NO MATERI HAL
A Pendahuluan
B Entomologi
1. Anoplura
2. Acarina
3. Shiponaptera
4. Hemiptera
5. Diptera (Culicidae)
C. Helmintologi
5. Nematoda
6. Trematoda
7. Cestoda
D. Pemeriksaan Tinja
8. Direct Tinja
Parasitologi ialah ilmu yang berisi tentang kajian organisme(jasad Hidup), yang hidup di
permukaan atau di dalam tubuh organisme lain buat sementara waktu atau selama hidupnya,
dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut.
Parsitologi kedokteran ialah ilmu yang berisi kajian khusus mengenai parasit yang ada
hubungannya dengan manusia sebagai hospes, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh
hubungan tersebut pada manusia, dan bagaimana cara penanggulangan dari akibat yang
terjadi karena hubungan ini.
Dalam parasitologi kedokteran, yang paling penting dipelajari adalah zooparasit yang terdiri
dari:
1. Protozoologi : ilmu yang berisi kajian tentang Protozoa (Filum Protozoa)
2. Helmintologi : ilmu yang berisi kajian tentang cacing
a. Filum Nemathelminthes
b. Filum Platyhelminthes
3. Entomologi : ilmu yang berisi kajian tentang serangga (Filum Arthropoda)
A. Entomologi
Entomologi kedokteran merupakan salah satu cabang ilmu yang berisi kajian tentang
serangga dan hewan yang termasuk filum arthropoda yang mempunyai hubungan dengan
ilmu kedokteran serta bagaimana cara pemberantasannya.
Entomologi termasuk kedalam praktikum parasitologi, dimana praktikum parasitologi terdiri
dari beberapa bagian selain bidang entomologi masih terdapat bidang helminthologi,
protozoa, dan mikologi. Praktikum entomologi diberikan terkait dengan banyak nya peranan
serangga yang sering berhubungan dengan manusia jika dilihat dalam sisi kesehatan.
1. Deskripsi kenapa mata Kuliah ini diberikan antara lain
- Membahas tentang berbagai jenis spesies entomologi
- Membahas terkait dapat menjadi vector ataupun menyebabkan infeksi
- Cara diagnosa laboratorium dari berbagai penyakit yang ditimbulkan
3. Morfologi Umum
Serangga pada umumnya memiliki setidak nya 4 tanda morfologi yang khas, yaitu :
1. Badan yang beruas – ruas
2. Umbai – umbai (appendages) beruas – ruas
3. Mempunyai eksoskelet
4. Bentuk badan simetris bilateral
Badan yang beruas – ruas dibagian luar nya terdapat lapsan khitin yang pada bagian tertentu
akan mengeras dan membentuk eksoskelet yang berfungsi untuk mempertahan kan diri
(pelindung organ dalam), penguat tubuh, serta tempat melekatnya otot, pengatur penguapan
air, dan penerus rangsangan yang berasal dari luar juga ikut dalam mengatur suhu tubuh.
Umbai umbai beruas – ruas akan tumbuh menurut fungsinya, kepala akan tumbuh menjadi
antena dan mandibula. Pada torax akan tumbuh menjadi kaki dan pada abdomen tumbuh
menjadi kaki pengayuh yang disebut swimmerets.
Arthropoda juga memilki saluran alat pencernaan, saluran pernafasan yang disebut trakea,
dan syaraf yang terdiri dari otak dan ganglion, peredaran darah terbuka dan memiliki sistem
reproduksi dengan jenis kelamin yang terpisah seperti jantan dan betina.
4. Siklus Hidup
Dalam pertumbuhannya, arthropoda sering melakukan pergantian kulit yang terutama
bagian eksoskelet yang mengelupas dan berganti menjadi kulit kemudian eksoskelet yang
beru hal ini dipengaruhi oleh hormon juvenile, sedangkan hormon yang mendorong untuk
terjadi nya pengelupasan disebut hormon ecdyson. Serangga mengalami perubahan bentuk
yang disebut metamorfosis, yang dibagi menjadi 2 :
Cx.quinquefasciatus
Culex
Cx.tritaeniorrhynctus
Cx.bitaeniorrhynchus
(tribus dll
Culcini) Mansonia Ma.iniformis
Ma.annulifera
Ma.indiana
dll
Anoplura Pediculidae Pediculus P.humanus capitis
P.humanus corporis
Phthirus P.pubis
X.ceopis
Siphonaptera Xenopsylla
C.canis
Ctenocephalides
C.felis
Acari Cimicidae Cimex
Arachnida C.hemipterus
(sarcoptidae) Sarcobtes C.lectularius
Sarcoptidae
S.scabiei
Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan berupa gatal – gatal terutama pada malam hari yang disebut
dengan priritus nokturna ynag mengganggu tidur.
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 5x dan lensa okuler 5x atau 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
VI. PEMBAHASAN
Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupakan parasit yang menginvasi kulit
kepala manusia, tergolong ke dalam famili pediculidae hidup dengan menghisap darah
manusia dan dapat menyebabkan lesi pada kulit. Kutu rambut sangat mengganggu aktivitas
manusia karena dapat menyebabkan gatal pada kepala, kemerahan dan bahkan pada kondisi
infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu sama lainnya dan mengalami pengerasan,
serta ditemukan adanya eksudat nanah akibat dari peradangan gigitan parasit tersebut. Dari
jurnal penelitian yang telah dikaji, diketahui bahwa tanaman nimba, teh, saga rambat, dan
srikaya memiliki khasiat sebagai anti kutu rambut pada manusia.
Pediculus humanus capitis atau yang dikenal dengan kutu rambut merupakan
ektoparasit yang hidup pada kulit kepala manusia. Kutu dewasa dapat bertahan hidup dengan
tidak makan selama sepuluh hari pada suhu 50C. parasit mudah ditularkan melalui kontak
langsung dengan penderita seperti melakukan aktivitas berpelukan, duduk berdekatan,
penggunaan bersama barang barang seperti sisir, topi, bantal dan sebagainya (Center for
Disease and Control, 2007).
