Anda di halaman 1dari 18

Bagian 1-Tabel 2

Komponen penting dari riwayat nyeri


kepala
• Onset nyeri kepala, durasi serangan ,berapa hari per bulan
dengan nyeri kepala
• Lokasi nyeri
• Gejala penyerta(mual, muntah, fotofobia, injeksi
konjungtiva, rinorea, dan lain-lain)
• Hubungan serangan nyeri kepala dengan faktor pencetus
(stress, posisi tertentu, nyeri rahang, dll
• Kualitas dan kuantitas
• Usaha pengobatan akut dan preventif, respon, dan efek
samping
• Adanya kondisi koexixtent yang mungkin mempengaruhi
pemilihan terapi (insomnia, depresi, anxietas, hipertensi,
asma, dan riwayat penyakit jantung atau stroke)
Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Nyeri
Kepala
• Skiring pemeriksaan neurologi
• Pemeriksaan leher
- Postur, range of motion, da palpasi muskulus
• Pengukuran tekanan darah
• Jika diindikasikan oleh gejala neurologis lain atau tanda-tanda pada
pemeriksaan skrining, pemeriksaan neurologis terfokus (mis.
Pemeriksaan nervus cranialis inferior pada pasien dengan disartria,
atau respon plantar pada pasien dengan reflek asimetris
• Jika diindikasikan oleh keluhan terkait rahang, pemeriksaan untuk
kelainan temporomandibular
- Penilaian pembukaan rahang
- Palpasi muskulus mastikasi
Tanda bahaya dan indikator potensi
nyeri kepala sekunder lainnya
Tanda bahaya: mengancam nyawa (penanganan segera)
• Onset yang sangat tiba-tiba
• Demam dan tanda meningismus
• Edem papil dengan tanda focal atau penurunan kesadaran
• Glaucoma akut

Tanda bahaya: urgent (penanganan dalam jam atau hari)


• Arteritis temporal
• Edem papil tanpa tanda focal atau penurunan kesadaran
• Penyakit sistemik yang relevant
• Pasien usia tua: nyeri kepala pertama kali dengan
perubahan kognitif
Indikator lainnya yang mungkin pada nyeri kepala sekunder (kurang
urgent)
• Tanda fokal yang tidak dapat dijelaskan
• Nyeri kepala atipikal (tidak konsisten dengan migrain atau tension-
type headache)
• Pencetus nyeri kepala yang tidak biasa
• Gejala aura yang tidak biasa
• Hambatan gerakan leher :
temuan pemeriksaan abnormalitas leher (pertimbangankan nyeri
kelapa cervicogenic)
• Gejala rahang:
temuan pemeriksaan rahang abnormal (pertimbangkan kelainan
sendi temporomandibular)
Hal Yang Menjadi Pertimbangan
Pada pasien dengan serangan nyeri kepala
berulang dan temuan pemeriksaan neurologi
normal (pada pasien dengan gejala klinis lainnya
mungkin perlu dipertimbangkan
Diagnosis migrain tanpa aura (migrain dengan
aura jika ada aura)
Diagnosis episodic tension-type headache jika
seringan nyeri kepala tidak berhubungan
dengan mua
Pasien dengan nyeri kepala selama >15 hari/ bulan
selama >3 bulan dan dengan pemeriksaan neurologi
normal
 Diagnosis kigrain kronik jika nyeri kepala dijumpai
kriteria diagnostic migrain (diatas) atau secara cepat
menghilang dengan pengobatan spesifik untuk migrain
(triptans atau ergots) selama > 8 hari/ bulan
 Diagnosis tension-type headache kronik jika nyeri
kepala dijumpai kriteria diagnositik episodic tension-
type headache seperti yang telah dijelaskan di atas
Pasien dengan nyeri kepala setiap hari berkelanjutan
selama > 3 bulan dengan pemeriksaan neurologi
normal
 Diagnosis hemicrania continus (rujuk spesialis saraf
direkomendasikan)
 Diagnosis nyeri kepala persisten baru jika nyeri
kepala tidak berhenti sejak onset pertama kali
muncul. Ini penting untuk mempertimbangkan
nyeri kepala sekunder pada pasien ini. rujuk ke
spesialis saraf direkomendasikan
Manajemen migrain komprehensif
• Perubahan pola hidup dan menghilangkan faktor
gaya hidup yang menjadi faktor risiko seperti
- Jadwal makanan yang irregular atau sering
melewatkan makan
- Jadwal tidur yang irregular atau jumlahnya yang
kurang
- Gaya hidup yang penuh dengan stress
- Konsumsi kafein berlebihan
- Kurang olah raga
- Obesitas
• Menggunakan terapi farmakologi akut untuk
serangan
• Menggunakan terapi farmakologi profilaksis,
ketika ada indikasi, untuk mengurangi frekensi
serangan
• Menggunakan terapi nonfarmakoterapi
• Evaluasi dan terapi penyakit lainnya dan kelainan
psikiatri
• Menganjurkan pasien untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pengobatan mereka dan
menggunakan prinsip kerja manajemen diri:
• Menganjurkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pengobatan mereka dan menggunakan prinsip
kerja manajemen diri:
- Monitoring mandiri untuk mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi migrain
- Manajemen pemacu migrain secara efektif
- Menghadapi aktivitas untuk mencegah terpacunya
atau eksaserbasi migrain
- Menjada pola hidup yang tidak memperburuk
migrain
- Berlatih teknik relaksasi, dll
Profilaksis farmakologi untuk migrain
Diindikasikan pada kondisi
• Serangan migrain berulang yang menyebabkan
gangguan yang cukup besar meskipun sudah
diberikan terapi pengubatan akut yang optimal
• Serangan berulang dengan prolonged aura yang
terjadi (migrain hemiplegic, basillar-type
migraine, dll)
• Kontraindikasi pengobatan akut migrain
mengakibatkan pengobatan simtomatik serangan
migrain menjadi sulit
• Frekuensi penggunaan pengobatan akut
mendekati level dimana pasien yang berisiko
nyeri kepala berlebihan
- Pengobatan akut yang digunakan selama >10
hari/ bulan untuk triptans, ergot, opioid, dan
kombinasi analgesic
-Pengobatan akut yang digunakan selama >15
hari/ bulan untuk acetaminophen dan NSAID
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk
Pemberian Terapi Profilaksis Pada Migrain
• Edukasi pasien untuk meminum obat tiap hari dan sesuai
dengan frekuesi dan dosis yang diberikan
• Pastikan pasien memiliki ekspektasi realistis mengenai
keuntungan dari profilaksis farmakologi
• Evaluasi keefektivan terapi menggunakan diary pasien yang
mencatat frekuensi nyeri kepala, penggunaan obat, dan
beratnya gangguan
• Untuk sebagian besar obat profilaksis, initiasi terapi dengan
dosis rendah dan ditingkatkan dosis nya secara berkala
untuk meminimalkan efek samping
• Meningkatkan dosis hingga mencapai efektif hingga tidak
ada efek samping yang terjadi atau hingga dosis target
terpenuhi
• Berikan uji coba obat yang adekuat. Kecuali jika efek
sampingnya dimandatkan penghentian, melanjutkan
obat profilaksis untuk setidaknya 6-8 minggu setelah
titrasi dosis selesai
• Karena kecenderungan serangan migren berfluktuasi
seiring waktu, pertimbangkan penghentian obat secara
bertahap untuk banyak pasien setelah 6 sampai 12
bulan terapi profilaksis yang sukses, tetapi obat
preventif dapat dilanjutkan lebih lama pada pasien
yang telah mengalami kecacatan terkait migrain
substansial
Obat-obat migrain
A. Acute Migrain Medication
 Ibuproven 400 mg
 ASA 1000 mg
First Line  Naproxen sodium 500-550 mg
 Acetaminophen 1000 mg
 Triptan :
 Sumatriptan 100 mg
Second Line  Rizatriptan 10 mg
 Almotriptan 12,5 mg
 Naproxen sodium 500-550 mg
dikombinasikan dengan triptan
Third Line
 Fixed dose combination analgetic
Fourth Line
B. Prophylactic Migraine Medications
Prophylactic Starting Dose Titrations,Daily Target Dose Or Therapeutic
Medications Dose Increase Range

First line
 Propanolol 20 mg (2x) 40 mg/minggu 40-120 mg (2x)
 Metaprolol 50 mg (2x) 50 mg/minggu 50-100 mg (2x)
 Nadolol 40 mg/hari 20 mg/minggu 80-160 mg/hari
 Amitriptyline 10 mg (saat tidur) 10 mg/minggu 10-100 mg (saat tidur)
 Nortriptyline 10 mg (saat tidur) 10 mg/minggu 10-100 mg (saat tidur)

Second line
 Topiramate 25 mg/hari 25 mg/minggu 25 mg/kgBB
 Candesartan 8 mg/hari 8 mg/minggu 8 mg/kgBB
 Gabapentin 300 mg/hari 300 mg/minggu 300 mg setiap 3-7 hari
Terapi Yang Lain
 Divalproex 250 mg/hari 250 mg/minggu 750-1500 mg/hari
(dibagi 2 dosis)
 Pizotifen 0,5 mg/hari 0,5 mg/minggu 1-2 mg (2x)
 OnabotulinumtoxinA 155-195 unit Tidak diperlukan 155-195 setiap 3
titrasi bulan
 Flunarizine 5-10 mg (saat tidur) Tidak diperlukan 10 mg (saat tidur)
titrasi
 Venflavaxin 37,5 mg/hari 37,5 mg/minggu 150 mg/hari

Anda mungkin juga menyukai