Anda di halaman 1dari 24

BAB 206

Leishmaniasis dan Infeksi Protozoa Lainnya


Samer H. Ghosn
Amal K. Kurban

Leishmaniasis
Epidemiologi
Leishmaniasis, adalah penyakit yang sudah ada sejak lama sekali, yang diberi
nama oleh W.B Leishman setelah menemukan organisme ini dalam pemeriksaan
smears terhadap Lien pasien yang meninggal dalam demam Dumdum tahun 1901.
Penyakit ini merupakan masalah yang penting pada abad ke-21, dengan prevalensi
seluruh dunia sebanyak 12 juta dan dengan insidens setiap tahunya 2 juta kasus, yang
mana 25 persennya menjadi tipe viseral.
Beberapa tipe Leishmaniasis ditemukan terutama di amerika tengah dan selatan
(dunia baru); Laut Tengah, Eropa selatan, Afrika Tengah, Asia tengah dan selatan
(dunia lama). Infeksi ini endemic pada 88 negara, dan 72 dari itu adalah negara
berkembang. Pada negara-negara barat, insiden meningkat akibat coinfeksi Human
Immunodficiency Virus (HIV)- Leishmania dan pariwisata. Selandia baru, Antartica,
dan Kepulauan Pasific bebas dari infeksi Leishmania. Lebih dari 90 persen kasus
cutaneous Leishmaniasis (CL) terjadi di Afganistan, Algeria, Iran, Iraq, Saudi Arabia,
Syria, Brazil, dan Peru. Pada Amerika, kebanyakan kasus CL adalah pendatang
kecuali pada kasus endemic di Texas yang disebabkan oleh Leishmania Mexicana.
WHO telah mengklasifikasikan Leishmaniasis sebagai penyakit kategori 1
(darurat dan tak terkontrol). Penyebaran geografik terbaru disebabkan oleh migrasi
dari perdesaan-perkotaan dan perkembangan projek agroindustri yang membawa
penduduk kota tanpa imunitas ke area endemic perdesaan. Faktor lain yang
memperberat adalah termasuk bencana alam, pemberhentian penyemprotan malaria

1
yang mengarah ke peningkatan populasi Agas, Pembangunan, Pemanasan Global,
Perang, dan penebangan hutan.
Lihat Kotak 206-1 untuk berbagai bentuk dari Leishmaniasis dan singkatannya.

Kotak 206-1
Singkatan yang digunakan untuk beberapa jenis bentuk
Leishmaniasis
 CL : Cutaneous Leishmaniasis
 CCL : Chronic cutaneous Leishmaniasis
 DCL : Diffuse cutaneous Leishmaniasis
 MCL : Mucocutaneous Leishmaniasis
 VL : Visceral Leishmaniasis

Etiologi dan Patogenesis


Etiologi dan siklus hidup. Genus Leishmania berisi parasit protozoa dari filum
Sarcomastigophora, orde Kinetoplastida, dan famili Trypanosomatidae. Kira-kira 20
spesies adalah bersifat pathogen bagi manusia dan semuanya ditularkan oleh gigitan
phlebotomine Agas betina yang terinfeksi. Kasus penularan lewat hubungan kelamin,
begitu juga penularan melalui transfuse darah yang terinfeksi atau jarum suntik, telah
dilaporkan ada.
Leishmania adalah parasit dimorfik. Pada usus agas atau dalam kultur, mereka
berada dalam bentuk promastigote (10-20 um, berbentuk gelondong, dan motil
dengan flagel anterior tunggal). Dalam system retikuloendotelial sel penjamu,
Leishmania hadir dalam bentuk amastigote (2-6 um, bulat/oval, tidak motil, dan
dengan nucleus basophilic yang relatif besar, serta kinetoplast ekstra-nuklear DNA
dengan bentuk tongkat yang kecil pada dasar flagella). Makrofag yang terinfeksi
ditelan oleh agas selama menyerap darah dan amastigote-amastigote dilepas kedalam
perut serangga tersebut, yang mana dengan cepat mereka ubah kedalam bentuk
promastigote. Setelah itu bermigrasi ke saluran pencernaan agas dan bermultiplikasi

2
ekstraseluler melalui pembelahan biner dan dalam beberapa hari, mencapai
esophagus dan kelenjar saliva agas tersebut dimana mereka berubah dalam bentuk
metasiklik promastigote yang infektif. Bila kemudian agas yang terinfeksi tersebut
memakan sumber darah segar, belalainya akan menembus kulit, dan menyebabkan
bentuk metasiklik menempel pada makrofag penjamu. Setelah di fagositosis, bentuk
metasiklik berubah menjadi amastigote yang dapat selamat dan bereplikasi melalui
pembelahan biner didalam fagolisosom. Makrofag akhirnya pecah dan melepaskan
amastigote nya yang kembali menginfeksi makrofag lainnya.

LEISHMANIASIS

 Disebabkan oleh Leishmania protozoa dan ditularkan oleh gigitan agas


phlebotomine yang terinfeksi.
 4 bentuk mayor penyakit manusia yang ditemukan berinteraksi dengan
Leishmania sp dan penjamu adalah :
 Cutaneous Leishmaniasis
 Diffuse cutaneous Leishmaniasis
 Mucocutaneous Leishmaniasis
 Visceral Leishmaniasis
 Diagnosis melalui isolasi organism atau kultur, namun identifikasi
spesies hanya mungkin dilakukan dengan analisis isoenzyme dan teknik
molecular.
 Penatalaksaan berkisar dari observasi hingga terapi sistemik, terutama
dengan antimonial ; vaksin masih dikembangkan.