Kutu rambut bukan merupakan bahaya utama pada kesehatan maupun sebagai vektor
penyakit, namun dapat mengganggu karena menyebabkan eritema kulit kepala, gatal dan
bahkan menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi sekunder (James, 2003). Kutu dewasa
memiliki panjang sekitar 2 hingga 3 mm dan umumnya berwarna abu muda. Kutu betina
mampu hidup hingga 3-4 minggu. Setelah kawin, kutu betina dewasa meletakkan 1-6 butir
telur sehari sampai satu bulan hingga kematian. Telur terinkubasi oleh panas tubuh yang akan
menetas dalam 10 sampai 14 hari. Begitu telur menetas, nimfa akan meninggalkan
cangkangnya, berkembang sekitar 9 sampai 12 hari, tumbuh menjadi kutu dewasa lalu kawin,
hingga kemudian kutu betina bertelur. Apabila tak diobati, siklus ini bias terulang setiap 3
minggu sekali. Saat tinggal di kepala, kutu akan menggigit kulit kepala dan minum sejumlah
kecil darah melalui kulit kepala setiap beberapajam (Meinking et al, 2002). Kutu-kutu yang
terjadi dapat bersifat simtomatik maupun asimtomatik. Pada keadaan simtomati, rasa gatal
akan ditemukan dalam presentase variable yang tinggi pada pasien (Chosidow, 2000). Rasa
DAFTAR PUSTAKA
Buczek A, Markowska GD, Widomska, Iwona M. Pediculosis capitis among school children
in urban and rural areas of poland. European Journal of Epidemiology. 2004:19:491
Chosidow O. Scabies and pediculosis. The Lancet. 2000;355:819-26.
Bohl B, Evetts J, McClain K, Rosenauer A, Stellitano W. Clinical practice update:
Pediculosis capitis. Continuing Nurse Education. 2015;41(5): 227-34
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40x dan lensa okuler 5x atau 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
VI. PEMBAHASAN
Tungau Sarcoptes scabiei berwarna putih krem dan tubuhnya simetris bilateral
berbentuk oval yang cembung pada bagian dorsal dan pipih pada bagian ventral. Warna
tungau jantan lebih gelap daripada betina. Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi
dengan kutikula serta banyak dijumpai garis- garis paralel yang berjalan transversal
(Wardhana, et al, 2006). Tungau dewasa mempunyai empat pasang tungkai berwarna coklat
yang mengeras dan terletak pada thoraks. Thoraks dan abdomen menyatu membentuk
idiosoma, segmen abdomen tidak ada atau tidak jelas. (Sterling, et al, 1992; Walton dan
Currie, 2007) Terdapat enam atau tujuh tonjolan seperti sepasang tulang belakang pada
permukaan dorsal tubuh dan dipenuhi setae. Kepalanya terdapat mulut yang khas disebut
capitulum, dan dibagian abdomen terdapat anus. Spesies tungau ini tidak memiliki
mata (Arlian, 1989). Sarcoptes scabei merupakan parasit penyebab Scabies. Kata scabies
sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu scabere yang berarti menggaruk (Roncalli, 1987;
Celsus, 2014). Sedangkan nama Sarcoptes scabiei berasal dari bahasa Yunani yaitu sarx
(daging) dan koptein (menancap/memotong). Secara harfiah skabies berarti gatal pada kulit
sehingga muncul aktivitas menggaruk kulit yang gatal tersebut. Saat ini istilah scabies
berarti lesi kulit yang muncul oleh aktivitas tungau. Penambahan kata varian hominis
menunjukkan merupakan spesies yang biasa menginfeksi manusia (Hee,2005).
Diluar tubuh inang, Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup selama 24-36 jam dalam
suhu ruangan (21°C) dan dengan kelembaban 40% - 80%. Pada suhu yang lebih rendah (10-
15°C) dengan kelembaban yang lebih tinggi. Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup lebih
lama (Arlian, 1989). Meskipun tidak memiliki mata, Sarcoptes scabiei menggunakan
rangsangan bau dan suhu untuk mengenali tubuh inang (Walton dan Currie, 2007).
Penularan scabies mudah terjadi saat orang sehat kontak langsung dengan penderita
dalam jangka waktu yang lama, sehingga sering terjadi penularan secara cepat dalam
sebuah keluarga maupun dalam sebuah komunitas yang tinggal di lingkungan padat
penghuninya. Penularan juga dimungkinkan melalui hubungan seksual, karena adanya kontak
kulit secara langsung dari penderita ke orang sehat lainnya (Hengge, et al, 2006).Dari
penelitian yang dilakukan oleh Mellanby (1941) pada 272 relawan yang memakai pakaian
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya predileksi infestasi tungau adalah lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-
sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan,siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan,
dada, periareolar (khusus pada wanita), punggung, pinggang, pusar, bokong, selangkangan,
sekitar alat kelamin, dan penis (khusus pada pria). Pada bayi dan anak-anak dapat juga
ditemukan ruam pada kulit kepala, wajah, leher telapak tangan, dan kaki (Arlian,1989;
McCarthy, et al, 2004; CDC, 2010).
Sarcoptes scabiei memerlukan waktu kurang dari tiga puluh menit untuk masuk ke
dalam lapisan kulit. Gejala klinis akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei adalah
timbulnya ruam pada kulit dan rasa gatal (pruritus) terutama pada malam hari (McCarthy, et
al, 2004). Ruam pada kulit berawal dengan terjadinya papulae eritrema (penonjolan kulit
tanpa berisi cairan, berbentuk bulat, berbatas tegas, berwarna merah, ukuran <1 cm) yang
terus berkembang menjadi vesicle atau pustule (penonjolan kulit berisi cairan atau nanah).
Adanya terowongan di bawah lapisan kulit merupakan ciri khas dari infestasi tungau ini
(McCarthy, et al, 2004; Engelman, et al, 2013). Gejala gatal (pruritus) akan timbul lebih
dari 3 minggu setelah infestasi tungau ke dalam kulit. Rasa gatal terjadi menyeluruh baik pada
kulit tempat infestasi tungau maupuntidak. Keparahan gejala gatal-gatal dan ruam yang
timbul tidak berhubungan dengan jumlah tungau yang menginfestasi kulit. Hal ini
diduga akibat sensitifitas kulit terhadap tubuh tungau dan hasil ekskresi dan sekresi tungau
(saliva, telur dan skibala). Sarcoptes scabiei mampu memproduksi substansi proteolitik
(sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan terowongan, aktivitas makan, dan
melekatkan telurnya pada terowongan tersebut. Reaksi hipersensitifitas tipe IV dapat
menimbulkan nodul (bentuk papule dengan ukuran yang lebih besar) dan bulla (bentuk vesicle
dengan ukuran yang lebih besar) pada area di mana tidak ditemukan tungau pada kulit
(McCarthy, et al, 2004; Engelman, et al,2013). Nodul biasanya ditemukan di daerah
selangkangan, bokong, dan pusar (Walton danCurrie, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Arlian, LG. 1989. Biology, Host Relation, and Epidemiology of Sarcoptes Scabiei. Annual
Review of Entomologi.34:139-161.
