Anda di halaman 1dari 13

Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol.x No.

x (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

FAKUMI MEDICAL JOURNAL

ARTIKEL RISET
URL artikel: https://fmj.fk.umi.ac.id/index.php/fmj

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka Bakar Grade II-III
Pada Pasien Luka Bakar di RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018 - 2021
k
Jihan Rana Mardhiyah1, Reeny Purnamasari2, Asnawi Madjid3, Nurelly N. Waspodo4, Rizal Basry5
1
Program Profesi Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran UMI
2 5
, Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran UMI
3,4
Departemen Ilmu Kulit Kelamin, Fakultas Kedokteran UMI
Email Penulis Korespondensi (K): jihanranamy@gmail.com
jihanranamy@gmail.com reny.purnamasari@umi.ac.id2, asnawi.madjid@yahoo.com3, nurelly.nurelly@umi.ac.i
1,

d4, rizalbasry82@gmail.com5
(081934007857)

ABSTRAK
Latar belakang: Luka bakar termal, yang disebabkan oleh api atau nyala api, adalah etiologi luka bakar yang
paling umum dilaporkan selama dekade terakhir. Menurut World Health Organisation (WHO), lebih dari 180.000
kematian akibat luka bakar terjadi setiap tahun, dengan sebagian besar di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah. Di Indonesia, luka bakar menyebabkan sekitar 195.000 kematian per tahun. Tujuan:
Mengidentifikasi faktor - faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar pada pasien di
RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018 – 2021. Metode: Penelitian Analitik dengan desain cross sectional, yang
bersifat deskriptif retrospektif dengan teknik total sampling. Hasil : Didapatkan nilai p=0,824 pada faktor usia,
jenis kelamin dengan nilai p=0,049, lokasi luka bakar dengan nilai p=0,002, luas luka bakar dengan nilai
p=0,000, grade luka bakar dengan nilai p=0,354, status gizi dengan nilai p=0,172, kadar Hb dengan nilai
p=0,468, diabetes mellitus dengan nilai p=0,077, dan status resusitasi cairan dengan nilai p=0,501. Kesimpulan:
Terdapat hubungan antara jenis kelamin, lokasi luka bakar, dan luas luka bakar terhadap proses penyembuhan
luka bakar dan, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia, grade luka bakar, status gizi, kadar Hb,
diabetes mellitus, dan status resusitasi cairan dengan proses penyembuhan luka bakar.

Kata kunci: Luka Bakar; proses penyembuhan; faktor penyembuhan

PUBLISHED BY: Article history: (dilengkapi oleh admin)


Fakultas Kedokteran
Received Tanggal Bulan Tahun
Universitas Muslim Indonesia
Received in revised form Tanggal Bulan Tahun
Address:
Accepted Tanggal Bulan Tahun
Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI)
Available online Tanggal Bulan Tahun
Makassar, Sulawesi Selatan.
licensed by Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Email:
fmj@umi.ac.id
Phone:
+6282396131343 / +62 85242150099
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

Penerbit: Fakultas Kedokteran - Universitas ABSTRACT


Muslim Indonesia 1

Background: Thermal burns, caused by fire or flame, are the most common etiology of burns reported over the
last decade. According to the World Health Organization (WHO), more than 180,000 deaths from burns occur
each year, with the majority in low- and middle-income countries. In Indonesia, burns cause around 195,000
deaths per year. Objective: To identify factors that can influence the healing process of burn wounds in patients
at RSUD dr. La Palaloi Maros 2018 – 2021. Method: Analytical research with a cross sectional design, which is
descriptive retrospective with total sampling technique. Results: Obtained a value of p=0.824 for the factors age,
gender with a value of p=0.049, location of the burn with a value of p=0.002, area of the burn with a value of
p=0.000, grade of the burn with a value of p=0.354, nutritional status with a value p=0.172, Hb level with a
value of p=0.468, diabetes mellitus with a value of p=0.077, and fluid resuscitation status with a value of
p=0.501. Conclusion: There is a relationship between gender, location of the burn wound, and extent of the burn
wound on the burn wound healing process and, there is no significant relationship between age, burn grade,
nutritional status, Hb level, diabetes mellitus, and fluid resuscitation status with the process. healing burns.

Keywords : Burns; healing process; healing factor

PENDAHULUAN
Luka bakar atau combustio adalah awal kehilangan jaringan atau suatu bentuk kerusakan
jaringan yang terjadi akibat kontak dengan sumber panas seperti api, bahan kimia, air panas, listrik dan
radiasi yang merupakan jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi memerlukan
perawatan khusus mulai hingga fase lanjut1. Luka bakar dapat mengenai segala usia, jenis kelamin,
serta dapat memengaruhi kondisi psikologis dan fisik pasien, luka bakar dan komplikasinya
memengaruhi mortalitas dan morbiditas2.
Menurut World Health Organisation (WHO), lebih dari 180.000 kematian akibat luka bakar
terjadi setiap tahun, dengan sebagian besar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah 3.
Luka bakar menyumbang 1% dari beban penyakit global, menyebabkan lebih dari 7,1 juta cedera.
Selain itu, luka bakar berada di peringkat ke-4 di antara semua cedera. Menurut World Health
Organisation (WHO), luka bakar menempati peringkat ke-9 dalam peringkat kematian secara
keseluruhan untuk orang berusia 5–14 tahun dengan perkiraan 41.575 kematian; untuk orang berusia
15-29 tahun dengan perkiraan 49.067 kematian; dan untuk orang berusia 0–4 tahun dengan perkiraan
62.655 kematian4. Akibatnya, luka bakar merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang
berkontribusi terhadap beban penyakit, dengan insiden tertinggi dilaporkan di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia5. Di Indonesia, luka bakar menyebabkan sekitar 195.000 kematian per tahun 4. Data
Nasional mengenai angka mortalitas atau data kejadian luka bakar di seluruh Indonesia masih belum
ada6. Di RSUD Cibabat dalam periode Maret 2015 sampai Juni 2020, didapatkan 524 pasien luka
bakar, dengan 292 (55,7%) laki-laki dan 232 (44,3%) perempuan, perbandingan laki-laki dan
perempuan 1,2:1. Pasien anak-anak (≤18 tahun) 193 (36,8%) orang dan dewasa (>18 tahun) 331
(63,2%) orang2.
Studi telah menunjukkan hubungan yang kuat antara ukuran luka bakar dan kematian.
Selanjutnya, luka bakar yang mempengaruhi setidaknya 20% dari total luas permukaan tubuh terkait

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 2


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

dengan peningkatan risiko kematian5. Melihat permasalahan tersebut, peneliti bertujuan untuk melihat
faktor - faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar, untuk memaksimalkan
management tatalaksana dalam pengobatan luka bakar.
Tujuan penelitian ini yaitu Mengidentifikasi faktor - faktor yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka bakar pada pasien di RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018 – 2021.

METODE
Penelitian ini mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka bakar
berdasarkan, usia penderita, jenis kelamin, lokasi luka bakar, luas luka bakar, derajat luka bakar, lama
rawat inap, status gizi, status resusitasi, kadar Hb, dan Diabetes Melitus. Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif observasional yang bersifat retrospektif. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan data sekunder melalui rekam medis pasien luka bakar di RSUD Dr.
La Palaloi Maros tahun 2018 - 2021, dan diolah secara manual dengan Microsoft Excel, dianalisis lalu
disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2023 - September 2023.

HASIL
Penelitian mengenai Faktor- faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka Bakar
Pada Pasien Luka Bakar di RSUD DR. LA PALALOI MAROS Tahun 2018 - 2021 dilakukan selama 1
bulan yang dimulai sejak Agustus - September 2023. Setelah ditetapkan kriteria inklusi dan eksklusi
didapatkan 32 sampel yang memenuhi kriteria tersebut.

Tabel 1. Distribusi Data Usia dengan Lama Rawat Inap


Lama Rawat Inap
Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 1 1 0 2 0.824
Bayi
% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
n 1 1 2 4
Balita
% 25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
n 1 0 1 2
Anak
% 50.0% 0.0% 50.0% 100.0%
n 1 2 0 3
Remaja
% 33.3% 66.7% 0.0% 100.0%
n 8 7 4 19
Dewasa
% 42.1% 36.8% 21.1% 100.0%
Lansia n 1 1 0 2
% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 3


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

Total 20 10 2 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada pasien bayi didapatkan 1 pasien dengan lama rawat
inap dengan waktu kurang dari 7 hari (50%) dan 7-14 hari sebanyak 1 pasien (50%) . Pada pasien
balita didapatkan 1 pasien dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari (25%), 7-14 hari
sebanyak 1 pasien (25%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 2 pasien (50%). Pada pasien anak
didapatkan 1 pasien dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari (50%) dan proses
penyembuhan lebih dari 14 hari sebanyak 1 pasien (50%). Pada pasien remaja dengan lama rawat inap
dengan waktu kurang dari 7 hari sebanyak 1 pasien (33,3%) dan proses penyembuhan 7-14 hari
sebanyak 2 pasien (66,7%). Pada pasien dewasa dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7
hari sebanyak 8 pasien (42,1%), proses penyembuhan 7-14 hari sebanyak 7 pasien (36,8%) dan proses
penyembuhan lebih dari 14 hari sebanyak 4 pasien (21,1%). Pada pasien lansia dengan lama rawat
inap dengan waktu kurang dari 7 hari sebanyak 1 pasien (50%) dan proses penyembuhan 7-14 hari
sebanyak 1 pasien (50%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p=0.824 (p<0.05) artinya
tidak terdapat hubungan faktor usia dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La
Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

Tabel 2. Distribusi Data Jenis Kelamin dengan Lama Rawat Inap


Lama Rawat Inap
Jenis Kelamin Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 6 11 5 22
Laki-laki
% 27.3% 50.0% 22.7% 100.0%
n 7 1 2 10 0.049
Perempuan
% 70.0% 10.0% 20.0% 100.0%
TOTAL 13 12 7 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada pasien laki-laki dengan lama rawat inap dengan
waktu kurang dari 7 hari sebanyak 6 pasien (27,3%), 7-14 hari sebanyak 11 pasien (50%), dan lebih
dari 14 hari sebanyak 5 pasien (22,7%). Pada pasien perempuan dengan lama rawat inap dengan waktu
kurang dari 7 hari sebanyak 7 pasien (70%), 7-14 hari sebanyak 1 pasien (10%), dan lebih dari 14 hari
sebanyak 2 pasien (20%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p=0.049 (p<0.05) artinya
terdapat hubungan faktor jenis kelamin dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La
Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 4


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

Tabel 3. Distribusi Data Lokasi Luka Bakar dengan Lama Rawat Inap
Lama Rawat Inap
Lokasi Luka Bakar Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 0 0 0 0
Kepala
% 0% 0% 0% 0%
n 0 0 0 0
Leher
% 0% 0% 0% 0%
n 0 0 0 0
Trunk Posterior
% 0% 0% 0% 0%
n 2 0 0 2
Trunk Anterior
% 100% 0% 0% 100%

Ekstremitas n 2 1 0 3
Superior Dextra % 80% 20% 0% 100%
Ekstremitas n 1 0 0 1 0.002
Superior
Sinistra % 100% 0% 0% 100%

Ekstremitas n 0 0 0 0
Inferior Dextra % 0% 0% 0% 0%

Ekstremitas n 3 1 0 4
Inferior Sinistra % 80% 20% 0% 100%
n 0 0 0 0
Genital
% 0% 0% 0% 0%

Lebih dari 1 n 5 10 7 22
lokasi % 22,7% 45,5% 31,8% 100%
Total 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada pasien dengan lokasi luka bakar pada trunk anterior
didapatkan 2 pasien dengan lama rawat inap kurang dari 7 hari (100%). Pada lokasi ekstremitas
superior dextra didapatkan 2 pasien dengan lama rawat inap kurang dari 7 hari (80%) dan 7-14 hari
sebanyak 1 pasien (20%). Pada lokasi ekstremitas superior sinistra didapatkan 1 pasien dengan lama
rawat inap kurang dari 7 hari (100%). Pada lokasi ekstremitas inferior sinistra didapatkan 3 pasien
dengan lama rawat inap kurang dari 7 hari (80%), 7-14 hari sebanyak 1 pasien (20%). Pada pasien
dengan lokasi luka bakar lebih dari satu dengan lama rawat inap kurang dari 7 hari didapatkan 5
pasien (22,7%), 7-14 hari sebanyak 10 pasien (45,5%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 7 pasien
(31,8%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p=0.002 (p<0.05) artinya terdapat hubungan
faktor lokasi luka bakar dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La Palaloi Maros
Tahun 2018-2021.

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 5


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

Tabel 4. Distribusi Data Luas Luka Bakar dengan Lama Rawat Inap
Lama Rawat Inap
Luas Luka Bakar Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 8 3 0 11
0 - 10%
% 72.7% 27.3% 0.0% 100.0%
n 3 7 0 10
11 - 20%
% 30.0% 70.0% 0.0% 100.0%
n 2 2 0 4 0.000
21 - 30%
% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
n 0 0 7 7
> 30%
% 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
Total 13 12 7 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui dengan luas luka bakar sebanyak 0-10% dengan lama
rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari didapatkan 8 pasien (72,7%), dan 7-14 hari sebanyak 3
pasien (27,3%). Pada pasien dengan luas luka bakar 11-20% dengan lama rawat inap dengan waktu
kurang dari 7 hari didapatkan 3 pasien (30%), dan 7-14 hari sebanyak 7 pasien (70%). Pada pasien
dengan luas luka bakar 21-30% dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari didapatkan 2
pasien (50%) dan 7-14 hari sebanyak 2 pasien (50%). Pada pasien dengan luas luka bakar lebih dari
30% dengan lama rawat inap dengan lebih dari 14 hari didapatkan 7 pasien (100%). Hasil uji statistik
Chi-Square didapatkan nilai p=0.000 (p<0.05) artinya terdapat hubungan faktor luas luka bakar
dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

Tabel 5. Distribusi Data Grade Luka Bakar dengan Lama Rawat Inap
Lama Rawat Inap
Grade Luka Bakar Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 4 6 1 11
IIA
% 36.4% 54.5% 9.1% 100.0%
n 3 0 2 5
IIB
% 60.0% 0.0% 40.0% 100.0%
n 5 6 4 15 0.354
IIA - IIB
% 33.3% 40.0% 26.7% 100.0%
n 1 0 0 1
III
% 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Total 13 12 7 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui dengan grade IIA pada luka bakar dengan lama rawat inap
dengan waktu kurang dari 7 hari didapatkan 4 pasien (36,4%), 7-14 hari sebanyak 6 pasien (54,5%),

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 6


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

dan lebih dari 14 hari sebanyak 1 pasien (9,1%). Pada pasien dengan grade IIB dengan lama rawat
inap dengan waktu kurang dari 7 hari didapatkan 3 pasien (60%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 2
pasien (40%). Pada pasien dengan grade IIA-IIB dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7
hari didapatkan 5 pasien (33,3%), 7-14 hari sebanyak 6 pasien (40%), dan lebih dari 14 hari sebanyak
4 pasien (26,7%). Pada pasien dengan grade III dengan lama rawat inap dengan kurang dari 7 hari
didapatkan 1 pasien (100%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p=0.354 (p<0.05) artinya
tidak terdapat hubungan faktor grade luka bakar dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar
RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

Tabel 6. Distribusi Data Status Gizi dengan Lama Rawat Inap


Lama Rawat Inap
Status Gizi Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 0 0 1 1
Underweight
% 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
n 13 9 6 28
Normal
% 46.4% 32.1% 21.4% 100.0%
n 0 0 0 0 0.172
Overweight
& 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
n 0 3 0 3
Obesitas
% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
Total 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pasien IMT underweight dengan luka bakar, lama rawat
inap dengan waktu lebih dari 7 hari didapatkan 1 pasien (100%). Pada pasien IMT normal dengan
lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari didapatkan 13 pasien (46,4%), 7-14 hari sebanyak 9
pasien (32,1%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 6 pasien (21,4%). Pada pasien dengan IMT Obesitas
dengan lama rawat inap dengan waktu 7-14 hari sebanyak 3 pasien (100%). Hasil uji statistik Chi-
Square didapatkan nilai p=0.172 (p<0.05) artinya tidak terdapat hubungan faktor status gizi dengan
lama rawat inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

Tabel 7. Distribusi Data Kadar Hb dengan Lama Rawat Inap


Lama Rawat Inap
Kadar Hb Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 12 10 5 27
Normal
% 44.4% 37.0% 18.5% 100.0%
n 1 2 2 5 0.468
Rendah
% 20.0% 40.0% 40.0% 100.0%
Total 13 12 7 32

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 7


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada pasien dengan kadar Hb normal, didapatkan 12 pasien
dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari (44,4%), 7-14 hari sebanyak 10 pasien
(37%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 5 pasien (18,5%). Pada pasien dengan kadar Hb rendah,
terdapat 1 pasien dengan lama rawat inap dengan waktu kurang dari 7 hari (20%), 7-14 hari sebanyak
2 pasien (40%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 2 pasien (40%). Hasil uji statistik Chi-Square
didapatkan nilai p=0.468 (p<0.05) artinya tidak terdapat hubungan faktor kadar Hb dengan lama rawat
inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018-2021.
Tabel 8.
Distribusi Lama Rawat Inap Data
Diabetes Diabetes Mellitus Jumlah Nilai p Mellitus
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
dengan Lama Rawat
Inap n 13 8 5 26
Tidak DM
% 50.0% 30.8% 19.2% 100.0%
n 0 4 2 6 0.077
DM
% 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
Total 13 12 7 32

Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada pasien dengan diagnosa Diabetes Mellitus,
didapatkan 4 pasien dengan lama rawat inap dengan waktu 7-14 hari (66,7%), dan lebih dari 14 hari
sebanyak 2 pasien (33,3%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p=0.077 (p<0.05) artinya
tidak terdapat hubungan faktor diabetes mellitus dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar
RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

Tabel 9. Distribusi Data Status Resusitasi Cairan dengan Lama Rawat Inap
Lama Rawat Inap
Onset Kejadian Jumlah Nilai p
< 7 hari 7 - 14 hari > 14 hari
n 12 10 6 28
≤ 8 Jam
% 42,9% 35,7% 21,4% 100.0%
n 1 2 1 4
8 Jam Pertama
% 25.0% 50.0% 25.0% 100.0% 0.501
n 0 0 0 0
> 24 Jam
% 0% 0% 0% 100.0%
Total 13 12 7 32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pasien dengan onset kejadian kurang dari sama dengan 8
jam, didapatkan 12 pasien dengan lama rawat inap kurang dari 7 hari (42,9%), 7-14 hari sebanyak 10
pasien (35,2%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 6 pasien (21,4%). Pada pasien dengan onset kejadian
8 - 24 jam, didapatkan 1 pasien dengan lama rawat inap kurang dari 7 hari (25%), 7-14 hari sebanyak

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 8


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

2 pasien (50%), dan lebih dari 14 hari sebanyak 1 pasien (25%). Hasil uji statistik Chi-Square
didapatkan nilai p=0.501 (p<0.05) artinya tidak terdapat hubungan faktor status resusitasi cairan
dengan lama rawat inap pada pasien luka bakar RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018-2021.

PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, didapatkan tidak ada hubungan faktor usia dengan proses penyembuhan
pada pasien luka bakar, meskipun menurut penelitian lainnya, peningkatan usia manusia akan
mengalami kemunduran kesehatan, epidermis menjadi lebih tipis, dermis menjadi atropi dan terjadi
perubahan penurunun yang sangat berarti pada penyembuhan luka sehingga terjadi perlambatan proses
penyembuhan luka2. Penuaan merupakan faktor risiko utama gangguan penyembuhan luka.
Bertambahnya usia dapat menyebabkan perubahan metabolik dan sistemik, lapisan epidermis semakin
menipis seiring bertambahnya usia. Terdapat beberapa perubahan respon inflamasi pada lansia, seperti
tertundanya migrasi leukosit ke area tersebut, menurunnya aktivitas makrofag sebagai fagositosis, dan
menurunnya faktor pertumbuhan/fagositosis. pelepasan sitokin. Lansia juga dapat menyebabkan re-
epitelisasi dan keterlambatan angiogenesis, serta penurunan aktivitas fibroblas dan remodeling
kolagen6.

Faktor jenis kelamin pada penelitian kami didapatkan memiliki hubungan dengan proses
penyembuhan pada pasien luka bakar, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lam dkk,
didapatkan dari analisis bivariat gender menunjukkan masa rawat inap di rumah sakit yang lebih lama
(17,8 vs. 15,8 hari; p <0,001) pada kelompok pria 7. Pada penelitian ini didapatkan ada hubungan
lokasi luka bakar terhadap proses penyembuhan pada pasien luka bakar. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Haddadi dkk, didapatkan pada pasien yang mengalami luka bakar di diaerah kepala
dan leher, menunjukkan bahwa 27 (21,43%) kasus mengalami eritema dan edema, 19 (4,85%) kasus
berkembang menjadi ARDS, 41 (10,46%) menjadi pneumonia, dan 50 (12,76%) kasus meninggal 8.
Lokasi luka bakar berperan penting dalam penyembuhan luka dan lama rawat serta membantu
meningkatkan prediksi angka kematian. Tingkat keparahan luka bakar dapat digambarkan dengan fitur
yang mencakup lokasi dan kedalaman luka bakari. Sangat mungkin bahwa pasien yang mengalami
luka bakar parah di ekstremitas atas atau bawah, menunjukkan ketahanan yang lebih rendah. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nehemiah, menunjukkan bahwa lokasi luka bakar dapat membantu
membuat stratifikasi risiko lebih lanjut pada pasien. Tingkat keparahan luka bakar dan lokasi luka
bakar dapat mempengaruhi tatalaksana seperti pembedahan, yang kemudian mempengaruhi waktu
penyembuhan. Misalnya, luka bakar parah di lengan mungkin memerlukan allograft pada tahap
pertama diikuti autograft pada tahap kedua, sedangkan luka bakar serupa pada tungkai tubuh mungkin
hanya memerlukan autograft9.

Dari hasil penelitian ini juga menemukan adanya hubungan faktor luas luka bakar dengan
lama rawat inap. Hal ini sesuai dengan penelitian Odondi, didapatkan hubungan antara karakteristik
pasien dan lama rawat inap di rumah sakit, TBSA sebesar 10% hingga kurang dari 20%, dan TBSA di

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 9


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

atas 20% dikaitkan dengan lama rawat inap di rumah sakit. Dalam penelitian ini, TBSA sebesar 20%
hingga kurang dari 30% secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan komplikasi
luka bakar. Pasien dengan TBSA yang lebih tinggi cenderung memerlukan perawatan khusus sehingga
lama tinggal di rumah sakit. Selain itu, pasien dengan TBSA yang lebih tinggi cenderung mengalami
komplikasi dan hal ini akan meningkatkan lama rawat inap10.

Penelitian ini mendapatkan tidak ada hubungan antara grade luka bakar dengan lama rawat
inap, dengan variabel yang diteliti yaitu grade IIA sebanyak 11 pasien (34,3%), grade IIB sebanyak 5
pasien (15,7%), grade IIA-IIB sebanyak 15 pasien (46,9%), dan grade III sebanyak 1 pasien (3,13%).
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih dan Rosa, dimana didapatkan
lama waktu penyembuhan berdasarkan derajat luka, derajat II rata-rata 17,66 hari (tercepat 7 hari dan
terlama 35 hari), lama waktu penyembuhan derjat III rata-rata 28,6 hari, (tercepat 17 hari dan terlama
40 hari). Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan pendapat Demling & Way dimana luka bakar
derajat II dangkal dapat sembuh dalam waktu 10–14 hari. Pada luka bakar derajat II dalam yang
melebihi ketebalan dermis memerlukan waktu penyembuhan lebih lama sampai 25–35 hari. Pada luka
bakar derajat III sembuh lebih lama, lebih dari 35 hari11.

Selain itu, tidak didapatkan adanya hubungan antara status gizi dengan proses penyembuhan
pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Pauzenberger, dkk, dimana penelitian tersebut berfokus pada
dampak IMT terhadap mortalitas dan morbiditas penyembuhan luka bakar. Beberapa faktor risiko
independen diketahui mempengaruhi kelangsungan hidup pasien luka bakar. Dampak IMT terhadap
kondisi pasien luka bakar masih belum jelas. Status gizi bukan merupakan prediktor mortalitas setelah
memperhitungkan usia, %TBSA yang terbakar, cedera inhalasi, dan luka bakar seluruh permukaan 12.

Pada penelitian in juga tidak didapatkan adanya hubungan kadar hemoglobin dengan lama
rawat inap. Hemoglobin adalah pengangkut molekul oksigen yang sangat baik ke jaringan, sedangkan
penyembuhan luka membutuhkan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi di lokasi lokal, yang bekerja
melawan patogen dan membantu granulasi luka, proliferasi sel, vaskularisasi, dan sintesis kolagen.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mahajan, dkk, ditemukan bahwa kadar hemoglobin normal
mempunyai peran besar dalam menyuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan penyembuhan. Kadar Hb >
12 g% dapat membantu penyembuhan luka secara dini, lebih sedikit masa rawat inap di rumah sakit,
dan lebih sedikit kemungkinan infeksi13.

Pada penelitian ini juga tidak didapatkan adanya hubungan diabetes mellitus dengan lama
rawat inap. Hal serupa didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Dolp dkk, didapatkan tingkat
mortalitas pada kelompok diabetes lebih tinggi dibandingkan kelompok non-diabetes namun tidak
signifikan secara statistik. Diabetes sebagai kondisi premorbid menyebabkan peningkatan angka
infeksi pada pasien luka bakar. Semua pasien diabetes menunjukkan lebih banyak infeksi
dibandingkan non-penderita diabetes, seperti sepsis dan infeksi luka. Penderita diabetes dengan nilai

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 10


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

HbA1C > 7% pada saat masuk rumah sakit memang menunjukkan angka kematian yang lebih tinggi.
Data penelitian menunjukkan angka kematian yang lebih rendah pada pasien dengan kadar glukosa
darah terkontrol baik dibandingkan dengan pasien diabetes yang memiliki kadar glukosa darah yang
sulit dipertahankan, sasaran yang direkomendasikan <10 mmol/LHal lain yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini adalah bahwa diabetes sebagai suatu kondisi pramorbid tidak
sebanding dengan faktor-faktor yang lebih parah seperti TBSA14.

Penelitian kami menemukan tidak ada hubungan antara faktor status resusitasi cairan dengan
lama rawat inap pada pasien luka bakar. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Odondi dkk, didapatkan
pasien yang datang lebih dari tiga jam setelah luka bakar mempunyai masa rawat inap yang lebih lama
di rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang datang ke rumah sakit lebih awal. Kunjungan awal
ke rumah sakit akan memungkinkan resusitasi dan kontrol dini. Hal ini terbukti meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar15.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian mengenai Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan
Luka Bakar Pada Pasien Luka Bakar di RSUD dr. La Palaloi Maros Tahun 2018 - 2021, maka peneliti
menyimpulkan bahwa, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan proses
penyembuhan luka bakar pada pasien luka bakar thermal grade II-III. Terdapat hubungan bermakna
antara faktor jenis kelamin dengan proses penyembuhan luka bakar pada pasien luka bakar thermal
dengan grade II-III. Terdapat hubungan bermakna antara faktor lokasi luka bakar dengan proses
penyembuhan luka bakar pada pasien luka bakar thermal dengan grade II-III. Terdapat hubungan yang
bermakna antara luas luka bakar dengan proses penyembuhan luka bakar. Tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara grade luka bakar dengan proses penyembuhan luka bakar. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan proses penyembuhan luka bakar. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara kadar Hb dengan proses penyembuhan luka bakar. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus dengan proses penyembuhan luka bakar. Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara status resusitasi cairan dengan proses penyembuhan luka
bakar.

Dalam penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan sampel lebih
besar dengan analisis hubungan multivariat untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar dan juga dibutuhkan penelusuran proses
penyembuhan luka bakar pada pasien secara langsung untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar yang terlibat, serta penentuan hubungan etiologi luka
bakar terhadap faktor-faktor yang terlibat.

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 11


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

DAFTAR PUSTAKA
1. Kadek, N., Dewi, A. S., Made, I., Adnyana, S., Putu, G., Sanjaya, H., Rusly, A. R., & Hamid, H.
(2021). Epidemiologi pasien luka bakar di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018-2019. Intisari
Sains Medis | Intisari Sains Medis, 12(1), 219–223. https://doi.org/10.15562/ism.v12i1.865
2. Haryono, W., Wibianto, A., Sakti Noer Hidayat, T., Cibabat, R., & Soreang, R. (2021.).
Epidemiologi dan Karakteristik Pasien Luka Bakar di RSUD Cibabat dalam Periode 5 Tahun
(2015-2020): Studi Retrospektif (Vol. 48, Issue 4).
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/burns.
3. Abazari, M., Ghaffari, A., Rashidzadeh, H., Momeni badeleh, S., & Maleki, Y. (2020). Current
status and future outlook of nano-based systems for burn wound management. In Journal of
Biomedical Materials Research - Part B Applied Biomaterials (Vol. 108, Issue 5, pp. 1934–
1952). John Wiley and Sons Inc. https://doi.org/10.1002/jbm.b.34535
4. Wardhana, A., Basuki, A., Prameswara, A. D. H., Rizkita, D. N., Andarie, A. A., & Canintika, A.
F. (2019). The epidemiology of burns in Indonesia’s national referral burn center from 2013 to
2015. Burns Open, 1(2), 67–73. https://doi.org/10.1016/j.burnso.2017.08.002
5. Herlianita, R., Purwanto, E., Wahyuningsih, I., & Pratiwi, I. D. (2021). Clinical outcome and
comparison of burn injury scoring systems in burn patient in Indonesia. African Journal of
Emergency Medicine, 11(3), 331–334. https://doi.org/10.1016/j.afjem.2021.04.005
6. Rosyid, F. (2022). Wounds: physiological mechanisms and factors affecting healing.
International Journal of Research in Medical Sciences, 10(4), 1001.
https://doi.org/10.18203/2320-6012.ijrms20221000
7. Nhu Lam, N. (2019). INFLUENCE OF GENDER DIFFERENCE ON OUTCOMES OF ADULT
BURN PATIENTS IN A DEVELOPING COUNTRY. In Annals of Burns and Fire Disasters
(Issue 3).
8. Haddadi, S., Parvizi, A., Niknama, R., Nemati, S., Farzan, R., & Kazemnejad, E. (2020). Baseline
Characteristics and Outcomes of Patients with Head and Neck Burn Injuries; a Cross-Sectional
Study of 2181 Cases. Archives of Academic Emergency Medicine, 9(1), e8.
https://doi.org/10.22037/aaem.v9i1.948
9. Liu, N. T., Rizzo, J. A., Shingleton, S. K., Fenrich, C. A., Serio-Melvin, M. L., Christy, R. J., &
Salinas, J. (2019). Relationship between Burn Wound Location and Outcomes in Severely
Burned Patients: More Than Meets the Size. Journal of Burn Care and Research, 40(5), 558–565.
https://doi.org/10.1093/jbcr/irz098
10. Odondi, R. N., Shitsinzi, R., & Emarah, A. (2020). Clinical patterns and early outcomes of burn
injuries in patients admitted at the Moi Teaching and Referral Hospital in Eldoret, Western
Kenya. Heliyon, 6(3). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e03629
11. Purwaningsih, Lucia A. (2019). Respon Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Pasien Luka Bakar
yang Diberikan Kombinasi Alternative Moisture Balance Dressing dan Seft Terapi di RSUP Dr.
Sardjito YOGYAKARTA. Indonesian Journal of Nursing Practices. 2(1), 40-50.
https://doi.org/10.18196/ijnp.v2i1.668
12. Pauzenberger, R., Radtke, C., Ederer, I. A., Hacker, S., Waldmann, A., Sternat, N., Franke, I.,
Thury, A., Harpain, L., & Stievano, S. (2020). Does obesity impact the outcome of severely
burned patients? International Wound Journal, 17(2), 380–386. https://doi.org/10.1111/iwj.13282

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 12


Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. No. (Bulan, Tahun): E-ISSN: 2808-9146

13. Mahajan, N. P., Kumar, P., Gadod, L., Patil, T. C., Pawar, H., & Pande, K. (2021). Study of
Influence of Hemoglobin Levels during Healing of Soft-tissue Wounds of High Energy Trauma
to the Extremities. In International Journal of Scientific Study (Vol. 106). www.ijss-sn.com
14. Dolp, R., Rehou, S., Pinto, R., Trister, R., & Jeschke, M. G. (2019). The effect of diabetes on
burn patients: A retrospective cohort study. Critical Care, 23(1). https://doi.org/10.1186/s13054-
019-2328-6
15. Spampinato, S. F., Caruso, G. I., de Pasquale, R., Sortino, M. A., & Merlo, S. (2020). The
treatment of impaired wound healing in diabetes: Looking among old drugs. Pharmaceuticals,
13(4). https://doi.org/10.3390/ph13040060

Penerbit: Fakultas Kedokteran – Universitas Muslim Indonesia 13

Anda mungkin juga menyukai