3
Tabel 206-1. Vektor mayor dan penjamu pada cutoaneous Leishmaniasis
Spesies Vektor Penjamu utama Lokasi geografi
Leishmaniasis

CL-dunia L. mayor phlebotomus Gerbil besar Asia tengah


lama Rhombomys
opimus
Tikus gurun Asia barat
psammoys obesus (Jordania, Israel,
palestina, Syria,
Saudi Arabia), dan
afrika utara
(Libya)
Meriones Sp Pakistan India
Hewan Pengerat Sub-sahara afrika
L. tropika Manusia Asia tengah dan
barat
Hyraxes ? Afrika timur
Tidak diketahui Barat Laut tengah
L. aethiopika Hyraxes Afrika timur
(Kenya, sudan,
Ethiopia)
L. infantum Anjing domestik Laut tengah
CL-dunia L. Mexicana Lutzomyia Hewan pengerat Belize dan
baru complex hutan Yukatan di
meksiko, amerika
tengah
Psychodogygus Tikus kayu Texas
( hanya untuk neotoma mikropus
L.b.Brazilensis)
L. braziliensis Hewa pengerat Brazil, Colombia,
complex hutan, Kukang costarica, Guiana,
honduras,
Surinam, panama,
Venezuela, bagian
barat andes, dan
dataran tinggi
argentina.

4
PENJAMU RESERVOIR
Leishmaniasis biasanya penularannya melalui hewan, dan menular ke manusia
dari hewan peliharan atau liar ( terutama penjamu reservoir). (tabel 206-1).
Leishmaniasis visceral (VL) yang disebabkan oleh L.d. Donoviani, dan CL-Dunia
lama (OW-CL) yang disebabkan oleh beberapa strain L.tropica adalah penyakit
antroponotik (manusia adalah penjamu reservoir utama)

SERANGGA PERANTARA (VEKTOR)


Hewan perantara dari Leishmaniasis, agas phlebotomine betina, adalah
dikelompokan dibawah suborder Nematocera dari orde dipteral. Tiga genera (
phlebotomus dari Dunia Lama, dan Lutzomyia dan Psychodopygus di Dunia Baru)
dan kira-kira 70 spesies terlibat sebagai vector. Mereka tersebar secra luas dan
memiliki tempat predileksi pada zona intertropikal dan temperature hangat. Hanya
agas betina yang mengisap darah. Agas Phlebotomine memiliki panjang kurang dari 3
mm dan tidak terbang jauh dari tempat berkembang biak mereka. Aktivitas mereka
biasanya saat senja atau malam hari saat penjamu sedang tidur. Mereka istirahat
selama siang hari dan meletakan telur mereka dalam gelap, lembab, dan tempat yang
kaya bahan organic seperti liang hewan pengerat, sarang burung, dan retakan dinding
rumah. Sebagai hewan eksophilic dan exophagic, mereka lebih suka beristirahat dan
makan di luar rumah, yang membatasi kontrol mereka dengan penyemprotan rumah.

PATOGENESIS
Penyakit yang dihasilkan tergantung dari hasil amastigote yang terfagositosis.
Pada akhirnya adalah fungsi dari beberapa faktor hubungan antara parasit dan
penjamu, dan faktor lain yang dapat digunakan untuk perbedaan geografik. Faktor
yang selanjutnya termasuk vasodilator, antikoagulan, imunomodulator yang terdapat
pada saliva agas, dan ukuran inokulum. Secara umum, parasit menganggu dengan
menggunakan jalur sinyal, interseluler kinase, faktor transkripsi, dan ekspresi gen
makrofag, menggunakan kekuatan mereka untuk menghasilkan zat-zat

5
leishmanicidal. Selain itu, mereka juga merusak aktivasi sel dendritik, migrasi dan
kemampuan untuk menghasilkan sitokin T helper 1.

FAKTOR YANG TERKAIT PARASIT.


Faktor yang terkait parasit termasuk infeksivitas, patogenesitas, virulensi, dan
stimuli jaringan. Lipophosphoglycan dan gp63 adalah 2 faktor virulensi promostigote
penting yang merusak fungsional sel yang terinfeksi. Faktor virulensi amastigote
spesies spesifik termasuk produk gen A2 locus (L.donovan), cysteine protease (L.
Mexicana) dan activated C kinase receptor homolog leishmania (L.major). Secara
umum, spesies viscerotropic menyebar ke system retikuloendotelial, berbeda dengan
spesies dermotropik yang hanya menyebar ke kulit dan kelenjar limfe terdekat.
Beberapa spesies melibatkan mukosa membrane, dan mengarah ke kejadian
Mucocutaneous Leishmaniasis (MCL).
Pembagian tersebut tidaklah mutlak, L.tropika, yang secara klasik dermotropik,
dapat menyebabkan penyakit visceral, dan spesies viserotropik dapat menjadi
dermotropik sebagai konsekuensi dari pengobatan seperti yang terlihat pada post-
kala-azar dermal Leishmaniasis, atau pada kasus coinfeksi HIV.

