Leishmaniasis
Epidemiologi
Leishmaniasis, adalah penyakit yang sudah ada sejak lama sekali, yang diberi
nama oleh W.B Leishman setelah menemukan organisme ini dalam pemeriksaan
smears terhadap Lien pasien yang meninggal dalam demam Dumdum tahun 1901.
Penyakit ini merupakan masalah yang penting pada abad ke-21, dengan prevalensi
seluruh dunia sebanyak 12 juta dan dengan insidens setiap tahunya 2 juta kasus, yang
mana 25 persennya menjadi tipe viseral.
Beberapa tipe Leishmaniasis ditemukan terutama di amerika tengah dan
selatan (dunia baru); Laut Tengah, Eropa selatan, Afrika Tengah, Asia tengah dan
selatan (dunia lama). Infeksi ini endemic pada 88 negara, dan 72 dari itu adalah
negara berkembang. Pada negara-negara barat, insiden meningkat akibat coinfeksi
Human Immunodficiency Virus (HIV)- Leishmania dan pariwisata. Selandia baru,
Antartica, dan Kepulauan Pasific bebas dari infeksi Leishmania. Lebih dari 90 persen
kasus cutaneous Leishmaniasis (CL) terjadi di Afganistan, Algeria, Iran, Iraq, Saudi
Arabia, Syria, Brazil, dan Peru. Pada Amerika, kebanyakan kasus CL adalah
pendatang kecuali pada kasus endemic di Texas yang disebabkan oleh Leishmania
Mexicana.
WHO telah mengklasifikasikan Leishmaniasis sebagai penyakit kategori 1
(darurat dan tak terkontrol). Penyebaran geografik terbaru disebabkan oelh migrasi
dari perdesaan-perkotaan dan perkembangan projek agroindustri yang membawa
penduduk kota tanpa imunitas ke area endemic perdesaan. Faktor lain yang
memperberat adalah termasuk bencana alam, pemberhentian penyembrotan malaria
yang mengarah ke peningkatan populasi Agas, Pembangunan, Pemanasan Global,
Perang, dan penebangan hutan.
Lihat Kotak 206-1 untuk berbagai bentuk dari Leishmaniasis dan
singkatannya.
Kotak 206-1
Singkatan yang digunakan untuk beberapa jenis bentuk
Leishmaniasis
CL : Cutaneous Leishmaniasis
CCL : Chronic cutaneous Leishmaniasis
DCL : Diffuse cutaneous Leishmaniasis
MCL : Mucocutaneous Leishmaniasis
VL : Visceral Leishmaniasis
LEISHMANIASIS
Disebabkan oleh Leishmania protozoa dan ditularkan oleh gigitan agas
phlebotomine yang terinfeksi.
4 bentuk mayor penyakit manusia yang ditemukan berinteraksi dengan
Leishmania sp dan penjamu adalah :
Cutaneous Leishmaniasis
Diffuse cutaneous Leishmaniasis
Mucocutaneous Leishmaniasis
Visceral Leishmaniasis
Diagnosis melalui isolasi organism atau kultur, namun identifikasi
spesies hanya mungkin dilakukan dengan analisis isoenzyme dan teknik
molecular.
Penatalaksaan berkisar dari observasi hingga terapi sistemik, terutama
dengan antimonial ; vaksin masih dikembangkan.
Tabel 206-1. Vektor mayor dan penjamu pada cutoaneous Leishmaniasis
Spesies Vektor Penjamu Lokasi geografi
Leishmaniasis utama
PATOGENESIS
Penyakit yang dihasilkan tergantung dari hasil amastigote yang terfagositosis. Pada
akhirnya adalah fungsi dari beberapa faktor hubungan antara parasit dan penjamu,
dan faktor lain yang dapat digunakan untuk perbedaan geografik. Faktor yang
selanjutnya termasuk vasodilator, antikoagulan, imunomodulator yang terdapat pada
saliva agas, dan ukuran inokulum. Secara umum, parasit menganggu dengan
menggunakan jalur sinyal, interseluler kinase,faktor transkripsi, dan ekspresi gen
makrofag, menggunakan kekuatan mereka untuk menghasilkan zat-zat
leishmanicidal. Selain itu, mereka juga merusak aktivasi sek dendritik, migrasi dan
kemampuan untuk menghasilkan sitokin T helper 1.
Temuan klinis
Spektrum klinis termasuk infeksi cryptic, penyakit kulit lokalisata (CL), dan infeksi
yang meluas (DCL, MCL, dan VL)
CUTANEOUS LEISHMANIASIS.
CL merupakan 50-70 persen dari semua kasus, dan ini adalah bentuk teringan dari
penyakit ini. CL dapat disebabkan oleh spesies Leishmaniasis manapun. Kebanyakan
kasus sembuh spontan dalam 1 tahun dan dikarakteristik sebagai CL akut. Bila lebih
dari 1 tahun disebut CL kronik (CCL).
Prosedur Diagnosis
Biopsy Kulit
Diambil dari bagian tepi yang terinfiltrasi, pemeriksaan biopsy kulit dapat terbagi
menjadi 3 bagian untuk pemeriksaan smears, pemeriksaan histology dan kultur
Smears. Beberapa teknik dapat digunakan dan telah sukses sebanyak 50-80%.
Pemeriksaan smears, mudah diperoleh dari aspirasi jarum halus atau menggores
jaringan, kering dan difiksasi dengan metyl alcohol, diwarnai dengan pewarna
Giemsa, dan dilihat dibawah mikroskop dengan minyak peredam untuk hasil yang
lebih baik. Cetakan smears, dibuat dengan menekan secara perlahan biopsy kulit
melawan gelas kaca mikroskop 2-5 kali, dapat menghasilkan sensitivitas yang lebih
baik daripada potongan histology.
Histopatologi. Pada CL dunia baru dan lama, lesi awal memperlihatkan infiltrate sel
inflamasi campuran yang padat dan difus yang terdiri terutama histiosit dan sel
raksasa multinuklear, limfosit, dan sel plasma yang tersebar (kadang dengan materi
immunoglobulin eosinofil homogen intrasitoplasmic yang disebut russel bodies).
Pada papillary dermis (grenz zone) terdapat eosinofil dan neutrofil, dan inflamasi
perineural biasanya jarang. Tanda dari penyakit (diobservasi kira-kira pada 70 kasus)
adalah adanya amastigotes didalam histiosit (disebut badan Leishman-Donovan) dan
pada ekstraseluler (gambar 206-8a). Pewarnaan Giemsa mewarnain parasit secara
non-metacromatik dan kinetoplast nya berwarna merah terang.
Diagnosis banding hsitologi termasuk penyakit dengan karakteristik adanya
parasit dalam makrofag. Ciri-ciri yang membedakan dengan penyakit lain adalah ;
dalam histoplasmosis, adanya lingkaran cahaya yang mengelilingi raginya ; pada
granuloma, mirip pin pengaman yang menyelubungi badan Donovan; dan pada
rhinoscleroderma, sel makulicz. Pertimbangan lainya berupa blastomikosis,
paracoccidioidomycosis, toxoplasmosis, dan trypanosomiasis. Semakin
berkembangnya lesi , amatigotes per bagian berkurang dan pendekatan histology
yang mana pada CCL bentuk histology utamanya adalah dermatitis tuberculoid
granuloma nodular atau difus (lihat gambar 206-8B). Hiperplasia epidermal dan
ulserasi biasanya bervariasi. Jaringan parut yang ditandai dengan kehilangan serat
elastis mungkin dapat ditemukan. Pada DCL, infiltrate difus menyatu dengan
makrofag dan beberapa amatigotes intra dan ekstraseluler adalah tanda yang khas.
Diagnosis banding utama adalah lepromatous leprosy.
Prosedur diagnosis lainnya. Inokulasi laboratorium hewan (xenodiagnosis) berguna
bila jumlah parasit sedikit. Mikroskop electron tidak menunjukan manfaat disbanding
mikroskop cahaya dan penggunaan nya terbatas.
TES LABORATORIUM
Antibodi monoclonal. Antibodi monoclonal yang melawan lansung antigen spesifik
leishmania dapat ditemukan, pada specimen amatigote dan promastigote dalam
smears, biopsy atau kultul dengan sensitivitas dan spesifisitas tingkat tinggi. Antibodi
G2D10 dapat mengenali leishmania sp dengan luas dan merupakan tes skrining cepat
untuk leishmaniasis, namun pemeriksaan ini belum tersedia untuk penggunaan rutin.
Test kulit leishmania. Test kulit leishmania mirip dengan tes tuberculin dengan
mendeteksi paparan terhadap leishmania tanpa membedakan antara infeksi aktif dan
infeksi lampau. Test ini positif pada saat perkembangan kulit yang mengeras dan
negative saat tahap luka.
MUKOCUTANEOUS LEISHMANIASIS.
