebar luas melalui
saluran limfe dan aliran darah. Toksin

445
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

yang dihasilkan akan berikatan dengan leher. Infeksi telinga juga dapat menjadi
sistem nervus sentral dan menganggu penyebab dari jenis tetanus ini. Tetanus
sistem nya, termasuk motorik perifer, jenis ini memiliki masa inkubasi tinggi
sumsum tulang belakang, otak dan sehingga prognosisnya lebih buruk dan
system nervus simpatik (CDC, 2015). tingkat yang tinggi pada mortalitasnya
(Iin, 2015).
Masa inkubasi tetanus adalah 3 sampai
21 hari, biasanya 8 hari. Semakin jauh Jenis tetanus yang paling sering
letak luka dari system saraf pusat maka ditemukan adalah tetanus generalis.
akan semakin lama masa inkubasinya. Tetanus jenis ini biasanya ditandakan
Periode inkubasi juga dapat dengan gejala spasme pada otot wajah
mempengaruhi prognosis pasien, atau trismus di awal dan susah menelan,
semakin pendek periode inkubasi maka diikuti kesulitan untuk bernafas, spasme
akan semakin tinggi tingkat otot belakang atau opithotonos serta
kematiannya (CDC, 2015). posture tonik generalis yang tiba-tiba.
Di kasus berat, spasme dari otot
Ada beberapa macam tetanus seperti pernafasan dapat menyebabkan
tetanus generalis, tetanus neonatal, kematian (Boushab, et al, 2018).
tetanus sefalik, dan tetanus lokal.
Tetanus lokal dan tetanus sefalik jarang Pada tetanus neonatal, tetanus jenis ini
ditemukan, sedangkan yang paling dapat dikonfirmasi diagnosanya dengan
banyak ditemukan adalah tetanus ditemukannya bayi yang memiliki
generalis dan tetanus neonatal. Pada kemampuan normal untuk menyusu dan
tetanus lokal ditemukan kekakuan otot menangis di 2 hari pertama kelahiran,
yang persisten di area yang sama lalu diantara hari ke 3 sampai ke 28 bayi
dengan luka. Kekauan ini mungkin tetap tidak bisa menyusu dengan normal dan
ada untuk beberapa minggu hingga menjadi kaku atau memiliki spasme
menghilang perlahan (Deepak, 2018). (Louise, 2019).

Tetanus lokal memilik prognosis baik Vaksin tetanus berasal dari toksin
dengan perawatan yang benar untuk tetanus inaktif atau lebih dikenal dengan
mencegah terjadinya tetanus generalis. vaksin TT (tetanus toksoid). Vaksin ini
Tatalaksana dengan menetralisir toksin telah tersedia di USA sejak tahun 1940-
dengan menggunakan tetanus an dan berhasil menurunkan presentasi
imunglobulin, dan juga penanganan kejadian tetanus sebesar 95%. (Ricardo
luka yang baik diperlukan. Pengobatan da S, et.al. 2018). Pada tahun 1995-
alternatif lainnya yaitu menggunakan 1996 vaksin TT mulai di gunakan
penisilin dengan dosis yang telah sebagai salah satu komponen dari
ditentukan, tapi dapat menyebabkan vaksin DTap dan Tdap yang juga
kemungkinan perburukan spasme mengandung vaksin untuk difteria,
(Louise, 2015). tetanus, pertussis (Cherry, 2010).

Tetanus sefalik merupakan jenis tetanus Terdapat juga tetanus maternal yaitu
yang juga jarang terjadi, ditandai tetanus yang terjadi ketika kehamilan
dengan adanya trismus serta disfungsi ibu usia 6 minggu sebelum akhir
paling sering pada nervus fasialis. kehamilan bisa kelahiran, keguguran
Tetanus ini biasanya disebabkan oleh ataupun aborsi. Terdapat tiga strategi
luka atau infeksi pada regio wajah dan dalam eliminasi dan pencegahan tetanus

