GRAVES DISEASE
Perseptor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus dextra, lobus sinistra dan isthmus
yang terletak di bagian tengah. Kadang- kadang dapat ditemukan bagian keempat yaitu lobus
piramidalis yang letaknya di atas isthmus agak ke kiri dari garis tengah. Lobus ini merupakan
Kelenjar tiroid mempunyai berat sekitar 25 – 30 gram dan terletak antara tiroidea dan
cincin trakea keenam. Seluruh jaringan tiroid dibungkus oleh suatu lapisan yang disebut true
capsule.
Tiroksin atau T4, triiodotironin atau T3 dan kalsitonin. Di dalam darah sebagian besar T3 dan
T4 terikat oleh protein plasma yaitu albumin, Thyroxin Binding Pre Albumin (TBPA) dan
Thyroxin Binding Globulin (TGB). Sebagian kecil T3 dan T4 bebas beredar dalam darah dan
berperan dalam mengatur sekresi TSH. Hormon tiroid dikendalikan oleh thyroid-stimulating
hormone ( TSH ) yang dihasilkan lobus anterior glandula hypofise dan pelepasannya
mengeluarkan calcitonin dari parafolicular cell, yang dapat menurunkan kalsium serum
2) efek kardiogenik
3) simpatogenik
fisiologisnya, klinis, dan perubahan bentuk yang terjadi. Struma dapat dibagi menjadi :
1) Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala klinis pada tubuh, berdasarkan
a. Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi seluruh lobus, seperti yang
b. Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya mengenai salah satu lobus,
2) Struma Nontoksik, yaitu struma yang tidak menimbulkan gejala klinis pada tubuh,
Setiap organ apabila dipicu untuk bekerja akan mengalami kompensasi dengan cara
memperbesar dan memperbanyak jumlah selnya. Demikian juga dengan kelenjar tiroid
pada saat pertumnuhan akan dipacu untuk bekerja memproduksi hormon tiroksin
sehingga lama kelamaan akan membesar, misalnya saat pubertas dan kehamilan.
Proses peradangan pada kelenjar tiroid seperti pada tiroiditis akut, tiroiditis subakut
3) Neoplasma
dalam darah. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroid dalam kadar berlebih atau
biasa disebut hipertiroid maupun dalam kadar kurang dari normal atau biasa disebut
Palpitasi, sistolik yang tinggi dan diastolik yang rendah sehingga menghasilkan
tekanan nadi yang tinggi (pulsus celler) dan dalam jangka panjang dapat menjadi
fibrilasi atrium
Tremor
Diare
Exophtalmus
Bradikardi, tekanan sistolik yang rendah dan tekanan nadi yang lemah
Gerak tubuh menjadi lamban dan edema pada wajah, kelopak mata dan tungkai
1. Definisi
Struma difusa toksik dapat kita temukan pada Grave’s Disease. Penyakit ini juga
biasa disebut Basedow. Trias Basedow meliputi pembesaran kelenjar tiroid difus, hipertiroidi
dan eksoftalmus. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda dengan gejala seperti
berkeringat berlebihan, tremor tangan, menurunnya toleransi terhafap panas, penurunan berat
terdapat juga manifestasi pada mata berupa exophthalmus dan miopatia ekstrabulbi.
