Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) Golongan


Protozoa

OLEH
KELOMPOK 1
ALVIANA MAWE
ANATOLIA NONA
ANGELINA TRISNA MAWA
ASRIYANTI DIDI HASIM
DIONISIA CO’O WEA
DJONI LAY HEO
FADIAH M.NATSIR
FALERIA AGUSTINA S.R.WA’A
FAUSTINA ASTUTI POLU

TINGKAT : III A.KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ENDE

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik yang berjudul’’
Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) Golongan Protozoa’’

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai


pihak,untuk itu sudah sepantasnya penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Stanislaus Nong Selung SPd.M.Kes,
Selaku Kepala Program Studi keperawatan Ende,yang memberi
kesempatan kepada penulis untuk mengeyam pendidikan di Program
Studi Keperawatan Ende.
2. Bapak dan Ibu dosen dalam mata kuliah MIKIM
3. Teman-teman kelompok yang telah membantu dalam suka maupun
duka dalam penulisan makalah ini
4. Semua pihak dengan cara masing-masing yang sudah mendukung dan
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,untuk itu di harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak

Ende, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1


1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah. ............................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4

2.1 Sejarah Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) ......... 4

2.2 Daur Hidup Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) .. 6

2.3 Gejala Klinis Malaria Tropika ............................................ 10

2.4 Penularan Penyakit Malaria Tropika .................................. 12

2.5 Diagnosis Penyakit Malaria Tropika.................................... 15

2.6 Pencegahan Pada Penyakit Malaria Tropika........................ 16


2.7 Pengobatan Untuk Penyakit Malaria Tropika...................... 17

2.8 Aspek Keperawatan............................................................ 19

BAB III PENUTUP ................................................................................ 24

3.1 Kesimpulan ...................................................................... 24

3.2 Saran .................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan aroa (udara)
yang artinya adalah udara yang buruk karena pada jaman dahulu banyak bau
busuk yang terdapat di daerah rawa-rawa.
Selain itu penyakit malaria juga memiliki nama lain yaitu demam rawa, demam
roma, demam pantai, demam tropik, demam kara, demam charges dan paludisme.
Penyakit malaria merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit
dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa. (Protozoa berasal dari
kata protos yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan sehingga disebut
sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat
melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual vegetatif).Habitat
hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat
hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal
dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa
adalah ( Anthony van Leeuwenhoek).

Penyakit malaria merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh


parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui
perantaraan gigitan (tusukan) nyamuk Anopheles spp dimana Indonesia adalah
salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi.
Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit
malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala
demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu
antara 9 sampai dengan 40 hari. parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles
yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari
kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati.

Hingga saat ini penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di
kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Di berbagai negara, terutama negara berkembang selain berhubungan dengan
masalah kesehatan, penyakit malaria juga memiliki hubungan yang erat dengan
kemiskinan dan keterbelakangan.
Namun dimakalah ini saya hanya akan membahas tentang penyakit Plasmodium
falciparum menyebabkan Malaria tropika.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa dan pembaca tentang penyakit Plasmodium falciparum menyebabkan
Malaria tropika jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa. dan untuk memenuhi tugas mata
kuliah MIKIM.
1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah Sejarah Dan Definisi Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

2. Bagimana Daur Hidup Pada Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

3. Bagaimana Tanda dan gejala Klinis Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)

4. Bagaimana cara Penularan Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

5. Bagaimana cara mengetahui Diagnosis terhadap Penyakit Malaria Tropika


(Plasmodium Falciparum)

6. Bagaimana upaya pencegahan terhadap Penyakit Malaria Tropika


(Plasmodium Falciparum)

7. Bagaimana cara Pengobatan terhadap Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

8. Bagaimana Aspek Keperawatan terhadap Penyakit Malaria Tropika


(Plasmodium Falciparum)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Malaria Tropica (Plasmodium Falciparum)

Malaria tropica adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium falcifarum. Penyakit malaria tropica disebut juga Malaria tertiana
maligna atau malaria falciparum yang merupakan penyakit malaria yang paling
ganas yang menyerang manusia.

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling


berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).

Malaria tropika pernah dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan


populasi penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya expansi
“Alexander yang agung” menaklukan benua Timur karena kematian serdadunya
oleh serangan penyakit malaria ini. Begitu juga pada perang Dunia I dan II
terjadinya kematian manusia lebih banyak disebabkan oleh penyakit malaria ini
daripada mati karena perang.

Plasmodium falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda dengan


species lainnya, sehingga diklasifikasikan dalam subgenus laveran. Biasanya
seseorang yang terkena jenis malaria ini akan mengalami demam yang tidak
teratur yang disertai dengan gejala terserang pada bagian otak yang terkadang bisa
menimbulkan koma atau kematian mendadak..

Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :


Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum

 Nama penyakit
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.

 .Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina
menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.

 Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara.
Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.

Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria


berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010 diperkirakan
90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika. Dimana
plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus malaria
yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit ringan
yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut.
2.2 Daur Hidup Malaria Tropica (Plasmodium Falciparum)

Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang


ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan
aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-
eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran
± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing
stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan
ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir
kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan.
Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel).
Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi
multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species
plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada
Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis
species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar,
berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin
dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung
satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya
pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat
(perniseosa).

Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan


darah tepi berarti keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk
tindakan pengobatan cepat.Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat
dikenal dengan mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal.
Pada species parasit lain pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada
stadium skizon yang lebih tua. Bentuk cincin da tofozoit tua menghilang dari
darah tepi setelah 24 jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam, seperti otak,
jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang; di tempat – tempat ini parasit
berkembang lebih lanjut.

Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara


zkisogoni. Bila skison sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3 eritrosit.
Akhirnya membelah-belah dan membentuk 8 – 24 morozoit, jumlah rata-rata
adalah 16. skizon matang Plasmodium falciparum lebih kecil dari skizon matang
parasit malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi dari
jenis-jenis lainnya, kadang-kadang melebihi 500.000/mm3 darah.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan
jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda.
Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang
dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama
stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan
skizon mempunyai titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per
tiga bagian eritrosit. Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam,
tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat ditentukan dalam darah tepi.
Gametosis muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih
panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau
pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam
darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10
hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau
makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantang
atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan
butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar
dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan
intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men
disekitan plasma sekitar inti.

Jumlah gametosit pada infeksi Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang


sampai 50.000 – 150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh species
Plasmodium lain pada manusia. Walaupun skizogoni eritrosit pada Plasmodium
falciparum selesai dalam waktu 48 jam dan priodisitasnya khas terirana, sering
kali pada species ini terdapat 2 atau lebih kelompok-kelokpok parasit, dengan
sporolasi yang tidak singkron, sehingga priodesitas gejala pada penderita menjadi
tidak teratur, terutama pada stadium permulaan serangan malaria.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada
Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 – 17 hari
pada suhu 23o C dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen pada obkista
berwarna agak hitam dan butir butinya relative besar, membentuk pola pada kista
sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran
kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak tampak
kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a) Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat
berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini
tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam
lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi
zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi
Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah
nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3
generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual.
Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi
adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
(Mansjoer, 2001, hal. 409).

b) Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-
eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan
menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-
ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi
di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel
darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel
darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan
diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin
yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki
sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya
memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-
eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat
sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di
sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar
semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di
tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

2.3 Gejala Klinis Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)

Tanda dan gejala dari Plasmodium falcifarum yang di temukan pada klien
dengan malaria adalah sebagai berikut:

 Masa tunas intrinsic Plasmodium falciparum berlangsung antara 9-14 hari.


Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan
dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau
ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini tergantung
dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah endemic malaria
sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan
ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini
penderita tampak gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak
teratur dan tidak menunjukkan perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini
penyakit penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi
dapat segera diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa
dapat timbul secara mendadak. Istilah ini diberikan untuk penyulit berat yang
timbul secara tidak terduga pada setiap saat, bila lebih dari 5 % eritrosit di-
infeksi.
Pada malaria Falciparum ada tiga macam penyulit :

1.Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala
permulaan.
2.Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3.gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum
stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk
gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan
penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
 malaria otak dengan koma (unarousable coma)
 anemia normositik berat
 gagal ginjal
 Edema paru
 Hipoglikemia
 Syok
 Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation
 kejang umum yang berulang.
 Asidosis
 Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)

 Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan


gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris
iktero-hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah
tua samapi hitam, muntah cairan yang berwarna empedu, ikterus, badan cepat
lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater” parasit sedikit sekali,
kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi.

 Gejalanya adalah berkurangnya kesadaran dan serangan demam yang tidak


menentu, dapat pula berkala tiga hari sekali. Gejala lainnya adalah demam
tinggi yang timbul mendadak , muntah dan gagal ginjal akut.

Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum


stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk
gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan
penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
1. malaria otak dengan koma (unarousable coma)
2. .anemia normositik berat
3. gagal ginjal
4. Edema paru
5. Hipoglikemia
6. Syok
7. Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation)
8. kejang umum yang berulang.
9. Asidosis
10. Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)
Dari pustaka lain. Gejala serangan malaria itu terdiri dari beberapa
jenis, yaitu:
1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari
daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan
(immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini
merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:
2. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam
eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-
dingin.
3. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam
dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita
hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih
dari 40 derajad celcius.
4. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat
gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah.
Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi
tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita
merasa sehat kembali. Di daerah endemis malaria dimana penderita
telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas
timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala
tersebut- kadang muncul gejala lain.
5. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria: Demam,
menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala,
mual dan muntah, Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di
Timtim), nyeri otot atau pegal-pega pada orang dewasa (di Papua),
pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).