446
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

neonatal maupun maternal, yaitu Kontrol saluran pernapasan juga


imunisasi, kebersihan kelahiran dan diperlukan, karena obat spasme yang
pengawasan (WHO, 2012). dipakai pada pasien tetanus dapat
memberikan efek sedasi depresi saluran
Diagnosis tetanus dapat ditegakkan dari pernapasan. Cairan dan nutrisi adekuat
gejala klinis tanpa menggunakan juga diperlukan untuk meningkatkan
pemeriksaan laboraturium. Menurut status metabolik pasien tetanus
WHO tetanus pada pasien dewasa dapat (Reymond, 2016).
ditegakkan apabila ditemukan trismus
atau kontraksi otot yang nyeri. C. Tetani Menurut penelitian 1 dari 100 anak akan
dapat ditemukan pada luka hanya di meninggal karena penyakit tetanus.
sekitar 30% kasus dan dapat jugs Pencegahan penyakit tetanus dapat
ditemukan pada pasien yang tidak dilakukan dengan imunisasi. Imunisasi
memiliki tetanus. Penegakkan diagnosis merupakan cara meningkatkan
segera diperlukan untuk menghindari kekebalan. Imunisasi tetanus toksoid
komplikasi seperti spasme laring, mulai dilakukan di Indonesia pada
hipertensi atau detak jantung abnormal, tahun 1974, dan imunisasi DPT bayi
embolisme pulmonal, pneumonia, dan pada tahun 1976. Imunisasi penting
kematian (WHO, 2010). diberikan untuk melindungi bayi dan
anak dari tetanus (Suhartik, 2014)
Menurut WHO, tatalaksana yang dapat
dilakukan pada pasien tetanus yang Pengendalian tetanus terutama tetanus
pertama adalah sebaiknya pasien tetanus maternal dan neonatrum di Indonesia
ditempatkan di ruang perawatan sunyi dilakukan dengan Imunisasi. Imunisasi
dan terhindar dari simulasi audiotorik DPT3 diberikan pada bayi. Imunisasi
dan stimulasi taktil (WHO, 2010). tetanus toxoid anak sekolah yang
Pada penatalaksanaan tetanus penting diberikan melalui program Upaya
diberikan ATS sebagai penetralisir Kesehtan Sekolah diberikan sebagai
toksin yang beredar di dalam darah penguatan kekebalan tubuh anak SD
dengan dosis 100.000-200.000 unit Indonesia. Bila imunisasi tiga dosis
melalui IV dan IM. Antibiotik juga DPT lengkap dan usia sekolah yaitu
diperlukan untuk kasus ini. satu dosis DT dan dua dosis tt/td maka
Metrodinazil menjadi pilihan utama kekebalan tubuh dapat bertahan sekitar
yang banyak digunakan pelayanan 25 tahun (Kemenkes RI, 2012).
kesehatan di Indonesia dengan dosis
15mg/kgBB dilanjutkan Imunisasi TT ibu hamil dan wanita
30mg/kgBB/hari selama 7-10 hari subur juga dilakukan sebagai strategi
secata intravena (Simanjuntak, 2013). pengendalian tetanus dengan program
ETN (eliminasi tetanus neonatrum).
Golongan benzodiazepines dipilih untuk Program ini diberikan melalui
mengkontrol spasme otot pada tetanus, pelayanan dasar pada bayi di bulan
dikenal karena memiliki agen lain imunisasi anak sekolah atau BIAS.
seperti relaksan otot, antikonvulsan, Persalinan yang bersih dan perawatan
sedatif dan efek anxiolitik. Diazepam tali pusat juga diperlukan untuk
diberikan dengan dosis 5mg. Banyak mencegah terjadinya tetanus pada bayi
digunakan karena harganya yang murah baru lahir (Kemenkes, 2012).
dan banyak tersedia (Chaturaka, et.al
2014).

