KLINIK SANITASI
PENAGANAN PENYAKIT MALARIA DI KLINIK SANITASI
(KELOMPOK 2)
Dosen Pengampu :
Haryono, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
Sulistiawati Sanjaya P07133322008
Dwi Rizki Kardina P07133322010
Lily Aryani Dalimunte P07133322012
Dea Nuraini Rahmadhani P07133322022
1
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 5
Kesimpulan .................................................................................................................. 18
2
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut sejarah kata “malaria” berasal dari bahasa italia yang terdiri dari dua suku kata
“mal dan aria” yang berarti udara yang jelek. Hal ini dikarenakan karena orang Italia pada
masa lalu mengira bahwa penyakit ini di sebabkan oleh musim dan udara yang jelek.
Penyakit malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu. Dalam sejarah peradaban
menyebutkan bahwa penyakit malaria disebabkan oleh protozzoa genus plasmodium kelas
Sporozoa dan suku Haemosporida. (Miller et al,. 1994 dalam Arsin, 2012).
Tingginya kasus malaria merupakan sesuatu yang perlu segera disikapi. Hal ini bisa saja
terjadi oleh karena resistensi obat atau karena “kesalahan diagnosa” terutama jika diagnosa
malaria hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis. Padahal gejala dan tanda klinis malaria di
daerah endemis umunya tidak khas dan hampir sama seperti gejala dan tanda klinis pada
penderita infeksi lainnya, terutama pada fase awal infeksi. (Harjinto, 2002). Malaria
merupakan merupakan penyakit parasitik tropikal yang menyebabkan mortalitas paling
tinggi saat ini yang ditularkan oleh parasit nyamuk dari keluarga Anopheles. (Sach dan
Malaney, 2002).
Penyakit malaria di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat, menurut
Departeman Kesehatan (2001) terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap
tahunnya dan 70% penduduk Indonesia tinggal di daerah beresiko tertular malaria. Dari 484
kabupaten/kota di Indonesia, 338 dari 484 adalah endemis malaria. (Prabowo, 2004).
Metode survival WHO di Afrika memperkirakan prevalensi malaria dengan
menggunakan data iklim dan survei. Dari data di sebutkan ada 45 negara dari 109 negara
endemik malaria di Afrika menyatakan bahwa tahun 2006 kasus melaria terjadi di daerah
Kongo, Ethiopia, Kenya, Nigeria dan Tanzania (Medical, 2008). Sedangkan di Indonesia
dinyatakan oleh Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian
Kesehatan, Andi Muhandir (2012) menyatakan prevalensi penyakit malaria di Indonesia
masih tinggi, mencapai 417.819 kasus positif pada tahun 2012.
Menurut The World Malaria Report (2005), Badan Kesehatan Dunia (WHO),
menggambarkan walaupun berbagai upaya dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih
menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Diperkirakan masih sekita 3,2
miliar orang hidup di daerah endemis malaria. Di Indonesia, diperkirakan 30 juta kasus
malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Waulaupun ditularkan oleh nyamuk, penyakit malaria sebenarnya merupakan suatu
penyakit ekologis. Penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan
yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak
dengan manusia dan menularkan parasit malaria. (Prabowo, 2004).
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka perlu untuk diketahui
bagaimana keragaman penyakit malaria, faktor-faktor yang mempengaruhi seperti vektoral
dan manusia untuk mengetahui indeks transmisi penyakit malaria dan peran petugas
sanitarian di Klinik Sanitasi yang ada di Puskesmas.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan etiologi dari penyakit malaria ?
2. Bagaimanakah patofiolofi dari penyakit malaria ?
3. Bagaimana epidemiologi penyakit malaria ?
4. Bagaimana pola transmisi penyakit malaria ?
5. Bagaimana indesk lokal transmisi penyakit malaria ?
6. Bagaiaman faktor-faktor yang memperngaruhi pola vektor (host definitif) dan vektor
(host intemediet) manusia ?
7. Bagaimana alur pelayanan penyakit malaria di klinik sanitasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan etiologi malaria
2. Untuk mengetahui patofisologi malaria
3. Untuk mengetahui epidemiologi malaria
4. Untuk mengetahui pola transmisi penyakit malaria
5. Untuk mengetahui indeks lokal transmisi
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola vektoral
7. Untuk mengetahui peran petugas sanitarian di pelayanan klinik sanitasi yang ada di
puskesmas terhadap penyakit malaria.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk Anopheles betina. (Harjinto, 2006).
- Siklus pada manusia Pada waktu Anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah
selama ± 30 menit, Setelah itu masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian menjadi Skizon hati yng terdiri dari 10000-30000 merozoit hati. Pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale terjadi masa dormansi atau hipnozoit yang tinggal
dalam sel selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan akan menimbulkan relaps
(kambuh). (Depkes RI, 2006).
- Siklus Pada nyamuk Anopheles betina yaitu menghisap darah yang mengandung
gametosit di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan
menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet dalam dinding lambung nyamuk ookinet
menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sprozoit yang nantinya bersifat infekstif dan siap di
tularkan kemanusia. (Harijanto, 2006).
5
B. Patofisiologi Penyakit Malaria
Menurut Pendapat ahli malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut :
a. penghancuran eritrosit Fagositosis yang mengandung eritrosit yang mengandung
parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga terjadi anemia dan hipoksemia
jaringan hingga menyebabkan gagal ginjal. (Pribadi, 2000).
b. Mediator Endotoksin –Makrofag : Pada saat Skizogoni,eritrosit mengandung parasit
memicu makrofag yang sesitive endoktosin untuk melepaskan sebagai mediator. Dapat
menimbulkan demam, hipolgekemia dan sindrom penyakit prnapasan pada orang
dewasa. (Pribadi, 2000).
c. Suenstrasi Eritrosit yang terluka : Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat
membentuk tonjolan-tonjolan (Konbs) pada permukaan nya. Tonjolan nya
mengandung antigen dn bereaksi dengan antobodi malaria dan berhubungan dnegan
afinitas eritrosit yang mengandung parasit terhadap endhothelium kapiler alat dalam,
sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi
membentuk gumpalan dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. (Pribadi, 2000).
Sporozoit pada fase eksoetritrosit bermutiplikasi dalam sel hepar tanpa menyebabkan
raeaksi inflamasi, kemudian merozoit menghasilkan infeksi eritrosit gyang menghasilkan
proses patolologi penyakit malaria. (Harijanto, 2006).
6
Tabel 2. Presentasi Laporan Bulanan WHO, 2011
Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak dengan rasio 1:4 anak balita di
Afrika meninggal karena malaria. Di Asia Tenggara negara yang termasuk wilayah
endemis malaria adalah : Bangledesh, Bhutan, India, Indonesia, Maldives, Myanmar.
Nepal, Srilanka dan Thailand. Penyebaran malaria terjadi dalam wilayah-wilayah yang
terbentang luas meliputu belahan bumi utara dan selatan seperti Kenya atau 2,800 m
diatas permukaan laut.
7
Diagram 1. Plasmodium Penyebab Malaria tahun 2009 (Sumber Kemenkes RI, 2009)
3. Sebaran KLB (Kejadian Luar Biasa) ; Tahun 2006-2009 KLB selalu terjadi di pulau
Kalimantan dengan kabupaten dan kota yang berbeda-beda tiap tahun, pada tahun
2009 KLB dilaporkan terjadi di Jwa (Jawa Tengah, Timur dan Banten), Kalimantan
(KALSEL), SULBAR, NAD dan SUMBAR serta Lampung, dengan jumlah total
penderita 1869 orang dengan jumlah kematian 11 orang.
8
3. Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah
terhadap malaria, kelompok penduduk yang mempunyai Haemoglobin S (Hb S)
ternyata lebih tahan terhadap akibat infeksi Plasmodium falsiparum. Hb S terdapat
pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit keturunan/herediter
yang disebut sickle cell anemia, yaitu suatu kelainan dimana sel darah merah
penderita berubah bentuknya mirib sabit apabila terjadi penurunan tekanan oksigen
udara.
4. Riwayat malaria sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk
immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya penduduk
asli daerah endemik akan lebih tahan terhadap malaria dibandingkan dengan
pendatang dari daerah non endemis.
5. Pola hidup
Pola hidup seseorang atau sekelompok masyarakat berpengaruh terhadap terjadinya
penularan malaria seperti kebiasaan tidur tidak pakai kelambu, dan sering berada di
luar rumah pada malam hari tanpa menutup badan dapat menjadi faktor risiko
terjadinya penularan malaria.
6. Status Gizi
Status gizi erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh. Apabila status gizi
seseorang baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan semua agent yang
masuk ke dalam tubuh. Defisiensi zat besi dan riboflavin mempunyai efek protektif
terhadap malaria berat (Harjanto, 2003).
b. Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 640 LU (Rusia) dan 320 LS (Argentina). Ketinggian
yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (laut mati dan kenya) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi
geografi yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah
tropik. Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang disebabkan
oleh infeksi alamiyah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut.
Berdasarkan hasil spleen rate (SR), yaitu presentase penduduk yang limpanya membesar
dari seluruh penduduk yang diperiksa pada kelompok usisa 2-9 tahun, Endemisistas
suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
a. Hipoendemik SR < 0-10 %, penularan yang terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa. Terjadi gangguan fungi hati, gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.
b. Mesoendemik SR 11-50 % pada usia 2-10 tahun
c. Hiperendemik SR < 50% (SR dewasa tinggi 25 %)
d. Holoendemik SR > 75 % (SR dewasa rendah), Holoendemik banyak penderitanya
anak-anak dengan anemia berat (Shiff, 2006).
Berdasarkan AMI daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Low Malaria Incident. AMI <10 kasus/1000 penduduk
b. Medium, AMI 10-50 kasus/1000 penduduk
9
c. High, AMI > 50 kasus/ 1000 penduduk
10
P = probibalita bertahan sehari-hari
C = Kapasitas vektor
Intensitas tansmisi malaria di suatu daerah adalah kecepatan inokulasi parasit malaria
oleh gigitan nyamuk di daerah tersebut. Pada area endemik intensitas penularan ditentukan
dengan Entomological Inoculation Rate (EIR) merupakan hasil dari tingkat sisten dikali
jumlah Sporozoit dalam nyamuk. EIR ditunjukan sebagai jumlah rata-rata gigitan infeksif
setiap orang pada setiap unit waktu. EIR didaerah Afrika di mana malaria endemik
biasanya berkisar antara 1 atau lebih 1000 gigitan intensif/ tahun. EIR . gigitan/ tahun
berhubungan dengan tingkat prevalensi malaria melebihi 75 % populasi manusia.
Hubungan antara EIR dan prevalensi malaria dipengaruhi oleh imunitas alami dan ada
tidaknya pengobatan alami. (WHO, 2006).
Di dalam presntasi yang disampaikan oleh Shiff (2006) menyatakan bahwa bagian dari
tingkat entomological inokulasi yaitu :
F. Faktor – faktor yang mempengaruhi vektor malaria (Host definitive) dan Host
intermediate (manusia)
Di Indonesia konfirmasi vector telah dilakukan sejak tahun 1919 -2009 dan selama
periode tersebut terdapat 25 species ditemukan positif membawa parasit malaria. Menurut
tempat perkembangbiakannya, vector malaria dapat dikelompokan dalam 3 tipe yaitu ;
berkembang baik dipersawahan, perbukit/hutan, dan pantai atau aliran sungai. Vector yang
berkembang biak dipersawahan yaitu : Anopheles aconitus, Anopheles annullaris, Anopheles
barborostris, Anopheles kochi, Anopheles vagus. Sedangakan di hutan seperti Anopheles
balabacensis dan di daerah pantai vector seperti Anopheles flavirostis.Waktu aktivitas
mengigit vector malaria yang sudah diketahui adalah pukul 17.00-18.00 sebelum 24 jam dan
setelah 24 jam pukul 00.00-04.00.
Faktor yang mempengaruhi host berupa factor lingkungan yaitu ; lingkungan fisik
termasuk di dalam nya, suhu, kelembaban, curah hujan dan topografi (ketinggian), angina,
sinar matahari, arus air dan kadar garam. Lingkungan Biologik adalah segala unsur flora
dan fauna yang berada di sekitar manusia, antara lain meliputi berbagai mikroorganisme
patogen dan tidak patogen, berbagai binatang dan tumbuhan yang mempengaruhi kehidupan
manusia, fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyebab penyakit menular.
(Noor nasry.2004). Lingkungan social-budaya seperti tingkat kesadaran terhadap
pembratasan malaria, peperangan dan perpindahan mengakibtakan malaria, meningkatnya
kunjungan pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik.
11
Gambar 8. Agent, host dan enviroment (Muhandir .2012)
a b
G. Alur pelayanan penyakit malaria di pelayanan klink sanitasi yang ada di puskesmas
12
Gambar 10. Alur Pelayanan Klinik Sanitasi di Puskesmas (Sumber : PMK 13 Tahun
2015)
Gambar 12. Alur Isnpeksi Kesehatan Lingkungan (Sumber : PMK 13 tahun 2015)
13
Gambar 11. Bagan Konseling Penderita Penyakit Malaria (sumber : PMK 13 tahun
2015
14
15
H. Contoh Kasus Malaria di Kota Lubuk Lingau, Sumatra Selatan
Pada tahun 2009 sampai 2013, Kota Lubuk Linggau masih menjadi daerah
endemis malaria dengan kasus malaria cenderung stabil di rentang 100 sampai 250
kasus perbulan. Banyaknya jumlah kasus malaria positif yang terekam oleh
16
surveilans malaria di Puskesmas mencatat bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus
di tahun 2011. Peningkatan ini terjadi pada semua kelompok umur dan jenis
kelamin dan cenderung menunjukkan pola yang sama pada tahun selanjutnya. Pada
tahun 2009-2013 kasus malaria berdasarkan jenis kelamin mengalami
kecenderungan penurunan jumlah kasus pada laki-laki dan perempuan. Kasus
malaria pada kedua kelompok tersebut memiliki risiko yang sama sebagai
kelompok yang rentan untuk terinfeksi malaria. Rasio perbandingan kasus malaria
pada laki-laki dan perempuan cenderung sama. Hal ini dikarenakan tidak ada
perbedaan yang sangat signifikan antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan serta jumlah kasus malaria pada laki-laki dan perempuan.
Kecenderungan kasus malaria terjadi jeda waktu antara peralihan hujan ke
kemarau. Hal ini dikarenakan terjadinya tempat perindukan nyamuk Anopheles
yang baru dan kepadatan nyamuk yang tinggi.Kepadatan dan tempat perindukan
nyamuk ini berpengaruh pada kecenderungan meningkatnya kasus malaria.
Kecenderungan kasus malaria dapat diketahui dengan adanya pola malaria tiap bulan.
Kecenderungan kasus malaria pada tahun 2009-2013 di Kota Lubuk bahwa parasit
malaria lebih banyak ditemukan pada musim hujan (maret) dari pada saat musim
kemarau (agustus).
Kelompok umur 25-54 tahun memiliki insiden malaria sebesar 2,1%.
Sedangkan untuk kelompok umur 5-14 tahun diketahui bahwa terdapat 1,9%
menderita malaria dan balita yang menderita malaria sebesar 1,45%. Berdasarkan hal
diatas, diketahui bahwa malaria menyerang pada semua kelompok umur. Pada
dasarnya kasus malaria menyerang semua kelompok umur. Hal yang membedakan adalah
sistem kekebalan tubuh kasus terhadap malaria.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut, menular maupun infeksi kronik, disebabkan
oleh protozoa dari genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia dan
ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Pola trasnmisi penyakit malaria melalui penularan alamiah dan non alamiah, penularan
alamiah yaitu Penularan terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif dan non
alamiah seperti bawaan, mekanik, dan oral.
Distribusi frekuensi malaria yaitu berdasarkan 1) manusia (host) meliputi : umur, jenis
kelamin,ras, riwayat sebelumnya, pola hidup, status gizi dan 2) tempat yaitu merupakan batas
dari penyebaran malaria.
Faktor yang mempengaruhi transmisi distribusi dan kelimpahan vektor nyamuk yaitu : 1)
Suhu dan tingkat kelembaban serta hujan 2) Fluktuasi musiman nyamuk 3) Banyak nya species
vektor. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi host (manusia) yaitu, factor fisik, biologi dan
social budaya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19