Hengge, UR, Currie, BJ, Jager, G, dan Schwartz, RA. 2006. Scabies : aubiquitous neglected
skin disease.Lancet Infectious Disease. 6:769779.
Huffam, SE, dan Currie, BJ. 1998. Ivermectin for Sarcoptes scabiei hyperinfestation.
International Journal of Infectious Disease. 2 (3):152-154.
3.Shiponaptera
Shiponaptera adalah salah satu dari kelas insekta berikut sususan taksonominya:
Kelas : Insekta
Ordo : Anoplura
Famili : Siphonaptera
Genus : Ctenocepalides Genus : Xenopsylla
Spesies : C.canis Spesies : X.cheopis
C.felis
Biasanya disebut juga dengan kata pinjal, pinjal merupakan insekta dengan
ukuran yang kecil (2 – 2,5mm), tanpa sayap. Pinjal termasuk ektoparasit yang
menghisap darah mamalia dan burung, yang jantan lebih kecil dari pda yang
betina, badan terdiri dari kepala yang mempunyai mata dan sisir, juga mempunyai
antena dan mulut untuk menghisap darah. Badan dari pinjal ini pipih latero-
lateral, thorax terdiri dari 3 ruas yang masing – masing mempunyai sepasang kaki
yang kuat dan terakhir dengan kuku yang melengkung, kaki belakang lebih besar
dari yang lain dan digunakan untuk meloncat.
Pinjal merupakan ektoparasit yang tidak permanen yang menghisap darah. Pinjal
betina lebih sering menghisap darah dikarenakan untuk menghasilkan telur yang
lebih banyak. Pinjal termasuk dalam bermatomorfosis sempurna.
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
V. KESIMPULAN
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Ctenocephalides canis
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Ctenocephalides felis
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Xenopsylla cheopis
VI. PEMBAHASAN
Siphonaptera adalah serangga lateral, bersayap, dan holometabola. Terdapat hampir
2.575 spesies. Semua spesies parasit dalam tahap dewasa memiliki mulut yang dirancang
untuk menusuk dan mengisap, sisir dirancang hampir di seluruh tubuh mereka dan kaki, serta
kaki dirancang untuk melompat. Beberapa spesies vektor penyakit, dan penelitian saat ini
memberikan wawasan penting dalam evolusi. Ordo Siphonoptera mempunyai ciri-ciri tidak
bersayap, termasuk endopterygota, bermata tunggal, metamorfosisnya sempurna, dan
mempunyai alat mulut menusuk dan menghisap. Contohnya adalah Ctenocephalus cannis
(kutu anjing), Ctenocephalus felis (kutu kucing), Pulex irritan (pinjal manusia), Xenopsylla
cheopsis (kutu tikus), Echidnophaga.
Pinjal termasuk serangga Holometabolaus atau metamorphosis sempurna karena daur
hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur-larva-pupa-dewasa. Pinjal betina bertelur diantara
rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3-18
butir. Pinjal betina dapat bertelur 2-6 kali sebanyak 400-500 butir selama hidupnya (Soviana
dkk, 2003).
Telur berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputih-putihan. Perkembangan
telur bervariasi tergantung suhu dan kelembaban. Telur menetas menjagi larva dalam waktu 2
DAFTAR PUSTAKA
Soviana, Susi dan Upik Kesumawati Hadi. 2003. Hama Pemukiman Indonesia. IPB unit
Kajian pengendalian hama pemukiman fakultas kedokteran hewan. Bogor
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
Chepalus
: Seperti piramida
1 buah probovis
2 pasang antenna
2 pasang mata
Thorax
3 pasang kaki
Abdomen
Alat kelamin betina : muara kelenjar berlese
Sebagai spermateka letaknya
Alat kelamin jantan : seperti bulan sabit
(peneal organ)
VIII. PEMBAHASAN
Epidemiologi kutu busuk atau Bed bugs terjadi di lingkungan kita dengan tingkat
penularan signifikan di negara maju, sementara menurun dari tahun 1930-an hingga 1980-an,
telah meningkat secara dramatis sejak 1980-an.. Sebelumnya, kutu busuk berkembangbiak
secara umum di negara berkembang, tetapi jarang di negara maju. Peningkatan di negara maju
mungkin telah disebabkan oleh perjalanan internasional meningkat, resistensi terhadap
insektisida, dan penggunaan yang baru metode pengendalian hama yang tidak mempengaruhi
kutu busuk. Penurunan populasi kutu busuk setelah tahun 1930-an di negara maju diyakini
sebagian karena penggunaan DDT untuk membunuh kecoa. Penemuan vacuum cleaner dan
penyederhanaan desain furnitur mungkin juga memainkan Peranan penting. Yang lain percaya
itu hanya mungkin sifat siklus organisme.
Gejala Klinik
Sampai sekarang tidak ada bukti-bukti bahwa kutu busuk berfungsi sebagai vektor
transmisi penyakit-penyakit manusia. Kutu busuk mengganggu kesenangan manusia karena
menggigit dan menghisap darah manusia. Kutu busuk paling suka darah manusia, tetapi
kadang-kadang juga menghisap darah ayam, unggas lainnya, tikus, binatang-binatang lain.
Mereka hisap darah untuk makanan mereka. Ada orang yang sangat sensitif terhadap gigitan
kutu busuk, tempat yang digigit menjadi merah, bengkak dun gatal, ini disebut sebagai
penyakit ruam-ruam. Tetapi ada juga orang-orang yang seolah-olah tidak merasa apa apa
kalau digigit oleh kutu busuk. Kutu busuk mempunyai kebiasaan untuk degaekasi segara
sehabis menghisap darah. Tempat gigitan yang menjadi gatal digaruk-garuk dan faeces kutu
busuk terdorong masuk kedalam luka bekas gigitan, tetapi dengan cara ini tidak ada penularan
penyakit
Diagnosis
Gigitan kutu busuk sebenarnya tidak menyakitkan karena air liur meraka mengandung
zat anestesi. Akan tetapi adanya antikoagulan atau kandungan pengencer darah dalam air liur
kutu busuk menyebabkan sebagian orang mengembangkan reaksi alergi pada kulitnya.
Reaksi ini sebenarnya bervariasi di masing-masing orang, bisa ringan atau bahkan
berat. Hal ini tergantung dari beberapa faktor, misalnya kekebalan individu yang
bersangkutan. Demikian dikutip dari AsiaOne, Selasa (17/9/2013).
Beberapa saat setelah digigit kutu busuk, kulit akan menjadi gatal dan timbul bentol yang
memerah, dan bahkan lecet. Dijelaskan dr Chan Chew Yuin, dermatolog di Dermatology
Associates di Gleneagles Medical Centre, gigitan kutu busuk umumnya muncul di bagian
tubuh yang terbuka,seperti wajah, leher, lengan dan kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Metana. 2013. Bed Bugs. Jakarta
Rahma, W. 2014 Bed Bugs Or Cimex. Bandung. Hal 40 - 49
Diptera merupakan salah satu ordo dalam kelas insekta yang berperan sangat penting dalam
dunia kedokteran. Diptera memiliki arti yaitu di = dua, ptera = sayap jika digabungkan berarti
memiliki sayap dua ( terdapat pada mesothorax dan juga sayap yang rudimenter berfungsi
sebagai alat keseimbangan/haltera).
Famili culicidae terdiri dari :
a. subfamili Anophelinae tribus anopelini, genus Anopeles.
b. Subfamili Culicinae, tribus Culicini, genus Culex, Mansonia, Aides
Morfologi
Pada kepala terdapat probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala, pada nyamuk
betina probosis digunakan sebagai alat menusuk dan menghisap darah, sedangkan pada jantan
digunakan sebagai alat untuk menghisap cairan tumbuh – tumbuhan, buah – buahan, dan
keringat. Di sebelah kiri dan kanan probosis terdapat palpus dan sepasang antena. Antena
pada nyamuk jantan berambut lebat yang biasa disebut dengan plumose sedangkan pada
nyamuk betina berambut jarang disebut juga dengan pilose.
Pada bagian thorax yang kelihatan yaitu mesonotum, sebagian besar dtutup dengan bulu
halus, dimana biasanya membantu dalam membedakan spesies karena beberapa memiliki ciri
khas warna yang berbeda. Bagian posterior dari mesonotum terdapat scutellum yang
bentuknya :
- Anophelini, melengkung (rouded)
- Culicini, mempunyai 3 lengkungan (trilobus)
Sayap nyamuk yang panjang dan langsing mempunyai vena yang permukaannya ditutupi
dengan sisik sayap (wing scale) yang terletak mengikuti vena. Pada pinggir vena terdapat
rambut yang disebut fringe.
Abdomen berbentuk silinder yang terdiri dari 10 segmen. Dua segmen terakhir berubah
menjadi alat kelamin.
Jantan Betina
Pada umumnya dalam kehidupan spesies nyamuk, antara yang satu dengan yang lain tidak
sama. Umumnya nyamuk betina umurnya akan lebih panjang dari nyamuk jantan. Basanya
berkisar kira -kira 2 minggu, tetapi ada juga yang hidup 2-3 bulan seperti spesies Anophelses
punctipenis di amerika. Hospes yang disukai pun juga berbeda – beda. Ada yang mempunyai
kebiasaan menghisap darah manusia yang disebut antropofilik, ada yang menyukai darah
hewan yang disebut zoofilik, dan nyamuk yang lebih suka menghisap daah hewan daripada
manusia disebut antropozoofilik. Nyamuk biasanya akan memilih temat untuk beristirahat,
jika beristirahat di dalam rumah disebut endofilik, sedangkan yang di luar rumah disebut
eksofilik.
Selain tempat beristirahat nyamuk juga dapat dibedakan melalui aktivitas hidupnya aktif di
siang hari atau malam hari. Night at bitter adalah sebutan untuk nyamuk yang aktif di malam
hari ketika menghisap darah, sedangkan day bitter adalah sebutan untuk nyamuk yang aktif
menghisap darah di siang hari. Jika nyamuk menghisap darah di dalam rumah disebut
endofagik, sedangkan yang di luar rumah disebut eksofagik.
Dalam praktikum kita akan memperlajari morfologi beberapa spesies dengan melihat dari
stadium :
a. Stadium telur
b. Stadium larva
c. Stadium puppa
d. Stadium dewasa
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
Larva Anopheles Sp
Kepala
Antena
Mata majemuk 1 pasang
Mouth brush/sikat mulut
Thorax
Bulu bulu thorax
Abdomen
Tergal plate abdomen dorsal ruas 1-7
Sekat palmata
Bulu abdomen
Segmen anal
Pelana
Siphon pendek
VI. PEMBAHASAN
Jumlah jenis nyamuk yang pernah dilaporkan dari Indonesia lebih dari 457 jenis
nyamuk dari 18 marga. Jenis-jenis tersebut terutama didominasi oleh marga dari Aedes,
Anopheles dan Culex yang mencapai 287 jenis. Ketiga marga tersebut lebih mendapat
perhatian karena umumnya bersifat zoofilik atau anthrofilik, yang akhirnya dapat berpotensi
sebagai vektor penyakit. Berbagai jenis virus, plasmodia atau filaria pernah dilaporkan
ditularkan oleh jenis-jenis dari ketiga marga tersebut. Tetapi bukan berarti jenis lain menjadi
tidak penting, misalnya jenis- jenis yang bersifat fitofilik (menghisap cairan tumbuhan). Jenis
nyamuk fitofilik jarang dijumpai karena tidak menyerang manusia, sehingga untuk
mengkoleksinya perlu dipelihara dari bentuk larvanya. Edward (dalam Barraud, 1934)
menganjurkan untuk memeriksa genangan air pada tempat-tempat spesifik, seperti ketiak
(axil) daun, ruas bambu atau kantung semar, karena tempat-tempat ini biasanya diperoleh
jenis-jenis yang jarang dijumpai atau belum teridentifikasi. Oleh sebab itu, kemungkinan
mendapatkan jenis baru atau catatan baru (new record) untuk jenis tertentu cukup terbuka.
Pada umumnya nyamuk membutuhkan air sebagai tempat perindukannya. Penentuan tempat
perindukan bergantung pada jenis nyamuk dan faktor lingkungan yang mendukung untuk
pertumbuhan larva. Genangan air pada ruas bambu, pohon yang berlubang, pinggiran sungai
atau pesawahan serta factor lingkungan yang cocok seperti pencahayaan dan kelembaban
sudah cukup untuk dijadikan tempat perindukan nyamuk.