447
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

CDC menuturkan terdapat 4 macam sangat sedikit. Reaksi lokal dan sistemik
vaksin yang digunakan untuk melawan ini akan menghilang seluruhnya pada 4
tetanus yang juga digunakan untuk sampai 28 hari pasca imunisasi (Eddy
melawan penyakit lain yaitu vaksin DT Fadlyana, et.al 2013).
(difteria dan tetanus), vaksin DTap
(difteria, tetanus, dan pertussis), vaksin Pencegahan juga dapat dilakukan
Td (tetanus dan difteria), dan vaksin dengan manajemen luka yang baik.
Tdap (tetanus, difteria dan pertussis) Mengangkat jaringan luka yang
(CDC, 2020). kemungkinan terdapat spora bakteri dan
yang berkondisi baik bagi kuman.
Menurut penelitian vaksin Tdap, Memberhentikan produksi toksin pada
dihasilkan bahwa vaksin ini sangat luka dan sekitarnya juga diperlukan.
aman digunakan. Tetapi seperti vaksin Seseorang dengan luka yang tidak
lain, vaksin Tdap juga dapat bersih ataupun tidak minor dan
menimbulkan efek samping pada memiliki kurang dari 3 dosis tetanus
penggunanya. Efek yang ditimbulkan toksoid atau tidak memiliki riwayat
ringan seperti kemerahan dan pegal imunisasi tetanus harus diberikan TIG
dibagian lengan yang disuntikkan serta Td atau Tdap. Hal ini berguna
vaksin, pusing, dan demam (CDC, sebagai dosis awal agar imunitas lebih
2019). prima menghadiapi toksin tetanus. TIG
juga dapat memberikan imunitas
Vaksin DTaP dengan 4 dosis diberikan sementara dengan menyajikan
pada anak usia 2, 4, 6, dan 15-18 bulan. antitoksin langsung setalah diberikan
Imunisasi pertama, kedua, dan ketiga (CDC, 2015).
harus terpisah jaraknya minimal 4
minggu. Jarak antara imunisasi ketiga SIMPULAN
dan keempat diberikan dengan jarak 6 Tetanus merupakan penyakit yang dapat
bulan dan tidak boleh diberikan pada dicegah. Pencegahan tetanus dapat
usia kurang dari 12 bulan. (CDC, 2015). dilakukan dengan pemberian imunisasi
Untuk anak usia diatas 7 tahun sesuai jadwal, dan booster untuk efek
diberikan vaksi Td/Tdap. Sedangkan imunitas yang lebih panjang terhadap
vaksin booster dapat diberikan setiap 10 toksin tetanus. Imunisasi tetanus pada
tahun sekali (Hartono G, 2017). Vaksin bayi dan anak diperlukan untuk
tetanus juga diberikan pada ibu hamil meningkatakan imunitas. Imunisasi
yaitu vaksin TDaP sebanyak 1 kali saat tetanus juga diberikan pada ibu hamil
usia 27-36 minggu. Jika ibu hamil untuk menghindari tetanus pada bayi
belum mendapat vaksin tetanus setelah dilahirkan. Penanganan luka
melahirkan, maka vaksin tetanus ini yang baik juga dapat menjadi salah satu
diberikan ketika ibu selesai melahirkan cara pencegahan tetanus. Pencegahan
langsung diberikan. tetanus juga dapat dilakukan oleh ibu
hamil dengan melakukan persalinan di
Hasil penelitian Eddy (2013) pelayanan kesehatan terlatih dan
didapatkan reaksi lokal seperti nyeri terjamin kebersihannya.
tempat suntikan dan kemerehan pasca
30 menit disuntik. Reaksi lokal ini DAFTAR PUSTAKA
dikelompokan menjadi reaksi ringan. Alifil W, Alshahran M, Abdulbaser M,
Pemantauan pada 30 menit sampai 72 El Fakarany NB. (2015). Severe
jam pertama didapatkan demam yang Generalized Tetanus: A Case

448
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

Report and Literature Review. America ;51(6):663–7.


Saudi J Med SCI 3(2):167 https://doi.org/10/1086/655826.
Bjernar Hassel. (2013). Tetanus: Clarissa Tertia, I Ketut Sumada, Ni
Pathophysiology, Treatment, and Ketut Candra Wiratmi. (2019).
the Possibility of Using Tetanus Tipe General Pada Usia
Botulinum Toxin against Tetanus- Tua Tanpa Vaksinasi: Laporan
Induced Rigidity and Spasms. Kasus dan Tinjauan Pustaka.
MDPI Toxins, 5, 78-83. Collsume Neurologi Vol.2 108-
https://doi:103390/toxins5010073 114.
Boushab Mohamed, Fatim Zahra, Chaturaka Rodrigo, Deepika Fernando,
Mamoudou Savadago, Leonardo Senaka Rajapakse. (2014).
K Basco. (2018). Generalized Pharmacological Management of
Tetanus in Adults Without Tetanus: An Evidenve Based
Antitetanus Booster Vaccination Review. Crit care 18(2):217
in Southern Mauritania. Clinical https://doi.org/10.1186/cc13797.
Case Report 6(5):835-838.
https://doi.org/10.1002/ccr3.1470 Deepak S. Sharma, Mit B Shah. (2018).
A Rare Case of Localized
Centers for Disease Control and Tetanus. India: Indian J Crit Care
Prevention. (2019). Tdap Vaccine Med 22(9): 678-679.
for Preteens and Teens.
https://www.cdc.gov/vaccines/par Eddy Fadlyana, Kusnandi Rusmil,
ents/diseases/tdap-basics- Herry Garna, Iwin Sumarman.
color.pdf Access on September (2013). Imunogenisitas dan
2020. Keamanan Vaksin Tetanus Difteri
pada Remaja Sebagai Salah Satu
Centers for Disease Control and Upaya Mencegah Reemerging
Prevention. (2020). Vaccines and Disease di Indonesia. Bandung:
Preventable Diseases. Sari Pediatri vol.15 no.3.
http://www.cdc.gov/vaccines/vpd-
vac/tetanus/. Access on Hartono G, Cissy B, et.al. (2017).
September 2020. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18
Tahun Rekomendasi IDAI 2017.
Centers for Disease Control and Sari Pedietri vol.18 no.5.
Prevention. (2015). Tetanus,
Epidemiology and Prevention of Iin Novita Nm, Doni Priambodo.
Vaccine-Preventable Diseases (2015). Cephalic Tetanus A Rare
The Pink Book 13th edition. Local Tetanus. Yogyakarta:
[accessed 21 september 2020] Biomedika vol.7(2).
https://cdc.gov/vaccines/pubs/pink
Jonathan E. Cohen, Rong Wang, Rong-
book.tetanus
Fong Shen, Wells W.Wu, James
Cherry JD. (2010) The present and E.Keller. (2017). Comparative
future control of pertussis. Pathogenomics of Clostridium
Clinical infectious diseases: an tetani. Plos One 12(8): e0182909
official publication of the https://doi.org/10.1371/journal.po
Infectious Diseases Society of ne.0182909

