PLASMODIUM VIVAX
OLEH:
1. RIZKI MAULANA
2. SALWA GHAIDAHARA
3. SALWA SALSABILA
4. SITI AMILIA
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Plasmodium vivax”.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah ANALISIS KLINIS.
Makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan. Dalam makalah ini penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunannya, namun penulis menyadari bahwa pastilah
masih ada banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya masukan dan saran guna penyempurnaan karya tulis ini.
Akhirnya kepada Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan, dukungan dan do’a serta partisipasinya terhadap penulisan makalah
ini, saya menyampaikan ucapan terimakasih.
1
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3
1.3 TUJUAN.............................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................4
2.1 DEFINISI DAN SEJARAH..............................................................................................4
2.2 TOKSONOMI.................................................................................................................4
2.3 MORFOLOGI....................................................................................................................5
Ciri-ciri Plasmodium Vivax...................................................................................................5
2.4 EPIDEMIOLOGI..............................................................................................................7
2.5 SIKLUS HIDUP.................................................................................................................8
2.6 GEJALA KLINIS..............................................................................................................9
2.7 KOMPLIKASI.....................................................................................................................9
2.8 DIAGNOSIS...................................................................................................................10
2.9 PENCEGAHAN............................................................................................................16
3.0 PENGOBATAN.............................................................................................................17
3.1 CARA PENULARAN....................................................................................................17
BAB IV..........................................................................................................................................18
PENUTUP....................................................................................................................................18
4.1 KESIMPULAN................................................................................................................18
4. 2 SARAN..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan efinisi dan bagaimana sejarah plasmodium vivax
2. Menjelaskan taksonmi dan epidemiologi plasmodium vivax
3. Menjelaskan morfologi dan siklus hidup plasmodium vivax
4. Menjelaskan diagnosa plasmodium vivax
5. Menjelaskan pengobatan dan pencgahan plasmodium vivax
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 TOKSONOMI
P. vivax dapat dibagi menjadi dua clades satu yang tampaknya memiliki asal-usul
di dunia lama dan kedua yang berasal di dunia baru. Perbedaan dapat dibuat berdasarkan
struktur A dan S bentuk dari rRNA. Pengaturan ulang gen-gen ini tampaknya telah terjadi
di dunia baru. Tampaknya konversi gen terjadi di dunia lama strain dan strain ini
melahirkan dunia baru. Waktu dari peristiwa ini belum ditetapkan.
Pada saat ini kedua jenis P. vivax beredar di amerika. The monkey parasit - Plasmodium
simium - berhubungan dengan dunia lama strain bukan untuk dunia baru.
Sebuah nama spesifik - Plasmodium collinsi - telah diusulkan untuk strain dunia baru tapi
saran ini belum diterima sampai saat ini.
Kingdom : Protista
Filum : Apicomlexa
Kelas : Aconoidasida
Ordo : Haemosporida
4
Family : Pas mo di I dae
Genus : Plasmodium
Spesies : Plasmodium vivax
2.3 MORFOLOGI
Ciri-ciri Plasmodium Vivax
Cincin – Memiliki bentuk cincin meterai, P. vivax ditandai dengan sitoplasma besar
yang mengandung kromatin besar. Ketika mereka berkembang, mereka mulai
menjadi lebih berbentuk amoeboid. Bentuk cincin parasit adalah sekitar sepertiga
diameter sel darah merah.
Trofozoit – Trofozoit dari P. vivax ditandai oleh beberapa titik kromatin besar,
sitoplasma amoeboid serta pigmen halus (hematin) yang berwarna kekuningan-
coklat.
Gametosit – Tidak seperti trofozoit, gametosit P. vivax berbentuk bulat dan lonjong
sehingga memiliki bentuk yang lebih jelas. Mereka dicirikan oleh jumlah tinggi
pigmen coklat yang tersebar di dalam sel darah merah yang terinfeksi.