FAKTOR YANG TERKAIT PENJAMU


Imunitas sel T didapat, efek dari respon berlawanan Th 1 dan Th 2, tentu saja
sangat menentukan gejala dan respon terapeutik dari Leishmaniasis. Respon Th 1
dominan menghasilkan produksi dari interferon-y dan nitric oxide yang mengarah ke
tahap leishmanicidal makrofag dan digunakan untuk infeksi subklinik serta atau CL
yang dapat sembuh sendiri. Respon dominan Th 2 digunakan penyakit progresif
seperi CL difus (DCL). Secara umum, imunitas sel T utuh pada kasus CL dan rusak
pada kasus VL, dan eksuberant pada kasus MCL. Imunitas hormonal tampaknya
hanya memegang sedikit peranan atau tidak dalam menentukan gejala dari infeksi
tersebut. Titer yang tinggi dari immunoglobulin G antileishmanial berhubungan
dengan penyakit visceral yang kronik dan sulit sembuh.

6
Temuan klinis
Spektrum klinis termasuk infeksi cryptic, penyakit kulit lokalisata (CL), dan
infeksi yang meluas (DCL, MCL, dan VL)

CUTANEOUS LEISHMANIASIS.
CL merupakan 50-70 persen dari semua kasus, dan ini adalah bentuk teringan
dari penyakit ini. CL dapat disebabkan oleh spesies Leishmaniasis manapun.
Kebanyakan kasus sembuh spontan dalam 1 tahun dan dikarakteristik sebagai CL
akut. Bila lebih dari 1 tahun disebut CL kronik (CCL).

Leishmaniasis Cutaneous Dunia Lama. OW-CL (dikenal juga sebagai borok


Aleppo, borok Baghdad, bisul Oriental, Leishmaniasis tropica, biskra button, borok
delhi, bouton d’orient, bisul Lahore, rose of Jericho, bisul Kandahar, the little sister)
disebebkan terutama oleh L. mayor, L.tropica, L.ethiopica, dan sedikit oleh L.
Infantum (lihat tabel 206.1). Dua tipe mayor telah ditemukan, yaitu

TIPE BASAH ATAU RURAL


Tipe basah atau rural (perdesaan) secara klasik disebabkan oleh L. major dan
dikarakteristik oleh lesi multiple, masa inkubasi yang singkat (1 minggu-3 bulan),
gejala yang cepat dan ringan, dan berespon baik terhadap terapi. Hewan pengerat
merupakan wadah utama. Setelah gigitan dari agas yang terinfeksi, satu atau beberapa
( sekitar 100) lesi mirip gigitan serangga muncul, seringnya pada daerah tubuh yang
terbuka seperti wajah, lengan dan kaki. Kebanyak dari lesi sembuh dalam 1-2
minggu, dan hanya beberapa yang berlanjut ke CL (gambar 206-1). Lesi yang
terakhir tidak nyeri dan sering sembuh dalam 1 bulan, meninggalkan sikatrik atropi.

TIPE KERING ATAU URBAN


Tipe kering atau urban (perkotaaan) secara klasik disebabkan oleh L.tropica dan
berkarakteristikan masa inkubasi dan gejala yang lama ( 2 kali lipat lebih lama dari

7
tipe basah) dan memiliki respon yang buruk terhadap terapi. Infeksinya lebih
antroponotik dan berpotensi untuk menetap/progresif, kambuh, dan visceral. Ulkus
tunggal yang “kering” pada wajah merupakan kerakteristik khasnya..
Kedua tipe tersebut dapat timbul bersamaan pda pasien yang sama. L aethiopica
dapat menyebabkan penyakit kulit yang sama namun memiliki resiko yang tinggi
untuk berkembang menjadi DCL. L.infatum, agen penyebab dari VL pada anak di
Laut Tengah, dapat menyebabkan penyakit kulit yang sembuh sendirinya. Identifikasi
spesies tidak dapat dilakukan secara klinis dan membutuhkan pemeriksaan
biochemical/molecular.
Spektrum morfologi dari OW-CL sangat luas. Lesi dimulai dengan papul
eritematosa yang membesar dalam beberapa minggu dan membentuk nodul/plak dan
sering mengalami ulserasi dan menjadi berkrusta. (gambar.206-2 – 206-4). Morfologi
noduluseratif “vulcanic” adalah khas dan mengandung ulkus seperti kawah yang
tidak nyeri dengan tepi yang meninggi dan dasar nekrotik dan sering tertutup oleh
krusta yang lengket. (gambar.206-5) Gejala lainnya termasuk lesi berbentuk nodul
“gunung es” dan ekzematoid, berbentuk seperti psoriasis, erysepeloid, berbentuk
seperti zoster, paronichia, berbentuk sperti chancred, annular, plamoplantar, verukosa
dan keloidal. Satelitosis (gambar 206-6), limfadenipati regional, limfadenitis regional,
penyebaran limfatik sporotrikoid, (lihat ganbar 206-6.1 edisi online), nodul limfatik
subkutan, dan hypoesthesia regional dapat terjadi. Lesi matur dapat memanjang dan
berorientasi pada lipatan kulit. Infeksi bakteri sekunder sering terjadi.

A. B.

8
Gambar 206-1. A. Leismaniasis Kulit Akut. Nodul multiple pada tangan yang
disebabkan oleh Leishmania major. B. Lesi nodular multiple berulserasi pada tubuh
disisi gigitan Agas. Perhatikan bahwa nodul yang berulserasi tersebut terlihat sama
dengan gunung berapi dari atas (volcano sign).

Gambar 206-2. Leishmaniasis kulit akut. Nodul eritema berkrusta pada daerah
perioral kanan pada wanita muda Timur Tengah.