2.4 Penularan Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium falciparum)

Proses penularannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung


parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya
gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit
malaria yaitu antara 9 sampai dengan 40 hari. parasit malaria adalah setelah
nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka
keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan
hati. Malaria menular kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp.
dalam siklus hidupnya.
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat,
sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah
manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk,
dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.

Jenis-jenis vector (perantara) malaria yaitu:


 Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara di derah pantai
 Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan
 Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkembunan,
kehutanan dan pegunungan.
Penularan yang lain melalui tranfusi darah, namun kemungkinannya sangat
kecil.

 Menurut Harijanto (2000) penyabab malaria tropika adalah plasmodium


falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan
yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan
malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).

 Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya
sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria.
Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor
malaria.

Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :

a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah

b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari

c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia
(menghisap darah).

d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km

e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48


derajat

f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu

g. Lebih senang hidup di daerah rawa


2.5 Diagnosis Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium falciparum)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan


demam dan menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas. Dugaan malaria
semakin kuat jika dalam waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah mengunjungi
daerah malaria dan pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa. Untuk
memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit
penyebabnya. Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar
parasit di dalam darah bervariasi dari waktu ke waktu. Pengobatan, komplikasi
dan prognosis dari malaria ditentukan oleh jenis parasit penyebabnya.

Diagnosis Plasmodium falciparum dapat dibuat dengan menemukan


parasit trofozoit muda ( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit
dalam sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit
dalam kapiler otak dan alat-alat dalam.
G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak
dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit
dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi.
Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin
(klorokuin dan amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961
di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia
Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di
Indonesia ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera
Selatan (1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat
(1981). Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive
dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi P.Falciparum

terhadap klorokuin sudah dapat idpastikan, obat malaria lain dapat diberikan.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda
dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes,
Moorhouse dan Geissler, 1999):

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan


makanan yang tidak sehat ; anorexia; mual/muntah

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem


kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek


langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

2.6 .Pencegahan Pada Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


falciparum)

Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan


perjalanan ke daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
 Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
 Memasang tirai di pintu dan jendela
 Memasang kawat nyamuk
 Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
 Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah
tubuh yang digigit nyamuk.

Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria:


1. Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100%
efektif
2. Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk
3. Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai
influenza
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga
beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan
efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai
pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Namun obat tersebut saat ini tengah
diselidiki apakah dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Suatu
kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di
daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin.
Sementara Proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk
malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba
klinis guna keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan,
sementara ahli lainnya tengah berupaya untuk menemukan vaksin untuk
penggunaan umum. Penyelidikan tengah dilakukan untuk menemukan sejumlah
obat dengan bahan dasar artemisin, yang digunakan oleh ahli obat-obatan Cina
untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut terbukti efektif terhadap
Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk diperbanyak
jumlahnya.

2.7 Pengobatan Untuk Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium

falciparum)

Malaria Tropika (Plasmodium falciparum) di obati dengan menggunakan 3


(Tiga) obat yaitu:
1. Artesunat
2. Amodiakui
3. Primakuin
Apabila dalam waktu 3 hari belum menunjukkan kesembuhan maka
dilanjutkan dengan kombinasi 3 (Tiga) obat selanjutnya yaitu:
1. Doksisiklin
2. Kina
3. Primakuin
A. Klasifikasi Biologi Obat Malaria
Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat
malaria maka obat malaria di bagi dalam 5 golongan :
1. Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimetamin, dapat membasmi
parasit pra eritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam
eritrosit digunakan sebagai profilaksis kausal.
2. Skizontosida jaringan sekunder primakuin, membasmi parasit daur
eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P. vivax dan P. ovale dan
digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti relaps.
3. Skizontosida darah : membasmi parasit stadium eritrosit yang
berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis.
4. Gametositosida : menghancurkan semua bentuk seksual termasuk
stadium gametosit P.falcifarum , juga mempengaruhi stadium
perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina
5. Sporontosida : mencegah atau menghambat gametosit dalam darah
untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles

Obat-obat malaria yang ada dapat dibagi dalam 9 golongan menurut


rumus kimianya :
1. Alkaloid cinchona (kina)
2. 8-aminokuinolin (primakuin)
3. 9-aminoakridin (mepakrin)
4. 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin)
5. Biguanida(proguanil)
6. Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprim
7. Sulfon dan sulfonamide
8. Antibiotic ( tetrasiklin, minosiklin, klindamisin )
9. Kuinilinmetanol dan fenantrenmetanol ( meflokuin )