Schizonts – Schizonts P. vivax ditandai oleh 12 hingga 24 merozoit dan cukup besar
untuk mengisi seluruh sel (sel merah). Mereka juga ditandai oleh pigmen coklat
kekuningan yang dapat dilihat di bawah mikroskop setelah pewarnaan.
1. Plasmodium Vivax
2. Plasmodium Vivax
Stadium : Trofozoit Tua (Matang)
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Bentuk amoeboid (masih terdapat
vakuol)
- Eritrosit membesar
- Titik Schuffner jelas
5
3. Plasmodium Vivax
Stadium : Skizon Muda
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Inti membelah, jumlah 4-8
- Eritrosit membesar
- Titik Schuffner jelas
4. Plasmodium Vivax
Stadium : Skizon Tua (Matang)
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Jumlah inti 12-24 (padat)
- Pigmen kuning tengguli
berkumpul
- Eritrosit membesar
- Titik Schuffner masih tampak
pada bagian pinggir eritrosit
5. Plasmodium Vivax
Stadium : Makrogametosit (Female)
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Inti kecil, padat, merah, di pinggir
- Pigmen sekitar inti
- Protoplasma biru
- Titik Schuffner masih di pinggir
6. Plasmodium Vivax
Stadium : Mikrogametosit (Male)
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Inti difus di tengah
- Pigmen menyebar
- Protoplasma biru kemerahan
- Eritrosit membesar
- Titik Schuffner masih di pinggir
6
7. Plasmodium Vivax
Sediaan : Darah Tebal
Morfologi :
- Gambaran tidak uniform
- Tampak berbagai stadium
(trofozoit, skizon inti 12-24,
gametosit)
- Zona merah di sekitar parasit
(Sisa titik Schuffner)
2.4 EPIDEMIOLOGI
Plasmodium vivax kebanyakan terdapat di Asia, amerika Latin, dan di beberapa
bagian afrika. P. vivax diyakini berasal dari Asia, tetapi penelitian terbaru telah
menunjukkan bahwa simpanse liar dan gorila di seluruh afrika tengah secara endemis
terinfeksi parasit yang berhubungan erat dengan manusia P. vivax. Temuan ini
menunjukkan bahwa manusia P. vivax adalah asal afrika. Plasmodium vivax berjumlah
65% kasus malaria di Asia dan amerika selatan. Tidak seperti Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax dapat mengalami perkembangan sporogonik dalam nyamuk pada suhu
yang lebih rendah. Diperkirakan 2,5 miliar orang berisiko terinfeksi dengan organisme ini.
Meskipun amerika berkontribusi 22% dari daerah global berisiko, daerah endemik
tinggi umumnya jarang penduduk dan daerah memberikan hanya 6% untuk total penduduk
yang berisiko. Di afrika, kekurangan yang meluas dari antigen Duffy penduduk telah
memastikan bahwa transmisi yang stabil dibatasi ke madagaskar dan sebagian tanduk
afrika. Hal ini berkontribusi 3,5% dari populasi global berisiko. Asia tengah bertanggung
jawab atas 82% penduduk dunia yang terancam bahaya dengan daerah endemis tinggi yang
sama dengan populasi padat terutama di India dan Myanmar. Asia timur selatan memiliki
daerah-daerah endemicity tinggi di Indonesia dan Papua nugini dan secara keseluruhan
berkontribusi 9% dari populasi global berisiko.
P. vivax dilakukan oleh setidaknya 71 spesies nyamuk. Banyak vivax vektor hidup bahagia
di iklim beriklim sedang sejauh Finlandia di utara. Ada yang lebih suka menggigit di luar
rumah atau pada siang hari, sehingga menghambat keefektifan insektisida dan kelambu
dalam ruangan. Beberapa spesies vektor kunci belum tumbuh di laboratorium untuk studi
lebih dekat, dan resistensi insektisida unkuantitatif.
