Anda di halaman 1dari 29

i

Makalah Seminar PKL

CRP Sebagai Salah Satu Pemeriksaan Pendukung Diagnosa Suspek

Covid-19

Disusun Oleh :

1. Dewi Setyawati ( 061711028 )

2. Elfrida Riani Sandi ( 061711035 )

3. Indrajati Puspita ( 061711056 )

4. Lilis Endah Wijayanti ( 061711063 )

5. Mimah Mulhimah ( 061711069 )

6. Nidya Saputri ( 061711081 )

7. Sutrisno ( 061711119 )

Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Binawan

2020

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah seminar dengan judul “ CRP Sebagai Salah Satu Pemeriksaan

Pendukung Diagnosa Suspek Covid-19 “ .

Tujuan penyusunan makalah seminar ini salah satunya adalah untuk memenuhi salah satu

mata kuliah prasyarat di Program Diploma IV Jurusan Ahli Teknologi Laboratorium Medik,

Universitas Binawan.

Keberhasilan Penyusunan makalah seminar tidak akan terwujud dan terselesaikan dengan

baik tanpa ada bantuan, bimbingan serta dorongan yang tak terhingga nilainya dari berbagai

pihak baik secara material maupun spiritual. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan

dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam

penulisan makalah seminar ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan pembahasan makalah seminar ini

masih banyak kekurangan, karena keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu dengan

segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

segenap pembaca sebagai tambahan pengetahuan di masa mendatang. Akhir kata, semoga tulisan

yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, dan bagi penulis pada

khususnya.

Jakarta, 19 Oktober 2020

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

BAB 1..............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Tujuan....................................................................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................6
BAB 2..............................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................7
2.1 Pengertian CRP (C-Reactive Protein)...................................................................................7
2.1.1 Regulasi CRP..................................................................................................................9
2.1.2 Struktur Protein.............................................................................................................10
2.1.3 CRP Terhadap Peradangan............................................................................................11
BAB 3............................................................................................................................................13
METODE PEMERIKSAAN.........................................................................................................13
3.1 Pemeriksaan C-Reactive Protein.........................................................................................13
3.1.1 Metode Aglutinasi Lateks.............................................................................................14
3.1.2 Metode Immunometri (Format Sandwich)....................................................................16
3.1.3 Metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)...........................................18
3.1.4 Metode Nefelometri ( dengan alat MISPA-i3)..............................................................22
BAB 4............................................................................................................................................24
PEMBAHASAN............................................................................................................................24
BAB 5............................................................................................................................................26
PENUTUP.....................................................................................................................................26
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................26
5.2 Saran.....................................................................................................................................26
Daftar Pustaka................................................................................................................................27

iii
iv

Daftar Tabel

Figure 2.1 Pembentukan protein fase akut oleh hati saat terjadi peradangan..................................8
Figure 2.1.2 Struktur C-Reactive Protein......................................................................................10
Figure 3.1.3 Prosedur Kerja CRP Metode ELISA........................................................................21

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tanggal 29 Desember 2019 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei,

China dilaporkan munculnya penyakit pneumonia gawat yang tidak diketahui.

Pemerintah RRC kemudian menginformasikan kepada WHO tentang munculnya

penyakit ini setelah melalui proses verifikasi. Pada tanggal 8 Januari 2020 patogen dari

kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai novel coronavirus 2019 (nCoV-2019), dan

struktur gen-nya segera dikirim ke WHO. Pada tanggal 30 Januari 2020 ditetapkan

kemunculan penyakit novel coronavirus pneumonia (NCP) ini sebagai Public Health

Emergency of International Concern (PHEIC). Pada tanggal 12 Februari 2020

International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) mendeklarasikan bahwa

nCoV-2019 menjadi nama resmi dari Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

(SARS-CoV-2), dan pada hari yang sama WHO mendeklarasikan SARS-CoV-2 nama

resminya adalah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Indonesia pertama kali melaporkan kasus COVID-19 pada 2 Maret 2020

sebanyak 2 kasus. Tanggal 24 Juli 2020, COVID-19 mencapai 15.012.731 kasus secara

global dengan 4,1% kematian dan di Indonesia mencapai 93.657 kasus dengan 4.576

kematian (4,9%). Tingginya angka kematian sangat erat kaitannya dengan tingkat

keparahan penyakit, sehingga deteksi dini tingkat keparahan penyakit merupakan salah

satu kunci untuk menurunkan angka kematian.