Walaupun etiologi penyakit Graves tidak diketahui pasti, tampaknya terdapat peran dari
suatu antibodi yang dapat ditangkap reseptor TSH, yang menimbulkan stimulus terhadap
peningkatan hormon tiroid. Penyakit ini juga ditandai dengan peningkatan absorbsi yodium
2. Patofisiologi
penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini mempunyai
predisposisi genetik yang kuat, dimana 15% penderita mempunyai hubungan keluarga yang
erat dengan penderita penyakit yang sama. Sekitar 50% dari keluarga penderita penyakit
Graves, ditemukan autoantibodi tiroid didalam darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih
banyak pada wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada semua umur. Angka kejadian
berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk
mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan
reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan
fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibody. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah
mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme
Sampai saat ini dikenal ada 3 otoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu
tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R). Disamping itu
terdapat pula suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid
dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita
Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila
terangsang oleh pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan mengekspresikan molekul-
molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk mempresentasikan
Faktor genetik berperan penting dalam proses otoimun, antara lain HLA-B8 dan
HLA-DR3 pada ras Kaukasus, HLA-Bw46 dan HLA-B5 pada ras Cina dan HLA-B17 pada
orang kulit hitam. Faktor lingkungan juga ikut berperan dalam patogenesis penyakit tiroid
otoimun seperti penyakit Graves. Virus yang menginfeksi sel-sel tiroid manusia akan
merangsang ekspresi DR4 pada permukaan sel-sel folikel tiroid, diduga sebagai akibat
pengaruh sitokin (terutama interferon alfa). Infeksi basil gram negatif Yersinia enterocolitica,
yang menyebabkan enterocolitis kronis, diduga mempunyai reaksi silang dengan otoantigen
kelenjar tiroid. Antibodi terhadap Yersinia enterocolitica terbukti dapat bereaksi silang
dengan TSH-R antibody pada membran sel tiroid yang dapat mencetuskan episode akut
penyakit Graves. Asupan yodium yang tinggi dapat meningkatkan kadar iodinated
immunoglobulin yang bersifat lebih imunogenik sehingga meningkatkan kecenderungan
Dosis terapeutik dari lithium yang sering digunakan dalam pengobatan psikosa manik
depresif, dapat pula mempengaruhi fungsi sel limfosit T suppressor sehingga dapat
menimbulkan penyakit tiroid otoimun. Faktor stres juga diduga dapat mencetuskan episode
akut penyakit Graves, namun sampai saat ini belum ada hipotesis yang memperkuat dugaan
tersebut.
antibodi sitotoksik lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan dengan
tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan tiroid. Sitokin yang
terbentuk dari limfosit akan menyebabkan inflamasi fibroblast dan miositis orbita, sehingga
Dermopati Graves (miksedema pretibial) juga terjadi akibat stimulasi sitokin didalam
glikosaminoglikans.
epinefrin diduga disebabkan karena terjadinya peningkatan reseptor katekolamin didalam otot
jantung.
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak
bila panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi,
takikardi, diare dan kelemahan sampai atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa
oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati
yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata melotot, fissura palpebra
melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan
mata) dan kegagalan konvergensi. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain
3. Gejala Klinis
Gejala dan tanda yang timbul merupakan manifestasi dari peningkatan metabolisme di
semua sistem tubuh dan organ yang mungkin secara klinis terlihat jelas. Peningkatan
kalori tidak mencukupi kebutuhan sehingga terjadi penurunan berat badan secara drastis.
peningkatan sirkulasi darah, antara lain dengan peningkatan curah jantung/ cardiac output
sampai dua-tiga kali normal, dan juga dalam keadaan istirahat. Irama nadi meningkat dan
tekanan denyut bertambah sehingga menjadi pulsus celer; penderita akan mengalami
takikardia dan palpitasi. Beban pada miokard, dan rangsangan saraf autonom dapat
mengakibatkan kekacauan irama jantung berupa ektrasistol, fibrilasi atrium, dan fibrilasi
ventrikel.
Pada saluran cerna sekresi maupun peristaltik meningkat sehingga sering timbul
kekacauan pikiran, dan ketakutan yang tidak beralasan yang sangat menggangu.
Pada saluran napas, hipermetabolisme menimbulkan dispnea dan takipnea yang tidak
terlalu mengganggu. Kelemahan otot terutama otot-otot bagian proksimal, biasanya cukup
mengganggu dan sering muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh gangguan elektrolit
mata disebabkan oleh reaksi autoimun berupa ikatan antibodi terhadap reseptor pada jaringan
ikat dan otot ekstrabulbi dalam rongga mata. Jaringan ikat dan jaringan lemaknya menjadi
hiperplastik sehingga bola mata terdorong ke luar dan otot mata terjepit. Akibatnya terjadi
eksoftalmus yang dapat menyebabkan kerusakan bola mata akibat keratitis. Gangguan gerak
4. Diagnosis
Anamnesis
dibedakan dari reaksi kecemasan, tetapi dapat berat sampai mengancam jiwa penderita karena
timbulnya hiperpireksia, gangguan sirkulasi dan kolaps. Keluhan utama biasanya berupa
salah satu dari meningkatnya gugup, berdebar-debar atau kelelahan. Dari penelitian pada
− Keringat berlebihan
− Tremor
− Berdebar-debar
Gejala-gejala hipertiroid ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
tahun sebelum penderita berobat ke dokter, bahkan sering seorang penderita tidak menyadari
penyakitnya.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan gambaran yang khas yaitu : seorang penderita tegang
disertai cara bicara dan tingkah laku yang cepat, tanda-tanda pada mata, telapak tangan basah
dan hangat, tremor, oncholisis, vitiligo, pembesaran leher, nadi yang cepat, aritmia, tekanan
nadi yang tinggi dan pemendekan waktu refleks Achilles. Atas dasar tanda-tanda klinis
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita sedikit duduk dengan kepala sedikit fleksi
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen berikut:
- Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, atau ismus
- Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler lokal
2. Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang pasien
dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai pada
pemeriksaan palpasi:
- Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trakea
dan kelenjarnya
musculus ini)
3. Auskultasi
4. Pemeriksaan tambahan
b. Tremor sign: tangan kelihatan gemetaran. Jika tremor halus, diperiksa dengan
c. Pemeriksaan Oftalmopati
d. Indeks Wayne
e. Indeks New Castle
Pemeriksaan Penunjang
f. Pemeriksaan laboratorium :
Grave disease.