449
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 443 – 450
Global Health Science Group

Kementrian Kesehatan Republik dan Neonatal di Indonesia.


Indonesia. (2012). Eliminasi https://www.depkes.go.id/downlo
tetanus Maternal & Neonatal. ad.php?file=download/pustadin/b
Jakarta: Buletin Jendel vol.1 uletin/buletin-mnte.pdf
Lam Minh Yen, C Louiaw Thwaites. Reymond Surya. (2016). Skoring
(2019). Tetanus. The Lancet; 393, Prognosis Tetanus Generalisata
1657-1668. pada Pasien Dewasa. NTT: CDK-
https://doi.org/10/1016/S0140- 238 vol.43 no.3
6736(18)33131-3.
Selvy Novita. (2017). Analisis Faktor
Louise Thwaites C, Yen LM. (2015). Risiko Kematian Bayi Penderita
Tetanus in: Kasper Dl Harisson’s Tetanus Neonatorum di Provinsi
Principles of Internal Medicine Jawa Timur. Surabaya; FKM
19th ed. New Delhi: McGraw-Hill Unair
Education pp984-6. https://doi:10.20473/jbe.v5i2.2017
.195-206
Mahadev M. Saurab K. Maya G. Gopal
K. Mahendra K. (2020). Simanjuntak P. (2013). Penatalaksanaan
Diagnosis and Management of Tetanus Pada Pasien Anak.
Cryptogenis Occupational Lampung: Medula Unila
Tetanus: A Case Report from 1(4)pg.85-93.
Rajasthan India. India;
IJOEM24(1)36-38. Suhartik, Rusni Mato. (2014). Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Ni Komang Saraswati. (2014). Imunisasi tetanus Toksoid Pada
Penatalaksanaan Tetanus. Bali: Wanita Usia Subur Di Puskemas
CDK-222/vol.41, no.11 Mandai Kabupaten Maros.
Poltekes kemenkes Makassar.
Novie H, Yose P, S.N.N Tatura, T.H
Rampengan. (2012). Profil Kasus World Health Organization. (2010).
Tetanus Anak Di RS Prof. Current Recommendation for
Dr.R.D. Kandou Manado vol 14 Treatment of Tetanus During
no.3 .Manado: Sari Pediatri Humanitarian emergencies. WHO
Tech Note. Diakses 21 sep 2020.
Ricardo da S, Sinu P, John S, Daniela https://www.who.int/diseasecontr
W, Jennifer M, Elizabeth P, ol_emergencies/who_hse_gar_dce
Simon M, Shane C, Alessandro S, _2010_en.pdf
Cecillia S, Lindestram A. (2018)
Definition of Human Epitopes World Health Organization. (2012).
Recognized in Tetanus Toxoid Achieving and sustaining
and Development of an Assay maternal and neonatal tetanus
Strategy to Detect Ex Vivo elimination. Strategic plan 2012–
Tetanus CD4+T Cell Respons. 2015. Geneva: World Health
PlosOne 13(2): e0193382. Organization.
https://doi.org/10.1371/journal.po
ne.0193382. World Health Organization. (2017).
Weekly Epidemiological Record:
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Tetanus vaccines. Switzerland:
2012. Eliminasi Tetanus Maternal no. 6, 92, 53-76.

450

Anda mungkin juga menyukai