5
6

Seperti kita ketahui patogenesis COVID-19 didasarkan pada proses hiper

inflamasi yang dimediasi oleh sitokin yang berkembang menjadi badai sitokin. Penanda

hiper inflamasi termasuk CRP, IL-6, Ferritin, D-dimer, LDH, Procalcitonin, limfopenia

dan trombositopenia. Protein C-reaktif (CRP) adalah protein fase akut yang disintesis

oleh hati terutama sebagai reaksi terhadap IL-6 dan penanda inflamasi dapat berperan

dalam memprediksi keparahan Community Acquired Pneumonia. Maka dari itu CRP

dapat digunakan sebagai salah satu panel pemeriksaan untuk mendukung diagnosa pada

pasien suspek Covid-19.

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pemeriksaan CRP sebagai salah

satu pemeriksaan untuk mendukung diagnosa pada pasien suspek Covid-19.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa itu CRP

2. Metode apa saja yang digunakan dalam pemeriksaan CRP

3. Hubungan pemeriksaan CRP dengan SARS-CoV-2


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian CRP (C-Reactive Protein)

CRP ditemukan di laboratorium Oswald Avery pada tahun 1930 selama perjalanan

studi pasien dengan infeksi Streptococcus pneumoniae. Sera yang diperoleh dari pasien ini

selama fase akut awal dari penyakit ditemukan mengandung protein yang dapat memicu

polisakarida “C” yang berasal dari dinding sel pneumokokus. Empat puluh tahun kemudian,

Volanakis dan Kaplan mengidentifikasi ligan spesifik untuk CRP di polisakarida C

pneumokokus sebagai fosfokolin, bagian dari asam tekoat dari dinding sel pneumokokus.

Meskipun fosfokolin adalah ligan pertama yang didefinisikan untuk CRP, sejumlah ligan

lain telah diidentifikasi. Selain berinteraksi dengan berbagai ligan, CRP dapat mengaktifkan

jalur komplemen klasik, merangsang fagositosis, dan berikatan dengan reseptor

imunoglobulin.

C-Reactive protein (CRP) adalah biomarker yang menjadi komponen utama pada

reaksi inflamasi. Protein plasma ini berasal dari hati, dimana konsentrasinya meningkat

dengan cepat sehingga menjadi sistemik marker selama cedera jaringan, inflamasi atau

infeksi (Ansar, 2016). Peningkatan kadar CRP dalam darah dapat dijumpai pada gangguan

muskuloskeletal pada ekstremitas atas (Riondino, 2010). C-Reactive protein merupakan

protein yang kadarnya pada serum dapat meningkat, tidak hanya pada respon inflamasi akut,

melainkan juga pada respon inflamasi kronik. Kadar CRP dapat merefleksikan kadar

inflamasi yang terjadi, dan secara kuat berhubungan dengan berbagai penyakit (Cutler,

7
8

2003). Kadar CRP dapat meningkat pada beberapa penyakit seperti angina pectoris,

perokok, usia lanjut, dan pasien dengan penyakit metabolik (Ansar, 2016).

Figure 2.1 Pembentukan protein fase akut oleh hati saat terjadi peradangan

(gambar diambil dari Kawthalkar SM, 2010)

C-Reactive protein sebagai penanda biokimia respon inflamasi dan cedera jaringan

distimulasi oleh produksi sitokin proinflamasi. Sitokin proinfalamasi terutama interleukin-6

(IL-6) menjadi komponen inflamasi baik pada cedera neuronal maupun jaringan sinovial

(Luchetti, 2007). Penelitian oleh Ramirez pada tahun 2008 menunjukkan IL-6 memainkan

peranan dalam regenerasi akson setelah cedera saraf tepi dan berkontribusi pada respon

seluler secara keseluruhan. (Ramirez, 2008).

Pada manusia, kadar CRP dalam plasma dapat meningkat dengan cepat dan nyata,

sebanyak 1000 kali lipat atau lebih, setelah stimulus inflamasi akut, sebagian besar
9

mencerminkan peningkatan sintesis oleh hepatosit. Setidaknya 40 protein plasma

didefinisikan sebagai protein fase akut, berdasarkan perubahan konsentrasi sirkulasi

setidaknya 25% setelah stimulus inflamasi. Kelompok ini meliputi protein pembekuan,

faktor komplemen, anti protease, dan protein transpor. Perubahan ini mungkin berkontribusi

pada kemampuan defensif atau adaptif.

2.1.1 Regulasi CRP

Gen CRP yang terletak di lengan pendek kromosom 1, hanya mengandung satu

intron, yang berfungsi memisahkan daerah antara yang menyandikan peptida sinyal

dengan yang menyandikan protein matang. Induksi CRP dalam hepatosit pada

prinsipnya diatur pada tingkat transkripsi oleh sitokin interleukin-6 (IL-6), suatu efek

yang dapat ditingkatkan dengan interleukin-1β (IL-1β). Baik IL-6 dan IL-1β

mengontrol ekspresi banyak gen protein fase akut melalui aktivasi faktor transkripsi

STAT3, anggota keluarga C/EBP, dan protein Rel (NF-kB). Regulasi unik dari setiap

gen fase akut disebabkan oleh interaksi spesifik yang diinduksi oleh sitokin dari

faktor-faktor ini dan faktor transkripsi lainnya pada promotornya. Jadi, untuk gen

fibrinogen, STAT3 adalah faktor utama, untuk gen serum amiloid A, NF-B sangat

penting, dan sedangkan untuk CRP, anggota keluarga C/EBP yaitu C/EBP β dan

C/EBPδ sangat penting untuk induksi. Selain situs pengikatan C/EBP, wilayah

promotor proksimal dari gen CRP mengandung situs pengikatan untuk protein STAT3

dan Rel. Interaksi di antara faktor-faktor ini yang menghasilkan peningkatan ikatan

DNA yang stabil dari anggota keluarga C / BP menghasilkan induksi gen yang

maksimal. Sintesis CRP ekstrahepatik juga telah dilaporkan pada neuron, plak

aterosklerotik, monosit, dan limfosit. Mekanisme yang mengatur sintesis di situs-situs


10

ini tidak diketahui, dan kecil kemungkinannya bahwa mereka secara substansial

mempengaruhi kadar CRP dalam plasma.

2.1.2 Struktur Protein

Figure 2.1.2 Struktur C-Reactive Protein

CRP terdiri dari lima protomer 23-kDa identik yang tidak terkait secara

kovalen yang disusun secara simetris di sekitar pori pusat. Istilah "pentraxins" telah

digunakan untuk menggambarkan keluarga protein yang terkait dengan struktur ini.

Setiap protomer telah ditemukan dengan kristalografi sinar X untuk dilipat menjadi

dua lembar antiparalel dengan topologi jellyroll pipih mirip dengan lektin seperti

concanavalin A. Setiap protomer memiliki permukaan pengenalan dengan tempat

pengikatan fosfokolin yang terdiri dari dua ion kalsium terkoordinasi yang berdekatan

dengan kantong hidrofobik. Struktur kristal bersama CRP dengan fosfokolin

menunjukkan bahwa Phe-66 dan Glu-81 adalah dua residu kunci yang memediasi

pengikatan fosfokolin ke CRP. Phe-66 memberikan interaksi hidrofobik dengan gugus


11

metil fosfokolin sedangkan Glu-81 ditemukan di ujung kantong yang berlawanan di

mana ia berinteraksi dengan nitrogen kolin bermuatan positif. Pentingnya kedua residu

telah dikonfirmasi oleh studi mutagenesis.

2.1.3 CRP Terhadap Peradangan

Kadar protein C-Reaktif diketahui meningkat secara dramatis sebagai respons

terhadap cedera, infeksi, dan peradangan. CRP terutama digolongkan sebagai penanda

peradangan akut, tetapi penelitian mulai menunjukkan peran penting yang dimainkan

CRP dalam peradangan. CRP adalah mediator hilir utama dari respons fase akut setelah

peristiwa inflamasi dan terutama disintesis oleh biosintesis hati yang bergantung pada IL-

6. Peran utama CRP dalam inflamasi cenderung berfokus di sekitar aktivasi molekul C1q

di jalur komplemen yang mengarah ke opsonisasi patogen. Meskipun CRP dapat

memulai jalur fase fluida pertahanan tubuh dengan mengaktifkan jalur komplemen, CRP

juga dapat memulai jalur yang dimediasi sel dengan mengaktifkan komplemen serta

mengikat reseptor Fc dari IgG. CRP mengikat reseptor Fc dengan interaksi yang

dihasilkan yang mengarah ke pelepasan sitokin pro-inflamasi. CRP juga memiliki

kemampuan untuk mengenali molekul diri dan molekul asing berdasarkan pengenalan

pola, sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh aktivator komplemen lain seperti IgG karena

molekul ini hanya mengenali epitop antigenik yang berbeda.