Marga Aedes
Biologi: Larva terutama dapat dijumpai di pohon berlubang, tunggul bambu, tempat
penampungan air buatan mirip dengan Ae. aegypti. Nyamuk betina menyerang manusia pada
siang hari.
Status vektor: Jenis ini sangat penting dalam menularkan virus demam berdarah, virus
Japanese encephalitis, Plasmodium spp., Dirofilaria spp., Wucheria bancrofti (Basio 1971;
Huang 1972).
Penyebaran: Filipina, Kep. Ryukyu, Hongkong, Cina, Viet Nam, Kamboja, Thailand, Burma,
Malaysia, India, Ceylon, Singapura, Nepal, Jepang, Kep. Hawai, Madagaskar, Indonesia
(Sumatera, Kalimantan, Kep. Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), Sulawesi, Maluku & Irian).
Ae. ananndalei termasuk dalam group w-albus dan subgroup ananndalei. Jenis ini dibedakan
dari jenis lain karena memiliki tanda bercak putih sampai pertengahan skutum dan cuping
tengah skutelum bersisik hitam yang lebar, sedangkan dua cuping disamping nya bersisik
putih.
Biologi: Larva terutama ditemukan di tanggul bambu. Nyamuk betina menyerang manusia
pada siang hari di hutan sekunder.
Penyebaran: Viet Nam, Thailand, Burma, India, Taiwan, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kep.
Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya).
Marga Culex
Nyamuk Culex biasanya memilih genangan air tanah sebagai tempat perindukannya,
seperti pada pohon berlubang, ruas dan tunggul bamboo dan tempat-tempat penampungan air
lainnya. Bentuk larva ada yang bersifat predator bagi larva jenis lain (anak marga Lutzia) atau
Marga Culex dikenal dengan adanya sekelompok sisik pada pleuron dan di tengah
probosis terdapat cincin sisik putih. Dua per tiga skutum bagian depan nyamuk betina ditutupi
sisik putih yang rapat dan pada skutelum tidak ada sisik perak. Sepintas nyamuk ini mirip
dengan Cx. whitmori, perbedaannya terletak pada sisik putih pada skutum tidak mencapai ke
bagian posterior preskutelum dan skutelum.
Biologi: Nyamuk betina dikoleksi pada siang hari waktu menyerang manusia di Muara
Mainakum dan juga diperoleh dari perangkap cahaya di Gn. Pakinya. Menurut Bram (1967)
stadium larva gelidus dapat dijumpai di berbagai habitat genangan air tanah, baik yang
bersifat sementara maupun semi-permanen, seperti kolam, genangan. Nyamuk betina hanya
akan menyerang manusia bila tidak terdapat inang utamanya. Virus Japanese B encephalitis
pernah diisolasi dari nyamuk betina di Malaya.
Penyebaran : Thailand, India, Ceylon, Nepal, Malaya, Singapura, Filipina, Burma, Pakistan,
New Guinea, Cina, Jepang, Taiwan(?), Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Kep. Sunda
Kecil (Bali, NTT, NTB), Maluku, Irian Jaya, Sulawesi).
Daftar Pustaka
Delfinado, M.D. 1966. The culicine mosquitoes of the Philippines, tribe Culicini
(Diptera:Culicidae). Mem.Amer.Ent. Inst. 7, 252 pp.
Basio, R.B. 1971. The mosquito fauna of the Philippines (Diptera:Culicidae). National
Museum of the Philippines. Monograph No. 4: 1-190.
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
3.4. Bulu
1 buah Probocis
Sirip ekor : tidak bercabang
B. Thorax
a. Protax
5. 1 Pasang kaki
b. Mesothorax
6. 1 Pasang kaki
7. Scutelum
8. 1 Pasang Sayap
c. Metathorax
9. 1 Pasang Kaki
10. 1Pasang Haltere
Keterangan
Kepala Anopheles betina
1. 1 Pasang Mata
2. 1 Pasang Antena Pilose
3. Probocis
4. Palpus Maxiliris :sama panjang
dengan probocis
Keterangan
Kepala Anopheles Jantan
1. 1 Pasang mata
2. 1 Pasang Antena Pulmose
3. Probocis
4. Palpus Maxilaris : Lebih panjang dari
probocis dan Ujung membesar
1. 1 Pasang mata
2. 1 Pasang Antena Pilose
3. Probocis
4. Palpus Maxilaris : Lebih pendek dari
probocis, Ruas ke-4 lebih panjang dari
ruas ke-5
Keterangan
1. 1 Pasang mata
Kepala Aedes Jantan 2. 1 Pasang Antena Plumose
3. Probocis
4. Palpus Maxilaris : Lebih panjang dari
probocis
1. 1 Pasang mata
2. 1 Pasang Antena Pilose
3. Probocis
4. Palpus Maxilaris : Lebih pendek dari
probocis, Ruas ke-5 lebih panjang dari
ruas ke-4.
1. 1 Pasang mata
2. 1 Pasang Antena Plumose
3. Probocis
4. Palpus Maxilaris : Lebih panjang dari
probocis, Ujung membengkok seperti
capit
1. Frange
2. Vena
3. Wing Scale berderet tersebar ujung
membulat.
1. Frange
2. Vena
3. Wing Scale berderet tersebar ujung
persegi.
Sayap Anopheles sp
Keterangan
1. Frange
2. Vena
3. Wing Scale bergerombol ujung
membulat.
1. Frange
2. Vena
3. Wing Scale berderet tersebar ujung
datar/persegi.
VI. PEMBAHASAN
Marga Anopheles
1. An.(Anopheles) albotaeniatus (Theobald), 1903
Status vektor: belum diketahui secara pasti, kemungkinan sebagai vector Brugia malayi.
Penyebaran: Peninsular Malaysia, Indonesia: Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi.
Nyamuk ini termasuk salah satu nyamuk hutan dan diduga air bersih yang sejuk
merupakan tempat yang cocok untuk tempat perindukannya (Harrison & Scanlon 1975).
Biologi: Betina dewasa menyerang manusia pada tempat dengan ketinggian 760-1.370 m
dari permukaan laut. Belum ada informasi yang menyatakan bahwa jenis tersebut terlibat
Marga Mansonia
Larva dari maraga Mansonia sangat mudah dikenali karena memiliki sifon khusus
yang telah teradaptasi untuk menusuk akar tanaman air untuk memperoleh oksigen. Oleh
sebab itu syarat mutlak untuk tempat peridukan nyamuk ini adalah sistem perairan yang
banyak ditumbuhi tanaman air (rumput, kiambang, eceng gondok dan sebagainya) seperti
saluran irigasi, sungai, danau, rawa, kolam atau lahan persawahan. Bentuk dewasa jenis
Mansonia diperoleh di Mainakum dan Gn. Pakinya dan secara morfologi berbeda jenisnya.