Gambar 206-3. Leismaniasis Kulit Akut. Plak tunggal eritematosa berkrusta


pada pipi
Leishmaniasis Cutaneous Dunia Baru. (New World Cutaneous Leishmaniasis)
NW-CL ( dikenal juga sebagai penyakit lembah, Penyakit Andean, Leprosy
putih, ulkus chiclero, uta, pian bois, bisul bay) disebabkan oleh kompleks L.mexicana
dan L.braziliensis (lihat tabel 206-1). Infeksi dengan L.mexicana dan L.b. guyanensis
hanya menyebabkan penyakit kulit yang berbeda dengan infeksi oleh L.b.braziliensis
dan L.b.panamensis, yang mana dapat, dalam 40 persen hingga 80 persen dari kasus
berkembang menjadi MCL. Penyakit kulit murni sangat mirip dengan OW-Cl dan
ulkus yang terisolasi merupakan gejala yang paling sering. Gambaran klinis yang

9
tidak biasa telah dilaporkan. Satu hingga lebih lesi yang disebabkan oleh L.mexicana
sembuh dalam 3 bulan, dan yang disebabkan oleh L.braziliensis menetap lebih lama
dan sering berhubungan dengan limfadenopati. Bagaimanapun, L,Mexicana adalah
organism penyebab dari ulkus chiclero, yaitu sebuah infeksi multiple yang merusak
pinna telinga pekerja hutan di Meksiko dan Amerika tengah. L.flaviscutellata adalah
vector utama. Bentuk cutaneous Andean dari Leishmaniasis (uta) disebabkan oleh
L.braziliensis dan menyerang bagian tubuh terbuka dari anak-anak. Vektor utamanya
adalah L.peruensis. Sebuah bentuk nodular atipikal dar NW-CL disebabkan oleh
L.d.Chagasi, telah dilaporkan dari Honduran dan Nicaragua.

Gambar 206-4. Leismaniasis Kulit Akut. Papul ulseratif eritematosa yang


berkrusta pada kulit kepala.

Gambar 206-5. A dan B. Leismaniasis Kulit Akut. Lesi pada lengan berbentuk
klasik “seperti gunung berapi”.

10
Komplikasi Leishmaniasis Kulit
Komplikasi utama dari CL adalah perkembangan menjadi DCL, CCL,dan MCL
(pada NW-CL). Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS) dan kondisi
imunosupresi lainnya meningkatkan resiko keterlibatan mukokutaneus dan visceral
serta kekambuhan setelah terapi. Komplisi lainnya termasuk sikatrik, kecacatan, dan
stigma social.

Gambar 206-6. Leismaniasis Kulit Akut. Lesi berbentuk gubung berapi yang
besar disertai lesi papul satelit eritematosa yang kecil.

LEISHMANIASIS KULIT KRONIK (CHRONIC CUTANEOUS


LEISHMANIASIS/ LEISHMANIASIS RECIDIVANS)
Secara umum, lesi berkembang dari papul hingga nodul/plak kronik yang lebih
besar dari lesi biasanya dan dapat terjadi beberapa derajat sikatriks, ulserasi, dan
verukosa (gambar 206-7). Diagnosis dapat sulit karena organism hanya telihat dalam
jumlah sedikit pada pemeriksaan histology. Leishmaniasis Recidivans (LR), yang
juga dikenal dengan Leishmaniasis recidiva kutis adalah bentuk yang jarang dari CCL
yang kebanyakan disebebakan oleh L.tropica pada Dunia Lama, dan jarang oleh
L.Braziliensis pada Dunia Baru. Eritematosa, papul bersisik, sering dengan gambaran
“apple jelly” pada batas lesi yang sepenuhnya atau sebagian sembuh. Hal ini dapat
mempersulit vaksinasi dengan strain hidup leishmania dan biasanya terjadi pada
keadaan imunitas sel T hiperaktif dan titer antibody yang rendah. Reaktivasi infeksi

11
yang dorman (setelah sekitar 15 tahun) terjadi pada kebanyakan kasus, namun re
infeksi oleh strain yang berbeda juga dapat terjadi. Leishmaniasis Lupoid memilki
penyebab dan gambaran klini yang sama dengan LR; namun bentuknya bukan lesi
yang berulang.

Gambar 206-7. Leismaniasis Kulit Kronik. Plak verukosa, berskuama, dan


eritema dengan ulcerasi fokal dan berkrusta.

LEISHMANIASIS KULIT DIFUS (DIFFUSE CUTANEOUS


LEISHMANIASIS)
DCL adalah bentuk lesi dari CL yang jarang yang terjadi pada keadaan
defisiensi imunitas seluler. Penyakit ini meniru secara klinik dan histology
lepromatous leprosy dan biasanya disebabkan oleh L.aethopica pada dunia lama, dan
oleh L.m. amazonesis pada dunia baru. Pasien imunosupresi, khususnya dengan
infeksi HIV, dapat berkembang menjadi DCL tanpa hubungan spisies-spesifik.
Nodul non-ulserasi yang tidak khas dan penuh dengan parasit secara bertahap
berkembang setelah lesi CL klasik dengan predileksi pada area terbuka seperti
ekstremitas (lihat gambar 206-7.1 pada edisi online) atau pada wajah, dimana lesi
dapat menyatu menyebabkan wajah seperti singa. Visera biasanya tidak terlibat.
Gejala progresif dan kronik dengan kekambuhan setelah terapi adalah gejala klasik.

12
Diagnosis Leishmaniasis Kulit
Pemberian terapi toksiksitas potensial, diperlukan konfirmasi diagnosis. (kotak
206-2). Walaupun jika hasil pemeriksaan smears, histology dan kultur digabungkan,
pada 10-20% kasus, parasit dapat tidak terdeteksi. Tantangan diagnosis selalu lebih
besar pada penyakit dunia baru, khususnya pada lesi yang lebih dari 6 bulan lamanya.
Pendekatan yang terbaik adalah menggunakan beberapa metode.