Bukti menunjukkan bahwa CRP tidak hanya sebagai penanda inflamasi tetapi

juga berperan aktif dalam proses inflamasi. Namun, sebagian besar penelitian awal dalam

literatur hanya mengacu pada CRP dan tidak membedakan kedua isoform tersebut. Jadi,
12

tidak seperti publikasi yang lebih baru, temuan kerja awal tentang CRP dapat tampak

agak tidak jelas dan terkadang bertentangan karena sering tidak ditentukan isoform CRP

mana yang diukur atau digunakan dalam eksperimen, apakah tanggapan yang dikaitkan

dengan nCRP sebenarnya mungkin karena disosiasi parsial/penuh ke dalam mCRP atau

jika kontaminasi lipopolisakarida (LPS) dapat terjadi. Studi yang lebih baru umumnya

membedakan antara efek diferensial dari setiap isoform CRP pada proses inflamasi, tetapi

karena antibodi untuk mCRP tidak tersedia secara komersial hingga saat ini, beberapa

laboratorium dapat melakukan studi yang menyelidiki isoform mCRP.

Ada semakin banyak bukti bahwa CRP memiliki peran fungsional dalam proses

inflamasi. CRP merupakan penanda peradangan akut dan konsentrasinya meningkat

dalam sirkulasi selama kejadian inflamasi. CRP disimpan di tempat peradangan dan

kerusakan jaringan baik dalam kondisi alami maupun eksperimental. Namun, ada banyak

data yang dipublikasikan yang menyelidiki CRP yang tidak mempertimbangkan dua

isoform yang berbeda. Dapat dimaklumi, ketika beberapa studi ini dilakukan, keberadaan

dua isoform CRP tidak mapan dan antibodi yang tersedia akan meningkat melawan

pentameric nCRP saja. Masalah lain dengan data yang dipublikasikan adalah bahwa

lokalisasi CRP sering hanya diteliti dalam kisaran sempit dari kondisi inflamasi dan jenis

jaringan. Meskipun isoform mCRP telah terbukti tidak larut dalam plasma, ia menjadi

terlokalisasi di jaringan yang meradang dan memperkuat respons pro-inflamasi dengan

umpan balik positif.


13
BAB 3

METODE PEMERIKSAAN

3.1 Pemeriksaan C-Reactive Protein

Prosedur Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode

aglutinasi atau metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich imunometri. Tes

aglutinasi dilakukan dengan menambahkan partikel latex yang dilapisi antibodi anti CRP

pada serum atau plasma penderita sehingga akan terjadi aglutinasi. Untuk menentukan

titer CRP, serum atau plasma penderita diencerkan dengan buffer glisin dengan

pengenceran bertingkat (1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan seterusnya) lalu direaksikan dengan latex.

Titer CRP adalah pengenceran tertinggi yang masih terjadi aglutinasi. Tes sandwich

imunometri dilakukan dengan mengukur intensitas warna menggunakan Nycocard

Reader. Berturut-turut sampel (serum, plasma, whole blood) dan konjugat diteteskan

pada membran tes yang dilapisi antibodi monoklonal spesifik CRP. CRP dalam sampel

tangkap oleh antibodi yang terikat pada konjugat gold colloidal particle. Konjugat bebas

dicuci dengan larutan pencuci (washing solution). Jika terdapat CRP dalam sampel pada

level patologis, maka akan terbentuk warna merah-coklat pada area tes dengan intensitas

warna yang proporsional terhadap kadar. Intensitas warna diukur secara kuantitatif

menggunakan NycoCard reader II.

