Anda di halaman 1dari 18

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOLOGI MOLEKULER

PROGRAM STUDI DIV


TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIS

INSTITUT KESEHATAN
MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan karunianya sehingga buku penuntun praktikum ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Buku Penuntun Praktikum
Biologi Molekuler ini disusun untuk membantu dan mewadahi
mahasiswa/i dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam
melaksanakan praktikum biokimia di Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam.

Kami berharap dengan diterbitkannya buku penuntun praktikum


ini, maka mahasiswa/i Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
semakin berprestasi dalam bidang akademik dan semakin handal
dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Penulis juga menyadari
bahwa sepenuhnya buku penuntun praktikum ini masih memiliki
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga saran
dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan untuk
perbaikan buku petunjuk penuntun praktikum yang lebih baik lagi
ke depannya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Lubuk Pakam,
Oktober 2021

Penulis

i
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

DAFTAR ISI

Judul
Halama
n

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

ISOLASI GENOMIK DNA 1

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) 3

ELEKTROFORESIS 5

PENGUKURAN KONSENTRASI MOLEKUL DNA

DENGAN METODE PLASTIC CLING WRAP 7

ISOLASI PROTEIN 8

ANALISIS BIOLOGI MOLEKULER DENGAN METODE

ELISA 9

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

ISOLASI GENOMIK DNA

Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami teknik isolasi genom dari DNA
Bahan
1. Larutan fenol jenuh dalam buffer Tris-HCl pH 8.0
2. Buffer TEN (Tris-EDTA-NaCl)
3. Enzim lysozim
4. Buffer TE (Tris-EDTA) pH 7.5
5. Larutan SDS (sodium dedosil sulfat) 10%
6. Isoamyl alkohol
7. Kloroform
8. Ethanol 99% dingin
9. Ethanol 70%
10. Enzim RNAse
11. Air steril
12. Es batu
13. Kultur murni mikroorganisme
14. Media yang sesuai
Alat
1. Sentrifuse (sebaiknya yang ada pendinginnya, dengan kecepatan bisa
diatur 12,000sampai 15,000).
2. Effendorf (tabung kecil)
3. Pipetman 10, 200, 1000 mikro liter
4. Inkubator (waterbath)
5. Tabung falcon, tabung sentrifuse tahan fenol.
Cara kerja:
a. Tumbuhkan kultur dalam 100 ml medium cair yang sesuai
b. Panen sel dengan melakukan sentrifugasi pada 3,500 rpm selama 20-30
menit
c. Bilas masa sel dengan 100 ml larutan buffer TEN yang telah

1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

didinginkan di dalampecahan es
d. Suspensikan masa sel di dalam 12 ml larutan lyzozim dengan
kosentrasi 10 mg/l dalam buffer TE dan inkubasikan dalam water bath
suhu 37oC selama 1 jam
e. Tambahkan 6 ml larutan 100 g/l SDS 10% dan inkubasi kembali
pada suhu 37oCselama 1 jam
f. Tambahkan 9 ml larutan fenol jenuh (dalam buffer Tris-HCl, pH 8.0).
g. Tambahkan 9 ml larutan kloroform-isoamyl alkohol (24:1)
h. Suspensi disentrifuse dengan kecepatan 15,000 rpm pada suhu 5oC selama
30 menit
i. Bagian atas supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung falcon
(atausejenisnya, yang tahan terhadap fenol).
j. Tambahkan 2.5 kali volume alkohol 99% yang sudah didinginkan,
biarkan 15 menitdalam pecahan es

k. Sentrifugasi suspensi pada 15,000 rpm selama 15 menit pada suhu


5oC, dan DNAakan mengendap di dasar tabung
l. Buang supernatan dan suspensikan DNA pelet dengan menggunakan
alkohol 70%,dan disentrifuse kembali seperti langkah k di atas.
m. Endapan DNA dikeringkan dengan menggunakan aspirator dan
selanjutnya disuspensikan dalam 100 mikroliter bufer TE, pH 7.5
DNA yang diisolasi dengan menggunakan metode ini hampir selalu
disertai dengan RNA. Karena RNA akan mengganggu reaksi PCR, maka
disarankan untuk meghidrolisa RNA yang terdapat di dalam DNA dengan
cara sbb:
 Larutkan DNA yang diisolasi dalam 100-120 mikro liter bufer TE pH
7.5 (atau pH8.0)
 Tambahkan RNAse (Sigma, Co. Ltd: konsentrasi akhir enzim dalam
lautan): 50 mikrogr/l
 Lakukan ekstraksi fenol dan selanjutnya presipitasi dengan menggunakan
alkoholseperti langkah sebelumnya.
 DNA yang telah diisolasi disimpan dalam bufer TE, suhu –20 atau –80oC

2
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

☻ Tips
DNA bisa diisolasi dengan menggunakan skala yang lebih
sedikit. Umumnya kultur dibiakkan dalam 5 ml media cair dan
DNA diisolasi dari 1 ml (bahkan 100 mikro liter) suspensi kultur
dengan cara di atas. Buatlah skala perbandingan sehingga
konsentrasi pelarut yang digunakan sesuai. Ekstraksi DNA
dengan skala kecil (small scale) ini, akan memudahkan apabila
kita mempunyai banyak sampel yang akan dikerjakan.
Disamping itu, DNA hanya dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat sedikit untuk tujuan PCR (mungkin seitar 10-100 piko
gram) untuk satu kali reaksi PCR sudah lebih dari cukup.
Kecuali untuk keperluan kloning atau hibridisasi diperlukan
jumlah DNA yang lebih banyak (beberapa mikro gram).

3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Tujuan
Untuk mengetahui teknik amplifikasi DNA melalui teknik PCR.
Bahan
PCR set (1-6) yang terdiri dari:
1. dNTPs mix: yang merupakan campuran masing masing 10 mM dATP,
dCTP, dGTP,dTTP)
2. MgCl2
3. PCR buffer II
4. Forward primer
5. Reverse primer
6. TaqPolymerase
7. DNA template
8. Air steril
9. Es batu
10. Elektroforesis set (lihat protokol 8.2)
Alat
1. Tabung PCR 200 mikro liter (atau PCR tertentu menggunakan 500 mikro
liter)
2. Pepetman 0.5 – 10 mikro liter dan 10-200 mikroliter) dengan tip-nya
3. Mesin PCR
Cara kerja
1. Ke dalam tabung PCR (0.2 ml PCR tube) dimasukkan reagent sbb:
(sebaiknya DNA dimasukkan pada langkah terakhir sebelum
penambahan aquadessteril).
1. 5 dNTPs yang merupakan campuran masing-masing 10 mM
dATP, dCTP,dGTP, dTTP) (konsentrasi akhir 10 mM setiap dNTP).
2. 3.5 MgCl2 (75 mM)
3. PCR buffer II (10X PCR buffer)

4
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

4. 5 forward primer 10 pmol


5. 5 reverse primer 10 pmol
6. TaqPolymerase (2.5U)
7. DNA template (10-100 ng/
8. Air steril (air bebas mineral (deionized water) lebih baik) sampai vol.
akhir 50
2. Lakukan amplifikasi dengan kondisi silkus PCR sebagai berikut:
1. Pre-denaturasi pada suhu 95 oC selama 3 min
2. Diikuti dengan 30 siklus:
a. Denaturasi selama 30 detik pada suhu 95 oC,
b. Annealing selama 30 detik pada suhu 50 oC,
c. Extension selama 2 menit pada suhu 72 oC
3. Perpanjangan tambahan pada akhir siklus selama 10 menit pada 72 oC

4. Setelah PCR, ambil sampel dari tabung sebanyak 5 dan lakukan


elektroforesispada agarose 1 % untuk mengecek hasilnya.
 Untuk identifikasi kapang dan
khamir Contoh kondisi PCR untuk
ITS dan 18S rDNA
Pada total 50 μl volume reaksi mengandung:
Ⓒ DNA genom 100 ng
Ⓒ Forward primer dan reverse 100 p mole
Ⓒ 1 x PCR buffer II;
④ 10 mM of each dNTPs;
⑤ 75 mM of MgCl2; 2.5U ampli taq.
Kondisi silkus PCR:
a.pre-denaturasi pada suhu 95 oC selama 3 min
b. Diikuti dengan 35 siklus:
i. denaturasi selama 30 detik pada suhu 95 oC,
ii. annealing selama 30 detik pada suhu 50 oC,
iii. extension sealam 2 menit pada suhu 72 oC

5
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

c. Perpanjangan tambahan pada akhir siklus selama 10


menit pada 72 oC
d. Setelah PCR dilakukan elektroforesis seperti pada (2).

95oC 95oC
2 mnt 3 mnt 72oC 72oC
2 mnt 7 mnt

50oC
30 dtk

5oC
35 kali siklus simpan

denaturase annealing elongation elongasi

Gambar 1. Skematik reaksi PCR untuk identifikasi kapang dan kamir dengan
target 18S rDNA gen dan ITS.

6
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

ELEKTROFORESIS

Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami proses elektroforesis pada sampel
DNA.
Bahan
1. DNA hasil isolasi
2. Agarose 1%
3. Loading bufer (bufer yang dipergunakan pada saat memasukkan sampel
ke dalam gel, biasanya berisi zat warna dan mengandung gliserol agar
DNA tidak menyebar di atas gel).
4. Bufer Tris-Asam asetat-EDTA (TAE: 1 kali strength)
5. Ethidium bromida (EtBr)
Alat
1. Elektroforesis set (chamber, sisir untuk membuat gel, cetakan gel, power
supply).
2. Pipetman 10 mikro liter dengan tip-nya
3. Sarung tangan
4. Transluminator (lampu UV)
5. Kamera
Cara kerja
a. Timbang agarose sebanyak 1 g dan tambahkan 100 ml buffer TAE 1X
b. Panaskan agarose sampai larut dengan sempurna.
c. Cor agarose pada cetakan yang standar digunakan. Sebelum agarose
memadat,letakkan comb untuk mecetak sumuran (well).
d. Angkat sisir (untuk membuat sumur sampel) kearah vertikal secara
perlahan-lahan.
e. Masukkan ke dalam chamber elektroforesis yang telah diisi dengan TAE
buffer 1X, dengan permukaan larutan buffer 2-3 mm di atas agar.
Perhatikan jangan sampai ada gelembung udara di bawah cetakan (tray)
agarose karena akan menghambat aliran listrik pada saat elektroforesis.

7
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

f. Pipet suspensi DNA (1-2 mikro liter), tergantung dari konsentrasi DNA.
Biasanya DNA yang diisolasi dari 1.5 ml kulture cair, dan DNA akhir
dilarutkan dalam 100 mikro liter buffer TE, diambil sebanyak 3-5 mikro
liter menghasilkan pita DNA yang bagus. Terlalu banyak DNA akan
memberikan pita yang terlalu tebal dan terkadang smear (fuzzy).
g. Teteskan di atas parafilm yang bersih dan tambahkan dengan loading
buffer (agar DNA tidak menyebar di atas permukaan agar). Biasanya
loading buffer dibuat 6X strength, sehingga 1 mikro liter loading buffer
ditambahkan dengan 5X volume DNA.
h. Masukkan sampel secara vertikal tepat di dalam sumur gel. Lakukan
hati-hati agarsampel tidak menyebar di atas agarose.
i. Gunakan ukuran (size) standar (marker untuk menentukan panjang
pita yang akan terbentuk). Umumnya untuk DNA genom digunakan
hinfIII digestion size standard,

atau bisa juga dengan menggunakan 1 kilobasa (1000 nukleotida) size


standar dari BioRad.
j. Hubungkan tangki elektroforesis dengan sumber arus. Kutub negatif pada
sisi yang dekat dengan sumuran. Hidupkan sumber arus dengan voltase
konstan. Elektroforesisselama 30 menit
k. Stop mesin elektroforesis, dan angkat gel.
l. Rendam dalam larutan ethidium bromida (konsentrasi 5 mikro gr/ml)
dalam buffer1X TAE selama 10 menit.
m. Angkat gel dan rendam dalam aquades selama 10 menit (destaining,
agar kelebihanEtBr tercuci).
n. Pita yeng terbentuk bisa dilihat di bawah sinar UV (trasliminator) dan
selanjutnya difoto.

8
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

PENGUKURAN KONSENTRASI MOLEKUL DNA DENGAN METODE


PLASTIC CLING WRAP

Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik pengukuran kadar DNA dengan
menggunakan metode plastic cling wrap.
2. Untuk mengetahui kadar DNA yang diukur dengan metode plastic cling
wrap

Alat dan Bahan


1. UV transiluminator dan kamera (Gel-Doc)
2. Plastik cling wrap
3. Sampel DNA standard
4. Sampel DNA yang ingin diketahui kadarnya.
5. Larutan TE

Cara kerja

1. Siapkan larutan stok etidium bromide (10mg/ml)

2. Ambil 2µl etidium bromide (larutan stok) dan masukkan ke dalam 10


ml TE.

3. Aduk sampai merata dan simpan dalam botol gelap (tidak


tembus cahaya).

4. Hamparkan selembar plastic cling wrap di atas UV transiluminator.

5. Teteskan 1-5µl sampel DNA yang akan diukur konsentrasinya di


atas plastic cling wrap tersebut, kemudian teteskan juga disebelahnya
larutan DNA standard yang berkonsentrasi 2.5, 5, 10, dan 20µg/ml
secara berurutan.

9
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

6. Setelah itu campurkan satu volume larutan TE (Tris-EDTA)


yang mengandung 2 µg/ml ethidium bromide dengan sampel DNA yang
akan diukur konsentrasinya dan larutan DNA standard.

7. Potret DNA tersebut. Bandingkan intensitas fluorescens antara


DNA sampel dengan DNA standard.

10
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

ISOLASI PROTEIN

Tujuan

1. Untuk mengetahui teknik isolasi protein pada sampel serum dan


organ hewan (contoh hepar, ginjal, dan paru).

2. Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat dalam sampel


yang diisolasi.

Alat dan Bahan


1. Serum darah tikus/mencit
2. Hepar, ginjal, dan paru tikus/ mencit
3. Buffer Ekstrak yang terdiri dari 1mM PMSF dalam DMSO
sebanyak 100µl, 50 mM KH2PO4 pH 7.4 sebanyak 500µl, 0.5%
Nonidet P-40 sebanyak 5 µl serta aquabides sebanyak 345 µl.

Cara kerja
Isolasi protein dari sampel organ hewan
1. Siapkan hewan coba yang akan digunakan dengan cara
melakukan dislokasi.
2. Bedah dan ambil organ yang akan digunakan.
3. Timbang 0.5g sampel dan cuci dalam PBS, lakukan sampai sampel benar-
benar terbebas dari darah yang menempel.
4. Hancurkan sampel dengan menggunakan mortal martil yang
sudah dibekukan (ingat lakukan proses ini pada suhu rendah).
5. Tambahkan 1 ml bufer ekstrak ke dalam mortal martil yang berisi
sampel yang digerus.
6. Ambil homogenat dan masukkan ke dalam tabung, lakukan
sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4ºC selama 20 menit.
7. Ambil supernatan yang didapat dan masukkan ke dalam tabung yang baru
dan selanjutnya gunakan untuk elektroforesis dan ukur juga kadar protein
yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan spektrofotometer.

11
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

ANALISIS BIOLOGI MOLEKULER DENGAN METODE ELISA

Tujuan

1. Untuk mengetahui alat-alat utama dan pendukung yang digunakan dalam


teknik ELISA.

2. Untuk memahami prinsip kerja dalam teknik ELISA.

3. Untuk mengetahui kadar testosterone dari hasil pengukuran sampel serum


dengan teknik ELISA.

Alat dan Bahan


1. Mesin ELISA
2. Reagent ELISA untuk testosteron
3. Serum
4. Tissue
5. Mikropipet dan tips
6. Aluminium foil
7. Eppendorf PCR
Cara kerja
1. Preparasi reagen
Siapkan wash solution dengan cara mengencerkan wash solution dengan
Deionized water (DI) dengan perbandingan (wash solution: DI= 1:30).
Catatan setiap well membutuhkan 100µl wash solution/satu kali washing.
2. Pembuatan standart
Standart 5 (80pg/ml) = 150 µl standart diluents+150 µl stock
wash solution.
Standart 4 (40pg/ml) = 150 µl standart diluents+150 µl standart 5. Standart
3 (20pg/ml) = 150 µl standart diluents+150 µl standart 4. Standart 2
(10pg/ml) = 150 µl standart diluents+150 µl standart 3. Standart 1
(5pg/ml) = 150 µl standart diluents+150 µl standart