Diagnosis banding dari Leishmaniasis Kulit (CL)


CL akut
 Gigitan antropoda
 Infeksi (pioderma, dermatofit(majocchi) granuloma, tuberculosis,
Mikobakterial atipikal dan infeksi jamur dalam.
 Kanker (basal sell/skuamous sel karsinoma, keratoakantoma)
 Lymphoma/pseudolymphoma
 Granuloma benda asing
CL kronik/leishmaniasis recidivans
 Lupus vulgaris
 Sarcoidosis
 Lupus discoid
 Limfoma/pseudolimfoma
 Leprosy
CL difus
 Lepromatous leprosy
 Xanthomas
 Infeksi jamur dalam
 Limfoma

13
Prosedur Diagnosis
Biopsy Kulit
Diambil dari bagian tepi yang terinfiltrasi, pemeriksaan biopsy kulit dapat
terbagi menjadi 3 bagian untuk pemeriksaan smears, pemeriksaan histology dan
kultur

Smears. Beberapa teknik dapat digunakan dan telah sukses sebanyak 50-80%.
Pemeriksaan smears, mudah diperoleh dari aspirasi jarum halus atau menggores
jaringan, kering dan difiksasi dengan metyl alcohol, diwarnai dengan pewarna
Giemsa, dan dilihat dibawah mikroskop dengan minyak peredam untuk hasil yang
lebih baik. Cetakan smears, dibuat dengan menekan secara perlahan biopsy kulit
melawan gelas kaca mikroskop 2-5 kali, dapat menghasilkan sensitivitas yang lebih
baik daripada potongan histology.

Histopatologi. Pada CL dunia baru dan lama, lesi awal memperlihatkan infiltrate sel
inflamasi campuran yang padat dan difus yang terdiri terutama histiosit dan sel
raksasa multinuklear, limfosit, dan sel plasma yang tersebar (kadang dengan materi
immunoglobulin eosinofil homogen intrasitoplasmic yang disebut russel bodies).
Pada papillary dermis (grenz zone) terdapat eosinofil dan neutrofil, dan inflamasi
perineural biasanya jarang. Tanda dari penyakit (diobservasi kira-kira pada 70 kasus)
adalah adanya amastigotes didalam histiosit (disebut badan Leishman-Donovan) dan
pada ekstraseluler (gambar 206-8a). Pewarnaan Giemsa mewarnain parasit secara
non-metacromatik dan kinetoplast nya berwarna merah terang.
Diagnosis banding hsitologi termasuk penyakit dengan karakteristik adanya
parasit dalam makrofag. Ciri-ciri yang membedakan dengan penyakit lain adalah ;
dalam histoplasmosis, adanya lingkaran cahaya yang mengelilingi raginya ; pada
granuloma, mirip pin pengaman yang menyelubungi badan Donovan; dan pada
rhinoscleroderma, sel makulicz. Pertimbangan lainya berupa blastomikosis,
paracoccidioidomycosis, toxoplasmosis, dan trypanosomiasis. Semakin

14
berkembangnya lesi , amatigotes per bagian berkurang dan pendekatan histology
yang mana pada CCL bentuk histology utamanya adalah dermatitis tuberculoid
granuloma nodular atau difus (lihat gambar 206-8B). Hiperplasia epidermal dan
ulserasi biasanya bervariasi. Jaringan parut yang ditandai dengan kehilangan serat
elastis mungkin dapat ditemukan. Pada DCL, infiltrate difus menyatu dengan
makrofag dan beberapa amatigotes intra dan ekstraseluler adalah tanda yang khas.
Diagnosis banding utama adalah lepromatous leprosy.

Gambar 206-8. Pemeriksaan histologi (hematoxylin dan eosin). A. Leismaniasis


Kulit Akut. Infiltrasi lymphohistiocytic berdensitas menengah dengan beberapa
makrofag parasit yang mengandung amastigote (Badan Leishman). B. Leismaniasis
Kulit Kronik. Dermatitis tuberkuloid granulomatosa. Perhatikan adanya sel besar
multinuklear, yang mengelilingi infiltrat lymphohistiocytic, dan tidak adanya parsit.

Prosedur diagnosis lainnya. Inokulasi laboratorium hewan (xenodiagnosis) berguna


bila jumlah parasit sedikit. Mikroskop electron tidak menunjukan manfaat disbanding
mikroskop cahaya dan penggunaan nya terbatas.

TES LABORATORIUM
Antibodi monoclonal. Antibodi monoclonal yang melawan lansung antigen spesifik
leishmania dapat ditemukan, pada specimen amatigote dan promastigote dalam
smears, biopsy atau kultul dengan sensitivitas dan spesifisitas tingkat tinggi. Antibodi
G2D10 dapat mengenali leishmania sp dengan luas dan merupakan tes skrining cepat
untuk leishmaniasis, namun pemeriksaan ini belum tersedia untuk penggunaan rutin.

15
Kultur. Kultur (pada suhu ruangan)mengunakan media bifasik seperti Novy-
Macneal-nicolle merupakan gold standard diagnosis, dengan sensitivitas 50%.
Promastigote biasanya muncul setelah beberapa hari namun beberapa kasus dapat
memakan waktu beberapa minggu. Identifikasi spesies tidak mungkin dilakukan
berdasarkan morphologi mereka.

Analisis Isoenzime. Analisis Isoenzime dapat melakukan identifikasi spesies dan


mengandung enzim elektrophoresis dari kultur promastigotes. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa morfologi promastigote yang sama dari spesies yang berbeda memiliki
enzim profile yang berbeda-beda.

Serologi. Serologi tidak terlalu bermanfaat karena sensitivitasnya yang rendah


(antibody hadir dalam titer rendah) dan spesifitasnya juga rendah (karena reaksi
silang dengan leprosy, malaria, dan infeksi tripanosomal lainnya).

Test kulit leishmania. Test kulit leishmania mirip dengan tes tuberculin dengan
mendeteksi paparan terhadap leishmania tanpa membedakan antara infeksi aktif dan
infeksi lampau. Test ini positif pada saat perkembangan kulit yang mengeras dan
negative saat tahap luka.

Teknik molecular. Teknik molecular menggunakan penyelidikan oligonukleide


spesies-spesifik untuk DNA kinetoplast dan dapat digunakan dalam semua specimen.
Metode PCR sangat berguna dan menawarkan spesifiksitas tinggi dan meningkatkan
sensitivitas dibandingkan secara mikroskopi dan kultur, kususnya pada kasus
organism nya langka. Reaksi positif palsu dan identifikasi spesies pada NW-CL
mungkin merupakan masalah saat ini. Fiksasi dengan specimen etanol disediakan
untuk fiksasi formalin dan specimen beku.

16
Bentuk lain Leishmaniasis
Leishmaniasis cryptic. Infeksi kulit maupun visceral dapat menetap dengan sub
klinis dan manifestasi yang ringan, non-spesifik, dan gejala transien.

MUKOCUTANEOUS LEISHMANIASIS.
MCL ditandai oleh penyebaran CL yang kronik dan progresif pada hidung,
faring, mukosa bucal dalam beberapa tahun setelah kesembuhan lesi primer atau lebih
jarang, saat lesi tersebut masih ada. Hal ini sering merupakan komplikasi NW-CL
yang disebabkan oleh L.b.braziliensis dan L.b. panamensis pada amerika tengah dan
selatan. 90 % kasus terjadi dibolivia, brazil, dan peru. Pada dunia lama, lesi mukosa
yang sama disebabkan oleh L. aethopica mungkin terlihat namun memiliki prognosis
yang lebih baik. MCL terjadi akibat dari hasil penyebaran langsung atau penyebaran
melalui hematogen atau limfatik ke saluran pernapasan atas, dan jarang pada mata,
mukosa genital, dan liver. Stuktur tulang biasanya terhindar. Epitaksis, koriza,
hyperemia dan ulserasi serta septum nasi adalah gejala dan tanda yang sering. Bila
tidak diobati, penyakit berkembang menyebabkan perforasi septum nasi yang
menghasilkan kolaps jembatan hidung dan hidung yang tergantung (hidung tapir atau
paruh burung kakaktua) atau ulkus naso-orofaring multiple total atau parsial.
(espundia) (gambar 206-9). Infeksi sekunder, obstruksi faring dan gagal napas adalah
penyebab kematian utama. Diagnosis banding nya termasuk leprosy, gumma sifilis,
tuberculosis, frambosia, infeksi jamur dalam, granulomatosis wegene, nasofaringeal
karsinoma, dan limfoma. Temuan histopatologinya adalah sama pada CL tapi
organism nya jarang sama. Diagnosis nya dikomfirmasi dengan studi kultur dan
serologi. Angka kesembuhan menurun pada penyakit yang berat.

VISCERAL LEISHMANIASIS. VL (Penyakit sikari, demam burdwan, penyakit


shabib, splenomegali topical, kala-azar, demam kematian, demam Dum-dum)
endemic pada bagian tropical dan subtropical di dunia.

17
Gambar 206-9. Leishmaniasis
mukokutaneus, Amerika selatan. Ulserasi yang
memutilasi dan nyeri disertai dengan kerusakan
sebagian hidung.

Dengan 90% kasus terjadi di Bangladesh, India, Nepal, Dan Sudan. Agen
Penyebabnya adalah L.donovani komplek (l.d.donovani, L.d, Infantum, dan
L.d.archibaldi di dunia lama dan L.d. chagasi di dunia baru). Infeksi L.d. donovani
yang terjadi di india dan sudan, adalah antroponotic (manusia sebagai host reservoir)
dan merupakan endemic tingkat tinggi, dan termasuk phlebotomus argentipes sebagai
vektornya. Infeksi lainnya adalah zoonotic dimana anjing adalah host reservoir
utamanya. L. d. Infantum mempengaruhi anak-anak kurang gizi di China, afrika,
timur tengah, dan negara-negara laut tengah. Pda dunia baru, L.longipalpis adalah
satu-satunya vector agas.
Penyebaran hematogen biasanya mengikuti inokulasi kulit, tetapi infeksi
congenital dapat terjadi. Kebanyakan infeksi tetap subklinis. Masa inkubasi dan
durasi penyakit bervariasi. Tanda cardinal dari VL adalah demam tinggi yang naik
turun, leucopenia, anemia, splenomegali, dan hipergamaglobulinemia. Temuan lain
termasuk emasiasi, “kaki yang terbakar” (neuropati perifer), gangguan
gastrointestinal, epitaksis, trombositopenia, dan limfadenopati. Lesi kulit berkembang
belakangan dalam gejela penyakit dan mengandung plak hiperpigmentasi yang pucat
pada pelipis, sekitar mulut, pada perut,tangan dan kaki pada orang berkulit cerah
:karena itu namanya kala-azar (di india, Penyakit hitam). Temuan lainnya termasuk
depigmentasi kulit dan kuku (pada pasien berwarganegara Kenya), nodul kutaneus
dan ulkus mukosa (pada pasien orang Sudan), trikomegali (tanda Pitalugo), petekie
dan kekuningan.