14
15

3.1.1 Metode Aglutinasi Lateks

 Prinsip Pemeriksaan

Prinsip pemeriksaan CRP dengan metode Aglutinasi lateks adalah antibodi

yang disalutkan pada partikel untuk menentukan adanya antigen di dalam

spesimen serum. Pada pengujian ini dilakukan dengan menambahkan suspensi

partikel lateks yang dilapisi dengan antibodi anti-human CRP kepada spesimen

serum yang diuji. Dengan adanya aglutinasi yang terlihat mengindikasikan adanya

peningkatan kadar CRP ke tingkat klinis yang signifikan (CRP Latex Test Kit,

2013).

 Prosedur Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Kualitatif

1. Reagen lateks CRP dihomogenkan dengan hati-hati, dipipet ke atas

lingkaran slide sampel serum sebanyak 1 tetes (50μL), kontrol positif

(CP) dan kontrol negatif (CN)

2. Kemudian ditambahkan 1 tetes reagen lateks (antigen CRP) masing-

masing ke atas lingkaran tersebut

3. Dihomogenkan dengan cara memutar pada rotator dengan kecepatan 100

rpm selama 2 menit

4. Setelah itu hasil dibaca dibawah sinar terang, aglutinasi yang terjadi

menunjukan CPR postif (CPR dalam sedimen ≥ 6 mg/L )


16

b. Pemeriksaan Semi Kuantitatif

1. Serum dengan metode kualitatif positif dipipet sebanyak 50 μL NaCl 0,9%

ke atas 6 lingkaran slide

2. Setelah itu, dipipet 50 μL serum ke atas lingkaran I (pengenceran 2 kali),

dihomogenkan.

3. Dipipet suspensi dari lingkaran I sebanyak 50 μL ke atas lingkaran II

(pengenceran 4 kali), sampai ke slide V (pengenceran 32 kali)

4. Dipipet sebanyak 50 μL, ke lingkaran VI (untuk stok), jika masih

menunjukkan hasil positif pada lingkaran V

5. Setelah itu,ditambahkan ke atas masing-masing lingkaran reagen lateks

CRP sebanyak 1 tetes

6. Dihomogenkan dengan cara memutar pada rotator dengan kecepatan 100

rpm selama 2 menit

7. Setelah itu, hasil dibaca di bawah sinar terang. Pengenceran tertinggi yang

masih positif (tampak aglutinasi) dikalikan dengan 6 mg/L menunjukkan

titer CRP dalam spesimen serum yang diperiksa

 Interpretasi Hasil

1. Terjadinya aglutinasi menunjukkan titer CRP pada sampel >6 mg/L

2. Tidak ada aglutinasi menunjukkan tingkat titer CRP <6 mg/L pada sampel
17

3.1.2 Metode Immunometri (Format Sandwich)

 Prinsip Pemeriksaan

Dalam tabung uji perangkat, terdapat membran yang dilapisi dengan

antibodi monoklonal spesifik CRP yang diimobilisasi. Sampel yang diencerkan

diberikan ke perangkat uji. Ketika sampel mengalir melalui membran, protein C

reaktif ditangkap oleh antibodi. CRP yang terperangkap pada membran lalu akan

mengikat konjugat antibodi emas yang ditambahkan, dalam jenis reaksi sandwich.

Konjugat yang tidak terikat disingkirkan dari membran dengan larutan pencuci.

Lapisan kertas di bawah membran menyerap cairan yang berlebih. Dengan

adanya kadar patologis CRP dalam sampel, membran tampak berwarna merah

kecoklatan dengan intensitas warna yang berbanding lurus dengan konsentrasi

CRP pada sampel. Intensitas warna diukur secara kuantitatif dengan NycoCard

Reader II.

 Prosedur Pemeriksaan

1. Tambahkan 5 μL sampel pasien (Whole blood, Serum/plasma) ke dalam

tabung eppendrof yang berisi R1/cairan pengencer. Homogenkan selama 10

detik.

2. Ambil 50 μL sampel yang diencerkan lalu pindahkan ke TD/perangkat uji.

Biarkan sampel meresap ke dalam membran (sekitar 30 detik).

3. Tambahkan satu tetes R2/konjugat ke TD/perangkat uji. Biarkan reagen

meresap ke dalam membran (sekitar 30 detik).


18

4. Kemudian tambahkan satu tetes R3/larutan pencuci ke TD/perangkat uji.

Biarkan reagen meresap ke dalam membran (sekitar 20 detik).