MCL ditandai oleh penyebaran CL yang kronik dan progresif pada hidung, faring,
mukosa bucal dalam beberapa tahun setelah kesembuhan lesi primer atau lebih
jarang, saat lesi tersebut masih ada. Hal ini sering merupakan komplikasi NW-CL
yang disebabkan oleh L.b.braziliensis dan L.b. panamensis pada amerika tengah dan
selatan. 90 % kasus terjadi dibolivia, brazil, dan peru. Pada dunia lama, lesi mukosa
yang sama disebabkan oleh L. aethopica mungkin terlihat namun memiliki prognosis
yang lebih baik. MCL terjadi akibat dari hasil penyebaran langsung atau penyebaran
melalui hematogen atau limfatik ke saluran pernapasan atas, dan jarang pada mata,
mukosa genital, dan liver. Stuktur tulang biasanya terhindar. Epitaksis, koriza,
hyperemia dan ulserasi serta septum nasi adalah gejala dan tanda yang sering. Bila
tidak diobati, penyakit berkembang menyebabkan perforasi septum nasi yang
menghasilkan kolaps jembatan hidung dan hidung yang tergantung (hidung tapir atau
paruh burung kakaktua) atau ulkus naso-orofaring multiple total atau parsial.
(espundia) (gambar 206-9). Infeksi sekunder, obstruksi faring dan gagal napas adalah
penyebab kematian utama. Diagnosis banding nya termasuk leprosy, gumma sifilis,
tuberculosis, frambosia, infeksi jamur dalam, granulomatosis wegene, nasofaringeal
karsinoma, dan limfoma. Temuan histopatologinya adalah sama pada CL tapi
organism nya jarang sama. Diagnosis nya dikomfirmasi dengan studi kultur dan
serologi. Angka kesembuhan menurun pada penyakit yang berat.
Tatalaksana
Mengingat keragaman klinis leishmaniasis dan kurangnya uji coba terapeutik yang
terkontrol secara memadai, setiap kasus perlu disesuaikan berdasarkan spesies
parasitnya, (tabel 206-2), tingkat penyakit, kekebalan host dan status gizi, adanya
penyakit kambuhan, wilayah geografis, dan biaya dan ketersediaan berbagai opsi
terapeutik. Secara umum, NW-CL lebih berat dan progresif dibandingkan dengan
OW-CL. Sebagai tambahan, NW-CL yang disebabkan oleh L.braziliensis dapat
berkembang menjadi espundia, yang memerlukan terapi sistemik. Sebagai aturanya,
pasien harus terus dipantai sampai lesinya sembuh total. Pemantauan kira-kira 6
bulan dan selanjutnya disesuaikan.
Karena kebanyakan lesi yang disebabakan oleh L.major, dan L.mexicana
sembuh spontan dalam 6 bulan, pendekatan yang diharapkan dapat memberi
kekebalan protektif. Lesi Multiple, persisten, dan progressive, dalam sporotricoid,
dan lesi ddengan infeksi sekunder harus diobati, seperti lesi pada sisi kosmetik dan
fungsional.
Terapi local (tabel 206-3) diberikan pada lesi yang kecil dan tidak meradang
yang tidak beresiko berkembang menjadi MCL. Imiquimod topical tunggal tidak
efektif. Terapi sistemik disarankan pada CL yang terkomplikasi seperti DCL, dan
CCL, MCL, VL, penyakit yang kambuh, atau penyakit yang disertai infeksi penyerta
seperti HIV. Secara umum, OW-CL memerlukan pengobatan yang lebih singkat
dibanding NW-CL. Sodium stibogluconate (pentostam) dan meglumine antimoniate
(glucatime) adalah derivate intimoni dengan konsentrasi antimon yang sedikit
berbeda dan profil kemanjuran dan keamanan yang sebanding. Dengan dugaan
hambatan glikolisis dan oksidasi asam lemak dalam leishmania, mereka merupakan
pengobatan sistemik andalan. VL pada orang india diobati dengan 20mg/kg/hari
secara IM atau IV sekali sehari selama 40 hari versus 28 hari juga peyakitnya muncul
ditempat lain. Resisten antimony adalah masalah substansial di India dan iran. Kasus
resisten dapat terjadi pada kombinasi antimonial dengan allopurinol, paromomycin,
azitromycin, interferon-y, faktor stimulasi kolonigranulosit-makrofag, dan imiquimod
topical. Amphoterisin B, dan formulasi lipidnya, dan paromomysin merupakan
alternative monoterapi lain. Miltefosine oral menjanjikan dalam terapi VL india dan
NW-CL. Terapi sistemik Non-antimonial diringkas dalam tabel 206-4
Tabel 206-2
Pilihan terapi berdasarka spesies leishmania
Tipe Species Pengobatan