18
Tanpa pengobatan, angka kematian pada negara berkembang mencapai 100%
dalam 2 tahun, dengan komplikasi utama adalah cachexia dan infeksi sekunder.
Anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan perdarahan mukosa yang berat biasanya
jarang. Identifikasi parasit pada lien (paling sensitive), sumsum tulang belakang,
KGB, darah, liver, nasopfaring dan kulit (bahkan tanpa lesi ) adalah cara diagnosis.

Visceral leishmaniasis dan coinfeksi HIV.


kebanyakan kasus koinfeksi terdapat penggunaan obat intravena sebagai
denominator yang paling sering dan menunjukan tantangan diagnosis dan terapi
karena VL yang berdapingan dengan onset AIDS atau HIV meningkatkan resiko VL.
Masalahnya kebanyakan digambarkan di Spanyol, itali, perancis, dan Portugal.
L.d.infantum adalah agen penyebab utama MCL-,post-kala-azar dermal
leishmaniasis(PKDL;see post-kala-azar dermal leishmaniasis) dan gambaran mirip
DCL dapat terjadi dan lesi kulitnya sangat bervariasi. Dermatofibroma multiple dan
sarcoma Kaposi yang mirip lesi papulonodular dapat terjadi dan harus dibedakan
dengan kolonisasi parasi sarcoma Kaposi. Adanya amatigote pada lokasi atipikal
berhubungan denga tingkat imunosupresi. Leishmania sp lainya yan tidak biasanya
mempengaruhi visceral telah terisolasi.

LEISHMANIASIS DERMAL POST-KALA-AZAR.


PKDL sangat jarang sekali pada dunia baru dan sering muncul di Sudan dann
India. Di india, PKDL adalah menifestasi kulit yang paling sering dari leishmaniasis
(lihat gambar 206-9.1 dann 206-9.2 pada edisi online). Pasien yang terpengaruhi
merupakan reservoir utama pada infeksi tersebut. Lesi tersebut jarang berkembang
pada saat pengobatan VL. Konsentrasi interleukin-10 yang tinggi pada darah pada
pasien VL dipertimbangkan sebagai faktor perkembangan PKDL.

19
VISCEROTROPIK LEISMANIASIS
Disebabkan oleh L.tropika, leishmaniasis viscerotropik telah digambarkan
selama operasi badai gurun veteran amerika. Infeksi visceral bermanisfestasi sebagai
demam, malaise, berbagai temuan hematologi dan hepato-gastrointestinal. Bentuk
klasik dari VL tidak ditemukan dan kulit tidak terlibat. Kultur positif dari aspirasi
sumsum tulang dan respon yang baik terhadap antimonial adalah tanda khas.

LEISHMANID. Leishmanid digunakan untuk menggambarkan reaksi id yang


terdapat erupsi popular dalam keadaan LR

PROGNOSIS DAN PERJALANAN KLINIS


Perjalanan klinis tergantung penyakitnya. Secara umum, imunitas spesies-
spesifik yang hidup lama mengikuti penyembuhan oleh obat dan resolutsi natural.
Imunitas silang-Spesies juga berkembang. Imunitas steril tidak terjadi dan infeksi
jaringan tahap rendah menetap sepertinya bermasalah walaupun setelah terapi yang
adekuat.

TATALAKSANA
Mengingat keragaman klinis leishmaniasis dan kurangnya uji coba terapeutik
yang terkontrol secara memadai, setiap kasus perlu disesuaikan berdasarkan spesies
parasitnya, (tabel 206-2), tingkat penyakit, kekebalan host dan status gizi, adanya
penyakit kambuhan, wilayah geografis, dan biaya dan ketersediaan berbagai opsi
terapeutik. Secara umum, NW-CL lebih berat dan progresif dibandingkan dengan
OW-CL. Sebagai tambahan, NW-CL yang disebabkan oleh L.braziliensis dapat
berkembang menjadi espundia, yang memerlukan terapi sistemik. Sebagai aturanya,
pasien harus terus dipantai sampai lesinya sembuh total. Pemantauan kira-kira 6
bulan dan selanjutnya disesuaikan.
Karena kebanyakan lesi yang disebabakan oleh L.major, dan L.mexicana
sembuh spontan dalam 6 bulan, pendekatan yang diharapkan dapat memberi

20
kekebalan protektif. Lesi Multiple, persisten, dan progressive, dalam sporotricoid,
dan lesi ddengan infeksi sekunder harus diobati, seperti lesi pada sisi kosmetik dan
fungsional.
Terapi local (tabel 206-3) diberikan pada lesi yang kecil dan tidak meradang
yang tidak beresiko berkembang menjadi MCL. Imiquimod topical tunggal tidak
efektif. Terapi sistemik disarankan pada CL yang terkomplikasi seperti DCL, dan
CCL, MCL, VL, penyakit yang kambuh, atau penyakit yang disertai infeksi penyerta
seperti HIV. Secara umum, OW-CL memerlukan pengobatan yang lebih singkat
dibanding NW-CL. Sodium stibogluconate (pentostam) dan meglumine antimoniate
(glucatime) adalah derivate intimoni dengan konsentrasi antimon yang sedikit
berbeda dan profil kemanjuran dan keamanan yang sebanding. Dengan dugaan
hambatan glikolisis dan oksidasi asam lemak dalam leishmania, mereka merupakan
pengobatan sistemik andalan.
VL pada orang india diobati dengan 20mg/kg/hari secara IM atau IV sekali
sehari selama 40 hari versus 28 hari juga peyakitnya muncul ditempat lain. Resisten
antimony adalah masalah substansial di India dan iran. Kasus resisten dapat terjadi
pada kombinasi antimonial dengan allopurinol, paromomycin, azitromycin,
interferon-y, faktor stimulasi kolonigranulosit-makrofag, dan imiquimod topical.
Amphoterisin B, dan formulasi lipidnya, dan paromomysin merupakan alternative
monoterapi lain. Miltefosine oral menjanjikan dalam terapi VL india dan NW-CL.
Terapi sistemik Non-antimonial diringkas dalam tabel 206-4