5. Baca hasilnya dalam jangka waktu 5 menit menggunakan NycoCard Reader II.

Figure 2.2.2 Prosedur Kerja Nycocard CRP

 Interpretasi Hasil

Nilai Rujukan: < 10 mg/L


19

Interpretasikan hasil Uji NycoCard CRP dengan mempertimbangkan riwayat

medis pasien, pemeriksaan klinis, dan hasil laboratorium lainnya secara

saksama.

3.1.3 Metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)

 Prinsip Pemeriksaan

Mikroplate ELISA yang disediakan dalam kit ini telah dilapisi dengan

antibodi khusus untuk Human CRP. Sampel (atau Standar) dan antibodi deteksi

biotinilasi khusus ditambahkan ke sumur mikroplate ELISA lalu akan bergabung

dengan antibodi spesifik. Kemudian konjugat Avidin-Horseradish Peroksidase

(HRP) ditambahkan berturut-turut ke setiap mikroplate dan diinkubasi.

Komponen yang tidak diperlukan akan hilang saat pencucian. Substrat Solution

ditambahkan ke setiap lubang. Hanya sumur yang mengandung CRP, antibodi

deteksi biotinilasi dan konjugasi Avidin-HRP yang akan tampak berwarna biru.

Reaksi substrat enzim diakhiri dengan penambahan Stop Solution dan warnanya

menjadi kuning. Optical Density (OD) diukur secara spektrofotometri pada

panjang gelombang 450 ± 2 nm. Nilai OD sebanding dengan konsentrasi CRP.

 Prosedur Kerja

a. Persiapan Reagen

1. Bawa semua reagen ke suhu kamar (18 ~ 25 ℃) sebelum digunakan


20

2. Wash Buffer: Encerkan 30 mL Concentrated Wash Buffer dengan 720 mL air

deionisasi atau suling untuk membuat 750 mL Wash Buffer. Catatan: jika

kristal telah terbentuk dalam konsentrat, hangatkan dalam penangas air 40 ℃

dan aduk perlahan sampai kristal benar-benar larut

3. Standard Working Solution: Sentrifugasi standar pada 10.000xg selama 1

menit. Tambahkan 1,0 mL Reference Standard &Sample Diluent, diamkan

selama 10 menit dan bolak-balikkan perlahan beberapa kali. Setelah larut

sepenuhnya, aduk rata dengan pipet. Pengerjaan ini menghasilkan larutan

kerja 25 ng/mL. Kemudian buat pengenceran serial sesuai kebutuhan.

Gradien pengenceran yang disarankan adalah sebagai berikut: 25, 12.5, 6.25,

3.12, 1.56, 0.78, 0.39, 0ng / mL.

Cara pengenceran:

Ambil 7 tabung eppendrof, tambahkan 500 μL Reference Standard &Sample

Diluent ke setiap tabung. Pipet 500 μL larutan kerja 25 ng/mL ke dalam

tabung pertama dan campur hingga menghasilkan larutan kerja 12,5ng / mL.

Pipet 500 μL larutan dari tabung sebelumnya ke tabung terakhir sesuai

dengan langkah ini. Catatan: tabung terakhir dianggap kosong. Jangan

memipet larutan ke dalamnya dari tabung sebelumnya


21

4. HRP Conjugate Working Solution: Hitung jumlah yang dibutuhkan sebelum

percobaan (100 μL/sumur). Sentrifugasi Concentrated HRP Conjugate pada

kecepatan 800×g selama 1 menit, kemudian encerkan Concentrated HRP

Conjugate 100× menjadi 1× Working Solution dengan HRP Conjugate

Diluent.

b. Cara Kerja

1. Tambahkan Standard Working Solution ke dua kolom pertama: Setiap

konsentrasi larutan ditambahkan dalam duplikat, masing-masing satu lubang

dan berdampingan (50 μL untuk setiap sumur).

2. Tambahkan sampel ke sumur lainnya (50 μL untuk setiap sumur)

3. Segera tambahkan 50 μL Biotinylated Detection Ab Working Solution setiap

sumur. Tutupi plate dengan penyegel yang disediakan dalam kit

4. Inkubasi selama 90 menit pada suhu 37℃. Catatan: larutan harus ditambahkan

ke bagian bawah mikroplate ELISA dengan baik, hindari menyentuh dinding

bagian dalam dan menyebabkan pembusaan sebanyak mungkin


22

5. Buang larutan dari setiap sumur, tambahkan 350 μL Wash Buffer ke setiap

sumur. Tunggu selama 1 ~ 2 menit dan buang larutan dari masing-masing

wadah kemudian tepuk-tepuk hingga kering pada kertas penyerap yang bersih.

