Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA

Di Susun Oleh :

Nadya Paramitha 212113022

Dosen Pembimbing :

Meily Nirnasari, S.Kep, Ns, M.Biomed

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

TA. 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-
Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Penyakit Tropis. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga kami mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritikan
yang membangun demi perbaikan kekurangan dalam makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Zakiah Rahma S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen mata kuliah Penyakit
Tropis yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tanjungpinang, 11 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1

DAFTAR ISI….........................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN…....................................................................................................3

A. Latar Belakang…...........................................................................................................3
B. Tujuan….........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA….........................................................................................4

A. Konsep Dasar Penyakit…............................................................................................4


1. Definisi......................................................................................................................4
2. Etiologi…..................................................................................................................5
3. Anatomi Fisiologi......................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis…................................................................................................10
5. Patofisiologi.............................................................................................................12
6. Phatway…...............................................................................................................14
7. Komplikasi…...........................................................................................................15
8. Penatalaksanaan…...................................................................................................15
9. Pengobatan…...........................................................................................................17
10. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................18
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................19
1. Pengkajian…............................................................................................................19
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan…................................................................21
3. Implementasi Keperawatan….................................................................................22
4. Evaluasi…................................................................................................................22

BAB III PENUTUP.................................................................................................................23

A. Kesimpulan….................................................................................................................23
B. Saran…...........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA…...........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruh dunia.
Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telah dilakukan program
pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga sat ini
angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi (Departemen Kesehatan, 2015).
Kondisi global dari keiadian penyakit malaria saat ini membutuhkan lebih banyak
perhatian dari pada masa-masa sebelumnya (Sorontou, 2014).
Laporan dari WHO memperkirakan sebanyak 300 hingga 500 juta orang
terinfeksi malaria tiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 3 juta kasus
malaria berat (malaria komplikasi) dan kematian akibat malaria. Sumber lain
menyebutkan bahwa sebanyak 1,5 juta hingga 2,7 juta jiwa meninggal setiap tahunnya
terutama anak-anak dan ibu hamil (Kemenkes RI. 2015).
Di Indonesia selama tahun 2003 dilaporkan telah teriadi keiadian luar biasa
(KLB) malaria di beberapa daerah dengan 205 orang meninggal dunia dari 3069
penderita dengan angka kematian 6,7%. Resistensi terhadap obat-obat anti malaria
merupakan faktor prinsip dari kejadian tersebut yang dapat menimbulkan masalah yang
amat serius bagi kesehatan masyarakat. Resistensi parasit malaria sering dihubungkan
dengan adanya pengobatan/terapi yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan adanya
mutasi genetik dari parasit malaria sebagai salah satu bentuk respon biologi yang terjadi
secara natural.
Penyakit malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia, khususnya di bagian Indonesia Timur. Angka mortalitas akibat penyakit ini
dibeberapa daerah di Indonesia sampai saat in cukup tinggi yaitu sebesar 20,9 - 50 %.
Seperti di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan salah satu daerah endemis
malaria dan penyakit in menduduki ranging ke 2 dari 10 besar dari penyakit utama di
Puskesmas. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun
2006 s/d 2007, Insiden penyakit malaria yang diukur berdasarkan Annual Malaria
Incidence (AMI) sejak tahun 2006 s/d 2007 cenderung meningkat (Departemen
Kesehatan RI, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam mengaplikasikan teori
asuhan keperawatan penyakit tropis pada pasien dengan kasus malaria.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit ini secara alamiah ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
(Supranelfy & Oktarina, 2021).
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax cenderung menimbukan
gejala yang lebih ringan. Parasit ini dapat bertahan di organ hati dalam jangka waktu
beberapa bulan atau tahun. Walaupun tergolong ringan, malaria yang disebabkan oleh
parasit ini dapat kambuh ketika daya tahan tubuh menurun karena parasit dapat aktif
kembali (Sutarto, 2017).
Menurut WHO malaria disebabkan oleh parasit plasmodium. Malaria pada
manusia disebabkan oleh empat spesies plasmodium yang berbeda, yaitu p.
falciparum, p. malarie, p. ovale, p. Vivax (World Health Organization, 2017).
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dan genus
plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran
penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limfa dan berbagai
kumpulan gejala dan pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati, dan
ginjal. Malaria adalah penyaki akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh
protozoa(genus plasmodium) (Zulkarnain,2013).
Dari beberapa referensi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Malaria vivax
adalah suatu penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan juga keadaan
panas dingin akibat tertular parasit melalui gigitan nyamuk. Dan keadaan ini dapat
terjadi kembali atau berulang (relaps) ketika seseorang yang pernah mengalami
penyakit tersebut tidak dapat menjaga kesehatan nya baik dalam lingkungan dan
masyarakat.

2. Etiologi
Malaria biasanya berkembang melalui penularan dengan adanya interaksi atau
hubungan seseorang yang sehat dengan yang sakit. Proses penularannya selalu
bersifat sporadis, penularan utamanya yang meliputi perpindahan penduduk,
pertumbuhan dan perkembangan manusia serta berpergian ke daerah yang endemik
Terbagi ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu
parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina.
3. Klasifikasi Parasit Malaria
Menurut World Health Organization (WHO) malaria dapat diklasifikasikan
menjadi 5 yaitu ;
a. Plasmodium falciparum
b. Plasmodium vivax
c. Plasmodium malariae
d. Plasmodium ovale
e. Plasmodium knowlesi

Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria


yang berbeda jenis-jenis tersebut antara lain :

a. Plasmodium falciparum Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga


malaria tropika), adalah jenis penyakit malaria yang terberat dan salah satunya
parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular, karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria
otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
b. Plasmodium vivax Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan berakhir
dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah
penyakit awal.
c. Plasmodium malariae Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam
waktu lama.
d. Plasmodium ovale Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di
Afrika dan Pasifik Barat. Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.
Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya
campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi campuran
tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di
daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh
P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria
yang disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal,
namun menurunkan kondisi tubuh lemah, menggigil dan demam yang
biasanya berlangsung 10-14 hari.

Faktor Lingkungan adalah lingkungan tempat tinggal manusia dan nyamuk.


Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap kejadian malaria di suatu daerah, karena
bila kondisi lingkungan sesuai dengan tempat perindukan, maka nyamuk akan
berkembang biak dengan cepat. Lingkungan fisik meliputi keberadaan tempat perindukan
nyamuk Anopheles. Pada umumnya tempat perindukan nyamuk berupa genangan air
(seperti lagun, aliran sungai, rawa, empang, dan tambak) (sutarto., 2017)
2.1 Gambar nyamuk anopheles (http://www.Wikimedia Commons)

Jarak terbang nyamuk Anopheles sangat terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km
dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anophelesbisa terbawa
sampai 30 km. Nyamuk Anopheles dapat terbawa pesawat terbang yang dapat
menyebarkan malaria ke daerah yang non endemik. Nyamuk Anopheles menggigit
penderita malaria dan menghisap juga parasit malaria yang ada di dalam darah penderita.
Parasit malaria berkembang biak di dalam tubuh nyamuk Anopheles (menjadi nyamuk
yang infektif). Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang sehat (yang belum
menderita malaria).

Sesudah ±12-30 hari (bervariasi tergantung spesies parasit) kemudian, bila daya
tahan tubuhnya tidak mampu meredam penyakit ini maka orang sehat tersebut berubah
menjadi sakit malaria dan mulai timbul gejala malaria.

4. Anatomi Fisiologis

2.2 Gambar anatomi darah


(https://tatangsma.com/biologi/komponen-darah-dan-fungsinya.html)

Anatomi dan fisiologi sistem hematologi adalah dasar yang sangat penting untuk
dikuasai oleh seorang perawat, dikarenakan peran vital darah sebagai sungai kehidupan
yang mengalir dalam tubuh manusia. Darah mengangkut segala sesuatu yang harus
dibawa dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh, baik itu nutrisi, limbah (untuk di
eliminasi dari tubuh) dan panas tubuh melalui pembuluh darah.

a. Fungsi Darah
Darah merupakan komponen yang unik, darah merupakan satu-satunya
jaringan cairan dalam tubuh manusia. Darah berfungsi untuk :
1) Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk
kedalam darah dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida,
yang diproduksi oleh sel, diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia
dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang dicerna dibawa oleh darah dari
saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa metabolisme dipindahkan ke
ginjal untuk di eliminasi.
2) Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu
membendung kehilangan darah ketika pembuluh darah terluka. Sehingga,
darah tidak terus-menerus mengalir keluar dari dalam tubuh.
3) Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat
diproduksi di satu bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian
lainnya.
4) Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu
melindungi tubuh dari patogen (zat asing).
5) Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormone dan
enzim.
6) Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke
permukaan tubuh, dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh
melalui pori-pori.
7) Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan
penyangga darah yang mempunyai peranan penting terhadap tekanan
osmotik darah, dimana tekanan osmotik berperan dalam menjaga kadar air
dalam aliran darah.

Pada dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel
darah hidup, yang terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk
darah.
b. Karakteristik dan Volume Darah
Darah adalah cairan yang lengket dan buram dengan rasa logam yang khas.
1) Warna. Tergantung pada jumlah oksigen yang dibawanya, darah kaya
oksigen berwarna merah tua, dan darah yang mengandung sedikit oksigen
berwarna merah pudar.
2) Berat. Darah lebih berat daripada air dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau
lebih kental daripada air.
3) pH. Darah sedikit basa, dengan pH antara 7,35 – 7,45.
4) Suhu. Suhu darah (38 derajat Celcius, atau 100,4 derajat Fahrenheit) selalu
lebih tinggi dari suhu tubuh.

c. Elemen Pembentuk Darah


Darah, jika diamati melalui mikroskop cahaya, sel darah merah akan terlihat
bebentuk cakram, sel darah putih berbentuk bulat bernoda mencolok dengan
beberapa trombosit yang tersebar terlihat seperti puing-puing.
1) Eritrosit
Eritrosit, atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen
dalam darah ke semua sel tubuh.
a) Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel
darah merah mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak
memiliki nukleus dan mengandung sangat sedikit organel.
b) Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi,
mengangkut sebagaian besar oksigen yang dibawa dalam darah.
c) Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang
berbentuk seprti cakram bikonkaf – rata dengan pusat tertekan di
kedua sisi; terlihat seperti donat mini jika dilihat dengan mikroskop.
d) Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per
milimeter kubik darah. RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah WBC
(White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1 dan merupakan factor
utama yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
e) Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12-18 gram
hemoglobin per 100 milimeter (ml); kadar hemoglobin sedikit lebih
tinggi pada pria (13-18 g/dl) dibandingkan wanita (12-16 g/dl).
2) Leukosit
Meskipun leukosit, atau sel darah putih (WBC), jauh lebih sedikit daripada
sel darah merah, namun leukosit sangat penting dalam pertahanan tubuh
terhadap penyakit.
a) Jumlah WBC. Rata-rata, terdapat 4000 – 11000 WBC per milimeter
kubik darah, dan jumlahnya kurang dari 1% dari total volume darah.
b) Pertahanan tubuh. Leukosit membentuk pasukan pelindung yang dapat
bergerak untuk membantu mempertahankan tubuh terhadap kerusakan
oleh bakteri, virus, parasit dan sel tumor.
c) Diapedesis. Sel darah putih dapat menyelinap masuk dan keluar dari
pembuluh darah; proses ini dinamakan diapedesis.
d) Kemotaksis positif. Selain itu, sel darah putih dapat menemukan area
kerusakan jaringan dan infeksi dalam tubuh dengan menanggapi bahan
kimia tertentu yang berdifusi dari sel yang rusak; kemampuan ini
disebut kemotaksis positif.
e) Gerakan ameboid. Setelah sel darah putih “menangkap aroma” adanya
ancaman pertahan tubuh, sel darah putih bergerak melalui ruang
jaringan dengan gerakan ameboid (membentuk ekstensi sitoplasma
yang mengalir melalui ruang dalam jaringan) menuju tempat kejadian
perkara serangan dalam tubuh.
f) Leukositosis. Jumlah WBC total diatas 11000 sel per milimeter kubik
disebut sebagai leukositosis.
g) Leukopenia. Kondisi sebaliknya, leukopenia adalah jumlah WBC yang
kurang dari 4000 sel per milimeter kubik darah.
h) Granulosit. Granulosit adalah sel darah putih yang mengandung
granula; memiliki lobus nuklei, biasanya terdiri dari beberapa area
nuklei bulat yang dihubungkan oleh untaian tipis bahan nuklei,
termasuk didalamnya neutrofil, eosinofil dan basofil.
i) Agranulosit. Kelompok kedua dari sel darah putih, agranulosit; tidak
memiliki butiran sitoplasma; berbentuk bulat, oval, atau berbentuk
ginjal, termasuk didalamnya limfosit dan monosit.
j) Trombosit. Trombosit adalah fragmen dari sel-sel multinukleat aneh
yang disebut megakaryocytes, yang menjepit ribuan “potongan
potongan” platelet berinti yang dengan cepat menutup diri dari cairan
di sekitarnya; trombosit diperlukan untuk proses pembekuan yang
terjadi di dalam plasma ketika pembuluh darah robek atau pecah
(Ginanjar,2015).

5. Manifestasi klinis
Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi) Meskipun disebut malaria
ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup menyiksa (alias cukup
berat). Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Demam khas malaria
terdiri atas tiga stadium yaitu :
a. Mengigil 15 menit sampai 1 jam
b. Puncak demam 2 sampai 6 jam
c. Berkeringat 2 sampai 4 jam

Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita
dan gejala spesifik dari mana parasit berasal. Malaria sebagai penyebab infeksi yang
disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang
terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau
skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau
toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah
hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik
dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. Manifestasi umum
malaria adalah sebagai berikut

Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria


(malaria proxym) secara berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :

a. Stadium dingin (cold stage) Stadium ini berlangsung ±15 menit sampai
dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan
(sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
b. Stadium demam (hot stage) Stadium ini berlangsung ±2 – 4 jam. Penderita
merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali
muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 41˚C atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat
tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage) Stadium ini berlangsung ±2-4 jam.
Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-
kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat
hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada
gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala
klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami oleh
penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru
pertama kali menderita malaria.

Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan


(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik yang akan timbul tidak berurutan, bahkan tidak
selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita.
Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi). Penderita dikatakan menderita
malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan
laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai
memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini :

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus,
diam saja, tingkah laku berubah), Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa
duduk/berdiri), Kejang-kejang, Panas sangat tinggi, Mata atau tubuh kuning, Tanda-tanda
dehidrasi (mata cekung, bibir kering, produksi air seni berkurang)

a. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan


b. Nafas cepat atau sesak nafas
c. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
d. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
e. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
f. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan penanganan semestinya.

Namun manifestasi umum pada malaria vivax adalah Meriang, Panas dingin atau
mengigil (8-12 jam dapat terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi selama dua
minggu setelah infeksi), Keringat dingin, Kejangkejang, Perasaan lemas, tidak nafsu
makan, nyeri pada tulang dan sendi (Roach, 2012).

6. Patofisiologi

(https://3.bp.suklus hidup parasite.com/-)


Siklus hidup plasmodium sangat kompleks yang di mulai masuknya porosi ke dalam
aliran darah manusia akibat gigitan nyamuk pembawah plasmodium, sporosit dalam
waktu kurang dari 30 menit berpindah ke liver dan masuk ke sel liver hepatozit sporozit
kemudian berpindah ke aliran darah dan menginvasi eritrosit dan berkembang di liver
menjadi puluhan ribu merozit dalam waktu 6-12 hari. Merozit berpinda ke aliran darah
dan menginvasi eritrosit dan berkembang dan masuk dalam waktu 27-72 jam. Sel darah
merah yang terinfeksi akan lisis dan melepas merozit yang akan menginfeksi sel darah
merah lainnya dan melalui siklus tanda klasik dari malaria adalah, episode febris dan
menggigil akut yang terjadi setiap 48-78 jam.

Bersama dengan lisisnya sel darah yang terinfeksi dan melepas merosit, beberapa
merozit berkembang ke tahap seksual berkembang menjadi sporozit baru, kemudian
sporozit baru akan di hisap oleh nyamuk anopheles yang menular ke orang lain. Dalam
sel parenkim hati, plasmodium di dapatkan dalam bentuk skizon preeritrosik yang untuk
setiap jenis plasmodium. Pada plasmodium vivix, troposit membentuk cincin dan
memiliki bintiki-bintik basofil, kemudian troposit membentuk amuboid. Eritrosit yang
terinfeksi tampak membesar, lalu pada troposit lanjut terdapat adanya pigmen parasite.
7. Phatway

Sumber : Disarikan dari Harijanto, (2010)


8. Komplikasi
Menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi plasmodium dengan satu atau lebih
komplikasi sebagai berikut :
a. Koma (Malaria serebral). Penatalaksanaan malaria serebral sama seperti pada
malaria berat umumnya. Pertahankan oksigenasi, letakkan pada sisi tertentu,
sampingkan penyebab lain dari koma (hipoglikemi, stroke, sepsis, diabetes koma,
uremia, gangguan elektrolit), hindari obat yang tidak bermanfaat, intubasi bila
perlu.
b. Anemia berat. Anemia berat pada malaria adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin <5 g/dL atau hematokrit <15%. Anemia berat sering menyebabkan
distress pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian
c. Hipoglikemia. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
sewaktu <40 mg%. Terapi yang diberikan adalah bolus Dektrose 40% 50 ml
lanjutkan Infus Dekstrose 10% sampai gula darah stabil.
d. Gagal Ginjal Akut (GGA). Pada semua penderita malaria berat kadar ureum dan
kreatinin diperiksa setiap hari. Apabila pemeriksaan ureum dan kreatinin tidak
memungkinkan produksi urin dapatdipakai sebagai acuan. GGA biasanya bersifat
reversibel apabila ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pada keadaan tertentu
dialisis perlu dilakukan sehingga penderitta perlu di rujuk ke RS tingkat Provinsi
atau RS dengan fasilitas dialisis.
e. Syok Hipovolemia dikoreksi dengan pemberian cairan kristaloid (Ringer atau
NaCl 0,9 %) 20 ml/kgbb dalam waktu 1/2 - 1 jam pertama. Bila tidak ada
perbaikan tekanan darah dan tidak ada overhidrasi dapat diberikan cairan koloid.
Bila terjadihipotensi, diberikan vasopresor (dopamin, norepinefrin). Bila nadi
sudah teraba, dilanjutkan pemberian rehidrasi dengan cairan Ringer sesuai
keadaan pasien.
f. Blackwater fever (malaria haemoglobinuria). Blackwater fever adalah suatu
sindrom dengan gejala karakteristik serangan akut, menggigil, demam, hemolisis
intravaskular,hemoglobinemia, hemoglobinuria, dan gagal ginjal. memungkinkan,
produksi urin dapat dipakai sebagai acuan.
g. Ikterus (Malaria Billiosa). Tidak ada tindakan khusus untuk ikterus, tetapi fokus
pada penanganan untuk malaria. Apabila disertai hemolisis berat dan Hb sangat
rendah maka diberikan transfusi darah. Biasanya kadar bilirubin kembali normal
dalam beberapa hari setelah pengobatan dengan anti malari (Suwandi, 2017).

9. Penatalaksanaan
Tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi terbaru tentang malaria karena
pola resistensi obat anti-malaria terus berubah. Penatalaksanaan malaria tidak berat
(tanpa komplikasi) adalah secara rawat jalan dengan obat anti-malaria yang
direkomendasikan WHO. Penatalaksanaan malaria tidak berat meliputi pengobatan
simptomatik dan pengobatan ant i-malaria bertujuan untuk eradikasi parasit dalam
tubuh dan mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan Simptomatik Pemberian antipiretik pada anak demam untuk
mencegah hipertermia dengan dosis paracetamol 15mg/kgBB/dosis setiap 4-6 jam.
Apabila terjadi hipertermia (suhu rektal>40°C), berikan paracetamol dosis inisial 20
mg/kgBB/dosis dilanjutkan dengan dosis rumatan 15 mg/kgBB/dosis. Pada anak
kejang, sebaiknya berikan diazepam intravena perlahan dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/dosis atau diazepam rektal 5 mg (berat badan 10 kg), dan segera rujuk ke
rumah sakit, karena kejang merupakan salah satu gejala malaria berat yang
membutuhkan penanganan lanjutan. Pencegahan penyakit malaria :
a. Menghindari gigitan nyamuk malaria
Di daerah yang jumlah tinggi terinfeksi malaria, di butukan tindakan
terutama untuk menghindari gigitan nyamuk. Di daerah pinggiran perkotaan
dan pedesaan yang masih banyak yang memiliki sawah atau tambak
ikan(tempat ideal perindukan nyamuk malaria), di sarankan untuk dapat
memiliki baju dan celana panjang yang dapat menutupi bagian tubuh saat
berpergian keluar rumah pada malam hari, atau sebaiknya mereka yang
tinggal di daerah yang endemis malaria memasang kawat kasa di jendela atau
ventilasi pada rumah, serta menggunakan kelambu dalam kamar saat tidur,
atau bisa juga masyarakan menggunakan minyak anti nyamuk (mosquito
repllend) saat tidur pada malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.
b. Membunuh jentik nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan beberapa tindakan
seperti :
1. Penyeprotan rumah
Di anjurkan lakukan penyemprotan rumah-rumah di daerah yang endemis
malaria dengan obat insektisida dua kali dalam satu tahun dengan interval
waktu enam bulan.
2. Larvaciding
Adalah suatu kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang sangat berpotensi
sebagai sarang atau tempat perindukan malaria.
3. Biological control
Merupakan suatu kegiatan penebaran ikan kepala timah(panchax-panchax)
dan ikan guppy/wader cetu (lebistius reticulatus) genangan air yang
mengalir dan di persawaan. Ikan ini berfungsi untuk memangsa nyamuk-
nyamuk tersebut.
4. Gunakan langkan 3M ( menguras penampungan air, mengubur barang
bekas, mendaur ulang barang bekas)
10. Pengobatan
Pengobatan yang tepat yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Tujuan
pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis serta parasitologik dengan
tujuan untuk memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh
diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh karena itu
penderita harus makan terlebih dahulu setiap kali akan minum obat anti malaria.
Ada beberapa obat malaria yang digunakan untuk pengobatan malaria. Berikut ini
golongan obat anti malaria.
a. Skizontisida jariangan primer untuk membasmi parasit praretrosoit, yaitu
proguanil, dan pirimetamin
b. Skizontisida jariangan sekunder untuk membasmi parasit eksoeritosis,
primakuin.
c. Skizontisida darah berfungsi untuk membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakuin.
d. Gametosida yang menghancurkan bentuk seksual, primakuin adalah
gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk keempat
spesies tersebut primakuin, kina, dan amodiakuin.
e. Sporontosida mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk oksta dan
sporozit dalam nyamuk anopheles yaitu primakuin, dan proguanil (prabowo,
2013).

Pengobatan malaria vivax :

a. Malaria vivaks Lini pertama pengobatan malaria vivaks adalah seperti yang
tertera dibawah ini : Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin Kombinasi ini
digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan utama malaria vivaks.
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg
basa/kgbb. Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan
selama 14 hari dan diberikan bersama klorokuin.
Sama Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak boleh
diberikan kepada: ibu hamil, bayi < 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.
Lini kedua : Kina + Primakuin
Dosis (kina) yang di berikan adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali
per hari. Pemberian kina pada anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung
berdasarkan berat badan. Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama
dengan cara pemberian primakuin pada malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25
mg/kgbb perhari selama 14 hari.
Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria vivax
relaps (kambuh) sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis perimakuin
ditingkatkan Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis
total 25 mg basa/kgbb dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis
0,5 mg/kgbb/hari.
pada infeksi Plasmodium vivax. Pengobatan malaria berat pada infeksi
Plasmodium vivax dengan menggunakan artesunat injeksi yang dilanjutkan
dengan ACT oral cukup efektif (Suwandi, 2017).

11. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Trias atau stadium malaria, terutama di daerah yang endemic : Trombositopenia,
kadar laktat dehidrogenase meningkat, limfosit yang atipikal, hemolilis pada
malaria dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, dan pada malaria berat
atau malaria selebral, dapat terjadi hipoglikemia hingga perlu dilakukan
pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal dan elektrolit terutama sodium.
b. Tes malaria quantitative buffy coat menggunakan fluorochrome acridine orange
sebagai pewarna sehingga parasit bisa dideteksi dengan mikroskop fluorescence.
Pengecatan ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan menghitung dengan
mikroskop jumlah parasite di hapusan darah dan di lapisan eritrosit (buffy coat)
pada sampel darah yang sudah disentrifugasi.
c. Polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi parasitemia yang rendah dan
identifikasi semua spesies malaria.
d. Tes Diagnosis Cepat (RDT) Tes diagnostik cepat adalah alat yang mendeteksi
antigen malaria pada sampel darah yang sedikit dengan tes imunokromatografi.
Tes imunokromatografi berdasarkan pada penangkapan antigen parasit dari darah
perifer menggunakan antibody monoklonal atau poliklonal terhadap antigen
parasit. Untuk setiap antigen parasit digunakan 2 set antibodi monoklonal atau
poliklonal, satu sebagai antibodi penangkap, dan satu sebagai antibodi deteksi.
Antibodi monoklonal bersifat lebih spesifik tapi kurang sensitif bila dibandingkan
dengan antibodi poliklonal.
e. Preparat tebal selalu digunakan untuk mencari parasit malaria. Preparat ini terdiri
dari banyak lapisan sel darah merah dan sel darah putih. Saat pewarnaan,
hemoglobin di dalam sel darah merah larut (dehemoglobinisasi), sehingga darah
dalam jumlah besar dapat diperiksa dengan cepat dan mudah. Parasit malaria, jika
ada, lebih terkonsentrasi daripada di preparat tipis dan lebih mudah dilihat dan
diidentifikasi.
f. Preparat tipis digunakan untuk mengkonfirmasi spesies parasite malaria, ketika
dengan preparat tebal sulit dilakukan. Ini hanya digunakan untuk mencari parasit
pada kondisi tertentu. Preparat tipis yang disiapkan dengan baik terdiri dari satu
lapis sel darah merah dan sel darah putih yang tersebar pada setengah dari kaca
obyek.
g. Tes radiologi digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnose lainnya.
Selain itu pada kecurigaan malaria berat, terutama bils ada manifestasi respiratori,
rontogen torax juga perlu dilakukan.
h. Fungsi lumbal dilakukan bila pasien menunjukan kesadaran terganggu, dan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis bacteria.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal masuk rumah sakit,
nomor registrasi, diagnosis medis, catatan kedatangan, identitas penanggung
jawab
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan penyakit malaria datang ke rumah sakit dengan keluhan
demam, tidak mau makan, kepala terasa pusing dan nyeri, perut bagian atas terasa
nyeri, terasa ingin mual dan muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan yang sesuai
dengan gejala-gejala: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pasien yang menderita penyakit malaria ini, dalam keluarganya juga ada
yang menderita penyakit malaria.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu kemungkinan pasien perna mengalami penyakit yang
sama yang berhubungan dengan demam dengan suhu tubuh diatas batas normal.
f. Fungsi pola kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, distensi abdomen.
2. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pola tidur pasien terganggu adanya rangsang nyeri, mengigil, badan
terasa panas diare.
3. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Biasanya terjasdi perubahan dalam penatalaksanaan kesehatan tidak dapat
melakukan personal hygine dengan baik.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu karena adanya gejala pusing, nyeri kepala lemah bada.
5. Pola eliminasi
Biasanya terjadi diare, kosntipasi, penurunan haluaran urine. Terjadi
peningkatan tekanan pada kandung kemih, setelah sakit dalam keadaan
inkontinensia otot-otot kandung kemih dan spincter rileks.
6. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup yang sangat mempengaruhi
pengetahuan serta kemampuan dalam perawatan diri
7. Pola persepsi dan konsep diri
Merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan.
8. Pola tata nilai dan kepercayaan
Muncul distress dalam spiritual pada pasien sehingga pasien menjadi cemas
dan takut akan terjadi. Kebiasaan ibadah pasien mungkin akan terganggu.

g. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tand vital. Tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh. Biasanya
pasien mengalami kelemahan, demam, pucat, mual, merasa tak nyaman di
perut atau anoreksia
2. Pemeriksaan kepala dan leher. Benjolan di kepala, leher, kelopak mata
normal, konjungtiva anemis, mata cekung, pucat, fingsi pendengaran normal,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
3. Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-
pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya
berwarna kemerahan dan jaang di sertai tremor
4. System respirasi. Pernapasan norma, tidak ada suara napas tambahan dan
tidak terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada penggunaan alat bantu
pernapasan.
5. Sistem kardiovaskuler. Biasanya pada pasien malaria di temukan tekanan
menurun dan anemia.
6. System integument. Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat,
akral hangat
7. Abdomen, dapat di temukan keadaan perut kembung. Bila terjadi konstipasi
atau mungkin diare atau normal.
8. Hati dan limpa membersar di sertai nyeri pada perabaan
9. Sistem eliminasi. Pada pasien malaria kadang-kadang diare atau konstipasi,
kandung kemih pasien mengalami penurunan.

h. Pemeriksaan laboraturium
1. Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran trombositopenia, hemoglobin,
eritrosit, leukosit, hemolisis, leukopenia, limfositosis relative, dan aneosidilia
pada permukaan sakit
2. Polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi parasitemia yang rendah
dan identifikasi semua spesies malaria.
3. Tes Malaria Quantitative buffy coat menggunakan fluorochrome acridine
orange sebagai pewarna sehingga parasite bisa dideteksi dengan mikroskop
fluorescence.
4. Preparat tebal selalu digunakan untuk mencari parasit malaria. Preparat ini
terdiri dari banyak lapisan sel darah merah dan sel darah putih.
5. Preparat tipis digunakan untuk mengkonfirmasi spesies parasite malaria,
ketika dengan preparat tebal sulit dilakukan.
6. Rapid diagnostic test (RDT) mendeteksi antigen malaria berdasarkan antibodi
terhadap protein histidin parasite malaria, jumlah parasit.
7. Tes radiologi menyingkirkan kemungkinan malaria berat
8. Fungsi lumbal menunjukan kesadaran terganggu, menyingkirkan
kemungkinan meningitis bacterial (prabowo, 2013).

2. Diagnosis Keperawatan dan Intervensi


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
proses penyakit diharapkan spengaturan suhu 1. Identifikasii
tubuh agar tetap berada pada penyebab hipertermia
rentang normal dengan Kriteria 2. Monitor suhu tubuh
Hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun 4. Monitor kompplikasi
2. Kejang menurun akibat hipertermia
3. Suhu tubuh membaik
4. Kadar glukosa darah membaik Terapeutik
5. Hipoksia menurun 1. Sediakan lingkungan
6. Ventilasi membaik yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi atau kipaskan
permukaan tubuh
4. Ganti linen setiap hari
5. Lakukan
pendinginan
eksternal
6. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
7. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
denga agen pencedera keperawatan selama 3x24 jam Observasi
fisiologis diharapkan nyeri pada klien 1. Identifikasi
menurun dengan Kriteria Hasil ; lokasi,karakteristik, dan
1. Kemampuan menuntaskan skala nyeri
aktivvitas meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang
3. Sikap protektif menurun memperberat dan
4. Gelisah menurun meringankan nyeri
5. Kesulitan tidur menurun
6. Pola tidur membaik Terapeutik
7. Pola nafas membaik 1. Berika teknik
8. Frekuensi nadi membak nonfarmokoligis untuk
mengurangi rasa nyerii
2. Kontrool lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasiilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
hambatan lingkungan diharapkan keadekuatan kualitas 1. Identifikasi pola aktivitas
dan kuantitas tidur membaik dan tidur
dengan Kriteria Hasil : 2. Identifikasi
1. Keluhan sulit tidur meningkat faktor penganggu
2. Keluhan sering terjaga tidur
meningkat
Terapeutik
3. Keluhan tidak puas tidur
1. Monifikasi lingkungan
meningkat
2. Batasi tidur siang
4. Keluhan pola tidur berubah
3. Lakukan prosedur ubtuk
menigkat
meningkatkan kenyamanan
5. Keluhan istirahat tiddak cukup
meningka
Edukasi
6. Kemampuann beraktivitas
1. Jelaskan pentingnya tidur
meningkat cukup selama sakit
2. Anjurkan menempati
waktu tidur

3. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan intervensi


atau perencanaan keperawatan dalam proses keperawatan. Dalam implementasi
terdapat susunan tatanan pelaksanaan yang akan mengatur kegiatan pelaksanaan yang
sesuai dengan diagnosa dan intervensi keperawatan yang sudah di tetapkan
(Rohmani, 2013)

4. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapakan
untuk pasien dengan gangguan hematologi demam malaria adalah tandatanda vital
dalam rentang stabil, tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, infeksi tidak terjadi lagi
dan penanggung jawab pasien serta orang tua yang berada di tempat lain tidak
mengalami kekhawatiran tentang penyakitnya yang di derita pasien (Sitanggang,
2018)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyamuk anopheles adalah salah satu faktor utama dalam penyebaran parasite
malaria yaitu salah satu protozoa darah yang termasuk genus plasmodium yang menjadi
penyebab utama terjadinya Malaria pada pasien. Pengetahuan dan penanganan perawat
sangat berperan juga dalam mengatasi kondisi tersebut yaitu dengan memperlambat
proses penyakit pada pasien. Salah satu cara mengatasinya adalah perawat dapat
memberikan edukasi pasien dan keluarga agar dapat menjaga kebersihan lingkungan dan
perawatan diri selain itu perawat juga dapat menangani masalah ini ketika pasien berada
di dalam lingkup rumah sakit dengan cara membatasi pengunjung ketika menjenguk
pasien serta menentukan keputusan yang terbaik pada penanganan Malaria yang terjadi
pada pasien.
Setelah dilakukan tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan, sampai evaluasi keperawatan selama kurang lebih tiga hari, dan juga yang
telah dijelaskan pada tinjauan teoritis pada umumnya ada atau tidak Nampak pada tinjaun
kasus, maka penulis mengangkat 3 diagnos keperawatan yaitu, Hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit, Nyeri akut berhubungan dengan agenpencederah fisiologis,
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.

B. Saran
Setelah melakukan proses tahapan pembelajaran mahasiswa/i mampu untuk
menerapkan asuhan keperawatan kepada siapa pun dan dimana pun bagi mereka yang
membutukan terutama pada pasien dengan gangguan sistem hematologi dengan penyakit
Malaria.
DAFTAR PUSTAKA

B, E. C., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2017). Faktor Lingkungan , Perilaku dan

Penyakit Malaria Environmental Factors , Behavior and Malaria Disease. 4, 173–184.

Depkes RI. (2011). Epidemiologi Malaria di Indonesia eds. Buletin Jendela Data

Dan Informasi Kesehatan Epidemiologi Malaria Di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI,


1–40.

Dr. P.N. Harijanto, S. (2000). Epidemologi, Patogenesi, Manifestasi Klinis, Dan

Penanganan (S. Dr. P.N. Harijanto (Ed.); !). Buku Kedokteran ECG.

dr. Prabowo, A. (2008). MALARIA Mencegah dan Mengatasinya (2nd ed.). Puspa

Swara, Anggota IKAPI.

Lena, siregar M. (2015). malaria berat dengan berbagai komplikasi.

Mulyadi. (2021). pengertian malaria. Kesehatan. No Title. (n.d.).

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/14/164500923/definisi-sehatmenurut-who-
dan-kemenkes-tidak-hanya-soal-penyakit

PPNI, T. P. S. D. (2019a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 st ed. )

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI, T. P. S. D. (2019a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1,st ed)

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI, T. P. S. D. (2019a). Standar Luaran Keperawatan (1 st ed) Persatuan

Perawat Nasional Indonesia


CONTOH SOAL KASUS MALARIA

1. Seorang anak berusia delapan tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam,
tidak nafsu makan, pusing, mual, perut bagian kanan terasa sakit. dokter menganjurkan untuk
melakukan pemeriksaan sediaan darah (SD) didapatkan bentuk parasit yang menyerupai
seperti cincin, apakah yang didapatkan?

Jawaban : Tropozoit

2. Seorang petugas TLM melakukan pemeriksaan malaria sesuai dengan rujukan dari
dokter, dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya parasit dalam bentuk Plasmodium Vivax.
termasuk dalam ordo apakah parasit yang ditemukan?

Jawaban : Haemosporida

3. Tuan A, didiagnosis terkena penyakit malaria oleh dokter. berdasarkan hasil


diagnosa dari Tuan A, yang dilakukan oleh seorang ATLM didapatkan ukuran eritritosit 1/3,
dengan bentuk cincin tebal Kromatin besar, serta Sitoplasma berwarna biru. berdasarkan
Uraian data diagnosis lab Tuan A, jenis plasmodium yang ditemukan adalah?

Jawaban : plasmodium Vivax

4. Seorang anak datang ke rumah sakit bersama ibu nya, anak tersebut di periksa dan
hasil pemeriksaan anak tersebut menderita malaria dan diketahui memiliki kelainan defisiensi
G6PD. Apa jenis obat yang dikontraindikasikan ?

Jawaban : primakuin

5. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, hamil trimester pertama, dirawat di suatu
rumah sakit karena positif terinfeksi malaria (RDT+). Dokter dan apoteker berdikusi untuk
menetapkan pengobatan untuk pasien tersebut. Apakah obat yang tepat direkomendasikan
untuk mengobati pasien tersebut?

Jawaban : Kina dan Clindamycin

Anda mungkin juga menyukai