Anda di halaman 1dari 6

Rumus APRI : AST terhadap

Rasio Platelet dan Intepretasi


Penulis
dr. Wiwid Santiko
0
434

Facebook

Twitter

Google+

Rumus APRI adalah perbandingan antara AST terhadap rasio platelet


(trombosit) yang digunakan untuk menyingkirkan fibrosis signigikan dan sirosis
pada hepatitis B, C dan NAFLD. Rumus ini biasanya digunakan untuk menilai
fibrosis hati.

APRI singkatannya adalah Aspartate aminotransferasi to platelet ratio indeks.


Pada awal ditemukan, formula ini lebih digunakan untuk menilai fibrosis hepar
pada hepatitis C, baru setelah itu mulai untuk hepatitis B.

Rumus APRI

APRI sama dengan kadar AST dalam IU/L dibagi batas atas normal AST dalam
IU/L dibagi lagi jumlah platelet (10 pangkat 9/L) dikali 100. Kebanyakan ahli
merekomendasikan menggunakan 40IU/L untuk nilai batas atas AST.
Formula dapat ditulis :

APRI= [( AST / ULN AST ) x 100] / Platelets (109/L)]

Keterangan :

1. AST : Kadar AST pasien (IU/L)


2. ULN AST : batas atas AST normal (IU/L)
3. Platelet : Kadar platelet pasien (10^9/L)

Intepretasi Rumus APRI

Untuk NAFLD, nilai APRI jika kurang dari 0.3 dan kurang dari 0.5 maka dapat
menyingkirkan fibrosis dan sirosis secara signifikan. Jika nilai lebih besar dari
1.5 maka menunjukkan pasien cenderung mengalami fibrosis.

Penilaian APRI berdasarkan derajat F0-F1 (Fibrosis minimal), F2-F3) fibrosis


berlanjut dan F4 (sudah terjadi sirosis). Penggunaan skoring APRI ini tidak
dapat menghilangkan teknik diagnosis dengan biopsi hepar.

Pada meta-analisis 40 penelitian, investigator menyimpulkan bahwa skor APRI


lebih besar dari 1.o mempunyai sensitifitas 76% dan spesifitas 72% untuk
memprediksikan sirrosis. Sebagai tambahan, skor APRI lebih besar dari 0.7
mempunyai sensitifitas 77% dan spesifitas 72% untuk memprediksikan
signifikan fibrosis hepatik.

Untuk deteksi sirosis, menggunakan APRI, cut off skor 2.0 lebih spesifik 91%
tetapi lebih tidak sensitif 46%. Rendahnya skor APRI (kurang dari 0.5),
besarnya nilai prediktif value negatif (kemampuan menyingkirkan sirosis) dan
tingginya nilai (lebih dari 1.5) besar positif prediktif value (kemampuan
mendeteksi sirosis).
Baca Juga: Diare Amebiasis : Gejala hingga Tatalaksana

APRI sendiri tidak cukup sensitif untuk menyingkirkan penyakit signifikan.


Beberapa referensi menyarankan menggunakan berbagai (multiple) indikasi
yang dikombinasikan, seperti APRI ditambah FibroTest atau algoritma yang
lebih akurat dibandingkan APRI sendiri.
Skor APRI Pada Fibrosis Hati yang
dibandingkan dengan FibroScan

View/Open
Appendix (710.4Kb)

Reference (489.4Kb)

Chapter III-VI (762.6Kb)

Chapter II (1.095Mb)

Chapter I (510.9Kb)

Abstract (477.6Kb)

Cover (682.1Kb)

Date
2012-03-01

Author
Hajar, Siti

Metadata
Show full item record

Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui,
karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika
fibrosis telah sampai pada keadaan irreversibel. Fibrosis hati adalah terbentuknya jaringan ikat
yang terjadi sebagai respon terhadap cedera hati, diawali oleh cedera hati kronis yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus, ketergantungan alkohol, nonalkoholik steatohepatitis dan
penyebab lainnya. Bila fibrosis berjalan secara progresif, dapat menyebabkan sirosis hati.
Penentuan derajad fibrosis sangat diperlukan untuk memberikan pengobatan dini dan benar,
penting untuk prognosis, juga penentuan derajat fibrosis hati dapat mengungkapkan riwayat
alamiah penyakit dan faktor faktor resiko yang berkaitan dengan progresifitas penyakit.
Pemeriksaan biopsi hepar menjadi gold standart terhadap penilaian dan penegakkan diagnosis
penyakit hati kronis, pemeriksaan invasiv ini memiliki beberapa keterbatasan. FibroScan adalah
alat non-invasiv yang dapat mengukur kekakuan jaringan hati, dengan metode transient
elastography yang dianggap menjanjikan menggantikan biopsi yang memiliki banyak
kelemahan Sampling error lebih kecil, mudah digunakan, tidak membutuhkan anestesi dan
rawat inap, tidak nyeri, dan cepat, tetapi teknologi ini masih mahal dan tidak tersedia secara
luas, terbatas pada sentra sentra pelayanan tertentu saja. Aspartat- to- Platelet Ratio Index
(skor APRI) merupakan pemeriksaan indirect marker meliputi dua parameter pemeriksaan
laboratorium yakni pemeriksaan Aspartat aminotransferase (AST) dan jumlah platelet yang rutin
dilakukan pemeriksaannya pada semua pasien dan dapat dilakukan di laboratorium di daerah ,
dengan biaya yang relatif murah. Wai CT memformulasikan indeks rasio aspartat
aminotransferase dan platelet (Skor APRI) dengan persamaan: = Aspartat aminotransferase
(AST) (U/L)/ batas atas normal x 100 jumlah platelet(109/L). AST akan dibebaskan dalam
jumlah yang lebih besar pada gangguan hati kronis yang disertai kerusakan progresif, karena
banyaknya sel hati yang hancur, dimana 80 % konsentrasi AST hepatosit berada di dalam
mitokondria. Kerusakan hati akan mempengaruhi pembentukan trombopoeitin, suatu hormon
glikoprotein yang dihasilkan oleh hepatosit sehingga akan terganggu keseimbangan antara
destruksi dan produksi trombosit dengan akibat trombositopenia, disamping juga penurunan
jumlah trombosit akibat splenomegali dan penekanan sum-sum tulang oleh karena infeksi virus
Hepatitis C. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan antara skor APRI dengan
derajad beratnya penyakit hati. Penelitian-penelitian yang mendukung adanya hubungan skor
APRI dengan derajad beratnya penyakit hati antara lain Castera dkk (2005), Mahassadi AK dkk
(2010), Putte DF dkk (2011). Penelitian lain Wai CT(2006), Kim BK (2007), dan juga Mahtab M
(2008) melaporkan hubungan yang lemah antara skor APRI dan hasil histologi hati pada
penyakit hati kronik yang disebabkan oleh HBV. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana skor
APRI yang relatif murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir diseluruh laboratorium di
daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik, dengan
membandingkan dengan FibroScan yang masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra
pelayanan tertentu. Penelitian ini dilakukan secara Cross Sectional , dilaksanakan mulai Maret
2011 sampai dengan Juli 2011. Subjek penelitian ditentukan secara consecutive sampling pada
penderita Penyakit Hati Kronik yang menjalani pemeriksaan FibroScan yang dilakukan hanya
oleh Prof. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH, penderita yang memenuhi kriteria inklusi, setelah
mendapat penjelasan dan menandatangani inform consent, dilakukan anamnese dan
pemeriksaan laboratorium, diperiksa kadar serum Aspartat Aminotransferase (AST). Sebanyak
5 cc sampel darah yang diambil melalui vena punksi dari vena mediana cubiti, selanjutnya
dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama berisi EDTA 3,6 mg diisi 2 cc darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan diperiksa pada alat sysmex XT 2000 i, tabung kedua
dimasukkan sebanyak 3 cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dan dilakukan
pemeriksaaan AST pada alat Cobass 6000. Sejumlah 40 orang penderita penyakit hati kronik
yang menjalani pemeriksaan fibroScan ikut serta dalam penelitian. Peserta terdiri dari 14 orang
(35 %) perempuan dan 26 orang (65%) laki-laki dengan rerata umur 49,98 tahun. 10 orang (25
%) dengan riwayat Hepatitis C Virus (HCV) dan 30 orang (75%) dengan riwayat Hepatitis B
Virus (HBV). Pada analisa Receiver Operating Characteristics (ROC) diperoleh luas area
dibawah kurva sebesar 0,285 dan bermakna secara signifikan dengan p < 0,025. Dengan
menghitung sensitivitas dan spesifisitas tertinggi diperoleh cut-of APRI untuk stage >F1 atau ≥
F2 (signifikan fibrosis) adalah 0,81. Pada cut-off > 0,81 diperoleh sensitivitas dan spesifisitas
APRI masing –masing 0,73 dan 0,72, Nilai Positif Prediktif value skor APRI adalah 0,61, dan
Nilai Negatif Prediktif value adalah 0,82. Dari hasil uji korelasi Spearmen pada sampel
penelitian didapatkan korelasi antara skor APRI dengan FibroScan pada sampel, bermakna
secara statistik (r = 0,527, p< 0,00), artinya ada kecenderungan semakin besar nilai skor APRI,
akan semakin tinggi derajad fibrosis hati. Pada kelompok fibrosis F1 dengan uji korelasi
Pearson diperoleh bahwa tidak terdapat korelasi antara APRI dengan FibroScan (r= 0,332;
p<0,178). Sedangkan pada kelompok ≥ F2 (signifikan fibrosis), diperoleh korelasi yang
bermakna secara statistik (r= 0,545; p< 0,009). Kesimpulan dari penelitian ini APRI pada cut-off
>0,81 diharapkan dapat dipakai sebagai petanda signifikan fibrosis hati, dengan sensitivitas dan
spesifisitas skor APRI masing –masing 0,73 dan 0,72. Nilai positif prediktif skor APRI pada cut-
off 0,81 adalah 0,61, dan Nilai negatif prediktif adalah 0,82. Pada seluruh sampel terdapat
korelasi yang bermakna secara statistik skor APRI dengan hasil FibroScan (r=0,527,p<0,001),
hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi skor APRI, semakin meningkat pula derajad
fibrosis hati. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara skor APRI dengan hasil FibroScan
pada fibrosis ringan (F1). (r= 0,332; p< 0,178) Terdapat korelasi positif antara skor APRI
dengan hasil FibroScan dan bermakna secara signifikan pada kelompok signifikan fibrosis (≥F2)
(r=0,545, p< 0,009 ). Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi skor APRI, semakin
meningkat pula derajad fibrosis hati.

Anda mungkin juga menyukai