B. Penggunaan_Obat_Malaria
Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi
beberapa factor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut,
adanya kekebalan parsial manusia, risiko efek toksik, ada tidaknya obat
tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat malaria yang
utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksisi ), pengobatan
kuratif ( terapeutik ), dan pencegahan transmisi.
 Pengobatan pencegahan (profilaksis). Obat diberikan dengan tujuan
mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Semua skizontisida
darah adalah obat profilaksis klinis atau supresif dan ternyata bila
pengobatan diteruskan cukup lama , infeksi malaria dapat lenyap.
 Pengobatan terapeutik (kuratif). Obat digunakan untuk pengobatan
infeksi yang telah ada, penanggulangan serangan akut dan pengobatan
radikal. Pengobatan serangan akut dapat dilakukan dengan skizontosida.
 Pengobatan pencegahan transmisi. Obat yang efektif terhadap gametosit,
sehingga dapat mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi
perkembangan sporogonik pada nyamuk adalah gametositosida atau
sporontosida.

Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara


operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat malaria digunakan oleh
beberapa individu untuk pencegahan infeksi, maka disebut proteksi individu
atau profilaksis individu.Dalam program pemberantasan malaria cara
pengobatan yang terpenting adalah pengobatan presumtif, pengobatan radikal,
dan pengobatan missal. Pengobatan presumtif adalah pengobatan kasus
malaria pada waktu darahnya diambil untuk kemudian dikonfirmasi infeksi
malarianya. Pengobatan radikal dilakukan dentgan tujuan membasmi semua
parasit yang ada dan mencegah timbulnya relaps.
Pengobatan misal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi. Tiap orang
harus mendapat pengobatan secara teratur dengan dosis yang telah
ditentukan.

C. Dosis_obat_malaria
Dosis obat malaria tanpa keterangan khusus berarti bahwa dosis tersebut
diberikan kepada orang dewasa dengan BB kurang lebih 60 kg. Dosis tersebut
dapat disesuaikan BB ( 25 mg/kg BB dosis total).
2.8 Aspek Keperawatan

A. Penatalaksanaan

Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul


maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan
beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat
untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan.

Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena


harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan
penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan
pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria
lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-
amodiaquine, Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan
Dihidroartemisinin-piperquine.

Penatalaksanaan malaria dapat diberikan tergantung dari jenis


plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain salah satunya adalah
Malaria Tropika(Plasmodium Falciparum):

 Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet


dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7
hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

B. Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian

Dasar data pengkajian antara lain :


1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2) Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer
kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis )
karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.
3) Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4) Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan
Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5) Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, koma.
6) Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal.

b) Intervensi Keperawatan (Berdasarkan Masing-Masing Diagnosa)

1) Diagnosa1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sehat ; anorexia;
mual/muntah.

Intervensi

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.


Observasi dan catat masukan makanan klien

Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang


tepat
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.

Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet


murni.

Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain


yang berhubungan

Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi

2) Diagnosa 2 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive.

Intervensi

Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.

Amati adanya menggigil dan diaforosis.

Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan


untuk memperbaiki selama masa terapi.

Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.

Dapatkan spisemen darah.


3) Diagnosa 3 : Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus.

Intervensi

Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.

Pantau suhu lingkungan.

Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Berikan antipiretik.

Berikan selimut pendingin.

4) Diagnosa 4 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan


penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrient dalam tubuh.

Intervensi

Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.

Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat


perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.

Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.

Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas.


Perhatikan dispnea berat.

Berikan cairan parenteral.


5) Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.

Intervensi

Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan

Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi


obat, efek samping dan ketaatan terhadap program.

Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang


tepat dan seimbang.

Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.

Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan


lingkungan.

Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi


medis.

Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malaria tropica adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium falcifarum. Penyakit malaria tropica disebut juga Malaria tertiana
maligna atau malaria falciparum yang merupakan penyakit malaria yang paling
ganas yang menyerang manusia.

Pada Plasmodium Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan


menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang
mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi.
.

3.2 Saran

Dengan mengetahui Malaria tropica jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium falcifarum yang merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menye
rang manusia maka diharapkan pembaca dapat lebih berhati-hati dalam menjaga pola hid
up sehari-hari.

Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan kita tentang penyakit malaria tropica. Kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah kami ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

http://adesafitry.blogspot.com/2013/02/plasmodium-falciparum.html

http://akperku.blogspot.com/2011/10/malaria-tropika-falsifarum.html

http://www.kamuslife.com/2012/05/malaria-tropika-plasmodium-falcifarum.html

Anda mungkin juga menyukai