Anda di halaman 1dari 37

Case Study

Efusi Pleura Sinistra ec Limfoma Maligna non Hodgkin

Pembimbing:
dr.Iskandar, Sp.A

Disusun oleh:
Linda Levina Dharmawan
11-2016-124

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
PERIODE 7 AGUSTUS -14 OKTOBER 2017
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
SMF KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama Mahasiswa : Linda Levina TandaTangan :


NIM : 11.2016.124
Dokter Pembimbing : dr. Iskandar, Sp.A

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 28 Agustus 2008 Suku Bangsa : Jawa
Umur : 9 tahun Agama : Islam
Pendidikan : 3 SD
Alamat : Kel. Teluk Naga RT 11/11 Lemo, Tangerang.

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. O Nama Ibu : Ny. E


Umur : 50 tahun Umur : 45 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Alamat : Kel. Teluk Naga RT 11/11 Lemo, Tangerang.

Tanggal Masuk RS : 10 Agustus 2017


Tanggal Pemeriksaan : 11 Agustus 2017
Dilakukan di : Ruang Intermediate Ward(IW)
No.RM : 27-34-5
ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis Tanggal: 11 Agustus 2017
Keluhan Utama:
Os datang dengan keluhan sesak nafas 15 hari yang lalu

Keluhan Tambahan:
Os mengeluh terdapat benjolan di leher kiri dan kanan 2 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:


Os datang membawa surat rujukan dari Rumah Sakit Kusta Dr.Sitanala
Tangerang dengan keluhan sesak nafas sejak 15 hari yang lalu. Sesak dirasakan
hilang timbul setiap malam hari dan pagi hari setelah bangun tidur. Os megap-
megap dan sesak semakin memberat semakin hari. Os mengaku mudah lelah dan
sesak saat berjalan. Sesak dirasakan lebih ringan saat os duduk dan posisi tidur ke
sebelah kiri. Os tidak merasa nyeri dada saat sesak dan tidak terdengar ada bunyi
mengi.
Os mengeluh batuk keras sejak 15 hari yang lalu. Batuk kering tidak pernah
ada darah, tidak ada dahak maupun lendir. Os sudah berobat ke puskesmas namun
tidak membaik. Os batuk hilang timbul saat sore sampai malam. Batuk memberat
saat malam hari. Berat badan os terus menurun dari 25 kg menjadi 22 kg namun
nafsu makan tidak menurun. Saat tidur, os tidak mengorok. Os juga disertai pilek
secara hilang timbul. Pilek encer, bewarna bening, dan tidak ada darah. Os
mengeluh sering demam hilang timbul sejak 15 hari yang lalu. Demam membaik
bila mengonsumsi obat penurun panas, namun demam kerap timbul kembali.
Sejak 2 bulan yang lalu, terdapat benjolan di leher kanan sebesar ujung jari.
Namun benjolan semakin membesar dan menyebar ke leher kiri kurang lebih
bulan kemudian. Os tidak merasa nyeri, tidak merasa panas, tidak merasa nyeri saat
menelan dan tidak pernah bersuara serak. Os hanya merasa ada yang mengganjal di
leher kiri dan kanannya. Os tidak pernah mengonsumsi obat-obatan sebelumnya.
Os tidak merasa berdebar-debar, tidak merasa sering kepanasan dan tidak pernah
sering berkeringat.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Os tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Os tidak ada
riwayat TB, riwayat asma, riwayat penyakit jantung, Os juga tidak ada riwayat
demam tinggi deisertai kejang dan tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan. Os tidak ada riwayat trauma maupun riwayat mimisan.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Keluarga os tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat batuk lama,
alergi, kejang, kanker, penyakit jantung dan paru tidak ada pada keluarga.

Riwayat Sosial:
Ibu os mengaku tidak ada yang merokok di dalam keluarga. Keluarga os
menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan baik. Os makan 3 hari sekali dengan
gizi yang cukup setiap harinya. Os mengaku suka jajan makanan ringan saat keluar
bermain diluar rumah. Os aktif bermain dan bersosialisasi di lingkungan rumah dan
sekolah. Os saat ini kelas 3 SD dan prestasi os baik.
Os adalah anak ke-6 dari 6 bersaudara. Os dilahirkan secara spontan dan
cukup bulan dengan berat lahir 3000gram dan panjang badan saat lahir 48 cm. Ibu
os tidak ada riwayat sakit saat kehamilan. Tumbuh kembang os baik dan tidak ada
yang terlambat. Imunisasi lengkap.

Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran


1. Kehamilan
Perawatan antenatal : setiap bulan selama kehamilan

Tempat perawatan : Bidan

Penyakit kehamilan : Tidak ada

2. Kelahiran
Tempat kelahiran : Bidan

Penolong persalinan : bidan

Cara persalinan : spontan pervaginam

Masa gestasi : 37-38 minggu


Keadaan bayi

o Berat badan lahir : 3000 gram

o Panjang badan lahir : 48cm

o Langsung menangis : ya

o Pucat/Biru/Kuning/Kejang :-

o Nilai APGAR : 8/9

o Kelainan bawaan :-

Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : tidak ditanyakan
Psikomotor
- Tengkurap : 3 bulan
- Duduk : 5 bulan
- Berdiri : 11 bulan
- Berbicara : 1 tahun
- Membaca dan menulis : 4 tahun
Perkembangan pubertas
- Rambut pubis : tidak ada
- Perubahan suara : tidak ada
Gangguan perkembangan (jelaskan bila ada)
Mental/emosi : tidak ada
Riwayat Imunisasi

VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)

BCG 0
bln
DPT/DT 2 4 bln 6 bln
bln
POLIO 0 2 bln 4 bln 6 bln
bln
CAMPAK 9
bln
HEPATITIS 0 1 bln 6 bln
B bln

PEMERIKSAAN FISIK
11 Agustus 2017, pukul 12.00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,5C
Frrekuensi Nadi : 122x/mnt
Frekuensi Pernafasan : 32x/mnt
Data Antropometri
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 135 cm
IMT : 12,07 kg/m2
Status Gizi : gizi kurang (-2SD)
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
Normocephal, benjolan(-), turgor dahi baik, nyeri tekan sinus paranasal(-)

Kulit Kepala dan Rambut


Warna kulit sawo matang. Tidak ada luka pada kulit kepala. Warna rambut
hitam. Distribusi merata, tidak mudah rontok, tidak ada alopesia, rambut tidak
kering, tidak ada kutu, tidak ada ketombe.