Pencegahan dan Vaksin


Penting dalam usaha pencegahan adalah promosi dari perlindungan perorangan
dengan menggunakan pakaian protektif, obat nyamuk yang mengandung 30-35%
DEET, kelambu yang diolesi permethrin dan pakaian; dan penghindaran daerah
endemic. Pengetahuan tentang leishmania dan genom agas dan pemahaman yang baik
tentang epidemiologi dari penjamu dan vector penting untuk pencegahan yang efektif.
Menargetkan fokus antropopotik yang berasal dari daerah epidemi mematikan,

21
mencurigai leishmaniasis pada orang dengan lesi kulit dan penyakit demam yang baru
kembali dari daerah endemik, dan donor darah yang setidaknya 1 tahun setelah
mereka kembali merupakan tindakan lain.
Pemeriksaan diagnosis, obat-obatan dan vaksisn yang baru sedang
dikembangkan, walaupun dibatasi oleh prospek financial. “Leishmanisasi” inokulasi
diri sendiri dari parasit yang hidup pada area tertentu ditubuh, telah dipraktekkan di
daerah endemik untuk mencegah kerusakan pada wajah, namun telah ditinggalkan
karena komplikasinya. Vaksin dengan promastigote mati dengan atau tanpa adjuvant
basil Calmette-guerim nampaknya bermanfaaat pada area endemic. Adjuvan seperti
basil Calmette-guerim penting untuk meningkatkan respon th1. Parasit hidup yang
dilemahkan dan vaksin berdasarkan DNA plasma antigen leishmanial menunjukan
efektivitas pada tikus percobaan. Vaksin eksperimen mengandung protein saliva agas
tampaknya hadir menjanjikan.

Tabel 206-2
Pilihan terapi berdasarka spesies leishmania
Tipe Species Pengobatan

OW-CL L.major multiple, progresif atau Observasi : terapi local,


sporotricoid terapi sistemik
L.tropika, L.aethiopica, L.infantum Terapi sistemik
NW-CL L.mexicana complex Observasi:terapi sistemik
NW-MCL L. braziliensis complex Terapi sistemik

22
Tabel 206-3 Tabel 206-4
Terapi Local Untuk Leishmaniasis Terapi sistemik non-
 Eksisi atau ablasi laser antimonial untuk leishmaniasis
 Cryoterapi, emanasan local, atau  Amphoterisin B dan
elektroterapi formulasi lemaknya
 Antimonial intralesi, kombinasi  Paromomycin
dengan cryoterapi  Miltefosine
 Salap paromomycin  Azoles
 Azoles topical  Terbinafine
 Lainnya : formulasi ethanolik  Metronidazole
amfoterisin B, glyceril trinitrate,  Dapsone
sodium clorida hipertonik,  Interferon y
metronidazole intralesi  Pentamidine dan atau
allopurinol
 Trimetoprim-
sulfamethoxazole
 Rifampin
 Nifurtimox
 Quinolones
 Pyrimethamine
 Oral zinc sulfate
 Antiinterleukin-10 (secara
eksperimental mengarah ke
kesembuhan

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Desjeux P: Leishmaniasis: Current situation and new perspectives.


CompImmunol Microbiol Infect Dis 27:305, 2004.
2. Murray HW et al: Advances in Leishmaniasis. Lancet 366:1561, 2005.
3. Couppie Pet al: Comparative study of cutaneous leishmaniasis in HIV-
infected patients and non-HIV-infected patients in French Guiana. Br J
Dermatol 151:1165, 2004.
4. Zijlstra EE rt al: Post-kala-azar dermal leishmaniasis. Lancet infect dis 3:87,
2003.
5. Croft SL., Coombs GH: Leishmaniasis-Current Chemotherapy and recent
advences in the search for nover drugs. Trends Parasitol 19:502, 2003.
6. Sra KK, Sracic K, Trying SK: Treathment of protozoan infections. Dermatol
ther 17:513, 2004.
7. Moore AC, Ryan ET, Waldrom MA: Case records of the Massachusetts
General Hospital. Weekly clinicopathological exercise. Case 20-2002. A 37-
year-old man with fever, hepatosplenomegaly, and a cutaneous foot lession
after a trip to africa. N Engl J Med 346:2069, 2002.
8. La Forgia MP et al: Cutaneous manifestation of reactivation of Chagas
disease in a renal transplant patient: long-term follow-up. Arch Dermatol
139:104, 2003.
9. Magana M et al: Histopathology of cutaneous amebiasis. Am J Dermapathol
26:280, 2004.
10. Pathiel M et al: Disseminated cutaneous acanthamebiasis: A case report and
review of the literature. Cuties 73:241, 2004.
11. Baggett K, Grande K, Hsu S: Tender nodules on the legs of a cardiac
transplant recipient. Arch Dermatol 136:791, 2000.

24

Anda mungkin juga menyukai