3. Tes faal hati untuk monitoring kerusakan hati karena penggunaan obat
sedang aktif.
g. Pemeriksaan Radiologi
yang membesar.
laboratorium
dari tiroid maupun organ di sekitar tiroid, evaluasi laring, trakea (apakah ada
hipertiroid)
sebagai terapi.
5. Diagnosis Banding
6. Tatalaksana
mg, MTZ, metimazol 5, 10, 30 mg) dan derivat tiourasil (PTU, propiltiourasil
50, 100 mg). Obat ini menghambat organifikasi iodine sehingga menurunkan
kadar hormon tiroid dan menghambat reaksi autoimun. PTU juga berefek
CBZ, 30mg MTZ, dan 400mg PTU perhari dalam dosis terbagi. Biasanya
eutiroid tercapai dalam 4-6 minggu, kemudian dosis dititrasi sesuai respon
klinis, lama pengobatan selama 1 - 1,5 tahun, kemudian dihentikan untuk melihat
2) Beta-blocker
c. Krisis tiroid
kontrol setelah 4-8 minggu. Penggunaan beta blocker ini tidak boleh
3) Pembedahan.
dengan kelenjar yang sangat besar atau goiter multinoduler. Terapi ini juga
dapat menjadi pilihan bagi mereka yang mengalami penyakit Graves jika tidak
ada toleransi pada obat-obat antitiroid. Untuk dilakukannya terapi bedah ini
juga harus diperhatikan dari segi usianya, ukuran kelenjer, sisa kelenjer yang
tersisa dan asupan iodin. Sebelum dilakukannya tiroidektomi ini pasien diberi
obat antitiroid sampai eutiroid (kira-kira 6 minggu), kemudian dua hari sebelum
operasi diberi larutan jenuh kalium iodida sebanyak 5 tetes 2 kali sehari.
Terapi ini aman dan cocok untuk segala jenis hipertiroid khususnya
pada mereka yang berusia lanjut. Selain itu juga dapat diberikan kepada pasien
7. Prognosis
pengobatan hipertiroid jenis apapun dalam tiga bulan pertama. Setelah satu
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 18 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Arosuka, Kab. Solok
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 20/01/2015
Suku : Minang
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
I. ANAMNESIS
Pada pasien dilakukan autoanamnesis pada tanggal 20 Januari 2015
Keluhan Utama
Dada terasa berdebar-debar sejak 1 minggu yang lalu
TD 120/60 mmHg
Nadi 100x/menit
Nafas 25x/menit
Suhu 37,5oC
Mulut : Bibir tidak kering, tidak pucat, tidak sianosis, faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak membesar
Tiroid : Teraba benjolan bilateral, ikut bergerak saat menelan, simetris kanan-
kiri, permukaan rata, nyeri tekan negatif, konsistensi kenyal, batas
tegas ukuran sekitar 5x2x0,5x cm, bising tiroid (-)
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas : inspeksi: warna kulit sawo matang, ikterik (-), palmar eritema (-),
deformitas (-), kuku normal, tremor (-)
Akral hangat: + | +
+|+
Edema: -|-
-|-
20/1/2015
Hb : 16,4 gr/dl
Leukosit : 9.000 mm3
SGOT : 30
SGPT : 24
T3 : 3,84 (0,6-1,32)
T4 : 24,86 (4,9-9,3)
V. DIAGNOSIS BANDING
- Tumor colli anterior
VI. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana
Ist/Diet TKTP
Infus Nacl 0,9% 12jam/kolf
PTU 3x100 mg
VII. PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam
ad fungsionam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA