Anda di halaman 1dari 22

SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

PENYAKIT CAMPAK

Dosen Pengampu: Rony Darmawansyah Alnur, S.KM,. M.KM

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Akbar Guntur Syahputra (1905015287)


2. Arfa Noviani (1905015044)
3. Maghfiroh (1905015170)
4. Maisya Nurul Arya Pratiwi (1905015260)
5. Octaviara Kusuma Ningrum (1905015116)
6. Pania Wulandari (1905015224)
7. Ridho Yanuar Mu’arif (1905015161)
8. Yuniken Damayanti (1905015089)
KELAS : 2H
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas penelitian makalah yang berjudul “PenyakitCampak”
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari penelitian makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Rony Darmawansyah Alnur, S.KM,. M.KM pada Mata Kuliah Surveilans Kesehatan.Selain
itu, penelitian makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyakit Campak
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada, Bapak Rony Darmawansyah Alnur,S.KM,. M.KM


pada Mata Kuliah Surveilans Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, dalam penelitian makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan Kami nantikan demi
kesempurnaan penelitian makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................. 3
B. Manfaat ............................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................... 4
A. Definisi Surveilans ............................................................................................... 4
B. Definisi Surveilans Penyakit Campak .................................................................. 5
C. Tatalaksan Surveilans Penyakit Campak ............................................................. 6
D. Gambaran Epidemiologi ..................................................................................... 7
E. Faktor Risiko Penyakit Campak ......................................................................... 13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 14
A. Pendekatan Orang, Waktu, Tempat ................................................................. 14
B. Grafik ................................................................................................................. 15
BAB IV
PENUTUP ........................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .............................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Campak atau measles adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
paramyxovirus. Penularan utama terjadi akibat percikan ludah (droplet) atau kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi.Campak dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup seperti
kerusakan otak, kebutaan dan ketulian serta dapat berujung pada kematian.Campak berpotensi
menimbulkan Kejadian LuarBiasa (KLB) dengan angka kematian yang tinggi.
World Health Assembly (WHA) menetapkan tiga tonggak untuk pengendalian campak pada
tahun 2015: 1) meningkatkan cakupan rutin dengan dosis pertama vaksin yang mengandung
campak (MCV1) di antara anak-anak berumur 1 tahun hingga ≥90% di tingkat nasional dan
hingga ≥80% di setiap kabupaten; 2) mengurangi kejadian campak tahunan global hingga <5
kasus per juta penduduk; dan 3) mengurangi angka kematian campak global sebesar 95% dari
perkiraan tahun 2000. Negara-negara dikeenam wilayah WHO telah mengadopsi tujuan untuk
eliminasi campak pada atau sebelum 2020. Penghapusan eliminasi didefinisikan sebagai tidak
adanya transmisi virus campak endemik di suatu wilayah atau area geografis yang ditentukan
selama ≥12 bulan.Campak banyak ditemui di negara-negara berkembang terutama di beberapa
bagian Asia dan Afrika, lebih dari 20 juta orang terkena campak setiap tahunnya. Lebih dari 95%
dari angka tersebut, kematian akibat campak masih terjadi dinegara-negara dengan
pendapatan perkapita yang rendah dan infrastruktur kesehatan yang lemah.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization), sampai dengan bulan November tahun
2018 didapatkan bahwa wilayah Asia Tenggara termasuk nomor 1 tertinggi kasus Campak yaitu
61.307 kasus, turun dari tahun 2017 sebanyak 79.368 kasus, sedangkan yang kedua merupakan
wilayah Eropa sebanyak 54.354 kasus.Wilayah yang paling sedikit kasus campak yaitu wilayah
Amerika 10.342 kasus. Indonesia termasuk 10 negara insiden rate campak tertinggi yaitu 3.436
kasus atau 13,3%.

1
2

Indonesia merupakan salah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar di dunia
pada tahun 2007. Tahun 2017 dilaporkan terdapat 14.640 kasus campak, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016 (12.681 kasus) dan tahun 2015 (8.185kasus). Incidence Rate (IR)
campak pada tahun 2017 sebesar 5,6 per 100.000 penduduk,meningkat dibandingkan tahun
2016 (5,0 per 100.000 penduduk) dan tahun 2015 (3,20 per 100.000 penduduk).

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700 kematian
yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16
kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun. Berdasarkan laporan
DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah
kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan
2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD.
Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun
(3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).

Berdasarkan penilaian penularan penyakit campak yang telah dilakukan di beberapa daerah ada
24 provinsi yang berisiko tinggi dan satu provinsi yang bebas penyakit, untuk mengurangi risiko
kejadian luar biasa (KLB), harus dilakukan penutupan gap imunitas, terutama di wilayah-wilayah
yang berisiko tinggi. Salah satunya dengan Mop Up, ORI atau respon imunisasi dalam rangka
mengendalikan KLB. Setiap daerah, juga harus melakukan penguatan imunisasi MR sesuai dosis
yang dianjurkan. Dosis pertama harus diberikan pada bayi berusia 9 bulan, dosis kedua
diberikan pada anak 18 bulan, kemudian biar semakin lengkap anak wajib ikut program
imunisasi sekolah atau dikenal dengan istilah BIAS. Dan juga terus mengedukasi masyarakat
dengan menanamkan pemahaman agar mereka dapat perlindungan optimal dari penyakit
campak.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan, sebanyak 12 provinsi di Indonesia sukses
menggelar program imunisasi MR sampai 95%. Daerahnya antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Papua Barat, Lampung, Gorontalo, Bali,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
3

Faktor yang menyebabkan terjadinya campak pada balita berdasarkan segitiga epidemiologi
diantaranya factor penjamu (host) yakni semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang
dapat memperbaiki terjadinya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor penjamu ada 2 yaitu
factor biologis dan perilaku. Dan factor biologis yang dapat mempengaruhi terjadinya campak
meliputi usia, jenis kelamin, status gizi, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A,dan
status imunisasi. Sedangkan factor perilaku yaitu pengetahuan ibu dan riwayat kontak
(Nugrahaeni, 2012).

1.2 Tujuan

• Mengamati bagaimana gambaran surveilans kejadian penyakit campak di DKI


Jakarta dari bulan Januari – April 2020.

1.3 Manfaat

• Melihat persebaran berdasarkan orang (dimana persebaran penyakit campak yang


tinggi).
• Melihat persebaran berdasarkan waktu (pada bulan apa persebaran penyakit
campak yang tinggi).
• Melihat persebaran berdasarkan tempat (daerah mana yang persebaran penyakit
campak itu tinggi).

1.4 Rumusan Masalah

• Bagaimana gambaran penyakit campak pada bulan Januari – April?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Surveilans

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus-
menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak
yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2,
2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi
dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar
dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang
digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun
surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan
tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga
epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan mengelola dengan
efektif.

Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara
terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat
mengambil tindakan efektif.

Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil


keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada

4
5

suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk


mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian
keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik
(DCP2, 2008).

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus
menerus tanpa terputus (kontinu), sedangkan pemantauan dilakukan intermiten atau episodik.
Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan
kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi,
sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.

2.2 Definisi Surveilans Penyakit Campak

Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat mudah menular antara
individu satu ke individu yang lain, terutama pada anak-anak yang memasuki usia prasekolah
dan tamat SD. Campak adalah penyakit menular yang sering menyebabkan terjadinya Kejadian
Luar Biasa (KLB). Campak adalah anggota dari Paramy xoviridae, dalam genus Morbillivirus.
Penyakit ini mudah menular melalui system pernapasan, terutama percikan ludah atau cairan
yang keluar dari system pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk, maupun berbicara
(Kemenkes RI, 2017).

Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet
ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak
ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti
dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah
kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang
otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberculosis paru menjadi lebih parah setelah sakit
campak berat.
6

Menurut WHO campak merupakan penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo popular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 derajat Celsius atau lebih dan
penderita campak awalnya mengalami tanda dan gejala berupa demam, nyeri tenggorokan,
hidung meler (coryza), batuk (Cough), bercak koplik, nyeri otot, dan mata merah
(conjunctivitis).

Berikut adalah yang dapat dilakukan pada penyakit campak, yaitu Istirahat yang cukup :Kurangi
aktivitas fisik dan bermain. Waktu tidur yang cukup yaitu 8-10 jam dapat memulihkan system
kekebalan tubuh yang berfungsi melawan virus berkembangbiak di dalam tubuh, Batasi kontak
: Karena campak sangat mudah tertular lewat udara, sebaiknya batasi kontak anak dengan
orang lain, apalagi bila ada bayi yang belum menerima vaksin campak. Anggota keluarga lainnya
yang belum pernah mengalami campak juga harus berhati-hati, Kontrol makanan :Konsumsi
makanan yang bergizi memegang peranan yang penting dalam proses penyembuhan anak.
Utamakan makanan 4 sehat 5 sempurna, dengan menambah porsi sayur dan buah yang
mengandung banyak vitamin. Lalu hindari makanan yang digoreng dan dingin untuk sementara
waktu, Jaga kebersihan (mandi) : Setelah anak tidak panas, Anda dapat memandikan si kecil,
untuk mengurangi gatal dan memberikan kenyamanan. Pakailah sabun bayi yang tidak
mengiritasi kulit. Atau solusi lain, Ibu boleh lap tubuh anak dengan handuk basah kemudian
sehabis mandi dibedaki salicil talc untuk mengurangi gatal. Selain itu, selama sakit dan
pemulihan, siapkan peralatan pribadi khusus untuk sikecil meliputi handuk dan peralatan
makan seperti piring, sendok, garpu dan gelas. Hal ini untuk menghindari penularan lewat
kontak tidak langsung, Hindari dehidrasi : Demam tinggi yang dialami anak saat campak
menguras cairan dan elektrolit tubuh. Berikan minum air putih yang cukup untuk menjaga
cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang bila anak juga mengalami muntah dan diare saat
campak.

2.3 Tatalaksana Surveilans Penyakit Campak

Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring, antipiretik
(parasetamol 10-15 mg/kg BB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan yang cukup,
7

suplemen nutrisi, dan vitamin. Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang
meningkatkan respons antibody terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu
kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:

• 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih 100.000 IU pada anak umur 6 - 11
bulan.
• 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan.
• Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur
penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A.

Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bacterial dapat diberi
antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya. Sampai
saat ini tidak tersedia obat anti virus khusus untuk campak. Komplikasi berat akibat campak
dapat dicegah melalui tindakan suportif dengan memastikan asupan nutrisi dan cairan ade
kuat, mengatasi dehidrasi bila terjadi. Antibiotik hanya diberikan bila dicurigai terdapat infeksi
bacterial sekunder, atau terdapat penyulit seperti radang telinga tengah dan pneumonia.
Semua anak yang didiagnosis campak harus mendapatkan suplementasi vitamin A sebanyak 2
dosis.

Selain pemberian vitamin A, imunisasi campak rutin untuk anak dan kampanye MR masal di
negara dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi merupakan strategi utama untuk
menurunkan angka kematian global. Vaksin campak telah digunakan hampir 50 tahun dan
aman digunakan, pemberian 2 (dua) dosis dapat mencegah terjadinya kasus.

2.4 Gambaran Epidemiologi

A. GejalaCampak
8

Gejala campak seringnya muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah seseorang terinfeksi
virus. Dikutip dari Mayo Clinic, gejala campak yang paling awal muncul adalah demam tinggi
hingga 40 celcius, diikuti dengan mata merah dan berair, pilek, bersin-bersin, batuk kering,
sensitive terhadap cahaya, lelah, serta nafsu makan yang menurun.

Dua atau tiga hari setelah gejala awal campak muncul, muncul lah gejala selanjutnya, yaitu
muncul bintik-bintik putih keabuan di mulut dan tenggorokan.

Setelah itu, muncul ruam berwarna merah kecokelatan yang diawali dari sekitar telinga, kepala,
leher, dan menyebar keseluruh tubuh.

Ruam ini muncul sekitar empat hari setelah gejala awal campak muncul dan dapat bertahan
selama 5-6 hari. Sementara demam tinggi akibat penyakit ini biasanya akan mulai turun pada
hari ketiga setelah ruam muncul.

B. Penyebab Campak

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat menular. Penularan dapat terjadi jika menghirup
percikan air di udara dari bersin, batuk, atau ludah yang mengandung virus dari penderita.
Selain itu, menyentuh barang yang terkontaminasi virus juga bias menyebabkan mengalami
peyakit ini. Virus penyebab penyakit ini dapat bertahan di udara dan di permukaan hingga lebih
dari 2 jam lamanya. Itu sebabnya, jika menyentuh barang yang terkena percikan virus penyakit
ini, lalu tidak sengaja mengucek mata, menempelkan tangan ke hidung atau mulut, bias saja
ikut terinfeksi.

Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi dari 4 hari sebelum timbulnya
gejala sampai 4 hari setelah gejala sudah mulai mereda. Dalam banyak kasus, jika penyakit ini
tidak ditangani dengan baik dapat menjadi penyakit endemik yang menyebabkan banyak
kematian, terutama di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Meski penyakit ini lebih sering
menyerang anak-anak, Anda juga dapat terinfeksi virus ini apabila sebelumnya belum pernah
terkena penyakit ini atau belum imunisasi.
9

C. Masa Inkubasi Campak

Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi,
yang terdiri dari tiga stadium:

1. Stadium prodromal: berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan
demam yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa
malaise, coryza (peradangan akut membrane mukosa rongga hidung), konjungtivitis
(matamerah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai
mata berair dan sensitive terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa
enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-
3 demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di
tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar,
kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan
klinis.
2. Stadium eksantem: timbul ruam makulo popular dengan penyebaran sentrifugal yang
dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar kewajah, leher,
dada, ekstremitasatas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul
selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah
munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya
mengindikasikan adanya komplikasi.
3. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur
menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi
kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.

D. Kelompok Berisiko

Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:

➢ Usia muda, terutama di bawah 1 tahun.


10

➢ Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor).


➢ Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor.
➢ Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV, malnutrisi, atau
keganasan.
➢ Anak dengan defisiensi vitamin .

Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:

▪ Saluran pernapasan: bronco pneumonia, laring otrakeo bronkitis (croup)


▪ Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
▪ Telinga: otitis media
▪ Susunan saraf pusat:

- Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri
kepala, letargi, dan perubahan status mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai
hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi
pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat
berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan, dan kejang
berulang.

-Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degenerative susunan saraf pusat
yang disebabkan infeksi persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi
(umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang
mioklonik, dan gangguan motorik.

▪ Mata: keratitis

▪ Sistemik: septicemia karena infeksi bakteri sekunder


11

E. Cara Penularan

Reservoir dari penyakit campak adalah manusia. Campak merupakan salah satu penyakit infeksi
yang sangat menular. Cara penularan dari penyakit ini adalah melalui udara dengan penyebaran
droplet, kontak langsung, melalui secret hidung atau tenggorokan dari orang-orang yang
terinfeksi dan jarang melalui benda-benda yang terkena secret hidung atau secret tenggorokan.
Masa inkubasi dari penyakit ini berlangsung sekitar 10 hari, tapi bias berkisar antara 7-18 hari
dari saat terpajan sampai timbul gejala umum, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang
sekali lebih lama dari 19-21 hari. IgG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga
masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi. Masa penularan penyakit campak
berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodromal (biasanya sekitar 4
hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua
timbulnya ruam.

Semua orang yang belum pernah terserang penyakit ini dan mereka yang belum pernah
diimunisasi serta nonresponders rentan terhadap penyakit ini. Imunitas yang didapat setelah
sakit bertahan seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan
terlindungi kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibodi
maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibody
tersebut. Antibodi maternal mengganggu respons terhadap vaksin.

Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15 bulan memberikan imunitas kepada 94-98%
penerima, imunisasi dapat menaikkan tingkat imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir
dari ibu yang memperoleh kekebalan karena vaksinasi campak, menerima antibody pasif dari
ibunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapat kekebalan
alamiah. Dan bayi ini lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak
pada usia yang lebih dini dari jadwal yang biasanya dilakukan.

F. Cara Pencegahan
12

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles, Mumps,
Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia
9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR
diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR
ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.
Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien
tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif
jangka panjang atau anak immuneocompromised yang terinfeksi HIV.

Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bias
mendapat imunisasi campak. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-
vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada harike 5-6 sesudah
imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, yang timbul pada
hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika
ditemukan gangguan system saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko
kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara 1.000.000
dosis vaksin.

Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun
berupa malaise, demam, atau ruam 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Vaksinasi
MMR dapat menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak. Kurang lebih
5-15% anak akan mengalami demam >39,40C setelah imunisasi MMR. Reaksi demam tersebut
biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah
imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada
<1/1.000.000 dosis.

Selain itu, Pencegahan penularan campak juga dilakukan dengan cara mengisolasi pasien. Baru-
baru ini 2 (dua) Universitas Negeri di Los Angeles melakukan karantina terhadap mahasiswa dan
staf yang mengalami campak serta terpajan oleh campak. Mereka kemudian diperbolehkan
keluar dari kampus setelah tidak terbukti mengalami infeksi, namun tetap dikarantina di rumah
sampai 2 (dua) kali masa inkubasi yaitu selama 30 (tiga puluh) hari.
13

2.5 Faktor Risiko

Berbagai faktor risiko yang diduga berpengaruh terhadap kejadian campak pada balita adalah
faktor anak (status imunisasi, umur saat imunisasi, status gizi, riwayat kontak, riwayat penyakit
campak, pemberian Vit A), faktor ibu (tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu,
pendapatan). Berbagai faktor environment yang diduga berpengaruh terhadap kejadian campak
yaitu keadaan rumah, jumlah balita dalam rumah, persepsi dan pola asuh anak.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di Jakarta Selatan pada bulan Januari-April 2020
3.1 Berdasarkan Variabel Orang
a. Berdasarkan Kelompok Umur

Insiden campak berdasarkan kelompok umur di Jakarta Selatan pada bulan Januari-April 2020
insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-14 tahun, yaitu sebanyak 90 orang dari
165 orang insidensi campak di Jakarta Selatan. Dan insidensi campak terendah terjadi pada
kelompok umur 55-69 tahun, yaitu sebanyak 2 orang. Sedangkan, pada kelompok umur 70+
tahun tidak terdapat kasus insidensi campak. Seperti digambarkan pada Gambar 2. Insiden
Kumulatif Campak Berdasarkan Kelompok Umur di Jakarta Selatan Januari – April 2020 dan
Tabel.1 Data Tabular dari STP berdasarkan kelompok umur di Jakarta selatan bulan Januari-
April 2020.

b. Berdasarkan Jenis Kelamin

Proporsi kasus campak yang berjenis kelamin laki-laki (L) lebih banyak dari pada yang berjenis
kelamin perempuan (P). Ditunjukan pada Gambar 3. Kasus Campak di Jakarta Selatan Januari
– April 2020 Menurut Jenis Kelamin. Sesuai dengan Data Tabular dari STP didapatkan hasil
bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita campak lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
yakni sebesar 87 orang. Sedangkan, pada anak perempuan, yaitu sebesar 78 orang. Titer
antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi dari pada pria. Tetapi secara keseluruhan tidak
ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria.

3.2 Berdasarkan Variabel Waktu

Berdasarkan Data Tabular dari STP, insidensi campak tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu
sebanyak 66 orang, seperti digambarkan pada Gambar 1. Distribusi Frekuensi Kasus Campak
Berdasarkan Kecamatan di Jakarta Selatan Januari – April 2020. Sebelumnya pada bulan
Januari insidensi campak sebesar 54 orang, sedangkan pada bulan Februari mengalami

14
15

kenaikan insidensi campak pada beberapa kecamatan. Pada bulan Maret mengalami
penurunan insidensi campak, yaitu sebesar 31 orang. Dan kembali mengalami penurunan yang
sangat drastis pada bulan April, yaitu sebesar 14 orang .

3.3 Berdasarkan Variabel Tempat

Berdasarkan Data Tabular dari STP, insidensi campak tertinggi terjadi pada kecamatan
Mampang Prapatan, Setiabudi, dan Pasar Minggu. Seperti digambarkan pada Gambar 1.
Distribusi Frekuensi Kasus Campak Berdasarkan Kecamatan di Jakarta Selatan Januari – April
2020. Dikatakan tinggi karena kepadatan penduduk kecamatan tersebut lebih tinggi dari pada
kepadatan penduduk kecamatan yang lain. Diketahui bahwa penularan penyakit campak
(transmisi virus campak) lebih mudah terjadi pada perumahan rakyat yang padat, daerah yang
kumuh dan miskin, serta daerah yang populasinya padat. Pemukiman yang padat dapat
mempermudah penularan penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit campak
yang proses penularannya terjadi saat percikan ludah atau cairan yang keluar ketika penderita
bersin.
Tabel.1 Data Tabular dari STP berdasarkan kelompok umur di Jakarta selatan bulan Januari-
April 2020
No Kecamatan <1 1–14 15-54 55-59 70+ Jumlah
tahun tahun tahun tahun tahun
1 Tebet 2 9 3 0 0 14
2 Setiabudi 1 16 6 0 0 23
3 Mampang prapatan 14 36 21 0 0 71
4 Pasar minggu 4 10 6 1 0 21
5 Jagakarsa 0 2 0 0 0 2
6 Kebayoran baru 0 1 4 0 0 5
7 Cilandak 0 0 0 0 0 0
8 Kebayoran lama 2 2 1 0 0 5
9 Pesanggrahan 2 5 3 0 0 10
10 Pancoran 1 9 3 1 0 14
Total 26 90 47 2 0 165
16

Tebet Setiabudi Mampang Prapatan Pasar minggu


Jagakarsa Kebayoran Baru Cilandak Kebayoran Lama
Pesanggrahan Pancoran
25
25

20 22

18
15

10
9 9
8 8 8 8
5 6 6 6 6
5 5
4
2 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 2 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0
0
Januari Febuari Maret April

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Kasus Campak Berdasarkan Kecamatan di Jakarta Selatan


Januari – April 2020

<1 tahun 1-14 tahun 15-54 tahun 55-69 tahun 70+ tahun
37
29

20
15

15
13
10

9
7

4
3
2

1
0
0
0

0
0

JANUARI FEBUARI MARET APRIL

Gambar 2. Insiden Kumulatif Campak Berdasarkan Kelompok Umur di Jakarta Selatan Januari
– April 2020
17

35
35
33 33
30

25

20
19
18
15

13
10

8
5
6

0
Januari Febuari Maret April

L P

Gambar 3. Kasus Campak di Jakarta Selatan Januari – April 2020 Menurut Jenis Kelamin.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Campak atau measles adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
paramyxovirus. Penularan utama akibat percikan ludah (droplet) atau kontak langsung dengan
orang yang terinfeksi. Faktor yang menyebabkan terjadinya campak pada balita berdasarkan
segitiga epidemiologi salah satu nya factor penjamu (host), dan dibagi menjadi 2 yaitu faktor
biologis dan perilaku. Gejala campak seringnya muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah
seseorang terinfeksi virus. Yang mana usia muda dibawah 1 tahun adalah resiko tinggi terkena campak
terlebih lingkungan kotor dan imunitas rendah. Dan juga penularan campak ini sangat cepat dengan
begitu perlu dilakukan vaksinasi campak yang diberikan pada usia 9 bulan dan vaksin penguat pada usia
2 tahun.
Pada kasus campak di Jakarta Selatan di bulan Januari-April 2020 kasus tertinggi dan rentan
terkena pada kelompok umur 1-14 tahun yaitu sebanyak 90 orang dari 165 orang dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 87 orang dan perempuan 78 orang. Waktu tertinggi kasus campak ini di bulan februari
sebanyak 60 orang dan tempat tertinggi terdampak di Jakarta Selatan adalah pada kecamatan Mampang
Prapatan yaitu 71 orang.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu dengan istirahat yang cukup, batasi kontak
anak jika ada anak lain yang terdampak karena campak penularannya cepat, mengontrol
makanan dengan memberikan makanan yang bergizi guna menambah dan menjaga imunitas
tubuh, jaga kebersihan lingkungan dan tubuh, dan memberikan vaksin sesuai jadwal yang di
tentukan. Terlebih sebagai tenaga keseshatan masyarakat harus bisa memberikan informasi
dan edukasi yang baik agar kasus campak bisa menurun.

18
DAFTAR PUSTAKA

▪ https://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf
▪ http://scholar.unand.ac.id/39814/1/Bab%201%20Pendahuluan.pdf
▪ http://scholar.unand.ac.id/44748/2/BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
▪ http://eprints.ums.ac.id/47199/7/2.%20BAB%20I.pdf
▪ http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-surveilans/
▪ http://eprints.undip.ac.id/43741/3/Bong_Stevana_DE_G2A009108_BAB_II_KTI_(3).pdf
▪ https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/non-who-
publications/2018-surveillance-guidelines-rubella-syndrome-
bahasa.pdf?sfvrsn=d0b7169e_2
▪ https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/apakah-infeksi-campak
▪ https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3608911/anak-terserang-campak-apa-
saja-gejalanya
▪ https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/penyakit-campak/
▪ https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwi
z3MmMoufpAhUU73MBHSImBUQQFjACegQIAxAB&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ff
ile%3Ffile%3Ddigital%2F122973-S-5431-Faktor-faktor-
Tinjauan%2520pustaka.pdf&usg=AOvVaw3qXMXsZ6ktRNYqnjkg5ip4
▪ http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
▪ https://surveilans-dinkesdki.net/

19

Anda mungkin juga menyukai