PENDAHULUAN
kekebalan tubuh yang menjadi penyebab umum hipertiroid, yaitu sekitar 60-
pada tahun 2011 dan 716 jumlah kasus pada tahun 2012.2
1
genetik akan mengganggu toleransi terhadap self-antigen, sehingga
ada beberapa perubahan respon imun adaptif pada penyakit Graves, yaitu
cytotoxic (Tc) atau T helper (Th). Tc menginfiltrasi kelenjar tiroid dan dapat
memediasi apoptosis dan destruksi dari thyroid follicular cells (TFC) melalui
dengan sel lain, termasuk sel B dan Antigen Presenting Cells (APC) dan
penyakit Graves. Yuan et al (2017) menyatakan bahwa salah satu peran CD4
kelainan kadar atau fungsi dari CD4 yang dihubungkan dengan penyakit
Graves masih terus diteliti. CD4 kemudian akan berdiferensiasi menjadi salah
2
3
regulator (Treg). Th1 dan Th2 akan mensekresikan sitokin yang berbeda yang
autoimun. Kedua tipe sel tersebut akan mempengaruhi respon imun melalui
jalur yang berbeda. Sitokin yang disekresikan melalui jalur Th1, seperti
2), berkontribusi terhadap imunitas seluler untuk melawan virus dan patogen
hipersensitivitas pada kulit. Sitokin yang disekresikan melalui jalur Th2, salah
yang berlebihan pada salah satu jalur akan mengganggu aktivitas jalur yang
anti tiroglobulin.6
isotipe IgG1, IgG3, IgG4 dan IgE. IL-4 menstimulasi jumlah isotipe
derajat beratnya penyakit Graves dan kadar TRAb disamping dapat juga
dengan TSHR pada kelenjar tiroid sehingga terjadi produksi hormon tiroid
dengan respons imun yang terjadi pada penyakit Graves, vitamin D atau 25-
sitokin (IL-4, IL-5, IL-10) yang membantu diferensiasi sel T terhadap Th2.8
dengan pasien sehat. Lebih jauh lagi, kadar 25(OH)D pada pasien perempuan
ini diperkuat oleh studi Yasuda yang menunjukkan kadar 25(OH)D serum
yang rendah secara signifikan pada pasien penyakit Graves yang tidak
penyakit Graves.9
4
5
anti tiroid antibodi secara signifikan menunjukkan kadar 25(OH)D yang lebih
penyakit Graves.
penyakit Graves.
6
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.1 Definisi
ciri khas adanya hipertiroidisme, struma difus dan tiroid antibodi. Antibodi
multifaktorial, ada kerentanan genetik serta interaksi antara faktor endogen dan
pelepasan hormon tiroid, dan sekresi hormon tiroid dari sumber ekstratiroidal.
7
Graves adalah penyakit autoimun yang melibatkan TSI yang berikatan dengan
TSHR pada kelenjar tiroid. Di dunia, penyakit Graves terjadi pada 2 – 2,5%
2.1.2 Epidemiologi
Distribusi penyakit Graves di dunia menurut data yang tersedia terlihat relatif
sama mempengaruhi seluruh negara dan ras. Penyakit Graves 5-10 kali lebih
Graves terjadi pada 0,5% populasi dan muncul 50-80 % sebagai hipertiroid.
Penyakit Graves sering terjadi pada wanita, perokok dan pasien dengan
penyakit autoimun lainnya atau ada riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
tapi bisa mengenai seluruh usia. Faktor genetik berperan dalam 80% kejadian
dilaporkan kasus penyakit Graves ± 1% dari populasi dan 20-27 per 1000
perempuan dan 1,5-2,5 per 1000 laki laki. Pada penelitian Wickham di United
Kingdom (UK) dilaporkan 100-200 kasus per 100.000 populasi per tahun.
8
9
kejadian 0,4% dari populasi. Walaupun dari persentase terlihat kecil tetapi jika
dihitung dari populasi merupakan angka yang cukup besar dan cenderung
faktor endokrin, genetik, dan faktor disfungsi sistem imun memiliki peranan
sedikit dimengerti.11
aktif iodida lewat membran basal ke sel folikel, tahap oksidasi iodida dan
tiroglobulin dan enzim esensial yang disebut dengan TPO. Tahapan proses
biosintesis dan sekresi dari hormon tiroid ini dirangsang oleh TSH.11
sebagian kecil saja berada dalam bentuk bebas. Hormon yang terikat dan
Kadar hormon tiroid dikontrol oleh TSH, yang dihasilkan oleh kelenjar
proksimal. Gejala psikiatri yang muncul bisa mulai dari cemas hingga
10
11
kontrol mekanisme toleransi pada tingkatan yang berbeda (sentral dan perifer)
dan melibatkan subset sel yang berbeda (sel B dan sel T) dan antigen.18
sel B yang menyebabkan produksi antibodi tiroid: TRAb, Anti Tg, dan anti
TPO. Meningkatnya TSHR spesifik sel T di orbita dan kulit, akan merangsang
lemak pada orbita dan penebalan otot ekstraokuler. Sel folikular kelenjar tiroid
mengekspresikan reseptor TSH yang kemudian berikatan pada antibodi TSH
dan dan sinyal non-spesifik. Sinyal Ag-spesifik bersifat eksogen atau endogen,
oleh DC pada sel T. Pada tahap awal, reseptor sel T (TCR) pada permukaan
proses.8,24
dengan MHC peptide dan CD28 dengan CD 80/CD86) akan mengaktifkan sel
12
13
Selain APC yang poten, proses autoimun juga dipicu oleh faktor
lingkungan, diantaranya sel imun yang diproduksi oleh sitokin karena stimulasi
Ag. Sitokin-sitokin tersebut (IL-1β, TNF-α, IL-12, IFN-γ, IFN-α, IL-13) akan
dan molekul kostimulatoris pada APC. Jika tidak ada sitokin inflamasi, sinyal
kostimulatoris akan lemah atau bahkan tidak ada sama sekali, maka presentasi
Penyakit Graves adalah penyakit yang dimediasi oleh Th2, dimana Th2
lebih dominan dari pada Th1 dalam patogenenesis penyakit. Pada Graves
dipengaruhi oleh IL-4 yang merupakan sitokin yang penting dalam respon
utama terhadap Th2 dan mensekresikan IL-4, IL-5, IL-13, aktivasi eosinofil,
penyakit tiroid autoimun. IL-4 disekresikan oleh Th2 dan akan menginduksi
perubahan isotipe IgG1, IgG3, IgG4, dan IgE. IL-4 menstimulasi jumlah isotipe
berikatan dengan TSHR pada kelenjar tiroid sehingga terjadi produksi hormon
tiroid yang berlebihan. Barbesino dan Tomer (2013) menyatakan bahwa TRAb
memiliki peran yang penting dalam manifestasi klinis penyakit Graves. Selain
itu, TRAb juga menjadi pemeriksaan yang akurat untuk mendeteksi penyakit
Graves.6,26
dengan kadar hormon tiroid dan ekspresi klinis dari penyakit tersebut. Semakin
Graves yang semakin berat. Selain dihubungan dengan kadar TRAb, derajat
disebut juga berhubungan dengan kadar TRAb, baik secara langsung maupun
14
15
peningkatan fungsi tiroid dengan adanya gejala klasik dari hipertiroid seperti
penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, tidak tahan suhu panas,
oftalmopati, peningkatan kadar T4 dan T3 dan adanya TRAb atau TSH Binding
Inhibitory Imunoglobulin (TBII). Serum TSH adalah tanda yang sensitif untuk
sekresi hormon tiroid, baik dengan agen kimia yang menghambat sintesis dan
tiroid. Terdapat tiga pilihan terapi yang efektif, yaitu pengobatan antitiroid,
Terapi inisial diberikan hingga tercapai kadar hormon tiroid yang normal.
konversi T4 menjadi T3 dalam jaringan tiroid dan perifer. PTU masih menjadi
salah satu pilihan utama pengobatan antitiroid, terutama pada pasien hamil
16
17
adalah hormon FT4, FT3, dan TSH. Jika kadar hormon FT4 dan FT3 sudah
penderita, terapi radioiodin berhasil pada 96 orang (75%) dan gagal pada 32
orang (25%) penderita penyakit Graves. Penderita yang kadar vitamin D nya
2.2 Vitamin D
dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat
dibutuhkan.32
Vitamin D adalah nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiferol
dalam fraksi sterol dalam jaringan hewan dan tumbuh tumbuhan berturut
vitamin D, namun dengan alasan waktu paruh dan jumlah kadar di dalam
25(OH)D serum.
18
19
pada ragi sterol ergosterol dan ditemukan secara alami pada jamur yang
pada minyak ikan seperti ikan salmon, tuna, dan haring. Vitamin D3 yang
secara alami terdapat di kulit atau diperoleh dari lanolin. Vitamin D2 dan D3
aliran darah vena. Vitamin D yang didapat dari kulit atau makanan akan
makanan.32,33
fortifikasi ke dalam sereal dan susu, selain itu juga terdapat pada minyak ikan
dan kuning telur. Vitamin D dari nabati yaitu dalam bentuk vitamin D2 ,
sedangkan hewani dalam bentuk vitamin D3. Dua bentuk ini memiliki
aktivitas biologis yang sama dan teraktivasi dengan sama baiknya dengan
diabsorbsi oleh usus atau disintesis di kulit akan terikat dengan protein
pengikat vitamin D, yaitu suatu globulin alfa yang disintesis oleh hati.
20
21
juga terdapat pada keratinosit epidermis, akan tetapi produksi keratinosit dari
banyak terdapat pada jaringan. 1,25(OH)D adalah pemicu utama enzim ini,
sebagai suatu keadaan dimana kadar 25(OH)D < 20 ng/ml (50 nmol/liter),
sufisiensi vitamin D yaitu 30-100 ng/ml dan batas aman untuk meminimalisir
22
23
defisiensi.24
tertinggi, dan kadar terendah adalah di Amerika Latin dan Eropa Selatan. Di
dengan penemuan VDR pada sel-sel imun tubuh seperti sel dendritik (DC),
makrofag dan limfosit. Selain itu, sel-sel imun tubuh juga memiliki 1α-
dan fagositik mereka. Monosit dan makrofag dapat merespons pola molekuler
yang berhubungan dengan patogen (PAMP) dari beberapa jenis infeksi serta
cathelicidin HCAP-18.34
respon mereka terhadap PAMP. Mekanisme ini akan hilang setelah 72 jam
24
25
selanjutnya.34
Pada respon imun adaptif, vitamin D mempengaruhi DC, sel T dan sel
B. Sel dendritik, target utama 1,25(OH)2D, adalah APC poten yang mampu
(mDC) dari monosit selama kultur monocyte derived dendritic cell (MDDC)
yang berasal dari DC, yang menghambat produksi IL-12 dan IL-23 (sitokin
primer dalam diferensiasi jalur Th1 dan Th17), meningkatkan pelepasan IL-
Th1 (IFN-γ, IL-2) dan Th17 (IL-17 dan IL21) inflamatorik dan
pada sel Treg dan sitokin proinflamasi menggunakan kultur darah donor yang
menghambat produksi beberapa sitokin seperti IFN-γ, IL-21 dan IL-17. Selain
itu, 1,25(OH)2D menstimulasi ekspresi FoxP3 dan CTLA-4 pada sel Treg
dengan bantuan IL-2. Penambahan IL-2 sendiri dalam media kultur tidak
dalam ekspresi FoxP3 dan CTLA-4 pada sel Treg. Ini menunjukkan bahwa
1,25(OH)2D dan IL-2 memiliki efek sinergis terhadap sel T yang teraktivasi,
26
27
berfungsi sebagai anti-inflamasi yang kuat, dan dapat menstimulasi sel Treg
adaptif fisiologis.36
menggunakan sel T CD4 Mel14 naif dengan plate bound anti CD3 dan anti-
CD28 mAb yang larut dengan ada atau tidak adanya vitamin D3. Sel-sel
Th2 yang sangat terpolarisasi ketika dikultur dengan vitamin D3, sama
menghambat jalur Th1 (produksi IFN) dan meningkatkan jalur Th2 (IL-4, IL-
5 dan IL-10). Ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan efek langsung
tergantung pada diferensiasi dan status aktivasi sel-T. Karena sel T naif
kultur darah donor yang sehat menunjukkan bahwa sel B dapat mengatur
dan makrofag dan juga menghambat aktivasi sel T. Selain itu, IL-10
plasmablast.34
sel Treg dengan meningkatkan sitokin IL-10. Vitamin D juga memiliki efek
langsung terhadap sel T CD4 untuk menggeser respons imun ke jalur Th2 dan
Treg.34
28
29
Gambar 2.6. Peran 1,25(OH)2D pada respons imun bawaan dan adaptif 34
multiple sclerosis (MS), diabetes melitus tipe 1 (DM1), penyakit radang usus
seperti IBD, MS, RA lebih sering terjadi di daerah yang memiliki paparan
dengan kejadian RA, DM1 dan MS. Tidak jelas apakah konsentrasi vitamin D
Indonesia, menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D serum pasien SLE jauh lebih
rendah dibandingkan dengan orang sehat (22,80 ± 16:23 ng/dl vs. 35,15 ±
D dapat memperbaiki beberapa tanda dan gejala penyakit, tetapi belum tentu
30
31
dan IL-10 tetapi meningkatkan IL-6. Selain dari penelitian vitro, Bartels et al
bulan untuk pasien penyakit Crohn. Sebelum dan sesudah pemberian vitamin
ng/ml) sebesar 73,9% pada pria dan 54,1% pada wanita, insufisiensi vitamin
D (kadar vitamin D 20-29 ng/ml) sebesar 26,1% pada pria dan 45,9% pada
wanita.42
penyakit Graves.
antara pasien penyakit Graves wanita mencapai 39,7%, jumlah ini lebih tinggi
rata-rata vitamin D pada subyek penyakit Graves pria dan wanita masing-
32
33
masing adalah 41,3 ± 15,0 dan 31,8 ± 13,3 nmol/l. Nilai ini lebih rendah
25(OH)D adalah 59,4 nmol/l (~23,76 ng/ml). Wanita berusia 20-29 tahun
dengan menghindari paparan sinar matahari dan penggunaan tabir surya; laki-
di luar ruangan.9
lebih rendah daripada kelompok kontrol (14,4 ± 4,9 vs 17,1 ± 4,1 ng/ml, p
tetapi tidak berkaitan dengan fungsi tiroid dan kadar TRAb. Yasuda juga
signifikan lebih rendah daripada pasien dengan remisi penyakit Graves dan
kelompok kontrol (14,5 ± 2,9 vs18,2 ± 5,1 vs 18,6 ± 5,3 ng/ml). Di antara
pasien penyakit Graves, kadar vitamin D tidak berubah karena terapi dengan
ATD.43
Penelitian cross-sectional menunjukkan terdapat hubungan antara
kadar vitamin D dan penyakit Graves, termasuk status remisi, namun, tidak
ada penelitian prospektif besar yang meneliti efek dari status vitamin D pada
awal dan remisi klinis penyakit Graves. Pada penelitian menggunakan hewan,
yang kecil terhadap imunitas yang diinduksi oleh TSHR tetapi hal ini
yang tidak diobati dilaporkan oleh Tani di Jepang, Uji klinis 24 minggu
MMI, sedangkan kelompok kedua menerima dosis MMI yang sama dengan
berbeda antara kedua kelompok. Kadar FT3, FT4, T4 dan T3 menurun secara
signifikan dan menurun lebih cepat pada kelompok kedua, serta terjadi
peningkatan kadar TSH. Kadar TRAb tidak berbeda antara kedua kelompok.
penyakit Graves tetapi mekanismenya masih belum diketahui pada saat itu.
Namun, dalam penelitian eksperimen pada hewan pada tahun yang sama
tentang efek vitamin D pada tirosit, efek menguntungkan dari vitamin D pada
34
35
respons imun adaptif pada penyakit Graves. Harus dilakukan eksplorasi ulang
pada kejadian penyakit Graves, hal ini menguatkan indikasi hubungan antara
mempengaruhi sel imun bawaaan dan sel imun adaptif. Untuk sel imun adaptif,
berdiferensiasi menjadi Th1, Th2, Th17, dan Treg. Treg mengatur keseimbangan
Th1 dan Th2. Pada keadaan defisiensi vitamin D, terjadi penurunan aktivitas Treg,
sehingga mengganggu keseimbangan Th1 dan Th2, Th2 menjadi lebih dominan
36
37
dibanding Th1. Peningkatan kadar IL-4 juga dapat berpengaruh terhadap aktifitas
sel B.
TRAb.
METODE PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
Persiapan
Pengumpulan
Data
Analisis Data
PenulisanHasil
Populasi penelitian ini adalah pasien penyakit Graves yang datang berobat
ke poliklinik rawat jalan RSUP. Dr. M. Djamil Padang dan RS swasta lain di kota
38
39
Padang. Sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eklusi yang diambil secara konsekutif. Terhadap subjek yang potensial dilakukan
(informed consent).
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
n= (Zα + Zβ)2 + 3
{0,5 In [(1+r)/(1-r)]}
Keterangan:
nilai r
orang.
dan TRAb.
4. FT4 adalah kadar free thyroxin didalam serum yang diukur untuk
40
41
6. Krisis tiroid suatu keadaan hipertiroidisme, yang dinilai dengan skor Burch
2. Dicatat data yang ada meliputi nama, umur, dan jenis kelamin.
3. Data diolah dengan menggunakan program SPSS 21.0 dan nilai p <0,05
dianggap bermakna.
4.10 Kerangka Penelitian
42
43
DAFTAR PUSTAKA
44
45
46