KELOMPOK : B4
KELAS : 2018/C
NPM : 18700143
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Penulisan karya ilmiahi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas
parasitologi.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada prof soedarto, yang telah membimbing
dalam membuat karya ilmiah ini.
Karya tulis ini saya membahas tentang Blackwater fever, Yang di bantu oleh
pengajar mata kuliah parasit yaitu prof.soedarto.Yang berisi tentang latar belakang , dari segi
epidemiologi,patogensis dan manifestasi klinis dari malaria peniciosa tersebut.
Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus disempurnakan dari
karya ilmiah ini. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan
membuka diri untuk segala kritikan dan masukan yang dapat membangun dan meningkatkan
kualitas karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan ilmu di masa depan.
2
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar...................................................................02
2. Pendahuluan
a. Latar belakang..............................................................04
b. Rumusan masalah.........................................................05
c. Manfaat & tujuan.........................................................05
3. Pembahasan
a. Epidemiologi................................................................06
b. Cara penularan..............................................................08
c. Patogenesis...................................................................09
d. Gambaran klinis............................................................10
4. Daftar pustaka.....................................................................13
3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Black water fever adalah sindroma dengan gejala serangan akut, berupa demam, menggigil,
penurunan tekanan darah, hemolisis (penghancuran sel darah merah) intravaskuler,
hemoglobinuria (terdapatnya darah dalam urine) dan gagal ginjal. Namun parasit malaria
yang dijumpai dalam darah hanya sedikit. Penderita adalah orang yang tidak kebal malaria,
yang terinfeksi Plasmodium falciparum secara berulang-ulang dan pernah mendapat
pengobatan dengan kina secara tidak teratur, biasanya penderita mengeluh nyeri pinggang,
muntah, diare, gangguan berkemih dan kecing yang berwarna hitam.
B. RUMUSAN MASALAH
4
PEMBAHASAN
A. EPIDEMIOLOGI
Untuk mengatasi masalah malaria, dalam pertemuan WHA 60 tanggal 18 Mei 2007
telah dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap negara. Petunjuk
pelaksanaan eliminasi malaria tersebut telah di rumuskan oleh WHO dalam Global Malaria
Programme. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap malaria.
Pada tahun 2007 di Indonesia terdapat 396 Kabupaten endemis dari 495 Kabupaten yang ada,
dengan perkiraan sekitar 45% penduduk berdomisili di daerah yang berisiko tertular malaria.
Jumlah kasus pada tahun 2006 sebanyak 2.000.000 dan pada tahun 2007 menurun menjadi
1.774.845. Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan
jumlah kasus malaria sebesar tersebut diatas dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang
sangat besar mencapai sekitar 3 triliun rupiah lebih. Kerugian tersebut sangat berpengaruh
terhadap pendapatan daerah endemis malaria.
5
Malaria termasuk penyakit tropik yang paling penting yang sampai sekarang tersebar
luas di daerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini kini telah menjadi masalah kesehatan
dunia dan endemik di 105 negara. Menurut WHO setiap tahunnya sebanyak 600 juta
penderita baru malaria dilaporkan dari seluruh dunia, terutama anak-anak dan perempuan
hamil, dengan angka kematian lebih dari 3 juta jiwa, sebagian besar adalah anak-anak balita
yang berumur di bawah lima tahun. Penyakit ini merupakan bahaya untuk para imigran dan
para pelancong, yang menyebabkan meningkatnya kasus-kasus malaria import di daerah non
endemis. Afrika sub-Sahara merupakan daerah endemis malaria yang paling menderita.
Hampir 30% dari angka kematian di daerah ini disebabkan oleh malaria. Pada kurun waktu
antara tahun 1950 dan tahun 1960-an melalui
kampanye besar-besaran malaria dapat dikendalikan dan di beberapa negara sudah dapat
diberantas. Akan tetapi beberapa dekade sesudahnya keadaan memburuk dengan mulai
meningkatnya kembali malaria. Pengendalian dan pengobatan malaria menjadi lebih sulit
dengan menyebarnya galur (strain) parasit malaria yang kebal terhadap obat anti malaria.
Selain itu galur nyamuk Anopheles vektor penular malaria mulai banyak yang tidak mempan
lagi terhadap insektisida yang digunakan untuk memberantasnya.. Diperlukan peningkatan
pendidikan kesehatan, manajemen penanganan penderita yang lebih baik, cara pengendalian
vektor yang lebih efisien dan terpadu untuk mengatasi penyebaran malaria.
6
Malaria menyebabkan kematian hampir 2500 penderita per harinya, lebih dari 90%
diantaranya hidup di Sub-Sahara Afrika. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang
besar dan memperlambat pertumbuhan ekonomi sampai 1,3% setahunnya di daerah endemis.
Ekonomi global kehilangan 33,06 juta DALY akibat malaria, sedangkan wilayah Asia
Tenggara kehilangan 1,34 juta DALY (Satu DALY setara kehilangan kesehatan satu
tahun,WHO 2004). Malaria terutama berakar dalam pada kelompok penduduk miskin dan
menghambat pertumbuhan nasional serta tingginya biaya untuk menangani kesehatan
masyarakat. Situasi malaria di berbagai wilayah dunia berubah-ubah secara dinamis dan
tampaknya diperburuk oleh perubahan iklim global. Pemanasan global (Global warming)
mempercepat pematangan parasit di dalam tubuh nyamuk, meningkatkan frekwensi gigitan
nyamuk dan memberikan kondisi yang lebih sesuai untuk perkembangan hidup nyamuk.
Perubahan iklim global tampaknya akan memperburuk keadaan kesehatan di masa depan.
Malaria pada manusia disebabkan oleh empat spesies protozoa genus Plasmodium
yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
ovale. Plasmodium vivax merupalan plasmodium yang paling banyak dijumpai, tetapi
Plasmodium falciparum merupakan spesies yang paling banyak menimbulkan kematian
penderita. Parasit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Terdapat
sekitar 50-60 spesies nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria pada manusia.
7
B. PENULARAN
Siklus hidup Plasmodium terdiri dari 2, yaitu siklus sporogoni (siklus seksual) yang
terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang terdapat pada manusia.
Siklus ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika nyamuk mengisap darah manusia yang
terinfeksi malaria yang mengandung plasmodium pada stadium gametosit (8). Setelah itu
gametosit akan membelah menjadi mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina) (9).
Keduanya
nyamuk, salah satunya di kelenjar ludah nyamuk. Dengan ini siklus sporogoni telah selesai.
Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus eksoeritrositik dan siklus eritrositik.
Dimulai ketika nyamuk menggigit manusia sehat. Sporozoit akan masuk kedalam tubuh
manusia melewati luka tusuk nyamuk (1). Sporozoit akan mengikuti aliran darah menuju ke
hati, sehingga menginfeksi sel hati (2) dan akan matang menjadi skizon (3). Siklus ini disebut
8
siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae hanya
mempunyai satu siklus eksoeritrositik, sedangkan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale
mempunyai bentuk hipnozoit (fase dormant) sehingga siklus eksoeritrositik dapat berulang.
Selanjutnya, skizon akan pecah (4) mengeluarkan merozoit (5) yang akan masuk ke aliran
darah sehingga menginfeksi eritrosit dan di mulailah siklus eritrositik. Merozoit tersebut akan
berubah morfologi menjadi tropozoit belum matang lalu matang dan membentuk skizon lagi
yang pecah dan menjadi merozoit lagi (6). Diantara bentuk tropozoit tersebut ada yang
menjadi gametosit (7) dan gametosit inilah yang nantinya akan dihisap lagi oleh nyamuk.
Begitu seterusnya akan berulang-ulang terus. Gametosit tidak menjadi penyebab terjadinya
gangguan klinik pada penderita malaria
C. PATOGENESIS
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan.
maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan
adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya
toksin
malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui
limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin
pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak
parasit
dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan
makrofag
9
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam
eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan
struktur danbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut
meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan
resetting.
Risetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung
Merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga
berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah
golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai
D. GAMBARAN KLINIS
Pemeriksaan darah penderita menunjukkan adanya anemia normosotik dengan jumlah sel
darah merah kurang dari 2 juta /ml dan Hb dibawah 10. Selama masa penyembuhan, tampak
adanya retikulositas dan lekositosis netrofilik. Gamnaran biokimia menunjukkan
meningkatnya urea darah, sedangkan untuk kolestero menurun dan haptoglobin sangat
menurun.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. https://media.neliti.com/media/publications/53932-ID-malaria-epidemiologi-dan-
diagnosis.pdf
11
4. http://eprints.undip.ac.id/44857/3/BAB_2.pdf
12