Status vector: Beberapa jenis seperti Mansonia uniformis, Ma. dives, Ma. annulifera, Ma.
indiana, Ma.bonneae, dan Ma. annulata dapat berperan sebagai vector penyakit filariasis
(Wuchereria bancrofti dan Brugya malayi) atau virus ensefalitis.
DAFTAR PUSTAKA
Delfinado, M.D. 1966. The culicine mosquitoes of the Philippines, tribe Culicini
(Diptera:Culicidae). Mem.Amer.Ent. Inst. 7, 252 pp.
Basio, R.B. 1971. The mosquito fauna of the Philippines (Diptera:Culicidae). National
Museum of the Philippines. Monograph No. 4: 1-190.
Harrison, B.A. & J.E. Scanlon. 1975, Medical entomology studies -
II. The Anak marga Anopheles in Thailand (Diptera:Culicidae). Contributions of the
American Entomological Institute 12(1): 1-307.
Helminthologi kedokteran ialah cabang ilmu yang berisis kajian tentang parasit yang hidup
pada manusia yang berupa cacing. Berdasrkan taksonomi parasit cacing yang hidup pada
manusia dibagi menjadi :
A. NEMATHELMINTHES = cacing benang, yaitu yang berbadan bulat panjang (silindris),
mempunyai rongga badan , berjenis kelmain terpisah (jantan dan betina), terdiri atas :
- NEMATODA INSTESTINAL
- NEMATODA JARINGAN
B. PLATHYHELMINTHES = cacing pipih, tidak mempunyai rongga badan, dan biasanya
mempunyai alat kelamin gnada atau hemaprodit, terdiri atas :
1. TREMATODA = Cacing daun
- Berbentuk daun
- Tidak bersegmen
- Mempunyai alat pencernaan
2. CESTODA = Cacing pita
- Berbentuk pita
- Badan beruas – ruas (bersegmen)
- Tidak mempunyai alat pencernaan
C. ANNELIDA
Morfologi
1. Dalam keadaan segar berwarna putih atau kuning kemerahan
2. Badannya panjang berbentuk silinder, bagian kepala dan ekor lancip
3. Mulut berbibir 3, 1 dorsal dan 2 laterolateral
4. Ukuran :
a. Cacing jantan 15-30 cm
b. Cacing betina 22-35 cm
Siklus Hidup
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
V. KESIMPULAN
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Ascaris lumbricoides Fertil
Kortikasi
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Ascaris lumbricoides Infertil
Kortikasi
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Cacing Ascaris lumbricoides
VI. PEMBAHASAN
Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Angka
kejadian Ascariasis tertinggi ditemukan pada negara berkembang dengan lingkungan yang
buruk serta di daerah tropis seperti Indonesia (Rampengan, 2005; Sutanto dkk, 2008).
Penyakit kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktifitas penderita (KEPMENKES RI No.424/2006). Prevalensi penyakit
kecacingan ini sangat tinggi terutama di daerah tropis dan subtropis (Suryani, 2012).
Prevalensi penyakit kecacingan di Indonesia ini masih sangat tinggi, terutama pada golongan
penduduk yang kurang mampu dari segi ekonomi. Pada kelompok ekonomi lemah
mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang adanya kemampuan
dalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan (Sumanto D, 2010). Natadisastra (2012)
mengatakan faktor pendukung tingginya prevalensi kecacingan di Indonesia meliputi
sosiodemografi (pendidikan dan pendapatan), rendahnya prilaku sanitasi pribadi maupun
lingkungan di sekitar masyarakat. Infeksi kecacingan sering dijumpai pada anak usia sekolah
dasar dimana pada usia ini anak-anak masih sering kontak dengan tanah. Salah satu cacing
yang penularannya melalui tanah adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides) (Mardiana;
Djarismawati, 2008). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008
didapatkan sekitar 800 juta sampai dengan 1 milyar penduduk di dunia terinfeksi cacing
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto I, dkk.2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. edisi ke 4. Jakarta : FKUI. Hal 6
Soedarto. 1993. Penyakit – penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika. Hal 15 –
19
Rampengan, T.H. Laurentz, I.R.1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Subfamilia : Oxyuroidea
Familia : Oxyuridae
Genus : Oxyuris
Spesies : Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis
Morfologi :
1. Bagian tubuh anterior mempunyai pelebaran seperti sayap disebut alae
2. Bagian bulubus esofagusnya jelas terlihat
3. Cacing jantan bagian ekornya tumpul dan menggulung, mempunyai spikulum
4. Cacing betina bagian ekornya lurus memanjang
5. Ukuran tubuh :
a. Cacing jantan : 2-5 mm
b. Cacing betina : 8-13 mm
SIKLUS HIDUP
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x atau 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
V. KESIMPULAN
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Oxyuris vermicularis
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Cacing Oxyuris vermicularis
VI. PEMBAHASAN
Enterobiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan Enterobius vermicularis dan
merupakan infeksi yang sering terjadi dalam satu keluarga atau pada orang yang tinggal
dalam satu rumah. Enterobius vermicularis juga menjadi penyebab tersering kecacingan pada
anak-anak di negara berkembang. Prevalensi cacing ini tinggi di seluruh dunia, terutama di
daerah yang beriklim dingin dan sedang. Infeksi terjadi pada semua usia dengan prevalensi
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
87878787878 78787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
78
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
8787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878
78787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878
787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878
787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878
787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787878787
878787878787878787878787878
787
8787878787878787878787878
7878787878787878787878787
8787878787878787878787878
7878787878787878787878787
8787878787878787878787878
7878787878787878787878787
8787878787878787878787878
7878
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
5858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
58585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585
858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585
858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585
858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858585858
Taenia saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan
ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini
panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotid. Scolexnya mempunyai 4 batil isap
yang dapat menghisap sangat kuat.
Proglotid yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar
melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti cacing
tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmrn /proglotida dapat dikelirukan
sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur
keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat
menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu.
Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi
oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung
berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh aliran
darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara
sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut,
Taenia solium
Taenia solium merupakan Cacing pita babi pada manusia. Cacing dewasa terdapat
pada usus halus mannusia, dan dapat mencapai 2 sampai 7 m dan dapat bertahan hidup
selama 25 tahun atau lebih. Organ pelekat atau skoleks, mempunyai empat batil isap yang
besar serta rostelum yang bundar dengan dua baris kait berjumlah 22-32 kait. Kait besar
(dalam satu baris) mempunyai panjang 140 – 180 mikron dan bagian yang kecil (dalam
baris yang lain) panjangnya 110-140 mikron. Bagian lehernya pendek dan kira – kira
setengah dari lebar skoleks. Jumlah keseluruhan dari proglotid kurang dari 1000, proglotid
imatur bentuknya lebih melebar daripada memanjang, yang matur berbentuk mirip segi
empat dengan lubang kelamin terletak di bagian lateral secara berselang seling di bagian kiri
dan kanan proglotid berikutnya, sedang segmen gravid bentuknya lebih memanjang
daripada melebar. Proglotid gravid panjangnya 10-12 x 5-6 mm, dan uterus mempunyai
cabang pada masing – masing sisi sebanyak 7 – 12 pasang. Segmen yang gravid biasanya
dilepas secara berkelompok 5-6 segmen tetapi tidak aktif keluar dari anus. Proglotid gravid
dapat mengeluarkan telur 30.000 – 50.000 butir telur. Telurnya berbentuk bulat atau sedikit
oval (31 -43 mikro meter), mempunyai dinding yang tebal, bergaris garis, dan berisi embrio
heksakan berkait enam atau onkosfer. Telur – telur ini dapat tetap bertahan hidup di dalam
tanah untuk berminggu –mingg
Klasifikasi Taenia sp :
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclo
phyllidea
Famili : Platyhelminthes
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata, Taenia solium
Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Taenia saginata dan Taenia asiatica
No. Keterangan Taenia solium Taenia saginata
1 hospes definitif dan habitat Usus halus manusia Usus halus manusia
2 hospes perantara Babi dan manusia Sapi (utama), kambing, domba
Cysticercus
3 Nama tahap larva Cysticercus bovis
cellulosae
4 Ukuran panjang x lebar (3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter
5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000
I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas
PETUNJUKLubang genital
PRAKTIKUM 2 buah ditengah
“PARASITOLOGI 98
sisi lateral
DASAR”
kanan dan kiri
Proglotid gravid Dipylidium caninum Bentuk : Seperti biji mentimun
Ukuran : 2,7 x 12 mikron
Lubang genital 2 buah ditengah sisi lateral
kanan dan kiri
Isi : Kelompok telur
V. KESIMPULAN
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Taenia sp
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Scolex Taenia solium
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Scolex Taenia saginata
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Proglotid gravid Taenia solium
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Proglotid gravid Taenia saginata
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Hymenolepis nana
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Hymenolepis diminuta
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Scolex Hymenolepis nana
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Proglotid Hymenolepis sp
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Diphyllobothrium latum
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Proglotid Diphyllobothrium latum
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Telur Dipylidium caninum
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Scolex Dipylidium caninum
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Proglotid matur Dipylidium caninum
Dalam preparat laboratorium yang diperiksa ditemukan Proglotid gravid Dipylidium caninum
VII. PEMBAHASAN
Cacing pita termasuk subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelmintes.Cacing
dewasanya menempati saluran usus vertebrata danlarvanya hidup di jaringan vertebrata dan
invertebrata. Bentuk badan cacing dewasamemanjang menyerupai pita, biasanya pipih
dorsoventral, tidak mempunyai alat pencernaan atau saluran vaskular dan biasanya terbagi
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 0
jenis Taenia solium yang ada pada otot di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara
terjadi cyclus ditubuhnya hingga membentuk Cysticercus. Jadi di sapi dan babi tidak
dijumpai dala bentuk Dewasa ( yang dewasa di tubuh manusia) hanya bentuk larva. Di Ternak
berurutan cyclusnya : Telur - Oncosfer - Hexacant - Cysticercus ( T-O-H-C), T-O-H-ada di
Ususnya dan C(cysticercus) meninggalkan usus ke otot( daging ).Agar kita tidak kena
Taeniasis ini dimasak yang matang dagingnya, dan manusia yang kena Taeniasis janganbuang
air besar ke lingkungan , karena Faecesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan yang
mungkin di rumput akan dimakan sam ternak tersebut. Pemberian obat anti cacing sangat
dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum golongan obat anticacing albendazole dosis sehari
500 mg lebih baik , biasanya dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh.
DAFTAR PUSTAKA
Dharman, Nyoman sadra. 1995. Pelacakan Terhadap Kehadiran Taenia Saginata
Taiwanensis di Bali Melalui Kjian Parasitologi dan Serologi. Tesis Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Rosdiana, Safar. 2010. Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama Widya
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 1
Pemeriksaan Direct Tinja
C. Metode Konsentrasi
Tujuan dilakukan metode ini adalah untuk memisahkan cyste dan telur cacing dari
bahan-bahan lain yang terkandung dalam tinja berdasarkan berat jenis masing-masing.
Dikenal dua cara untuk melakukan metode konsentrasi yaitu cara sedimentasi dan cara
pengapungan. Pada cara sedimentasi digunakan cairan yang mempunyai berat jenis lebih
kecil daripada cyste dan telur cacing, sehingga telur cacing dan cyste akan mengendap di
dasar tabung. Sebaliknya pada cara pengapungan digunakan cairan yang berat jenisnya
lebih besar daripada cyste dan telur cacing sehingga cyste dan telur cacing akan
terapung di cairan tersebut.
I. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya parasit dlam tinja dengan cara pemeriksaan mikroskopis
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler
5x dan 10x.
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 2
II. PRINSIP
Parasit akan terlihat secara mikroskoipis pada pengamatan preparat menggunakan
larutan cat lugol dengan mikroskop perbesaran lensa obyektif 10x atau 40x dan lensa okuler
10x
A. Alat
1. Mikroskop
2. Obyek glass
3. Deck glass
4. Lidi,
5. kertas saring
B. Bahan
1. Sampel feses
2. Cat lugol
3. Alkohol mikroskop
4. Kapas
V. HASIL
Dalam sampel tinja laboraotrium yang diperiksa ditemukan:
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 3
Pemeriksaan Indirect Tinja
VI. KESIMPULAN
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Telur Ascaris lumbricoides fertil kortikasi
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Telur Hook worm type B
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Telur Hymenolepis diminuta
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Telur Toxocara sp
METODE PENGAPUNGAN
I. TUJUAN
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 4
Untuk mengetahui adanya parasit dlam tinja dengan cara pemeriksaan mikroskopis
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler
5x dan 10x.
II. PRINSIP
Parasit akan terkonsentrasi mengapung pada lapisan atas suatu larutan karena berat
jenis parasit yang lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis larutan, sedangkan marteril
tinja yang lain akan mengendap
A. Alat
1. Tabung reaksi pendek 6. mikroskop
2. batang pengaduk 7. obyek glass
3. rak tabung 8. deck glass
4. Beaker glass 9. pipet tetes
5. pinset
B. Bahan
1. Sample feses
2. Larutan garam pekat &
gula pekat
3. Lugol
4. kertas saring
5. lidi
6. kreolin
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 5
2. Dengan batang pengaduk, hancurkan massaIndirect
Pemeriksaan tinja dan Tinja
campur baik-baik dengan larutan
pekat (garam pekat / gula pekat), kemudian tambahkan lagi larutan pekat sampai
mencapai penuh pada mulut botol.
3. Letakkan hati-hati deck glass yang telah siap pakai di atas mulut botol.
4. Periksalah, bahwa dibawah deck glass tersebut tidak ada gelembung udara, tunggu
selama 10 menit untuk garam pekat dan 20 menit untuk gula pekat
5. Angkat deck glass hati-hati, tempatkan pada object glass yang telah siap pakai
6. Beri label keterangan pada object glass
7. Amati sediaan dibawah mikroskop
8. Laporakan hasil pemeriksaan
V. HASIL
METODE PENGENDAPAN
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 6
I. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya parasit dlam tinja dengan cara pemeriksaan mikroskopis
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa okuler
5x dan 10x.
II. PRINSIP
A. Pengendapan Asam Eter
Parasit akan terkonsentasi pada lapisan bawah suatu larutan karena adanya
pemusingan, dan dengan adanya larutan asam eter parasite akan dibersihkan dari
kotoran
A. Alat
1. Tabung reaksi pendek 7. Pinset
2. Batang pengaduk 8. Centrifuge
3. Rak tabung 9. Mikroskop
4. Beaker glass 10. Obyek glass
5. Corong 11. Deck glass
6. Sumbat tabung 12. Pipet tetes
B. Bahan
1. Sample feses
2. Lugol
3. kertas saring
4. lidi
5. kreolin
6. NaCl 0.9%
7. HCl 15%
8. Eter
9. Formalin
10. Kassa
11. Aquadest
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 7
Pengendapan Asam – Ether
1. Kedalam tabung reaksi yang telah berisi 2-3 ml larutan asam
hidroklorida 15%, masukkan 2 gram masa tinja, hancurkan
dengan menggunakan batang pengaduk sampai benar-benar
hancur, kemudian tambahkan lagi asam hidroklorida 5-6 ml,
aduk baik-baik
2. Saring suspensi tersebut dengan 2 lapisan kassa pada corong kedalam tabung
reaksi yang lain, tambahkan dengan air sampai 10 ml
3. Tambahkan 3-4 ml ether, tutup dengan penutup karet, kocok hati-hati selama 20-
30 detik
4. Pusing selama 3 menit pada kecepatan 1500 rpm
Selesai pemusingan akan tampak 4 lapisan dari atas kebawah :
- Lapisan ether
- Lapisan debris
- Lapisan asam
- Endapan
5. Dengan kawat/lidi, lepaskan debris yang mungkin melekat pada dinding tabung,
dengan menyisirnya, kemudian tuangkan semua yang berada di atas endapan,
dengan meninggalkan sedikit cairan di atas endapan
6. Dengan pipet Pasteur campurlah endapan dengan sedikit cairan yang masih ada
dan kemudian dipindahkan beberapa tetes ke atas object glass yang siap
digunakan, jika di kehendaki menggunakan larutan pemulas maka beri larutan
pemulas, lalu tutup dengan deck glass.
7. Beri label keterangan
8. Amati dibawah mikroskop
9. Laporkan hasil temuan pemeriksaan
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 8
1. Ambil ± 2 cm3 (2 ml) tinja, masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml
larutan garam isotonis, campurkan dan hancurkan dengan batang pengaduk
hingga rata
2. Saring suspensi tersebut dengan 2 lapisan kassa pada corong kedalam tabung
reaksi yang lain
3. Pusing selama 2 menit pada kecepatan 1500 rpm
Setelah pemusingan, dilihat apakah cairan supernatant sudah jernih, bila masih
keruh, maka supernatant dituang, ditambah lagi 10 ml. larutan garam isotonis,
dipusing lagi (2 menit, 1500 rpm) sampai tercapai supernatan yang jernih
4. Tuang supernatan yang telah jernih
5. Tambahkan 10 ml larutan formalin 10 % aduk dengan baik, tunggu selama 5
menit
6. Tambah 3 ml ether/ ethylene acetat/ petrol
7. Sumbatlah tabung dengan penyumbat tabung, kocok hati-hati selama 30 detik
8. Buka sumbatan, pusing selama 2 menit dengan 1500 rpm selesai pemusingan
akan tampak 4 lapisan pada tabung dari atas ke bawah : ether, debris, formalin,
endpan
9. Bebaskan lapisan debris dari dinding tabung dengan menyisirnya memakai ujung
lidi/kawat, kemudian tuanglah debris serta supernatan lainnya, pakailah lidi
untuk mengusap debris yang masih menempel
10. Campur endapa dengan larutan yang tersisa dengan mengetuk ketuk ujung
bawah tabung
11. Dengan pipet Pasteur, pindahkan 2 tetes endapan ke atas object glass siap pakai,
tambahkan larutan pemulas pada salah satu tetesan endapat tersebut
12. Tutup dengan deck glass
13. Beri label keterangan
14. Amati sediaan di bawah mikroskop, laporkan hasil pengamatan
V. HASIL
10
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 9
Telur Ascaris lumbricoides fertil kortikasi Telur Hook worm type B
VI. KESIMPULAN
11
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 0
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Telur Ascaris lumbricoides fertil kortikasi
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Telur Hook worm type B
Dalam sampel tinja yang diperiksa ditemukan Larva Hook worm
VII. PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
11
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 1
11
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 2
PETUNJUK PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
Kampus 1
Jl. Yos Sudarso 338 Dawung Serengan Surakarta
Kampus 2
Jl. Raya Solo-Baki Kwarasan Grogol Sukoharjo
11
PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 3