7
2.5 SIKLUS HIDUP
Seperti semua parasit malaria, P. vivax memiliki siklus hidup yang kompleks. Ini
menginfeksi serangga definitif host, di mana reproduksi seksual terjadi, dan host
vertebrata menengah, di mana aseksual amplifikasi terjadi. Dalam P. vivax, host definitif
adalah nyamuk Anopheles (juga dikenal sebagai vektor), sementara manusia adalah host
aseksual menengah. Selama siklus hidupnya, P. vivax mengasumsikan berbagai bentuk
fisik.
8
Kurva demam tidak teratur pada permulaan penyakit.
Kurva demam teratur jelas dengan stadium menggigil, panas, dan berkeringat (40,6◦C)
Anemia belum jelas pada serangan pertama malaria menahun lebih jelas.
Komplikasi gangguan pernapasan, gagal ginjal, ikterus, anemia berat, ruptur limpa,
kejang, gangguan kesadaran.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi serius untuk malaria adalah parasit pada liver, gagal organ seperti
gagal ginjal akut. Lebih banyak komplikasi malaria juga dapat menjadi gangguan
kesadaran, kelainan saraf, hipoglikemia, dan tekanan darah rendah yang disebabkan oleh
runtuhnya sistem kardiovaskular, penyakit kuning klinis, dan kelainan fungsi organ serta
koagulasi lainnya yang vital. Yang paling serius komplikasi akhirnya menjadi
kematianKomplikasi serius untuk malaria adalah parasit pada liver, gagal organ seperti
gagal ginjal akut. Lebih banyak komplikasi malaria juga dapat menjadi gangguan
kesadaran, kelainan saraf, hipoglikemia, dan tekanan darah rendah yang disebabkan oleh
runtuhnya sistem kardiovaskular, penyakit kuning klinis, dan kelainan fungsi organ serta
koagulasi lainnya yang vital. Yang paling serius komplikasi akhirnya menjadi kematian.
9
2.8 DIAGNOSIS
Praktik diagnostik untuk Plasmodium vivax infeksi Malaria. Diagnosis infeksi
Plasmodium vivax dapat secara luas digolongkan menjadi tiga tujuan: identifikasi kasus
klinis (deteksi kasus pasif [PCD]), pengawasan (deteksi kasus aktif [ACD]), dan uji klinis.
Setiap skenario membawa persyaratan, alat, dan perangkap yang berbeda untuk diagnosis
infeksi.
1. Deteksi pasif (Passive case detection)
Diagnosis yang akurat yaitu vivax malaria dalam upaya pasien sakit akut untuk
mendapatkan perawatan rutin membutuhkan pemeriksaan mikroskop terhadap darah
smear yang bernoda (mikroskop), atau penggunaan kaset imunochromatografis yang
berisi antibodi monokromatik hingga P. vivax antigen (tes diagnosis cepat [RDT]).
Tanda-tanda klinis dan gejala saja, meskipun sering digunakan, tidak dapat membedakan
infeksi malaria dari penyebab penyakit febrile lainnya, tidak juga membedakan antara
Plasmodium falciparum dan P. vivax atau malaria disebabkan oleh plasmodia lain.
Mikroskop yang kompeten biasanya lebih sensitif, spesifik, dan informatif (sehubungan
dengan jumlah parasit dan tahap sekarang) daripada RDT. Namun, kesinambungan
layanan mikroskop menantang sebagian besar sistem perawatan kesehatan tempat
terjadinya malaria endemik.
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria ditegakkan dari pemeriksaan
darah mikroskopis atau rapid diagnostic test (RDT). Diagnosis malaria berat ditegakkan
berdasarkan kriteria malaria berat dari WHO.