12
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

3. Persiapan sampel dengan cara memasukkan 40 µl sampel dilution dan 10


µl serum ke dalam eppendorf PCR, vortex.
4. Masukkan (standart, sampel) masing-masing 50 µl ke dalam well
(kecuali blank well), tutup.
5. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37ºc (gunakan incubator).
6. Setelah inkubasi selesai buka membrane plate, serap cairan
dengan menggunakan tissue dan ketuk plate agar cairan terserap
maksimal.
7. Washing dengan 100 µl wash solution yang telah dibuat pada point 1,
goyang goyang plate agar homogen. Buang cairan dengan cara menyerap
cairan tersebut dengan menggunakan tissue seperti yang dilakukan pada
point. Lakukan proses washing sebanyak 3 kali.
8. Menambahkan 50µl HRP-conjugate reagent ke dalam masing-masing well
(kecuali blank well), tutup.
9. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37ºc (gunakan incubator).
Washing sama seperti yang dilakukan pada point 7.
10. Menambahkan 50 µl campuran chromogen A dan chromogen B ke dalam
well. Inkubasi selama 15 menit pada suhu 37ºc, hindari cahaya.
11. Menambahkan 50 µl stop solution, goyang-goyang. Amati
perubahan warna (biru akan berubah menjadi kuning).
12. Baca absorbansinya dengan ELISA reader pada 450nm.
13. Untuk mengetahui kadar testosterone yang terkandung, masukkan
data absorbansi ke dalam program excell. Buat kurva standart
dengan menggunakan persamaan Y=ax+b, dimana x menunjukkan
kadar testosteron, sedangkan y menunjukkan nilai absorbansi yang
didapat. Selanjutnya dari hasil persamaan yang didapat masukkan
nilai absorbansi dari sampel yang akan dicari kadarnya.
14. Laporkan hasil yang saudara dapat dalam praktikum tersebut.

13
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

Data pengamatan
a. Intensitas warna (biru menjadi kuning)

Sampel Intensitas warna

Standart 5 (80pg/ml

Standart 4 (40pg/ml)

Standart 3 (20pg/ml)

Standart 2 (10pg/ml)

Standart 1 (5pg/ml) Keterangan:


Sampel serum 1 Intensitas warna beri tanda +, ++, +++, dst

Sampel serum 2 b. Nilai absorbansi

Sampel Nilai absorbansi pada 450nm

Standart 5 (80pg/ml

Standart 4 (40pg/ml)

Standart 3 (20pg/ml)

Standart 2 (10pg/ml)

Standart 1 (5pg/ml)

Sampel serum 1

Sampel serum 2

c. Kadar testosteron (ng/ml)

Sampel Kadar testosteron (ng/ml)

Sampel serum 1

Sampel serum 2

14
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
PENUNTUN [PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER I

DAFTAR PUSTAKA

1. Fatchiyah,E.L., Arumningtyas S., Widyarti, & Rahayu, S. 2011, Biologi


molekuler prinsip dasar analisis. Jakarta: Penerbit Erlangga
2. Kurnia, E.L, Arumningtyas, S, Widyarti., dan S, Rahayu 2012. Biologi
Molekuler Prinsip Dasar Analisis. Penerbit Erlangga. Malang. 191 hal.
3. Wilson, 2004. Electrophoresis in Practice: A Guide to Theory and
Practice. New Jersey, Jhon Wiley & Sons inc
4. Maftuchah, Winaya, Aris., Zainudin, Agus. 2014. Teknik Dasar Analisis
Biologi
Molekuler. Penerbit Deepublish, Sleman (Yogyakarta).
5. Mastuti, R. 2016. Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan. Modul
3
Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Brawijaya,
Malang.
6. Seprianto. 2017. Modul Mata Kuliah Pengantar Bioinformatika. Program
Studi
Bioteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa
Unggul, Jakarta.
7. Sugiharto, Astuti,P.S., Hamidah & Fuadil, H. 2017. Petunjuk Praktikum
Genetika Molekuler. Departemen

15
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Anda mungkin juga menyukai