Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA IBU

C. DENGAN HIDRONEFROSIS DENGAN TINDAKAN


URETEROSCOPY DOUBLE J STEND DI INSTALASI
BEDAH MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL

Oleh :
Kelompok 2
1. Wirya Handoko
2. Romasta Manurung
3. Nofi Antika ES
4. Inggrid Monica

PELATIHAN KAMAR BEDAH DASAR


MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat -Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan tindakan Ureteroscopy Double J Stend di instalasi bedah
murni teguh memorial hospital

Untuk itulah kami mengucapkan terima kasih kepada diklat yang memberikan
tugas ini. Dan kepada ka Elly yang telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas.
Dan teman-teman yang memberikan konstribusinya baik secara langsung maupun tidak
dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat berterima kasih
apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran pada makalah ini.

Medan, Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................... i

Kata Pengantar...................................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. 1

1. 1 Latar Belakang............................................................................................................ 1

1. 2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1

1. 3 Tujuan........................................................................................................................ 2

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................... 2

1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................... ........... 2

BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 3

2.1 Definisi hidronefrosis................................................................................................ 3

2.2 Klasifikasi hidronefrosis............................................................................................ 3

2.3 Etiologi hidronefrosis................................................................................................ 4

2.4 Patofisiologi hidronefrosis......................................................................................... 5

2.5 Manifestasi Klinis hidronefrosis................................................................................ 7

2.7 Pemeriksaan Diagnostik hidronefrosis....................................................................... 9

2.8 Penatalaksanaan hidronefrosis................................................................................... 9

2.9 Komplikasi hidronefrosis........................................................................................... 11

2.10 Prognosis hidronefrosis........................................................................................... 11

BAB III Asuhan Keperawatan..............................................................................................


12

3.1 Asuhan Keperawatan Umum.................................................................................... 12

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus..................................................................................... 17

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua
ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
(Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk ureteroceles, katup
uretra posterior dan batu ginjal.

Penyakit ginjal masih merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia.


Menurut PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang
menderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal sendiri
bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal Kronik dan Gangguan Ginjal Akut
atau Acute Kidney Injury (AKI).

Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi yang
mengawali terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal yang terserang
Hydronephrosis, fungsi ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephrosis, dan apakah
Hydronephrosis terjadi pada ginjal yang sedang masih dalam masa pertumbuhan pada bayi
atau pada ginjal yang sudah matang. Kasus bilateral Prenatal Hydronephrosis pada
prenatal atau bayi yang ginjalnya masih berkembang dapat menghasilkan prognosis buruk
jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan ginjal permanen meskipun obstruksinya
sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).

Terapi dan penatalaksanaan Hydronephrosis yang biasa digunakan adalah terapi


medikamentosa, pengenceran kemih, tindakan ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Litotripsy), URS (Ureterorenoscopic Litotripsy), PCNL (Percutaneous Litotripsy), dan
operasi terbuka Ureterolitotomy (Muslim, 2007). Dan yang sering di lakukan adalah URS.

Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis


terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser
dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak
bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah
batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu
tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat
tersebut.
Sehingga pasien dengan Hydronephrosis perlu mengalami
hospitalisasi.Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk dapat
mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis serta agar dapat memberikan
pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan gangguan hidronefrosis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari hydronephrosis?

2. Apakah etiologi dari hydronephrosis?

3. Apakah patofisiologi hydronephrosis?

4. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?

5. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?

6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?

7. Apakah definisi Ureterorenoscopic Litotripsy


8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah presentasi yang kami berikan dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan
pada klien dengan hidronefrosis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis.

2) Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis.

3) Untuk mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.

4) Untuk mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.

5) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis

6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.

7) Untuk mengetahui Ureterorenoscopic Litotripsy

8) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hideronefrosis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.

Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises.
Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran
urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa
kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin
membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).

Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).

2.2 Klasifikasi Hidronefrosis

Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronefrosis, diantaranya


(Beetz dkk, 2001) :

a. Hidronefrosis Derajat 1

Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting alias tumpul

b. Hidronefrosis Derajat 2

Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar

c. Hidronefrosis derajat 3

Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi
ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat 4

Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan
korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi
ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.

2.3 Etiologi Hidronefrosis

Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis
adalah sebagai berikut:

a. Hidronefrosis Unilateral

Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh proses
patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat
hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:

1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis renalis)

a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu
tinggi

b) Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah

c) Batu di dalam pelvis renalis

d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal,
dan tumor

2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik

a) Batu di dalam ureter

b) Tumor di dalam atau di dekat ureter

c) Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan

d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter

e) Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan,


rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)

f) Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)

g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h) Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker

i) Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera

j) Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter

3) Penyakit ureter kongenital

4) Penyakit ureter yang didapat didapat

b. Hidronefrosis Bilateral

1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut

2) Adanya katup uretra posterior congenital

3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik

4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan

5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:

1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)

2) Striktur uretra

3) Batu ginjal

4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih

5) Abnormalitas kongenital

6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis

7) Bekuan darah

8) Kandung kemih neurogenik

9) Ureterokel

10) Tuberkulosis

11) Infeksi gram negatif

2.4 Patofisiologis Hidronefrosis


Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak
dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus
tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di
ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus.
Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi
parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan bergantung pada
derajat obstruksi.

Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan
obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan
atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-
bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal
ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan
pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.

Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan menyebabkan
kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten
yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang
(flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada
obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum
terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis
progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis,
dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan
pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara
dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan
selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu,
keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).

Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan
anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah
kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara
paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat
terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat
asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam
jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal
yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin.
Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif,
menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis.
Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total
fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.

2.5 Manifestasi Klinis


Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan
terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik
akan muncul, seperti:

1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).

2) Gagal jantung kongestif.

3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).

4) Pruritis (gatal kulit).

5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).

6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.

7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang

Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya (smeltzer
dan Bare,2002):

1) Aliran urin berkurang

2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta pyuria

3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena

4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh

5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang

6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis

7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah


2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Laboratorium

Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan


adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin
menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat
menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.

2) Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi
hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna.
Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan
diagnosis dan hidronefrosis.

3) Pyelography Intravena (IVP)

Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab


hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat
diidentifikasi berdasarkan temuan IVP

4) CT Scan

CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses
retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat
dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.

2.8 Penatalaksanaan Medis

a. Hidronefrosis akut

1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit).

2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu

b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan
ujung-ujungnya disambungkan kembali.

1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan


fibrosa.

2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.

3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:

a) Terapi hormonal untuk kanker prostat

b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan


fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung
kemih yang berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.

c) Pelebaran uretra dengan dilator

Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya :

1) Nefrotomi

Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi saluran urin
bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian
bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang
terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah
kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini
untuk mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena
obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.

2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan batu
ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui
gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri
melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik
atau sinar laser.

3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive dibidang
urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk
mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.

4) Stent Ureter

Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di
ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi ureter, memulihakan
fungsi ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.

2.9 Ureterorenoskopic (URS)


Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis
terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser
dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak
bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah
batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu
tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat
Tersebut
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Umum

3.1.1 Pengkajian

A. Anamnesa

1. Identitas Klien

a. Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)

b. Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi pada
orang dewasa)

c. Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus)

d. Agama

e. Pendidikan

f. Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita


hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk
sehingga meningkatkan statis urine)

g. Status Perkawinan

2. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus
pinggang

3. Riwayat kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami


penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih
sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus,
serta penyakit ginjal yang lain.

4. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)

b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)

c. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)

d. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah)

e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah,
distraksi tergantung derajat keparahan)

f. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti
biasa)

g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.

h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.

B. Pemeriksaan Fisik

1) Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor cukup

2) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.

3) Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya(+/
+).

4) Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.

5) Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.

6) Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering

7) Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.

8) Thorax :

a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas
normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan
tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak
ada suara tambahan.

c. Abdomen :

I: Perut datar, tidak ada benjolan

A: Bising usus biasanya dalam batas normal.

P: Timpani seluruh lapang abdomen

P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.

Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis
bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang
terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas
menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.

d. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup.

C. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

1) Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat


menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya <400 ml/ hari dalam 24-28jam setelah
ginjal rusak, Warna urin Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang menunjukkan adanya
darah, mioglobin, dan porfirin.

2) Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut.

3) Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan


peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang
mengancam kehidupan.

b. Radiodiagnostik

1) USG abdomen

Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.

2) IVP

Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab


hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat
diidentifikasi berdasarkan temuan IVP

3) Renogram / RPG
4) Poto thorax

5) ECG : untuk mengetahui elektrolit dalam tubuh

3.1.2 Analisis Data

NO

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

DO :

- Klien tampak meringis

- Pernafasan klien cepat

- Tamnpak gelisah

- Skala nyeri klien 8

DS :

- Klien mengatakan nyeri di bagian pinggang

Obstuksi Aliran Urin

Tekanan saluran Kemih

Kolik renalis/nyeri pinggang

Nyeri Akut

Nyeri Akut

2
DO :

- Urin klien kurang dari 400 ml/ hari dalam 24-28jam

- Warna urin klien kotor (coklat)

DO :

- Klien mengatakan urinnya yang keluar sedikit

Hidronefrosis

Refluks urin ke ginjal

Retensi urin

Gangguan pola eliminasi urin

Gangguan Eliminasi Urin

DO :

- Nafas klien berbau ammonia

- Klien hanya menghabiskan makan ¼ porsi

- BB klien menurun dari 69 menjadi 50

DS :

- Klien mengatakan tidak mau makan

- Klien merasa mual dan muntah

Obstruksi aliran urin

Kerusakan ginjal

Kegagalan ginjal membuang limbah metabolic


Pe# ureum dalam darah

Di sis. Pencernaan

Anoreksia, mual, muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DO :

- Suhu Badan klien 37,90C

- Hasil pemeriksaan lab darah : peningkatan leukosit, keratin menurun

- Diagnose Hidronefrosis

DS:

- Klien merasa demam

- Klien merasa lemas dan lemah

Hidronefrosis unilateral

Terdapat obstruksi

Refluk urin ke ginjal

Peningkatan jumlah urin di ginjal

Kontaminasi kuman

Risiko Infeksi

3.1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada ginjal

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah

4. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder terhadap


uremia

3.1.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Nyeri akut b/d Peningkatan jumlah volume urin pada ginjal

NOC :

a. Pain level

b. Pain control

KH :

- Mampu mengontrol nyeri

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dgn menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri

- Menyatakan rasa nyamansetelah nyeri berkurang

NIC :

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kulitas, dan factor presipitasi

b) Observasi reaksi nonverbal

c) Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri

d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

e) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

f) Kaji tipe dan sumber nyeri

g) Berikan analgetik
h) Lakuakn pengobatan non farmakologik

Gangguan pola eliminasi urin b/d perubahan jumlah urin

NOC

a) urinary elimination

b) urinary continuece

kriteria hasil:

- intake cairan dalam rentang normal

- kantung kemih secara penuh

- tdak ada residu urine > 100-200cc

- balance cairan seimbang

NIC:

(a) Memenatau asupan dan keluaran

(b) Memntau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusimeransang reflex
kandung kemih

(c) Masukan kateter kemih

(d) Menyediakan penghapusan privasi

Intoleransi aktifitas b/d penurunan aktivitas

NOC

a. alergiy conservation

b. self care:ADL

Kriteria hasil:

- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi
dan pernafasan

- mampu melakukan aktivitas sehari-hari

NIC

Energy management

(a) Obserpasi adanya batasan klien dalam beraktivitas


(b) kaji adnya faktor yang menyebabbkan kelelahan

(c) monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

(d) monitor akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebih

Activity terapy

(a) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

(b) bantu untuk memilih aktivitas konsisiten yang sesuai dengan kemamuan fisik dan
psikologis

(c) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas

(d) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi
yang tepat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah

NIC

a) Nutritional status: food and fluid intake

KH:

- adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

- mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- adanya keinginan untuk makan

- yakinkan diet yang dimakan klien mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi

NIC

Nutrition management

(a) kaji adanya alergi makanan

(b) kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

(c) yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

(d) monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Nutrition monitring

(a) berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi


(b) kalaborosi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

(c) BB pasien dalam batas normal

(d) monitor adanya penurunan berat badan

(e) onitor lingkungan selama makan

(f) monitor mual dan muntah

(g) Monitor kalori dan intake nutrisi

Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder terhadap


uremia

NOC

a. Risk control Knowledge

Kriteria Hasil :

- Identifikasi risiko infeksi

- Menjaga kebersihan lingkungan

- Menggunakan universal precaution dalam melakukan tindakan keperawatan

- Melakukan strategi control infeksi

NIC

Infection Control

(a) Pertahankan teknik aseptik’

(b) Cuxi tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

(c) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat perlindung

(d) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih

(e) Tingkatkan intake nutrisi

(f) Kolaborasi : Berikan terapi antibiotik

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Hidronefrosis

3.2.1 Kasus
Pada tanggal 3 Maret Ny.C yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
nyeri pinggang dan daerah perut bagian kanan. BAK nya sedikit tidak bercampur darah
Nyeri bertambah berat saat duduk dan ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan minum. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data TB: 160
cm, BB: 50 Kg, Nadi 110 x/menit, TD 117/80 mmHg, suhu 36,9oC, RR 24 x/menit. Klien
terlihat lemah dan kesakitan. Hasil palpasi kandung kemih terasa penuh. Pemeriksaan
urinalisis: pH urin 6 dan adanya darah dalam urin. Hasil pemeriksaan USG abdomen,
nampak adanya striktur pada uretra. Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2
mg/dl, kalium: 6 mEq/L. Tn. C didiagnosis Hidronefrosis. Keluarga klien tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama seperti klien.

3.2.2 Pengkajian

A. Anamnesa

a. Identitas Klien

Nama Klien : Tn.X

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tukang Ojek

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu BAK bercampur darah

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 3 maret dengan keluhan BAK bercampur darah
disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri bertambah
berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang.

Skala Nyeri dari pengkajian menurut PQRST :

a) P (palliative/provocative): Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal

b) Q (quality/quantity ): Klien merasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang


dirasakan bersifat tumpul dan hilang timbul.

c) R (region): Abdomen kanan bawah

d) S (scale): Skala nyeri 6 (1-10)


e) T (time): Nyeri dirasakan hilang timbul sewaktu-waktu

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita
sekarang dan klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan jika tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti klien dan tidak
ada penyakit keturunan.

B. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem pernafasan (B1)

RR: 24x/menit, vesikuler

b. Sistem kardiovaskuler (B2)

TD: 130/90 mmHg, N: 110x/menit, T : 38,1 oC

c. Sistem Persarafan (B3)

GCS 456, klien terlihat lemah dan kesakitan

d. Sistem Perkemihan (B4)

Oliguri, Hematuri (BAK bercampur darah), pH 9. Mengeluh BAK bercampur darah


disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. BAK sedikit dan
jarang.

e. Sistem Pencernaan (B5)

BB sekarang: 49 kg, TB 169 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 59 kg. Tidak nafsu makan.
Porsi makan tidak habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB selama 5 hari. Mual +, muntah
+.

IMT = BB / (TB)2

IMT = 49 / (1,69)2à IMT = 49/2,86 = 17,13 à kurus

f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6 )

Sistem Muskuloskeletal dan integumen tidak ditemukan masalah.

C. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan urinalis : pH urin 9 dan adanya darah dalam urin

2) Hasil pemeriksaan USG Abdomen :nampak adanya striktur pada uretra


3) Pemeriksaan darah

a. BUN: 25 mg/dl (N pada laki-laki : 6-24 mg/dL)

b. Creatinin: 2 mg/dl ( N : 0,6-1,3 mg/dL)

c. Kalium: 6 mEq/L (N : 3,8-5,1 mEq)

3.2.3 Analisis Data

Data

Etiologi

MK

DS:

- Pasien merasakan adanya nyeri pada daerah perut dan punggung yang dirasakan
hilang timbul sejak 10 hari yang lalu.

- Klien mengatakan jika nyeri semakin bertambah ketika duduk saat mengendarai
motor

DO:

- Pasien terlihat meringis menahan nyeri

- Klien terlihat lemah

- Hasil PQRST

P: Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal

Q: Tumpul dan hilang timbul

R: Abdomen kanan bawah

S: Skala nyeri 6 (skala 1-10)

T: Nyeri dirasakan hilang timbul

- Tanda tanda Vital

Nadi 110 x/menit, TD 130/90 mmHg, suhu 38,1 oC, RR 24 x/menit.

- Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L.

Obstruksi Ureter


Penyempitan saluran kemih

Penumpukan urin

Penekanan ureter

Obstruksi aliran urin

Kolik renalis

Nyeri

Nyeri akut

(00132)

DS:

a. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.

b. Pasien mengatakan selalu ingin muntah ketika makan

DO :

a. BB awal 59 kg, BB sekarang 49 kg.

b. Porsi makan tidak habis

c. IMT : 17,13

d. Tampak lemas, nafsu makan menurun, mual, muntah

Hidronefrosis

Kegagalan membuang limbah metabolik

Ureum dalam darah


Racun dalam darah

Mual, muntah

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

DS :

- Pasien mengeluh sulit untuk BAK

DO:

- Terjadi penurunan jumlah urin.

- Pasien nampak tidak dapat mengatur jadwal pengeluaran urinnya.

BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L

Hidronefrosis

Refluks urin ke ginjal

Retensi urin

Gangguan pola eliminasi urin

Gangguan eliminasi urin

3.2.4 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya


intake makanan

c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter

3.2.5 Intervensi Keperawatan


Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal

NOC

NIC

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan
Kriteria Hasil NOC:

a. Mampu mengontrol nyeri (mengetahui penyebab nyeri, dapat menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dnegan manajemen nyeri

c. Mampu memngenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital dalam rentang normal

Pain Management (1400)

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

d. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan

e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)

f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (napas dalam, kompres hangat atau dingin)

g. Memposisiskan klien untuk memberikan rasaa nyaman

h. Tingkatkan istirahat

i. Kolaborasi : Pemberian Analgesik sesuai indikasi

j. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali

Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
intake makanan

NOC
NIC

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Keperawatan diharapkan nutrisi klien adekuat dengan
Kriteria Hasil NOC :

1. Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang di
programkan.

2. Berat badan klien akan meningkat.

3. Klien memiliki energy yang cukup sehingga tidak merasa lemas.

1. Managemen Nutrisi (1100)

a. Identifikasi alergi makanan pada klien.

b. Beri instruksi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi klien.

2. Terapi Nutrisi (1120)

Monitor makanan/ cairan yang dicerna, masukan kalori dan dikalkulasi setiap hari dengan
tepat.

3. Managemen Mual (1450)

a. Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien

b. Beri supplement nutrisi sesuai kebutuhan

4. Manajemen Energi (0180)

a. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber nutrisi yang adekuat.

b. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebiasaan untuk meningkatkan intake makanan
yang tinggi energi

Diagnosa : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter

NOC

NIC

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih dengan
jumlah normal dengan Kriteria Hasil NOC :

- Frekuensi urin dalam batas normal


- Tidak terjadi retensi urin

- Warna urin kuning jernih

- Tidak menunjukkan adanya tanda obstruksi

Manajemen eliminasi urin

a. Monitor eliminasi urin mengenai frekuensi, konsistensi, volume, warna

b. Monitor tanda dan gejala adanya retensi urin

c. Mengkaji pemasukan cairan dan pengeluaran karakteristik urin

d. Amati keluhan kandung kemih, palpasi untuk distensi suprapubik, pertahanan


penurunan keluaran urin

e. Kolaborasi : pemasangan nefrotomy tube

3.2.6 Evaluasi

1. Klien mengatakan jika nyeri berkurang dalam skala 1-2

2. Intake makanan meningkat dan nutrisi klien dapat terpenuhi

3. Klien mengatakan dapat berkemih dengan jumlah nomal sekitar 1000-1500/hari

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC

Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus


Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.

Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract


Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-
textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015]

Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL :


http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html [Diakses
tanggal 15 Maret 2016]
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC

Unknown di 18.24

Berbagi

2 komentar:

Unknown6 Agustus 2017 02.15

Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang di sebabkan oleh virus. Virus herpes
ini menyerang saraf tepi,maka dari itu janganheran kalau rasanya sakit sekali. Selain
menimbulkan sakit saat masih terdapat luka, rasa sakit juga masih akan tetap di rasakan
oleh penderita walaupun luka sudah kering dan sudah sembuh.

cara mengobati herpes

Herpes merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat mudah sekali untuk menular, jadi
hati-hati dan jaga kontak fisik dengan penderita herpes. Herpes itu sendiri juga di bedakan
menjadi beberapa macam, sesuai dengan penyebabnya yaitu herpes simplek yang ditandai
dengan luka seperti melepuh dan berisi air, herpes zoster merupakan jenis herpes yang
terjadi karena penyakit varisella yang kambuh lagi, herpes genital yang berada di daerah
alat kelamin, herpes labialis jika herpes terdapat pada bibir.

Cara Mengobati Herpes S

Herpes merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, maka dari itu antibiotik
seperti amoxcilin, ampicillin tak akan mempan untuk meredakan herpes. Karena herpes
merupakan penyakit yang di akibatkan oleh virus, obatnya pun yang harus untuk
membunuh virus bukan antibiotik yang berguna untuk membunuh bakteri. Ada beberapa
tips yang bisa anda lakukan sebagai cara mengobati herpes. Seperti apa caranya, kita lihat
yuk.

Cara Mengobati Herpes

Beberapa jenis obat-obatan anti virus yang bisa digunakan untuk mengatasi herpes antara
lein seperti asyclovir, valasiklovir, famsiklovir. Obat-obatan tersebut khusus untuk
mengobatii segala jenis penyakit yang berasal dari virus. Jadi jangan selalu berasumsi
semua penyakit bisa sembuh dengan antibiotik. Karena terlalu banyak mengkonsumsi
antibiotik justru akan sangat merugikan tubuh karena tubuh akan resisten dengan antibiotik
tersebut.

Kulup | Kulup panjang

Ejakulasi dini | Sunat dewasa tak perlu malu

Chat | Klini chat

Balas

NADI UTAMA16 Agustus 2018 18.05

Kak,woc nya sumber pribadi atau dri buku ya?

Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya
Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai