OLEH :
KELOMPOK 5
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih atas
SKM.,M.Kes.,P.h.D, selaku dosen mata kuliah terkait, juga terima kasih kepada
Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini ingin disampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Kami
menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima dem perbaikan dan
bagi pembaca.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Hasil ...................................................................................17
ii
B. Pembahasan ......................................................................21
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ..........................................................................33
B. Saran ...................................................................................33
DOKUMENTASI ......................................................................36
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dramatis di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir ini. Lebih dari
2,5 milyar orang atau lebih dari 40% populasi di dunia sekarang ini
100 juta infeksi Dengue di seluruh dunia setiap tahunnya (WHO, 2012).
1
Penyakit menular yang disebabkan oleh vektor (vector borne
pengendalian vektor.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
patogen dan parasit dari manusia (atau hewan) yang terinfeksi ke lainnya
pada manusia yang lain saat menghisap darah lagi. Secara global,
terdapat lebih dari 1 miliar kasus dan lebih dari 1 juta kematian akibat
melalui gigitan nyamuk Culex sp. dan Anopheles sp. Penyakit Demam
dengue (DB) dan Chikungunya yang disebabkan oleh nyamuk Aedes sp.
(Hairani, 2014).
tahunnya, baik dari jumlah kasus maupun tingkat kematian. Hal ini
3
disebabkan karena bertambahnya jumlah populasi nyamuk.(Yudhastuti,
2011).
ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis
telur berubah menjadi stadium larva lalu menjadi stadium pupa dan
4
Gambar 1.1. Siklus Hidup Nyamuk Ae. Aegypti
(Zettel, C Kaufman, 2013)
a. Telur
Telur Aedes aegypti terdeposisi satu persatu ditempat barair tepat sejajar
dengan garis air. Nyamuk Aedes aegypti betina meletakkan telurnya pada
b. Larva
hari (termasuk stadium pupa yang lamanya 2 hari). Jika suhu rendah,
5
masa perkembangan larva menjadi nyamuk dewasa dapat berlangsung
c. Pupa
atau sering disebut pupa. Selama stadium pupa, pupa tidak mengkonsumsi
makanan dan dalam stadium ini memakan waktu sekitar dua hari untuk
d. Dewasa
permukaan air. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata 100 butir
telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari menetas menjadi larva lalu
6
Gambar 1.2. Siklus Hidup Culex (Nuris Maulidah, 2020)
Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva,
a. Telur
Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada tempat
bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari.
b. Larva
Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah
7
untuk tumbuh dan berkembang mulai dari penetasan sampai menjadi
dewasa kurang lebih 7-14 hari 13 (Sogijanto, 2006 dalam Rahmi, 2018).
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon
air.
setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong
2) Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur
menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat
kehitaman.
c. Pupa
dalam air adalah pupa. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya
8
Stadium kepompong terjadi dalam jangka waktu mulai satu sampai dua
hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa tidak melakukan aktifitas
konsumsi sama sekali dan kemudian akan keluar dari larva dan menjadi
memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi
d. Dewasa
putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian
dalam waktu 24-36 jam setelah dibuahi oleh nyamuk jantan. Untuk
Rahmi, 2018).
namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian
9
Gambar 1.3. Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus
(Okafor Igwebueze, 2016)
mirip, namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian
skutumnya. Skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih
sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung
hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya. (Ike Rahayu,
2019).
Jentik nyamuk bisa disebut pula dengan istilah cuk atau uget-uget
10
Nyamuk mempunyai metamorfosis sempurna yaitu telur, jentik,
Jentik Nyamuk Aedes hidup di air yang stadianya terdiri atas empat
pupa. Setiap kali molting inilah yang menunjukkan tingkatan jentik yang
stadium larva dan pupa yang wajar, hanya pada perindukan berisi air
got, bahkan tumbuh sedikit lebih cepat, sedangkan pada air SGL dan
PAM hanya sedikit larva yang bertahan hidup dan akhirnya mati setelah
11
melalui masa jentik yang panjang dan menjadi pupa yang tidak normal.
pertumbuhan jentik Aedes cukup baik, dan sebaliknya pada air SGL dan
PAM.(Sayono, 2011)
Salah satu ciri jentik culex adalah memiliki siphon yang panjang dan
II, III, dan IV. Lama waktu yang dibutuhkan untuk perubahan instar I ke
instar II adalah 2-3 hari setelah telur menetas. Sedangkan lama waktu
jentik instar II menjadi instar III membutuhkan waktu 3-4 hari dan jentik
instar III ke instar IV sekitar 4-6 hari. Perubahan setiap instar ini
12
BAB III
➢ Alat
1. Mikroskop
2. Preparat
3. Pipet tetes
4. Kotak plastik
➢ Bahan
1. Nyamuk
2. Jentik
3. Pupa
4. Air
5. Cairan alkohol
B. Prosedur Kerja
• Persiapan Sampel
yang lain.
• Pemeriksaan
Sampel yang berupa nyamuk, jentik, dan pupa yang telah didapatkan
13
kemudian diambil dengan menggunakan pipet tetes, meletakkaan diatas
14
BAB IV
A. Hasil Praktikum
- skutum berwarna hitam, namun hanya berisi satu garis putih tebal
di bagian dorsalnya.
15
- Bercak/ garis-garis putih pada abdomen
- Jentik instar IV yaitu duri-duri mulai jelas dan dengan warna kepala
gelap
- Ukuran 0,5- 1 cm
16
Gambar 4.2. Larva Aedes Aegypti
spesies lain yaitu culex sp. Bentuk yang diamati dibawah mikroskop
20
Gambar 4.3. Nyamuk Culex
➢ Selain nyamuk culex, didapatkan bahwa objek yang juga diamati saat
berikut :
- Kepala larva culex mempunyai lebar hampir sama dgn lebar thorax
21
➢ Selain nyamuk dan larva nyamuk culex sp, juga telah diamati objek
B. Pembahasan
habitatnya berada pada air yang jernih atau sedikit keruh dan
22
tidak terkena sinar matahari secara langsung dan jauh dari tanah.
dengan pepohonan.
ada yang aktif saat pagi, siang, dan sore atau malam. Nyamuk ini
23
pengembangan sistem penyedian air pedesaan dan sistem
24
subtropics dan tropis di benua Asia dan Afrika. Culex gelidus dan
25
penampungan air yang dapat menjadi tempat pertumbuhan
larva.
biak nyamuk.
a. Suhu
26
perkembangannya bisa mengalami percepatan,
(Barodji).
b. Kelembaban Udara
27
dinding tubuh nyamuk (spiracle) merupakan
(Cahyati, 2010).
c. Curah Hujan
kemungkinan
28
melalui 2 cara, yaitu meningkatkan kelembaban
d. Ketinggian Lokasi
29
daerah ± 1.000 m dari permukaan air laut. Di
e. Kecepatan Angin
2010).
30
➢ Penyakit yang Berhubungan dengan Vektor Nyamuk Aedes sp
dan Culex sp
a. Demam Berdarah
(Rahmawati,2016)
31
b. Chikungunya
dengan DBD.
c. Filariasis
quinquefasciatus.
32
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Culex
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Diseases, 4 (5), 3.
Wulan Dwi Portunasari, dkk, “Survei Nyamuk Culex sp. sebagai Vektor Filariasis di
Elita Agustina, Serangga Hama Pemukiman (Lalat dan Nyamuk), (Banda Aceh:
2011), h. 61.
rizqiayunu-8401-3-babii1.pdf
Hairani, S. 2014. Efektifitas Ekstrak Daun Mudu (Garcinia dulcis) Sebagai Larvasida
Nyamuk Culex sp. dan Aedes aegypti. Skripsi Sarjana Kedokteran Hewan Bogor:
34
Yudhastuti, R, dan Vidiyani, A. 2011. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer dan
Seto.
Elita Agustina. (2015). “Fauna Nyamuk Vektor Tular Penyakit dan Tempat
Biotik 2015.
Rahayu, Ike, dkk. 2019. Studi Komparatif faktor Lingkungan DBD antara daerah
dengan Incidence Rate Meningkat dan Menurun. Higeia Journal Of Public Health
Wulan Dwi Portunasari, dkk, “Survei Nyamuk Culex sp. sebagai Vektor Filariasis di
Sayono, dkk, “Pertumbuhan Larva Aedes aegypti Pada Air Tercemar”, J Kesehat
35
DOKUMENTASI
36
- Anggota Kelompok
37
38