Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MALARIA

NAMA : AGUS S HEHANUSSA

KELAS : Progrus

MATA PELAJARAN : Penyakit Tropis

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLA TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MALUKU HUSADA

KAIRATU 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Flu Burung. Tak
lupa pula Sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbingkita dari zaman jahiliyah hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu.

Berkat ridho Allah SWT dan doa kedua orang tua yang telah membantu

kamidalam menyelesaikan tugas ini. kami menyadari bahwa dalam proses penulisan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.

Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat

maupun inpirasi terhadap pembaca.

Ambon, 09 Oktober 2021

AGUS S HEHANUSSA

2
DAFTAR ISI

Daftar isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi penyakit malaria ........................................................................................


B. Cara penularan malaria ...........................................................................................
C. Jenis penyakit malaria ............................................................................................
D. Tanda dan gejalah malaria ......................................................................................
E. Pengendalian dan pencegahan penyakit malaria ....................................................

BAB III METODE

Metode ...........................................................................................................................

Hasil ...............................................................................................................................

Pembahasaan ..................................................................................................................

Kesimpulan ....................................................................................................................

Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan
kesehatan masyarakat yang sangat mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15
juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka
kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada
tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria
sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten
endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan
diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).
Peningkatan kesakitan dan kematian akibat malaria di dunia telah dapat diatasi
antara tahun 2001-2010 dengan angka tertinggi pada tahun 2000. Kejadian malaria dan
angka kematian pada tahun 2000 tidak berubah selama satu dekade (1990-2000), yang
mana terdapat 274 juta lebih kasus dan 1,1 juta kematian. Mayoritas kasus dapat
ditangani (52%) dan nyawa dapat diselamatkan (58%) berada di 10 negara yang
memiliki beban malaria tertinggi pada tahun 2000. Diperkirakan terdapat 216 juta kasus
malaria dan 655.000 kematian pada tahun 2010. 80% kematian akibat malaria
diperkirakan terjadi hanya dalam 14 negara dan sekitar 80% dari kasus diperkirakan
terjadi di 17 negara. Indonesia terdapat 465.764 kasus positif malaria pada tahun 2010
dan menurun pada tahun 2012 menjadi 417.819 kasus
Umumnya penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan
sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Kesehatan lingkungan
mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan
ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

4
melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit malaria. Interaksi
lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh.
Pemberantasan malaria di Indonesia hanya dikelompokkan menjadi dua strategi
pembagian pengelompokan wilayah untuk Jawa -Bali dan luar Jawa-Bali secara umum.
Mengingat spesies Anopheles yang berperan sebagai vector malaria di tiap daerah
berbeda dengan bioekologi yang berbeda pula, semen tara Iingkungan geografi wilayah
Indonesia sangat beragam, serta mempunyai ciri sosioanthrophologi budaya yang unik,
maka untuk menentukan strategi pemberantasan malaria di daerah endemis harus
mengacu kepada data tersebut. Dengan diketahllinya data tersebut diatas maka dapat
dipahami epidemiologi penyakitnya, dengan demikian strategi pemberantasannya dapat
ditentukan secara tepat sesuai dengan kondisi setempat.
Menurut drg.Agus susanto dalam bukunya yang berjudul “Waspadai Gigitan
Nyamuk” masyarakat haruslah berpartisipasi aktif dalam memerangi p[enyakit malaria
dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sebagaimana kita telah ketahui,
penyebar penyakit malaria adalahb nyamuk. Selama ini kendala terbesar dalam upaya
penanggulangn penyakit malaria adalah cara memberantas nyamuk penyebar penyakit
ini. Lingkungan yang kotor atau tidak terawat merupakan tempat yang paling ideal untuk
perkembang biakan nyamuk. Oleh karena itu, kesdaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungan dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit malaria.
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M (menguras, mengubur dan menutup)
perlu di galakkan , tidah hanya jika telah menjadi wabah. Jika pemerintah dan
masyarakat dapat bekerja sama dalam penangulangan malaria di harapkan angka
penyebaran dan kematian akibat penyakit ini dapat di tekan sehingga generari mendatang
dapat hidup dalam kondisi yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi penyakit malaria
2. Cara Penularan Malaria
3. Jenis Penyakit Malaria
4. Tanda dan Gejala Malaria
5. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria
C. Tujuan
1. Tujuan umum

5
Untuk mengetahui faktof-faktor penyebab terjadinya malaria
2. Tujuan khusus
a. Mengindentifikasi factor –foktor penjamu (host) terjadi malaria sesuai segitiga
epidemiologi.
b. Mengindentifikasi factor –foktor penyebab penyakit (agent) terjadi malaria sesuai
segitiga epidemiologi.
c. Mengindentifikasi factor –foktor lingkungan (environtment) terjadi malaria sesuai
segitiga epidemiologi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi penyakit malaria


Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi
akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk
aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles
betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area =
udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma,
demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60
spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies
nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri
nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali
dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah
posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar
rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap,
lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang
lemari(www.Depkes.go.id )

B. Cara Penularan Malaria


Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk mengeluarkan
sporosit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai sel – sel hati manusia.
Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah dan mulai
menyerang sel darah merah dan mulai memakan haemoglobin yang membawa oksigen
dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia (Depkes,2003).
1. Penularan Alamiah

7
Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah terjadi akibat adanya
interaksi antara tiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment. Manusia adalah host
vertebrata dari Human plasmodium, nyamuk sebagai Host invertebrate, sementara
Plasmodium sebagai parasit malaria sebagai agent penyebab penyakit yang
sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan dapat dikaitkan dalam beberapa aspek,
seperti aspek fisik, biologi dan sosial ekonomi
a. Host
1) Manusia (Host Intermediate)
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, tetapi kekebalan yang ada
pada manusia merupakan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium malaria.
Kekebalan adalah kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan
Plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangannya.
2) Nyamuk Anopheles spp (Host Defenitive)
Nyamuk Anopheles spp sebagai penular penyakit malaria yang menghisap
darah hanya nyamuk betina yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
mematangkan telurnya. Jenis nyamuk Anopheles spp di Indonesia lebih dari
90 macam.
b. Agent
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup
ataupun tidak hidup dimana kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif
dengan manusia yang rentan akan terjadi stimulasi untuk memudahkan terjadi
suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit malaria termasuk agent
biologis yaitu protozoa Plasmodium Falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malaria, dan Plasmodium ovale. Seorang penderita dapat ditulari
oleh lebih dari satu jenis Plasmodium, biasanya. infeksi semacam ini disebut
infeksi campuran (mixed infection). Tapi umumnya paling banyak hanya dua
jenis parasit, yaitu campuran antara Parasit falsiparum dengan parasit vivax
atau parasit malariae. Campuran tiga jenis parasit jarang sekali dijumpai.
Nyamuk Anopheles betina yang menggigit orang sehat, maka parasit
itu dipindahkan ke tubuh orang sehat dan jadi sakit. Seorang yang sakit dapat
menulari 25 orang sehat sekitarnya dalam waktu musim penularan (3 bulan di
mana jumlah nyamuk meningkat) (www.Depkes.go.id )

8
c. Lingkungan (Environment)
1) Lingkungan Fisik
a) Suhu
Udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus Sprogami atau
masa inkubasi Ektrinsik. Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat
masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya
stadium sporogami dalam nyamuk yaitu terbentuknya sporozoid yang
kemudian masuk kedalam kelenjar liur. Makin tinggi suhu maka makin
pendek masa inkubasi Ekstrinsik. Pengaruh suhu berbeda dari setiap
species pada suhu 26,7 C
b) Kelembaban udara
Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk, tingkat
kelembaban 63 % misalnya merupakan angka paling rendah untuk
memungkinkan adanya penularan.
c) Hujan
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva
nyamuk menjadi dewasa. Hujan diselingi oleh panas akan
memperbesar kemungkinan berkembangnya Anopheles spp. Bila curah
hujan yang normal pada sewaktu-waktu maka permukaan air akan
meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi malaria. Curah hujan
yang tinggi akan merubah aliran air pada sungai atau saluran air
sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air.
d) Angin
Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya
jarak jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung
kepada arah angin.
e) Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-
beda. An.sundaicus. Lebih menyukai tempat yang teduh dan
An.barbirostris dapat hidup di tempat yang teduh maupun tempat yang
terang. An.macculatus lebih suka hidup di tempat yang terlindung
(sinar matahari tidak langsung).

9
f) Arus air
Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran
airnya berbeda. An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang
airnya statis atau sedikit mengalir. An.minimus menyukai tempat
perindukan yang airnya cukup deras dan An. Letifer di tempat air yang
tergenang (Depkes RI, 2006
2) Lingkungan Biologi
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk, karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau
menghalangi dari serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air
merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu.
3) Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan
faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai
larut malam, di mana vector lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa
pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya
berbeda sesuai dengan perbedaan status social masyarakat akan
mempengaruhi angka kesakitan malaria.
2. Penularan non-alamiah
Penularan ini terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Beberapa
penularan malaria secara non alamiah antara lain : malaria bawaan (Kongenital)
adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.penularannya
terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi
plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala
pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering
menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau
minum, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini dibedakan dengan
infeksi kongenital lainnya. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit
malaria pada darah bayi. Selain itu Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang
ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian

10
jarum suntik secara bersama- sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi
organ. (Prabowo, 2004)
C. Jenis Penyakit Malaria
Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
1. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian
yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh
lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi sel darah merah
dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria
di seluruh dunia.
2. Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel – sel darah merah yang
muda. (retilkulosit) kira – kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan
oleh plasmodium vivax.
3. Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel – sel darah
merah yang tua.
4. Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel – sel darah merah mirip dengan
plasmodium vivax (menginfeksi sel – sel darah muda) (Sutisna, 2004)
Ada juga seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium
secara bersamaan. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi
campuran paling banyak disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium
falcifarum dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae.
Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium
malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus.

D. Tanda dan Gejala Malaria


Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis
plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi
pertama kali disebut masa inkubasi sedangkan waktu diantara terjadinya infeksi sampai
ditemukannya parasit malaria dalam darah disebut periode prapaten ditentukan oleh jenis
plasmodiumnya.
Tabel 1: Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium
N Jenis Plasmodium Periode Prapaten Masa Inkubasi
O
1 P. Falcifarum 11 Hari 9 – 14 Hari
2 P. Vivax 12,2 Hari 12 – 17 Hari

11
3 P. Malariae 32,7 Hari 18 – 40 Hari
4 P. Ovale 12 Hari 16 – 18 Hari

Umumnya gejala yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum lebih berat dan
dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya. Gambaran khas dari
penyakit malaria adalah adanya demam periodik, pembesaran limpa, dan anemia
(Prabowo, 2004).
a. Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan
perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi
bersamaan dengan lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran darah (proses
sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada malaria terdiri dari
tiga;
1) Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi
lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik). Kulitnya kering dan
pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini
berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
2) Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi
merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah – muntah. Nadi
penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu
badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
3) Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat
tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang – kadang
sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat
terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih
bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam. (Prabowo, 2004)
b. Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa
membengkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel – sel

12
darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama – lamakonsistensi limpa menjadi
keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang
baik limpa berangsur normal kembali (Prabowo, 2004).
c. Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh
parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah
merah di sumsum tulang (Prabowo, 2004).

E. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria


1. Pengendalian Malaria
Penagulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan
antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan
kepada sasaran yang tepat, yaitu Pemberantasan Vektor
Penangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit
yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga
penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus (Depkes RI, 2003) Demikian juga
kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat- tempat perindukan,
sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapat dikurangi dan akan
berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria (Depkes RI, 2003)
Menurut Marwoto (1989) penangulangan vector dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan,
ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat. Penggunaan
ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali vektor telah dilakukan.
ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air
tawar, air payau, dan di laut.
2. Pengendalian Vektor
Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal,
Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA yaitu
a. Rational
Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadi penularan
(ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi criteria yang ditetapkan, antara
lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan penderita.

13
b. Effective
Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor atau kombinasi
dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap paling berhasil
mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh data
epidemiologi dan Laporan masyarakat.
c. Sustainable
Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secara
berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang
sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya
lebih murah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
d. Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh
masyarakat setempat (Depkes RI, 2005)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut :
a. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,
pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,
gardu ronda, dan lain-lain.
b. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi,
kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan
yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan
adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai
yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
c. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan
ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana
terdapat banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air
sepanjang tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-
rawa daerah pantai dan air payau, dll.
d. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan
manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah
dan membatasi perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan
Vektor (Depkes, 2005)
e. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang
digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih

14
dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif
permethrin

3. Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria


Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan menemukan
penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas yang mengunjungi
rumah secara teratur (Active Case detection) maupun dilakukan secara pasif (Passive
Case Detection), yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK), yaitu Polindes, Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit baiK swasta
maupun pemerintah yang menunnjukkan gejala malaria dan dilakukan pengambilan
darah untuk diperiksa di labaratorium.

15
BAB III
METODE

Metode

Desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan


masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik usia penderita, jenis kelamin
penderita, pekerjaan dan tempat tinggal penderita. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran prevalensi penyakit malaria.

Hasil

Hasil penelitian berdasarkan variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Penderita Malaria Berdasarkan Usia di Puskesmas Denemani Distrik
Dogiyai Kabupaten Dogiyai, 2018
usia n %
0-11 54 8,4
12-23 160 24,9
24-35 264 41,1
36-47 100 15,6
48-60 64 10,0
jumla 642 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui penderita malaria terbanyak yang berkunjung di


Puskesmas Denemani adalah penderita usia 24-35 tahun yaitu sebanyak 264 penderita atau
41,1% dan paling sedikit penderita berusia 0-11 tahun yaitu 54 penderita (8,4%).

Sedangkan, jenis kelamin menunjukkan bahwa responden lebih banyak perempuan


sebanyak 323 orang (50,3%), dan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 319
orang (50,3%). Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 642 responden yang memiliki pekerjaan
sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 410 orang (63,9%) sedangkan
responden yang tidak bekerja hanya 15 atau (2.3 %).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penderita Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas


Denemani Distrik Dogiyai Kabupaten Dogiyai, 2018

Jenis kelamin n %
Laki laki 319 49,7
Perempuan 323 50,3

16
Jumlah 642 100

Tabel 3 Distribusi Ffrekuensi Penderita Malaria Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas


Denemani Distrik Dogiyai Kabupaten Dogiyai, 2018

Pekerjaan N %
Tidak bekerja 15 2,3
Pegawai swasta 410 63,9
PNS 135 21,0
Tani 36 5,6
Nelayan 46 7,2
Jumlah 642 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penderita Malaria Berdasarkan Tempat Tinggal di Puskesmas


Denemani Distrik Dogiyai Kabupaten Dogiyai, 2018

Tempat tinggal n %
Pesisir pantai 105 16,4
Perkotaan 447 69,6
Pedesaan 25 3,9
Dataran tinggi 65 10,1

Sedangkan, pada variabel tempat tinggal menunjukkan bahwa dari 642 responden,
penderita yang tinggal di daerah perkotaan, yaitu sebesar 447 penderita (69,6%). Sedangkan
paling rendah adalah penderita yang tinggal di daerah pedesaan, yaitu sebanyak 25 orang
(3,9%).

Pembahasaan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penderita malaria terbanyak yang
berkunjung di Puskesmas Denemani adalah penderita usia 24- 35 tahun yaitu sebanyak 264
penderita atau 41,1% dan paling sedikit penderita berusia 0-11 tahun yaitu 54 penderita
(8,4%). Hal ini berhubungan dengan mobilitas yang tinggi dari penderita usia tersebut yang
merupakan usia sekolah yang aktifitasnya lebih banyak diluar rumah, sehingga sangat rentan
menderita penyakit malaria sebab malaria lebih banyak menyerang kepada mereka yang
banyak aktifitas di luar rumah. Hasil ini diikuti juga dengan jumlah penderita kelompok usia
produktif yang aktitas diluar rumah juga tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ompusunggu S, Tuti S, Dewi RM


(2007) yang dikutip oleh Mayasari (2016) yang menyatakan tentang hasil Analisis data

17
Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa usia 25-34 tahun merupakan yang paling berisiko
terkena malaria, jadi berbeda dengan hasil Riskesdas 2007 dimana usia ≥ 15 tahun lebih
berisiko (OR=1,26, CI 95% : 0,99-1,6).10

Usia adalah usia yang dihitung mulai dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir atau
usia atau lamanya waktu hidup sejak dilahirkan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian
menjelaskan bahwa orang yang paling berisiko terinfeksi malaria adalah anak balita, anak
sekolah, wanita hamil, serta penduduk non-imun yang mengunjungi daerah endemis malaria
karena daya tahan tubuh mereka lemah serta belum memiliki kekebalan terhadap parasit
malaria, sedangkan menurut Harijanto bahwa malaria lebih potensial terjadi pada usia 0-19
tahun.11

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui penderita malaria terbanyak yang berkunjung di


Puskesmas Denemani Tahun 2018 adalah penderita yang pekerjaannya sebagai pegawai
swasta sebesar 410 atau 63 %. Sedangkan paling rendah adalah penderita yang tidak memiliki
pekerjaan sebesar 15 atau 2,3%. Hal ini disebabkan karena aktifitas di luar rumah lebih
sedikit dibandingkan dengan yang bekerja

Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat
keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan juga akan berpengaruh
pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fien Lumolo, Odi R. Pinontoan, Joy
M. Rattu (2015) menemukan bahwa responden dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah
responden dengan pekerjaan petani, tukang ojek, peternak sebanyak 114 (60,6%) responden.
Pekerjaan petani, tukang ojek, peternak adalah jenis pekerjaan yang dilakukan di luar rumah
bahkan dilakukan sampai malam hari sehingga memudahkan responden dengan jenis
pekerjaan ini sangat berpeluang kontak dengan nyamuk anopheles. 12

Pekerjaan yang tidak menetap atau mobilitas yang tinggi berisiko lebih besar terhadap
penyakit malaria, seperti tugas-tugas dinas di daerah endemis untuk jangka waktu yang lama
sampai bertahun-tahun misalnya petugas medis, petugas militer, misionaris, pekerja tambang,
dan lain-lain.

Pekerjaan sebagai buruh perkebunan yang datang dari daerah yang non-endemis ke daerah
yang endemis belum mempunyai kekebalan terhadap penyakit di daerah yang baru tersebut

18
sehingga berisiko besar untuk menderita malaria. Begitu pula pekerja-pekerja yang
didatangkan dari daerah lain akan berisiko menderita malaria.

Lingkungan sosial budaya dan ekonomi setempat sangat mempengaruhi besar kecilnya
kontak antara manusia dengan vektor. Berbagai pekerjaan yang berisiko seperti bertani,
nelayan, tukang ojek, dan pekerjaan lainnya yang dapat menambah kontak antara manusia
dengan vektor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aisyah (2014) bahwa ada
hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi malaria di wilayah Puskesmas Galang
Kecamatan Galang Kota Batam dengan nilai p= 0,025. Dimana pada penelitian ini pekerja
yang menginap di laut atau pedagang ikan menggelar dagangan di malam hari dan
lingkungan masyarakat berisiko untuk terkena malaria.13

Orang yang tempat bekerjanya di hutan mempunyai risiko untuk tertular penyakit
malaria karena di hutan merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya nyamuk Spesies
Anopheles dengan kepadatan yang tinggi. Keberadaan semak (vegetasi) yang rimbun akan
mengurangi sinar matahari masuk atau menembus permukaan tanah, sehingga lingkungan
sekitarnya akan menjadi teduh dan lembab. Kondisi ini merupakan tempat yang baik untuk
untuk beristirahat bagi nyamuk dan juga tempat perindukan nyamuk yang di bawah semak
tersebut terdapat air yang tergenang

Pekerjaan berhubungan dengan penghasilan yang mendukung ekonomi keluarga,


hubungan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan dasar yang primer yaitu kebutuhan akan
makanan yang bergizi. Status gizi yang buruk memudahkan seseorang untuk terserang
penyakit

Proses penularan malaria dimulai pada saat nyamuk pembawa parasit malaria menggigit
manusia sehat. Setelah itu, parasit mengalami perubahan bentuk dan masuk ke dalam saluran
darah hingga masuk ke dalam jaringan hati. Parasit ini berkembang biak dengan cara
melakukan pembelahan sel sehingga jumlah parasit dalam tubuh manusia akan berkembang
dalam waktu yang cepat. Parasit tersebut selanjutnya akan tersebar dalam darah dan di luar
darah.15

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 642 responden, penderita yang
tinggal di daerah perkotaan, yaitu sebesar 447 penderita (69,6%). Sedangkan paling rendah
adalah penderita yang tinggal di daerah pedesaan, yaitu sebanyak 25 orang (3,9%).

19
Banyaknya jumlah penderita yang tinggal di daerah perkotaan yang berobat di Puskesmas
Denemani ini berhubungan dengan lokasi Puskesmas Denemani yang mudah dijangkau
masyarakat daerah perkotaan. Sedangkan masyakarat yang tinggal di daerah pesisir pantai,
dataran tinggi dan pedesaan lebih memilih berobat di Puskesmas yang lebih mudah
dijangkau.

Keberadaan nyamuk malaria di suatu daerah sangat tergantung pada lingkungan,


keadaan wilayah seperti perkebunan, keberadaan pantai, curah hujan, kecepatan angin, suhu,
sinar matahari, ketinggian tempat dan bentuk perairan yang ada. Nyamuk Anopheles aconitus
dijumpai di daerah-daerah persawahan, tempat perkembangbiakan nyamuk ini terutama di
sawah yang bertingkat-tingkat dan di saluran irigasi. Kepadatan populasi nyamuk ini sangat
dipengaruhi oleh musim tanam padi. Jentik-jentik nyamuk ini mulai ditemukan di sawah kira-
kira pada padi berusia 2-3 minggu setelah tanam dan paling banyak ditemukan pada saat
tanaman padi mulai berbunga sampai menjelang panen. Di daerah yang musim tanamnya
tidak serempak dan sepanjang tahun ditemukan tanaman padi pada berbagai usia, maka
nyamuk ini ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yang terjadi sekitar
Februari-April dan sekitar Juli-Agustus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah Hasyim, Anita Camelia, Nur
Alam Fajar (2014) menyatakan bahwah Faktor risiko lingkungan genangan air berhubungan
dengan prevalensi malaria dengan nilai p= 0,000. Analisis multivariat menemukan
determinan utama prevalensi malaria adalah genangan air di sekitar rumah responden dengan
odds ratio (OR) = 5,034 dan 95% CI = 2,65-9,56. Responden yang tinggal di sekitar
genangan air berisiko 5,03 kali lebih besar untuk menderita malaria dibandingkan dengan
responden yang di sekitar rumah tidak terdapat genangan air setelah dikontrol variabel jarak
rumah ke breeding place, ventilasi rumah, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti
nyamuk, dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari.16

Anopheles maculatus yang umum ditemukan di daerah pegunungan, ditemukan pula di


daerah persawahan dan daerah pantai yang ada sungai kecil-kecil dan berbatu-batu. Puncak
kepadatan An. maculatus dipengaruhi oleh musim, pada musim kemarau kepadatan
meningkat, hal ini disebabkan banyak terbentuk tempat perindukan berupa genangan air di
pinggir sungai dengan aliran lambat atau tergenang. Anopheles sundaicus dijumpai di daerah
pantai, tempat perindukannnya adalah di air payau dengan salinitas antara 0-25 per mil,
seperti rawa-rawa berair payau, tambak-tambak ikan tidak terurus yang banyak ditumbuhi

20
lumut, lagun, muara-muara sungai yang banyak ditumbuhi tanaman air dan genangan air di
bawah hutan bakau yang kena sinar matahari dan berlumut

Kesimpulan
Malaria adalah : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina.. Parasit penyebab malaria (Plasmodium) antara lain; Plasmodium
falciparum (malaria tropika), Plasmodium vivax (malaria tertiana), Plasmodium malarie
(malaria kuartana), Plasmodium ovale (jarang, Indonesia Timur, Afrika )
Tanda dan gejala malaria ada 2 yaitu gejala malaria ringan yang terdiri dari stsadium dingin,
stadium demam dan stadium berkeringat.

Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis menambahkan saran baik kepada pembaca maupun
masyarakat :
1. Perlunya kita untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
2. Perlunya kita waspada terhadap gejala-gejala yang menyerupai Penyakit Malaria seperti
yang telah penulis sebutkan dalam pembahasan masalah tadi.
3. Perlunya kita untuk memeriksakan diri ke klinik atau Pusat Pelayanan Kesehatan yang
lainnya jika merasakan gejala-gejala tersebut.
4. Perlunya diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang Penyakit Malaria.

21
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Arland dr. 2004. Malaria Mencegah & Mengatasinya. Jakarta. Puspa Swara.

Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.


2004. 2007 http://www.depkes.go.id/article/view/2285/semua-orang-berisiko-
terkena-malaria.html#sthash.mz0lawvI.dpuf Diakses 15 Agustus 2014.

Sampri, Peter, 2007. Malaria. www.petersampricom.blogspot.com. Diakses 14 Agustus


2014.

UUD 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Gramedia. 1945. 2. Unicef. World Malaria Report. (Geneva: World Health Organization,
2005). 2005

Engka, W. S. R., Rezal, F. & Afa, J. R. Studi Tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Upaya
Pencegahan Penyakit Malaria Di Puskesmas Rumbia Tengah Tahun 2016. J. Ilm.
Mhs. Kesehat. Masy. 2, 1–8. 2017.

Syarif, A. Strategi Komunikasi Malaria Center Halmahera Selatan dalam Mengkampanyekan


Program Gebrak Malaria. Universitas Hasanuddin. 2011

22

Anda mungkin juga menyukai