Ulangi langkah pencucian ini 3 kali.

6. Tambahkan 100 μL HRP Conjugate Working Solution ke setiap sumur. Tutup

dengan penyegel. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 ° C

7. Buang larutan dari masing-masing wadah, ulangi proses pencucian sebanyak 5

kali

8. Tambahkan 90 μL Substrate Reagent ke setiap lubang. Tutupi dengan

penyegel plate baru. Inkubasi selama sekitar 15 menit pada suhu 37 ° C.

9. Tambahkan 50 μL of Stop Solution ke setiap sumur

10. Tentukan densitas optik (nilai OD) setiap sumur sekaligus menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 nm


23

Figure 3.1.3 Prosedur Kerja CRP Metode ELISA


24

3.1.4 Metode Nefelometri ( dengan alat MISPA-i3)

 Prinsip Pemeriksaan

Sampel CRP berikatan dengan antibodi anti-CRP spesifik, yang telah

teradsorpsi ke partikel lateks dan menggumpal. Aglutinasi sebanding dengan

jumlah CRP dalam sampel. Konsentrasi aktual kemudian ditentukan dengan

interpolasi dari kurva kalibrasi yang dibuat dari kalibrator dengan konsentrasi

yang diketahui.

 Prosedur Kerja

1. Masukkan Smart Card ke slot pembaca kartu

2. Pilih fungsi uji dari layar utama dan biarkan wadah kartrid meluncur keluar

dari alat

3. Ambil satu kartrid CRP yang telah berisi reagen sebelumnya dan ketuk

perlahan sebelum menambahkan sampel untuk menghilangkan gelembung

udara.

4. Tambahkan 80 µL sampel ke sumur khusus di dalam kartrid. (Well No. 6)

dan tempatkan di wadah kartrid. Pilih tombol OK pada alat

5. Kartrid meluncur ke dalam alat dan terdeteksi untuk pengujian. Jika

pendeteksian kartrid berhasil, layar menampilkan nama pengujian yang sesuai

dengan detail kalibrasi. Pilih tombol 'Save' untuk menyimpan kalibrasi

pengujian terkait.

6. Pilih "OK" untuk mengkonfirmasi data kalibrasi dan untuk memasukkan

rincian ID pasien.
25

7. Masukkan detail ID pasien dan pilih tombol 'START' untuk menjalankan tes.

8. Setelah menganalisis sampel, hasil tes akan dicetak dan ditampilkan di layar.

9. Alat akan mengeluarkan wadah kartrid untuk mengeluarkan kartrid bekas.

Keluarkan kartrid, tekan “EXIT” dan pilih “Ok” untuk melanjutkan tes

selanjutnya atau pilih 'HOME' untuk menu utama

 Interpretasi hasil

Nilai rujukan: < 6 mg/L

Figure 3.1.4 Pemeriksaan CRP dengan alat MISPA-i3


BAB 4

PEMBAHASAN

SARS-COV-2 merupakan virus yang memiliki envelope, berbentuk bundar atau oval dan

sering pleomorfik, dengan diameter antara 60- 140 nm. Virus ini secara genetik berbeda dengan

SARSr-CoV dan MERSr-CoV. Novel coronavirus 2019 dapat ditemukan dalam sel epithelial

pernafasan setelah 96 jam dengan kultur in vitro, dan membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk

dapat diisolasi dan dilakukan kultur cell line Vero E6 dan Huh-7. Virus corona sensitif terhadap

sinar ultraviolet dan panas, dan secara efektif dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada suhu

56°C selama 30 menit dan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, disinfektan

yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin).

Pada fase awal pasien dengan COVID-19, dapat ditemukan hitung sel darah putih total

yang normal maupun menurun dan hitung limfosit yang menurun. Pada beberapa pasien dapat

terjadi peningkatan nilai enzim hati, LDH, enzim otot dan mioglobin; dan pada beberapa pasien

yang kritis dapat ditemukan peningkatan kadar Troponin. Sebagian besar pemeriksaan

laboratorium menunjukkan peningkatan nilai C-Reaktif Protein dan tingkat laju endap darah,

sedangkan nilai Prokalsitonin normal. Pada pasien COVID-19, naiknya CRP utamanya terjadi

karena proses infeksi/inflamasi di paru yang akhirnya memicu banyak pembentukan sitokin-

sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan lainnya termasuk akhirnya CRP, tapi karena reseptor ACE2

(Angiotensin Converting Enzyme 2) di tubuh ada di mana-mana, yang bisa terinfeksi pun bisa di

mana-mana juga, contohnya saluran cerna dengan gejalanya diare.

26
27

Dari data pasien selama periode bulan Mei 2020 sampai dengan September 2020, pasien

dengan diagnosa suspek Covid-19 yang melakukan pemeriksaan CRP dan hasil konfirmasi

pemeriksaan SARS-COV-2 Real time PCR-nya ternyata positif tercatat sebanyak 350 pasien.

Dari 350 pasien tersebut didapat 223 pasien atau sebanyak 63,7% pasien yang mengalami

kenaikan CRP. Apabila kadar CRP belum mengalami peningkatan kemungkinan karena di dalam

tubuh pasien Covid-19 tersebut belum ada terjadinya inflamasi. Bahkan jika pun pasien yang

dicurigai hasil C-Reavtive Protein-nya meningkat, belum tentu karena terinfeksi Covid-19.

Sebagai contoh pasien dengan Diabetes Melitus (DM) yang sudah berat, maka otomatis CRP

akan meningkat karena pada DM juga terjadi inflamasi. Sehingga pemeriksaan C-Reactive hanya

dapat digunakan sebagai tes pendukung diagnosa saja, tetapi tidak dapat digunakan sebagai

patokan baku standar untuk pemeriksaan Covid-19.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

C-Reactive protein (CRP) adalah biomarker yang menjadi komponen utama pada

reaksi inflamasi. Protein plasma ini berasal dari hati, dimana konsentrasinya meningkat

dengan cepat sehingga menjadi sistemik marker selama cedera jaringan, inflamasi atau infeksi

(Ansar, 2016). Pada diagnosa pasien dengan suspek Covid-19, CRP hanya bisa digunakan

sebagai pemeriksaan pendukung saja. Hal ini dikarenakan pada pasien positif Covid-19 yang

belum terjadi inflamasi ditubuhnya, kadar CRP masih akan dalam batas normal. Begitu pun

pada pasien yang dicurigai Covid-19 belum tentu memang terinfeksi virus tersebut, karena

CRP juga dapat meningkat akibat inflamasi dari penyakit lainnya.

5.2 Saran

Pemeriksaan C-Reactive Protein sebaiknya digunakan hanya sebagai pemeriksaan

pendukung diagnosa pada pasien suspek Covid-19 saja. Untuk pemeriksaan lebih spesifik

apakah pasien tersebut terinfeksi atau tidak, lebih baik digunakan pemeriksaan SARS-COV-

2 Real time PCR.

28
Daftar Pustaka

Abbott. 2019. NycoCard CRP Package Insert.

https://www.globalpointofcare.abbott/en/product-details/nycocard-crp.html (diakses

tanggal 20 Oktober 2020)

Agappe. 2008. Prefilled Cartridge Reagents for Mispa i3 Automated Specific Protein

Analyzer. https://www.agappe.com/products/reagent_details/131 (diakses tanggal 20

Oktober 2020)

Black, Steven, Irving Khusner, dan David Samols. 2004. C-Reactive Protein. The

Journal of Biological Chemistry, 279 (47), 48487-48490.

Elabscience. 2009. QuicKey Human CRP(C-Reactive Protein) ELISA Kit.

https://www.elabscience.com/p-quickey_human_crp_c_reactive_protein_elisa_kit-

201912.html (diakses tanggal 20 Oktober 2020)

Kalma. 2018. Studi Kadar C-Reactive Protein (CRP) pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2. Jurnal Media Analis Kesehatan, 1(1), 62-68.

Komisi Kesehatan Nasional RRC, Administrasi Nasional Pengobatan Tradisional

RRC. 2020. Guidance for Corona Virus Disease 2019: Prevention, Control,

Diagnosis and Management. RRC: People’s Medical Publishing House.

29

Anda mungkin juga menyukai