Mata
Mata tidak cekung, pupil isokor 2 mm, refelek cahaya langsung dan tidak
langsung(+)/(+), konjungitva anemis(-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), edema palpebra(-
)/(-), visus mata kanan kiri normal

Telinga
Normotia. Tidak ada fistula preurikular dan retroaurikular, nyeri tekan
tragus(-),cairan dari telinga kanan dan kiri(-),liang telinga lapang, serumen(-),
gangguan pendengaran(-)

Hidung
Bentuk hidung normal. sekret(+)/(+), darah(-), septum deviasi(-),
pernafasan cuping hidung(+), epistaksis(-)

Mulut
Bibir kering, tidak sianosis, perdarahan gusi(-), lidah simetris, tidak
berselaput, caries dentis(-)

Tenggorokan
Tonsil T1-T1, kripta(-), detritus(-), nyeri menelan(-), faring tidak hiperemis,
massa(-), suara serak(-)
Leher
Terdapat benjolan colli dextra et sinistra 5 cm x 3 cm x 2 cm, teraba keras,
mobile(-)/(-), difus, hiperemis(-), kelenjar tiroid normal, deviasi trakea(-), retraksi
suprasternal(-), nyeri tekan(-)
Dada
Bentuk: kulit sawo matang, lesi kulit(-), hemithorax sinistra
mencembung daripada hemithorax dextra, benjolan(-), retraksi sela iga(+), pectus
excavatum(-), pectus carinatum(-). Jenis pernapasan: abdomino-thorakal.

Paru-paru Anterior Posterior


Inspeksi Kanan Pergerakan dinding Pergerakan dinding
dada normal, tampak dada normal, tampak
retraksi sela iga. retraksi sela iga.
Kiri Pergerakan dinding Pergerakan dinding
dada tertinggal, dada tertinggal,
tampak retraksi sela tampak retraksi sela
iga. iga.

Palpasi Kanan Sela iga tidak melebar, Sela iga tidak melebar,
Benjolan (-), nyeri (-), Benjolan (-), nyeri (-),
fremitus taktil normal fremitus taktil normal
pada lapangan paru pada lapangan paru atas,
atas, tengah, maupun tengah, maupun bawah.
bawah.
Kiri Sela iga melebar, Sela iga melebar,
Benjolan (-), nyeri (-), Benjolan (-), nyeri (-),
vocal fremitus vocal fremitus
menurun pada menurun pada
lapangan paru atas, lapangan paru atas,
tengah, maupun tengah, maupun
bawah. bawah.
Perkusi Kanan Sonor Sonor
Kiri Redup mulai dari Redup mulai dari Th.
sela iga ke-II III linea axilaris
posterior, Th. IV linea
midscapularis, Th. V
linea paravertebralis
Batas Sela iga 5 midclavicularis kanan dengan
Paru-Hati peranjakan hati 2 jari di bawah batas paru hati

Garis Ellis- Positif


Damoisseau
Auskultasi Kanan Suara napas vesikuler, Suara napas vesikuler,
Rhonki (-), wheezing Rhonki (-), wheezing (-)
(-)
Kiri Suara napas Suara napas melemah,
melemah, Rhonki (-), Rhonki (-),wheezing (-),
wheezing (-), pleural pleural friction rub (+)
friction rub (+)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, lesi kulit(-)
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, nyeri tekan(-)
Perkusi : Batas kanan : sulit dinilai
Batas kiri : sulit dinilai
Batas atas : sulit dinilai
Pinggang jantung : sulit dinilai
Batas bawah : sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I>II, murni regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut cembung, warna kulit sawo matang, lesi-),
benjolan(-), pembuluh darah kolateral(-)
Palpasi
Dinding perut : Supel, nyeri tekan(-), benjolan(-), distensi
abdomen(-)
Hati : Tidak teraba membesar, nyeri(-)
Limpa : Tidak teraba membesar, nyeri(-)
Ginjal : Ballottement(-), nyeri ketok CVA(-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, shifting dullnes(-)
Auskultasi : Bising usus(+) normoperistaltic

Alat Kelamin dan Anus


Tidak ada pembengkakan pada sktorum, lesi kulit(-), rambut pubis(-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor baik, CRT<2 detik, sianosis(-), ptechiae(-),
gerak reflek baik, edema(-)

Anggota Gerak
Lengan Kanan Kiri
Luka : Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedem : (-) (-)
Petechie : (-) (-)

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : Tidak ada Tidak ada
Varises : Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedem : (-) (-)
Petechie : (-) (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
10 Agustus 2017, pukul 18:49 WIB
Hematologi I
Hb : 13,6 g/dl (N: 10,8-15,6 g/dl)
Ht : 41% (N: 33-45 vol%)
Leukosit : 9,9 rb/uL (N: 5,0-14,5 ribu/uL)
Trombosit : 431.000/uL (N: 181-521 ribu/uL)
Kimia Darah
Glokosa Sure Step : 86 mg/dl (N: <110 mg/dl)
Elektrolit
Natrium : 148 mmol/L (N: 136-146 mmol/L)
Kalium : 4,2 mmol/L (N: 3,5-5,0 mmol/L)
Chlorida : 109 mmol/L (N: 94-111 mmol/L)
Analisa Gas Darah
pH : 7,42 (N: 7,35-7,45)
pCO2 : 27 mmHg (N: 35-48 mmHg)
pO2 : 78 mmHg (N: 83-108 mmHg)
HCO3 : 17 mmol/L (N: 21-28 mmol/L)
SBC : 20 mmol/L (N: 22,5-26,9 mmol/L)
SBE : -7 mmol/L (N: 1,5-( )3,0)
ABE : -6 (N: -2-(+)3)
sO2 : 96% (N: 95-99 %)
tCO2 : 40% (N: Vol%)
Hasil Foto Thorax PA tanggal 10 Agustus 2017 pukul 23:26:29 WIB

Cor : Besar dan bentuk sulit dinilai. Aorta dan mediastinum


superior tidak melebar
Pulmo : Trakea di garis tengah. Hilus kanan tidak menebal. Tampak
fibroinfiltrat di paru kanan. Tampak perselubungan
homogen dilaterobasal hemithorax kiri yang menutupi sinus
kostofrenukis kiri, diafragma kiri, hilus kiri.
Diafragma dan sinus : Lengkung diafragma kanan dan sinus kostofrenikus kanan
normal
Tulang dan soft tissue : Tulang-tulang kesan intak
Cor : tidak dapat dinilai
Kesan : sesuai dengan gambaran efusi pleura masif sinistra

Ringkasan
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang dengan keluhan sesak napas
sejak 15 hari SMRS. Sesak dirasa memberat semakin hari terutama pada malam
hari dan pagi hari setelah bangun tidur disertai bunyi mengi. Os lebih nyaman
duduk dan berbaring ke sebelah kiri. Sesak nafas disertai batuk keras, dahak(-),
lendir(-), darah(-), demam tinggi(-). Berat badan os sudah menurun 3 kg dalam
waktu 15 hari ini. Nafsu makan baik. Terdapat benjolan sebesar ujung jari di colli
sisnitra yang semakin lama membesar menjadi 5 cm x 2 cm x 3 cm dan menjalar
ke colli dextra. Nyeri tekan(-) dan nyeri menelan(-), demam(-). Os tidak ada riwayat
penyakit sebelumnya. Riwayat penyakit pada keluarga(-). Os lahir di bidan dengan
berat lahir 3000 gram dan panjang badan 48 cm. Imunisasi lengkap(+) dan
gangguan tumbuh kembang(-).
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu:36,5, denyut nadi:
122x/mnt, frekuensi napas: 22x/mnt, berat badan: 22 kg, tinggi badan: 135cm, dan
status gizi: kurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan colli dextra et
sinistra 5 cm x 3 cm x 2 cm, teraba keras, mobile(-)/(-), difus, hiperemis(-).
Pergerakan hemithorax sinistra tertinggal dan retraksi sela iga(+). Vokal fremitus
pada paru sinistra menurun(+). Palpasi nyeri tekan(-). Perkusi redup pada lapang
paru sinistra, suara napas hemithorax sinistra melemah Auskultasi terdengar pleural
friction rub pada hemithorax sinistra. Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan
pemeriksaan hematologi lengkap dan elektrolit dalam batas normal, namun
ditemukan gambaran efusi pleura masif sinistra pdaa foto rontgen thorax PA.

DIAGNOSIS KERJA
1. Efusi Pleura Sinistra
2. Limfadenitis TB
PENATALAKSANAAN
KAEN 1B 500cc/8jam
Cefixime 2x50mg
Salbutamol 2x20mg
Amikasin 2x165mg
Thoracentesis Analisis cairan pleura: makroskopis, protein dan LDH,
glukosa, pH, hitung jenis (leukosit, limfosit, sel mesothelial, eosinofil)
Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB) Analisis jaringan patologis pada
regio colli: makroskopik, mikroskopik, sediaan sitologik, histologik dan
imunohistokimia
Mantoux testTB(+)/(-)
Bila os sewaktu-waktu os sesak, diberikan nebu inhalasi(Ventolin) 3x1
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad malam
PROGRESS NOTE
11 Agustus 2017
S : sesak nafas(+), batuk kering(+), pilek(-), demam(-), muntah(-), mual(-),
mencret(-), BAK(N), nyeri ulu hati (+), alergi(-), kejang(-), lemas(+), os
lebih nyaman duduk dan tidur selalu kearah kiri. Nafsu makan baik,
O : TTV : T: 36,5 oC, HR: 90 x/mnt, RR: 28 x/mnt, BB: 22 kg
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 11 Agustus 2017 pukul
15:00 WIB
LED(westergreen) : 5 mm/jam (N: <10 mm/jam)
Hb : 13,1 g/dl (N: 10,8-15,6 g/dl)
Ht : 40 % (N: 33-45 vol%)
Eritrosit : 5,07 jt/ml (N: 3,8-5,8 juta/ul)
Leukosit : 13,2 rb/ul (N: 5,0-14,5 ribu/ul)
Trombosit : 467.000/ul (N: 181-521 ribu/ul)
MCV : 79 fl (N: 82-92 fl)
MCH : 26 pg (N: 27-31 pg)
MCHC : 33 % (N: 32-37 %)
A : Efusi pleura massif sinistra ec?
Suspek Limfadenitis TB
P : - Mantoux test baca tanggal 13 Agustus 2017
- Anjuran Thoracentesis tanggal 12 Agustus 2017
- KAEN 1B 700cc/hari
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv

12 Agustus 2107
S : sesak nafas memberat(+), batuk kering(+), pilek(-), demam(-), muntah(-),
mual(-), mencret(-), BAK(N), nyeri ulu hati(+), lemas(+), os masih lebih
nyaman duduk dan tidur selalu kearah kiri. Nafsu makan baik
O : TTV : T: 36,3 oC, HR: 100 x/mnt, RR: 34 x/mnt, BB: 22 kg
A : Efusi pleura massif sinistra ec?
Suspek limfadenitis TB
P : - Dilakukan punksi pleura oleh dr. sebanyak 300cc pukul 14.00
- KAEN 1B 700cc/hari
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv

13 Agustus 2017
S : sesak nafas berkurang, batuk kering(+), pilek(-), demam(-), muntah(-),
mual(-), mencret(-), BAK(N), lemas(+),os masih lebih nyaman duduk dan
tidur selalu kearah kiri. Nafsu makan os masih baik
O : TTV : T: 36,6 oC, HR: 96x/mnt, RR: 24x/mnt, BB: 22 kg
Mantoux test : (-)
A : Efusi pleura sinistra ec?
Suspek Limfadenitis TB
P : - Diet lunak 1600 cal dengan 48 gr protein
- KAEN 1B 700cc/hari
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv

14 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk berkurang, pilek(-), demam(-), muntah(-), mual(-),
mencret(-), BAK(N), nyeri ulu hati(+), lemas(+), os masih lebih nyaman
duduk dan tidur selalu kearah kiri.
O : TTV : T: 36,6 oC, HR: 96x/mnt, RR: 28x/mnt, BB: 22 kg
Hasil analisa cairan pleura tanggal 12 Agustus 2017
Makroskopik
Warna : kuning (N: tidak berwarna)
Kejernihan : agak keruh (N: jernih)
Bekuan : positif (N: negatif)
Rivalta : positif (N: negatif)
Mikroskopik
Jumlah sel : 514 (N: Transudat <1000/ul
Eksudat>1000/uL)
Hitung jenis :
Polimorfonuklear (PMN) : 1%
Mononuklear (MN) : 99%
LDH cairan : 388 U/L (N: Transudat <60%,
Aktivitas LDH serum.
Eksudat >60% Aktivitas
LDH serum)
LDH serum : 548 U/L
BTA : Negatif
Gram : Tidak ditemukan kuman
A : Efusi pleura sinistra ec?
Suspek Limfadenitis TB
P : - KAEN 1B 700cc/hari
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv

15 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk(-), pilek(-), demam(-), muntah(-), mual(-), mencret(-
), BAK(N), lemas(+), nyeri ulu hati(+), os masih lebih nyaman duduk dan
tidur selalu kearah kiri.
O : TTV : T: 36,6 oC, HR: 96x/mnt, RR: 26x/mnt, BB: 22 kg
A : Efusi pleura sinistra ec?
Suspek limfadenitis TB
P : - Dilakukan Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB)
- KAEN 1B 700cc/hari
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv
16 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk kering (+), nyeri post FNAB(+), pilek(-), demam(-
), muntah(-), mual(-), mencret(-), BAK(N), nyeri ulu hati(-), lemas(+), os
masih lebih nyaman duduk dan tidur selalu kearah kiri.
O : TTV : T: 37,1 oC, HR: 90x/mnt, RR: 30x/mnt, BB: 22 kg
Hasil foto Rontgen Thorax AP Lateral tanggal 16 Agustus 2017
13:08:35 WIB
Cor : Besar dan bentuk sulit dinilai. Aorta dan
mediastinum superior tidak melebar.
Mediastinum/jantung deviasi ke kanan.
Pulmo : Trakea di garis tengah. Hilus kanan tidak menebal.
Tampak fibroinfiltrat di paru kanan. Tampak
perselubungan homogen dilaterobasal hemithorax
kiri yang menutupi sinus kostofrenikus kiri,
diafragma kiri, hilus kiri.
Diafragma dan sinus : Sinus/diafragma kiri terselubung
Tulang dan soft tissue : Tulang-tulang tidak tampak kelainan
Cor : tidak dapat dinilai
Kesan :sesuai dengan gambaran perselubungan
hemithorax kiri bertambah.
A : Efusi pleura sinistra ec?
Suspek limfadenitis TB
P : - KAEN 1B 700cc/hari
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv

18 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk kering memberat(+), pilek(-), demam(-), muntah(-),
mual(-), mencret(-), BAK(N), nyeri ulu hati (-), lemas(+), os masih lebih
nyaman duduk dan tidur selalu kearah kiri. Nafsu makan menurun. Os
dilakukan thoracentesis ke dua kalinya tanggal 17 Agustus 2017 sebanyak
400 cc
O : TTV : T: 37,5 oC, HR: 90x/mnt, RR: 28x/mnt, BB: 22 kg
Hasil Analisis Cairan Pleura tanggal 17 Agustus 2017 sebanyak 400cc
Warna : kuning (N:tidak berwarna)
Kejernihan : agak keruh (N: Jernih)
Bekuan : Positif (+) (N: Negatif)
Rivalta : Positif (+) (N: Negatif)
Mikroskopik
Jumlah sel : 562 (N:Transudat<1000/ul,
Eksudat>1000/uL)
Hitung jenis:
Polimorfonuklear (PMN) :2%
Mononuklear (MN) : 98 %
Kimia
Protein cairan : 3,7 mg/dl (N: Transudat: <50% kadar
protein serum. Eksudat:
>50% kadar protein
serum)
Protein serum : 6,7 mg/dl

Glukosa cairan : 102 mg/dl (N: Transudat: equivalen


kadar glukosa serum.
Eksudat: < kadar glukosa
serum)
Glukosa serum : 131 mg/dl
LDH cairan : 354 U/L (N: Transudat <60%,
Aktivitas LDH serum.
Eksudat >60% Aktivitas
LDH serum)
LDH serum : 610 U/L
BTA : Negatif
Gram : Tidak ditemukan kuman
Pemeriksaan Imunologi/serologi tanggal 17 Agustus 2017 pukul 12:15
WIB
Anti HIV 1-2 (Elisa) : Non reaktif (N: non reaktif)
A : Efusi Pleura ec?
Suspek Limfadenitis TB

P : - Anjuran pemeriksaan kultur darah


- KAEN 1B 700cc/hari
- INH 1 x 75 mg
- Rifampisin 1 x 225 mg
- Pirazinamid 2 x 200 mg
- Prednison 5 mg
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv

19 Agustus 2017
S : sesak nafas memberat (+), batuk kering (+), pilek(-), demam(-), muntah(-
), mual(-), mencret(-), BAK(N), lemas(+), nyeri perut kanan (+), os masih
lebih nyaman duduk dan tidur selalu kearah kiri. Nafsu makan baik. Os
dilakukan thoracentesis ke 3 sebanyak 200 cc.
O : TTV : T: 37,3 oC, HR: 100x/mnt, RR: 34x/mnt, BB: 22 kg
Hasil Laboratorium Patologi Anatomi/Sitologi dari Fine Needle
Aspiration Biopsy(FNAB) tanggal 15 Agustus 2017
Makroskopik : Terima 5 slides sediaan aspirasi jarum halus
(FNAB) sudah terfiksasi alkohol 96%
Mikroskopik : Sediaan sitologik aspirasi jarum halus
benjolan di leher kanan dan kiri terdiri atas sel limfoid yang
monoton dengan sel berinti besar, hiperkromatik dan sekat fibrotic
dan sel bentuk seperti spindle diantaranya.
Kesan :Sitologik mengesankan limfoma malignum
non Hodgkin. Konfirmasi biopsy eksisi/pemeriksaan
immunohistokimia dari sediaan sitologik.
A : Limfoma Maligna non Hodgkin
P : - KAEN 1B 700cc/hari
- INH 1 x 75 mg
- Rifampisin 1 x 225 mg
- Pirazinamid 2 x 200 mg
- Prednison 5 mg
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv
- Rujuk ke spesialis onkologi untuk dilakukan pemeriksaan histologic dan
terapi lebih lanjut

20 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk kering (+), pilek(-), demam(-), muntah(-), mual(+),
mencret(-), BAK(N), lemas(+), nyeri perut kanan (+), os sudah nyaman
tidur terlentang. Nafsu makan baik.
O : TTV : T: 37,0 oC, HR: 94x/mnt, RR: 28x/mnt, BB: 22 kg
Hasil pemeriksaan Laboratorium Hematologi tanggal 20 Agustus
2017 pukul 10:11 WIB
Hemoglobin : 12,6 g/dl (N: 10,7-14,7 g/dl)
Hematokrit : 40 % (N: 31-43 Vol %)
Leukosit : 11,5 ribu/uL (N: 5,0-14,5 ribu/uL)
Trombosit : 361 ribu/uL (N: 181-521 ribu/uL)
Hasil Foto Rontgen Thorax AP tanggal 20 Agustus 2017 pukul
17:07:58 WIB

Cor : konfigurasi terdorong ke kanan


Pulmo :Tampak infiltrat dengan konsolidasi di
parakardial kanan. Tidak tampak aerasi paru
kiri. Corakan bronkovaskular paru kanan
prominen. Hilus normal dan pelura efusi kiri
kanan.
Diafragma dan sinus : Sinus dan diafragma kiri tidak jelas, sinus
kanan tumpul
Tulang dan soft tissue : Tulang-tulang tidak tampak kelainan
Cor : tidak dapat dinilai
Kesan : Dibandingkan foto tanggal 16 Agustus
2017, saat ini tampak efusi pleura kiri dan
kanan serta infiltrate di paru kanan, tidak
tampak aerasi paru kiri: stqa
A : Efusi pleura sinistra ec Limfoma Maligna non Hodgkin
P : - Dilakukan thoracentesis ke 4 kalinya sebanyak 300cc
- KAEN 1B 700cc/hari
- INH 1 x 75 mg
- Rifampisin 1 x 225 mg
- Pirazinamid 2 x 200 mg
- Prednison 5 mg
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv
- Rujuk ke spesialis onkologi untuk dilakukan pemeriksaan histologic dan
terapi lebih lanjut

21 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk kering (+), pilek(-), demam(-), muntah(-), mual(+),
mencret(-), BAK(N), lemas(+), nyeri perut kanan (+), os sudah nyaman
tidur terlentang. Nafsu makan baik.
O : TTV : T: 36,8 oC, HR: 90x/mnt, RR: 28x/mnt, BB: 22 kg
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 Agustus 2017 pukul
16:30 WIB
Ureum: 19 mg/dl (N: 15-50 mg/dl)
Kreatinin: 0,4 mg/dl (N: <1,4 mg/dl)
Hasil Pemeriksaan Kultur MO + Resistensi
Bahan pemeriksaan : darah
Mikro organisme : tidak ada pertumbuhan
A : Efusi pleura sinistra ec Limfoma Maligna non Hodgkin
P : - KAEN 1B 700cc/hari
- INH 1 x 75 mg
- Rifampisin 1 x 225 mg
- Pirazinamid 2 x 200 mg
- Prednison 5 mg
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv
- Rujuk ke spesialis onkologi untuk dilakukan pemeriksaan histologic dan
terapi lebih lanjut

22 Agustus 2017
S : sesak nafas (+), batuk kering (+), pilek(-), demam(-), muntah(-), mual(+),
mencret(-), BAK(N), lemas(+), nyeri perut kanan (+), os sudah nyaman
tidur terlentang. Nafsu makan baik.
O : TTV : T: 37,0 oC, HR: 88x/mnt, RR: 26x/mnt, BB: 22 kg
Hasil Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi tanggal 22 Agustus 2017
Eritrosit : normositik normokrom
Leukosit : meningkat
o Basofil : 0%
o Eosinofil : 0%
o Batang : 0%
o Segmen : 68%
o Limfosit : 24%
o Monosit : 8%
Trombosit : jumlah trombosit normal dan morfologi normal.
Kesimpulan : Leukositosis
A : Efusi pleura ec Limfoma Maligna non Hodgkin
P : - KAEN 1B 700cc/hari
- INH 1 x 75 mg
- Rifampisin 1 x 225 mg
- Pirazinamid 2 x 200 mg
- Prednison 5 mg
- Ceftriaxone 2x800mg
- Amikasin 2x175mg
- Ranitidin 2x25mg iv
- Rujuk ke spesialis onkologi untuk dilakukan pemeriksaan histologic dan
terapi lebih lanjut
23 Agustus 2017 os dirujuk ke RS.Harapan Kita, Jakarta Barat di bagian onkologi
untuk dirawat dan di tatalaksana lebih lanjut serta akan dilanjutkan pemeriksaan
sitologi dan histologik dari hasil Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB) dan dapat
dilakukan pleurodesis atau indwelling tunneled catheters untuk menangani efusi
pleura yang rekuren.
ANALISA KASUS

Efusi pleura adalah akumulasi abnormal cairan dalam rongga pleura, yang
merupakan ruang potensial antara parietal (rongga dada) pleura dan visceral (paru-
paru) pleura. Secara umum efusi pleura berdasarkan mekanisme pembentukan
cairan dan karakteristik dari cairan pleura, diklasifikasikan menjadi transudat atau
eksudat. Transudat disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara tekanan
onkotik dan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari adanya inflamasi pada
pleura atau penurunan dari drainase limfatik.1

Berdasakan hasil penelitan sebagian besar populasi anak dengan efusi


pleura disebabkan oleh pneumonia diikuti malignansi, kelainan ginjal, trauma, dan
gagal jantung. Efusi pleura karena infeksi paling sering disebabkan oleh bakteri
yang dapat menimbulkan komplikasi serius seperti empyema. Bakteri yang paling
sering menyebabkan efusi pleura adalah streptococcus pneumoniae. Gambaran
klinis efusi pleura bergantung pada penyakit yang mendasarinya, ukuran dan lokasi
efusi. Manifestasi efusi pleura yang paling umum akibat tuberkulosis meliputi
batuk, nyeri dada, dyspnea, keringat malam, demam, hemoptisis, dan penurunan
berat badan. Pada keganasan, beberapa pasien mungkin asimtomatik yang terlihat
hanya batuk dan demam, namun pada stadium yang lebih tinggi, gangguan
pernapasan dapat diamati.1,2
Pemeriksaan fisik ditemukan perkusi redup pada lapang paru dengan
efusi, suara napas yang berkurang atau tidak ada, auskultasi pleural friction rub, dan
egophony. Pleural friction rub merupakan satu-satunya manifestasi awal pada tahap
awal efusi pleura. Akumulasi cairan unilateral yang berlebihan akan mendorong
mediastinum dan deviasi trakea dan apeks jantung ke sisi kontralateral.2
Pada pasien ditemukan sesak napas sejak 15 hari SMRS. Sesak dirasakan
hilang timbul setiap malam hari dan pagi hari setelah bangun tidur. Os megap-
megap dan sesak semakin memberat semakin hari. Sesak dirasakan lebih ringan
saat os duduk dan posisi tidur ke sebelah kiri. Os juga mengeluh batuk keras sejak
15 hari yang lalu. Batuk kering tidak pernah ada darah, tidak ada dahak maupun
lendir. Batuk memberat saat malam hari. Berat badan os terus menurun dari 25 kg
menjadi 22 kg namun nafsu makan tidak menurun.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pergerakan dada tidak simetris dimana
hemithorax sinistra lebih cembung daripada hemithorax dextra disertai retraksi sela
iga. Pergerakan dinding dada kiri juga tertinggal. Pada palpasi, tidak ada nyeri
tekan, benjolan maupun lesi, namun ditemukan vocal fremitus melemah pada
hemithorax sinistra. Pada perkusi hemithorax sinistra redup mulai dari sela iga ke
2, dan perkusi sonor pada hemithorax dextra. Pada auskultasi terdengar suara napas
hemithorax sinistra melemah dan pelural friction rub pada hemithorax sinistra.
Hasil pemeriksaan ini sesuai dengan gejala klinis efusi pleura. Etiologi efusi pleura
belum dapat diketahui sebelum dilakukan thoracentesis untuk analisa cairan pleura.
Kemudian dilakukan thoracentesis pertama pada tanggal 12 Agustus 2017, dan
didapatkan hasil analisa cairan pleura pada tanggal 14 Agustus 2017, cairan pleura
bewarna kuning, uji Rivalta (+), dan Mononuklear(MN) 99%, LDH cairan : 388
U/L. Hasil ini mengarah ke cairan eksudat. Berbeda dengan transudat, cairan
eksudat pada efusi pleura terjadi terutama sebagai akibat dari peradangan pada
pleura atau paru-paru, gangguan drainase limfatik pada ruang pleura, gerakan
transdiaphragmatik cairan inflamasi dari ruang peritoneal, permeabilitas
permukaan membran pleura yang berubah, dan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler atau gangguan vaskular. Efusi dapat diklasifikasikan sebagai eksudat jika
salah satu dari tiga kriteria berikut 4:

Rasio protein serum lebih dari 0,5 %


Laktat Dehidrogenase (LDH) rasio lebih dari 0,6,%, atau
Konsentrasi LDH cairan pleura lebih dari 66% dari batas atas normal

Tabel 1. Karakteristik Efusi Eksudat dan Transudat. Pleural efusion in pediatric


population4

Maka pada kasus ini dapat di curigai efusi pleura karena infeksi dari kuman
TBC yaitu Mycobacterium tuberkulosa. Gejala umum pada TB anak5:
1. Demam lama (> 2minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jeals yang
dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumya tidak tinggi.
2. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi yang adekuat
3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh
4. Lesu dan malsise
5. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare

Pada kasus ini, pasien mengalami batuk 15 hari, penurunan berat badan
serta nafsu makan baik, demam hilang timbul selama 15 hari. Hal ini sesuai dengan
klinis TB anak. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam
jumlah kasus baru TB, setelah Indiadan China. Sebanyak 10% dari seluruh kasus
terjadi pada anak berusia <15 tahun.5 Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain
adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB
positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (hygiene dan
sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau
panti perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.5 Pada kasus
ini, tidak ada kontak TB pada keluarga pasien, namun diakui pasien sering bermain
bersama teman sekolahnya dan jajan sembarangan, dapat dicurigai sumber dari
bakteri TB.

Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan


pemeriksaan penunjang seperti uji tuberculin (mantoux test), foto thoraks, dan
pemeriksaan laboratorium.5 Namun, pada pasien ini sudah dilakukan mantoux test
dan hasilnya adalah negative. Hasil mantoux test negative belum tentu tidak
terdiagnosa TB karena pada mantoux test sering terjadi negative palsu. Negatif
palsu dapat disebabkan oleh:

Masa inkubasi
Penyimpanan tidak baik dan penyuntikan salah
Interpretasi tidak benar
Menderita tuberculosis luas dan berat
Demam
Leukositosis
Malnutrisi
Imunokompeten

Pada saat pasien dilakukan mantoux test pada tanggal 11 Agustus 2017,
tercantum hasil pemeriksaan laboratorium dengan leukosit 13,2rb/ul dimana tidak
leukositosis, Pada pasien juga sudah dilakukan foto thorax namun tidak
memperlihatkan infiltrat yang jelas, dapat dicurigai infiltrat tertutup oleh cairan
efusi. Dalam menegakkan diagnosis TB anak, dapat menggunakan pendekatan lain
yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem skoring ini membantu agar tidak
terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang
sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis
maupun overdiagnosis TB. Penilaian/pembobotan pada sistem skoring dengan

ketentuan sebagai berikut3,5:

Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular

mempunyai nilai tertinggi yaitu 3.

Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan

diagnosis TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring.

Pasien dengan jumlah skor 6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan


mendapat OAT.

Setelah dinyatakan sebagai pasien TB anak dan diberikan pengobatan OAT


(Obat Anti Tuberkulosis) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara
cermat terhadap respon klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan
baik, maka OAT dapat dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis
tidak baik maka sebaiknya pasien segera dirujuk ke fasilitas pelayananan kesehatan
rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.5
Gambar 1. Sistem Skoring(Scoring System) Gejala dan Pemeriksaan TB di Fasyankes. 5

Dari sistem skoring TB dapat di hitung dari hasil anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil dibawah 6. Pada pasien ini,
respon baik terhadap pemberian OAT yang dimulai pada tanggal 18 Agustus 2017.
Batuk keras pada pasien semakin berkurang. Pada pasien ini dilakukan pengecekan
anti HIV 1-2 (elisa) pada tanggal 17 Agutus 2017 dengan hasil non reaktif.
Pemeriksaan HIV juga direkomendasikan pada semua anak suspek TB pada daerah
endemis HIV atau risiko tinggi terinfeksi HIV. Penderita HIV memiliki kekebalan
tubuh yang rendah sehingga bakteri patogen seperti Mycobacterium tuberculosis
mudah masuk ke tubuh. 5
Selain dari gejala umum pada TB anak, terdapat manifestasi spesifik pada
organ, salah satunya adalah kelenjar limfe. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis
adalah manisfestasi spesifik TB yang paling sering dijumpai. Secara klinis,
karakteristik kelenjar yang dijumpai biasanya multiple, unilateral, tidak nyeri tekan,
tidak hangat pada perabaan, mudah digerakkan, dan dapat saling mendekat(
confluence) satu sama lain.

Infe-
ksi Keganasan
Infeksi respiratorik
berulang Primer
Demam tifoid Penyakit Hodgkin
Limfoma Non
Tuberkulosis Hodgkin
Kelainan
AIDS Histiositik
Penyakit
Mononukleosis Autoimun
CMV Rheumatoid arthritis
Rubella Lupus eritematosus
Varisella Dermatomiositis
Rubeola
Histoplasmosis Reaksi obat
Toksoplasmosis
dan lain-lain Lain-lain
Sarkoid
osis
Gangguan Penyimpanan
Lemak Serum sickness
Penyakit Gaucher
Penyakit Niemann-
Pick

Tabel 2. Diagnosa Banding Pembesaran Kelenjar Limfe Superfisialis5

Dari tabel diatas, dapat dikaitkan dengan kasus ini yaitu ditemukan benjolan
seukuran 5 cm x 2 cm x 3 cm pada regio colli dextra dan sinistra teraba keras,
mobile(-)/(-), difus, hiperemis(-), nyeri tekan(-). Ciri-ciri benjolan pada kasus tidak
sesuai dengan ciri-ciri pembesaran kelenjar limfe akibat infeksi Mycobacterium
tuberculosa, maka dapat dicurigai efusi pleura dengan cairan eksudat akibat dari
gangguan drainase limfatik pada ruang pleura. Kelenjar getah bening yang keras
dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit
granulomatosa.

Limfoma atau keganasan jaringan limfoid adalah keganasan tersering ketiga


pada anak, setelah leukemia dan tumor susunan saraf pusat. Limfoma terdiri dari
dua jenis utama: Penyakit Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin(LNH). Etiologi
belum diketahui namun dalam banyak kasus terbukti bahwa virus Epstein barr
memegang peran kausatif pada kedua kondisi tersebut. Hampir semua kasus anak
dengan LNH bersifat difus, sangat ganas dan menunjukan sedikit diferensiasi.6

Benjolan berukuran 5 cm x 2 cm x 3 cm pada regio colli dextra dan sinistra


teraba keras, mobile(-)/(-), difus, hiperemis(-), dapat dicurigai limfoma. Sehingga
dilakukan pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB) pada tanggal 15
Agustus 2017 dengan hasil limfoma maligna non Hodgkin. Limfoma maligna non
Hodgkin adalah keganasan yang paling umum ketiga terjadi masa kanak-kanak, dan
jumlah penderita Limfoma non-Hodgkin (Non Hodgkin Lymphoma/NHL) sekitar
7% dari kanker pada anak kurang dari 20 tahun. Terdapat lebih dari 15 tipe yang
berbeda dari NHL, dikelompokkan ke dalam 3 sub tipe6:
1. Limfoblastik limfoma (LBL)
2. Small non cleved cell (Burkits dan non Burkits)
3. Large cell lymphoma (histiositik).
Semuanya merupakan jenis neoplasma yang cepat tumbuh dengan
penyebaran sistemik yang luas. Meskipun etiologinya belum diketahui tetapi
beberapa faktor yang menyebabkan termasuk infeksi virus dan immunodefisiensi.
Untuk menegakkan diagnosa suatu Lymphoma Hodgkin pemeriksaan histologi
selalu dibutuhkan dan untuk mendapatkannya perlu dilakukan biopsy dari kelenjar
getah bening yang membesar. 7
NHL pada anak melibatkan generelized lymphoid dan extranodal.
Pertumbuhan dan penyebarannya sangat cepat. NHL biasanya supra diafragma 50-
75 % anterior mediastinal mass. Dapat disertai dengan efusi pleura dan gangguan
respirasi karena penekanan trachea (wheezing, dyspnea, batuk, tachypnea dan
respiratory distress), kadang-kadang dysphagia karena penekanan esofagus.
Obstruksi vena cava superior khas ditandai dengan distensi vena leher dan
extremitas atas dan edema muka dan penampilan plethoric dari leher dan muka.
Dapat terjadi mental confusion karena hipoxemia.8 Maka pada kasus ini, efusi pleura
dapat disebabkan oleh tersumbatnya jaringan limfatik karena limfoma yang ada.
Pasien dengan limfoma non-Hodgkin umumnya tampak ringan sampai
sakit sedang. Gejala dapat disertai demam, pucat, distres pernapasan, nyeri, dan
ketidaknyamanan. Massa di rahang atau orbital hadir pada sebanyak 10% pasien di
negara-negara berkembang, namun temuan ini sangat umum terjadi di Afrika
dengan limfoma Burkitt endemik. Temuan klinis lainnya pada limfoma non-
Hodgkin adalah sebagai berikut8:
Massa cervical atau supraklavikular adalah tegas, tetap, dan tidak nyeri
Dispnea atau stridor dapat terjadi pada pasien dengan massa mediastinum
Pada pasien dengan sindroma vena cava superior, vena leher yang
membesar
Suara nafas yang menurun sekunder akibat obstruksi bronkial atau efusi
pleura
Thoracic dullness to perkusi mungkin hadir dengan efusi pleura.
Distensi abdomen atau massa juga mungkin dapat terjadi
Obtundasi, agitasi, dan meningismus dapat diamati pada individu dengan
keterlibatan SSP
Rasa sakit atau pembengkakan pada ekstremitas mungkin terjadi pada
pasien dengan limfoma tulang primer
Pada kasus ini, thoracentesis sudah dilakukan 3 kali namun cairan efusi
bersifat rekuren. Hal ini menunjukan efusi pelura akibat keganasan.
Berikut ini adalah pembagian staging dari NHL dari St. Jude Childrens
Research Hospital.7,8
Gambar 2. Staging NHL dari St. Jude Childrens Research Hospital7

Stage I: Meliputi 1 bagian(single tumor), tidak termasuk area abdomen dan


mediastinum
Stage II: tingkat penyakit terbatas pada singel tumor dengan keterlibatan nodus
regional, dua atau lebih tumor atau daerah nodal yang terlibat di satu sisi diafragma,
atau tumor saluran pencernaan dengan atau tanpa keterlibatan nodus regional.
Stage III: tumor atau area getah bening yang terlibat terjadi pada kedua sisi
diafragma. Pada stadium ini NHL juga mencakup penyakit intrathoracic
(mediastinum, pleura, atau timus), penyakit intra-abdomen primer yang luas, atau
tumor paraspinal atau epidural lainnya.
Stage IV: tumor melibatkan sumsum tulang dan / atau SSP, terlepas dari situs
keterlibatan lainnya.
Pada kasus ini, limfoma maligna non Hodgkin dapat dikategorikan sebagai
stage 1, namun belum dilakukan pemeriksaan imunolgik dan histologic lebih lanjut
untuk menentukan terapi yang sesuai. Pemeriksaan penujang yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan darah lengkap(menunjukan batas yang tidak normal pada
elektrolit, asam urat, Blood Urea Nitrogen(BUN)), tes fungsi hati(meningkat), CT
Scan, PET Scan, MRI, pungsi lumbal, dan biopsy. Terdapat macam-macam biopsy,
diantaranya9,10:

Eksisi: Mengeluarkan seluruh jaringan atau kelenjar limfe


Insisional: Mengeluarkan hanya sebagian dari jaringan
Core Biopsi: Mengeluarkan sebagian jaringan menggunakan jarum
besar(wide needle)
Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB): Mengeluarkan sebagian jaringan
menggunakan jarum kecil(thin needle)
Bone Narrow Aspiration and Biopsy: Mengeluarkan bagian dari sum sum
tulang dan sebagian kecil dari tulang dengan memasukan jarum melalui dada
atau di pinggang.
Thoracentesis: Mengeluarkan cairan dari pleura menggunakan jarum dan
memeriksakan sel kanker pada cairan pleura tersebut.

Pada limfoma maligna non Hodgkin diberikan LNH indolen pada stadium I
sampai II, kemoterapi seperti Rituximab, Purine nucleoside analogs (Fludarabin)
pada LNH primer, Alkylating agent oral, transplantasi stem cell, target terapi,
imunoterapi dan antibiotik.9,10
DAFTAR PUSTAKA

1. Afsharpaiman S, et al. Pleural Effusion in Children: A Review Article and


Literature Review. International Journal of Medical Reviews. 2016. p 365-
70.
2. Hiren Muzumdar, MD. Pleural Effusion in Brief in Childrens Hospital at
Montefiore Bronx, New York. Pediatric in Review: An Official Journal of
the American Academy of Pediatric. Available from:
http://pedsinreview.aappublications.org/content/33/1/45. 2012;33;45
3. Cashen K, L Tara. Pleural Effusions and Pneumothoraces. Available from:
http://pedsinreview.aappublications.org/content/38/4/170. 2017;38;170
4. Efrati O, Barak A. Pleural Effusion in the Pediatric Population. Pediatrics
in Review. Available from : located on the World Wide Web at:
http://pedsinreview.aappublications.org/content/23/12/417. 2012;23;417
5. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto AB. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. H.162-214.
6. Oehadian A. Pendekatan Diagnostik Limfadenopati. IDI.
2013;40;10.h.727-3.
7. Marcdante KJ, et al. Nelson Ilmu Kesehtan Anak Esensial. Edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia. Washington DC:
Saunders Elsevier. 2014. h.643-5
8. Jhonston MJ. Case Presentation Pediatric Non Hodgkin Lymphoma.
Available from : http://emedicine.medscape.com/article/987540-clinical.
Updated Febuary 6, 2017.
9. Vinjamaram S. Non-Hodgkin Lymphoma. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview. Updated
September 22, 2016.
10. Quade, G., Treatment statement for Health professionals, Childhood Non-
Hodgkin Lymphoma Treatment. The National Cancer Institute. Available
from : file:///cancer.gov/index.html. Updated February 25, 2011.

Anda mungkin juga menyukai