Anamnesis
Pada anamnesis, gejala utama malaria yang sering dikeluhkan adalah demam, menggigil,
malaise, mialgia, gejala gastrointestinal (mual, muntah, dan diare), gejala neurologis
(disorientasi dan penurunan kesadaran), sakit kepala, dan/atau batuk. Gejala klasik
malaria adalah demam paroksismal yang didahului fase menggigil lalu diikuti demam
tinggi dan berkeringat banyak.
Pada pasien yang tinggal di daerah endemis, terkadang gejala klasik malaria tidak
ditemukan. Pasien anak-anak juga sering kali datang dengan gejala yang tidak spesifik
dan gejala gastrointestinal yang menonjol.Malaria wajib dicurigai bila menemukan
gejala-gejala tersebut pada pasien yang tinggal di daerah endemis malaria atau pada
pasien dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria. Dokter juga perlu
menanyakan riwayat sakit malaria atau minum obat malaria, status imunologi pasien,
usia, status kehamilan, alergi, penyakit lain yang diderita pasien, riwayat transfusi darah,
dan obat-obatan yang dikonsumsi.
10
Sebagian pasien yang mengalami terinfeksi dapat bersifat asimtomatik, tetapi tetap
menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan apusan darah tepi atau skrining dengan
RDT.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah suhu tubuh ≥37,5o C (bisa
mencapai 41o C), konjungtiva anemis, sklera ikterik, dan hepatosplenomegali.
Tipe demam yang umum dijumpai pada pasien malaria adalah demam paroksismal. Fase
demam didahului dengan menggigil selama 1–2 jam, diikuti dengan demam tinggi,
kemudian terjadi diaforesis dan suhu tubuh pasien turun kembali normal atau di bawah
normal. Demam paroksismal dapat terjadi setiap 48 jam (Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale) atau setiap 72 jam (Plasmodium malariae).
Pasien anak dengan infeksi malaria lebih mudah mengalami hepatosplenomegali, anemia
berat, kejang, hipoglikemia, dan sepsis. Malaria tanpa komplikasi tidak disertai dengan
gejala klinis dan hasil laboratorium yang menandakan malaria berat atau disfungsi organ.
Kriteria malaria berat berdasarkan WHO adalah ditemukannya stadium
aseksual Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax atau Plasmodium
knowlesi ditambah minimal satu dari manifestasi klinis berikut:
Penurunan kesadaran GCS<11 atau Blantyre <3
Syok (pengisian kapiler >3 detik, tekanan sistolik <80 mmHg (dewasa) atau <70 mmHg
(anak).
Kelemahan otot (tidak bisa duduk, berjalan, atau minum pada anak yang lebih kecil)
Asidosis base deficit >8 mEq/L atau plasma bikarbonat <15 mEq/L atau laktat plasma
vena >5 mEq/L
Hipoglikemia glukosa plasma <40 mg/dL
Hiperparasitemia
Hiperlaktatemia
Diagnosis Banding
Di Indonesia, setiap orang yang tinggal di daerah endemis malaria yang mengalami
demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir dan tampak anemis, wajib dicurigai
sebagai malaria, tanpa mengesampingkan penyebab demam lain.
Cara membedakan malaria dengan penyakit lain yang menjadi diagnosis bandingnya
adalah melalui tes apus darah mikroskopik atau RDT.
2. Mikroskop.
Standar untuk pelatihan, sertifikasi, dan praktek malaria tersedia di organisasi
kesehatan dunia (WHO). Pemeriksaan atas sedikitnya 200 bidang film darah tebal di
bawah kaca perendaman minyak (×1.000) hendaknya dilakukan sebelum diagnosis
negatif dibuat. Batas deteksi untuk mikroskop berpengalaman dianggap sekitar 10-20
parasit/liter. Mikroskop berkompeten secara rutin dalam pengaturannya klinis dianggap
tidak dapat diandalkan di bawah 50 parasit/liter.
Kepadatan parasitemia pada pasien dengan vivax malaria akut bergantung pada banyak
faktor, termasuk naif versus keadaan semi-imun, usia, penundaan dalam mencari
pengobatan, perilaku pengobatan diri sebelum presentasi, dan kemungkinan berbagai
faktor tuan rumah dan parasit.
Kepadatan parasit pada P. vivax malaria biasanya adalah urutan kekuatan yang
lebih rendah daripada P. falciparum dalam kebanyakan pengaturan klinis di mana kedua
spesies ini terjadi, sehingga meningkatkan risiko diagnosis mikroskop negatif palsu
dengan vivax malaria akut. Pemeriksaan film darah yang berulang-ulang, atau
meningkatkan jumlah bidang mikroskop menjadi 300 atau lebih pada pasien yang diduga
mengidap malaria hendaknya dilakukan sebelum dengan yakin melaporkan pasien itu
sebagai parasit malaria yang negatif.
Ancaman diagnostik utama dalam penanganan klinis adalah sensitivitas yang
buruk. Pelatihan mikroskop klinis harus ditujukan untuk memaksimalkan deteksi parasit,
bahkan jika itu dengan biaya spesifikasi tingkat yang lebih rendah. Dalam beberapa
pengaturan di mana vivax malaria mendominasi dan penyebaran P. falciparum jatuh,
mungkin ada khususnya rendah sensitivitas untuk P. falciparum.
12
Selain pelatihan dan sertifikasi yang relatif intensif untuk mikroskop, mikroskop
yang kompeten membutuhkan mikroskop ringan yang bersih dan berfungsi dengan baik,
slide kaca yang bersih, minyak pembenaman dengan material optik yang cocok, dan
getah bening yang disaring bersih untuk pebolaan Giemsa. Dalam banyak pengaturan
endemis malaria, hal-hal penting ini mewakili tantangan-tantangan substansial yang tidak
dapat diandalkan berkelanjutan. Jika mutu layanan mikroskop tidak dapat dipastikan,
penggunaan RDT disarankan.
Pemeriksaan mikroskopis apusan darah tepi berguna untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria, menentukan spesies penyebab, stadium penyakit, dan kepadatan parasit.
Pemeriksaan apusan darah tebal sensitif untuk mendeteksi Plasmodium, tetapi lebih sulit
untuk menentukan spesies penyebab. Apusan darah tipis digunakan untuk menentukan
spesies dan kepadatan parasit.
Apusan darah tepi yang sudah dibuat harus segera dibaca oleh tenaga terlatih. Hasil
apusan darah tepi yang negatif memberikan kesimpulan bahwa kemungkinan diagnosis
bukan malaria.
Hasil apusan darah tepi yang negatif pada pasien dengan gejala khas malaria perlu
diulang selang 12–24 jam hingga 3 kali tes. Jika ketiga pemeriksan apusan darah tepi
tersebut negatif, maka diagnosis malaria dapat disingkirkan dan perlu dicari etiologi
demam lainnya.
Berikut ini karakteristik hasil pemeriksaan apusan darah tepi pada berbagai
spesies Plasmodium.
Spesies Plasmodium
Karakteris Plasmodium Plasmodiu Plasmodium
tik falciparum m vivax Plasmodium ovale malariae
Ukuran
eritrosit Tidak membesar Membesar Tidak membesar Tidak membesar
13
Lingkaran
atau oval,
berbentuk
Bentuk tidak Lingkaran, oval, atau
eritrosit Lingkaran, krenasi normal Lingkaran berfimbria
Normal, lebih gelap,
Warna atau tepi tampak Normal –
eritrosit keunguan pucat Normal Normal
Granul
Hitam atau coklat coklat Sama
tua 1–2 buah, keemasan dengan Plasmodium
berbentuk batang di tersebar di vivax dan Plasmodiu
Pigmen gametosit sitoplasma Granul hitam atau coklat m malariae
Ukuran
relatif
besar, 1
titik
kromatin,
Ukuran kecil, 2 titik sitoplasma
kromatin, cincin dapat
multipel yang berbentuk
tampak tidak tegas. amoeboid.
Bisa Dapat
Trofozoit tampak Maurer's ditemukan Sitoplasma padat, 1 titik Sama
imatur cleft pada bentuk titik kromatin besar, cincin dengan Plasmodium
(cincin) cincin yang lebih tua Schuffner tunggal ovale
Sitoplasma
amoeboid,
titik
kromatin
besar,
Sitoplasma lebih pigmen
tegas dengan pigmen halus Sitoplasma padat,
kekuningan, bentuk kuning titik kromatin besar,
trofozoit Plasmodiu kecoklatan, trofozoit berbentuk
m falciparum jarang titik Sitoplasma tampak tegas, batang atau keranjang
ditemukan di darah Schuffner titik kromatin besar, dengan pigmen kasar
Trofozoit perifer lebih jelas padat dan ireguler berwarna coklat tua
Skizon Terdiri dari 8–24 Terdiri dari Terdiri dari 6–14 Terdiri dari 6–12
merozoit dengan 12–24 merozoit dengan nukleus merozoit dengan
14
merozoit,
pigmen
kuning
kecoklatan. nukleus besar, dapat
Ukurannya tersusun
ukuran kecil, pigmen besar dan membentuk rosette,
gelap dan bergumpal mengisi besar dan berkumpul di berkelompok di
membentuk suatu volume sekitar pigmen berwarna sekitar massa pigmen
massa eritrosit coklat tua berwarna coklat tua
Berbentuk
lingkaran
atau oval
dengan Berbentuk lingkaran atau
pigmen oval, berukuran hampir
kecoklatan, sama dengan eritrosit. Berbentuk lingkaran
Berbentuk bulan ukurannya Pigmen berwarna atau oval dengan
sabit, ukuran besar hampir kecoklatan dan lebih pigmen coklat yang
dan ramping, sama kasar tersebar, ukurannya
kromatin terletak di dengan dibandingkan Plasmodiu hampir sama dengan
Gametosit tengah eritrosit. m vivax eritrosit
Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[33-36]
2.9 PENCEGAHAN
Cara utama untuk mencegah malaria adalah melalui kendali vektor. Sebagian
besar ada tiga bentuk utama yang dapat dikendalikan oleh vektor:
(1) kelambu yang telah diobati insektisida,
(2) penyemprotan residual di dalam rumah dan
(3) obat antimalaria. Jaring insektisida (LLNs) yang bertahan lama adalah metode
pengendalian yang disukai karena metode ini paling hemat biaya.
WHO saat ini menyusun strategi bagaimana memastikan jaring itu tetap terjaga agar
masyarakat terancam bahaya. Pilihan kedua adalah penyemprotan residual dalam rumah
dan telah terbukti efektif jika setidaknya 80% rumah disemprotkan. Namun, metode
tersebut hanya efektif untuk 3-6months. Sebuah kelemahan terhadap kedua metode ini,
sayangnya, adalah bahwa resistensi nyamuk terhadap insektisida ini telah meningkat.
Upaya pengendalian malaria nasional mengalami perubahan cepat untuk memastikan
orang-orang diberi metode yang paling efektif dari kendali vektor. Terakhir, obat
antimalaria juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi berkembang menjadi penyakit
klinis. Akan tetapi, terdapat juga meningkatnya resistansi terhadap obat antimalaria.
Pada tahun 2015, organisasi kesehatan dunia (WHO) menyusun rencana untuk mengatasi
vivax malaria,sebagai bagian dari strategi teknis Global mereka untuk malaria.
3.0 PENGOBATAN
Klorokuin tetap menjadi pilihan pilihan untuk vivax malaria,kecuali di wilayah
Irian Jaya (Guinea baru barat) di Indonesia dan secara geografis kontiguous Papua
nugini, di mana resistensi klorokuin sudah umum (sampai 20%). Resistansi klorokuin
merupakan problem yang kian meningkat di bagian-bagian lain dunia, seperti Korea dan
India.
Ketika resistensi klorokuin umum atau ketika klorokuin dikontraskan, maka
artesunate adalah obat pilihan, kecuali di AS yang tidak disetujui untuk digunakan.
16
Dimana sebuah terapi kombinasi berbasis artemisin telah diadopsi sebagai pengobatan
garis pertama untuk P. Falciparum malaria, itu juga dapat digunakan untuk P. Vivax
malaria dalam kombinasi dengan primaquine untuk pengobatan radikal. pengecualian
adalah artesunate plus sulfadoxine — pyrimethamine (sebagai +SP), yang tidak efektif
terhadap P. Vivax di banyak tempat. Mefloquine adalah alternatif yang baik dan di
beberapa negeri lebih mudah diperoleh. Atovaquone-proguanil adalah alternatif yang
efektif untuk pasien yang tidak bisa mentolerir klorokuin. Kina mungkin digunakan untuk
mengobati vivax malaria tetapi dikaitkan dengan hasil yang lebih rendah.
100% pasien akan kambuh setelah pengobatan yang berhasil infeksi P. vivax jika
pengobatan radikal (pemberantasan tahap hati) tidak diberikan. Pemberantasan tahap
liver dicapai dengan memberikan primaquine. Pasien dengan glucose-6-fosfat
dehydrogenase defisiensi risiko haemolysis. G6PD adalah enzim penting untuk kimia
darah. Tak ada tes persiapan lapangan yang tersedia. Baru-baru ini, pokok ini sangat
penting bagi peningkatan yang terjadi dalam vivax malaria di antara para pelancong.
setidaknya kursus primaquine 14 hari diperlukan untuk pengobatan radikal P. vivax.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Plasmodium vivax adalah parasit protozoa dan patogen manusia. Parasit ini
adalah penyebab malaria yang paling sering dan menyebar luas. Infeksi P. vivax
malaria dapat mengakibatkan penyakit dan kematian yang parah, sering kali karena
splenomegaly (limpa yang membesar secara patologi). P. vivax dilakukan oleh
nyamuk betina Anopheles. P. vivax dapat dibagi menjadi dua clades satu yang
tampaknya memiliki asal-usul di dunia lama dan kedua yang berasal di dunia baru.
Diagnosis infeksi Plasmodium vivax dapat dilakukan identifikasi kasus klinis
(deteksi kasus pasif [PCD]), pengawasan (deteksi kasus aktif [ACD]), dan uji klinis.
Orang yang terkena infeksi ini umumya mengalami Hilangnya pengecap, kurangnya
demam, rasa nyeri saat menelan, batuk dan ketidaknyamanan saluran kemih.
Atovaquone-proguanil adalah alternatif yang efektif untuk pasien yang tidak bisa
mentolerir klorokuin.
4.2 SARAN
Cara untuk mengurangi infeksi plasmodium vivax ini dapat di lakukan mulai
dari pencegahan hingga pengobatan nya. Meskipun sebenarnya faktor yang paling
berpengaruh adalah faktor lingkungan salah satunya meliputi faktor fisik, faktor
kimia, dan biologi. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat mempercepat ataupun
memperlambat penyebaran penyakit malaria ini melalui vector nyamuk Anopheles
betina.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5198890/
Coatney, G. Robert; Collins, William E.; Warren, McWilson; Contacos, Peter George
(1971). “Plasmodium vivax (Grassi and Feletti, 1890)”. The primate malarias.
Division of Parasitic Disease, CDC.
White, N. J. (15 January 2008). “Plasmodium knowlesi: The Fifth Human Malaria
Parasite”. Clinical Infectious Diseases. 46 (2): 172–173.
Baird, J. Kevin (November 2007). “Neglect of Plasmodium vivax malaria”. Trends in
Parasitology.
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/diagnosis
19