Oleh :
Kelompok 2
1. Wirya Handoko
2. Romasta Manurung
3. Nofi Antika ES
4. Inggrid Monica
Untuk itulah kami mengucapkan terima kasih kepada diklat yang memberikan
tugas ini. Dan kepada ka Elly yang telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas.
Dan teman-teman yang memberikan konstribusinya baik secara langsung maupun tidak
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat berterima kasih
apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran pada makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1. 2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1. 3 Tujuan........................................................................................................................ 2
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua
ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
(Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk ureteroceles, katup
uretra posterior dan batu ginjal.
Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi yang
mengawali terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal yang terserang
Hydronephrosis, fungsi ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephrosis, dan apakah
Hydronephrosis terjadi pada ginjal yang sedang masih dalam masa pertumbuhan pada bayi
atau pada ginjal yang sudah matang. Kasus bilateral Prenatal Hydronephrosis pada
prenatal atau bayi yang ginjalnya masih berkembang dapat menghasilkan prognosis buruk
jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan ginjal permanen meskipun obstruksinya
sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).
1.3 Tujuan
Setelah presentasi yang kami berikan dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan
pada klien dengan hidronefrosis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises.
Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran
urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa
kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin
membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).
a. Hidronefrosis Derajat 1
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi
ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan
korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi
ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis
adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh proses
patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat
hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu
tinggi
d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal,
dan tumor
c) Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h) Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i) Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j) Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter
b. Hidronefrosis Bilateral
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal
5) Abnormalitas kongenital
7) Bekuan darah
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan
obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan
atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-
bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal
ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan
pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan menyebabkan
kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten
yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang
(flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada
obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum
terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis
progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis,
dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan
pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara
dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan
selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu,
keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan
anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah
kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara
paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat
terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat
asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam
jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal
yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin.
Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif,
menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis.
Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total
fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya (smeltzer
dan Bare,2002):
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta pyuria
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi
hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna.
Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan
diagnosis dan hidronefrosis.
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses
retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat
dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan
ujung-ujungnya disambungkan kembali.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi saluran urin
bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian
bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang
terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah
kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini
untuk mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena
obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan batu
ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui
gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri
melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik
atau sinar laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive dibidang
urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk
mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di
ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi ureter, memulihakan
fungsi ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas Klien
b. Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi pada
orang dewasa)
c. Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus)
d. Agama
e. Pendidikan
g. Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus
pinggang
3. Riwayat kesehatan
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus,
serta penyakit ginjal yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah,
distraksi tergantung derajat keparahan)
f. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti
biasa)
B. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor cukup
3) Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya(+/
+).
7) Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8) Thorax :
a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas
normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan
tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak
ada suara tambahan.
c. Abdomen :
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis
bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang
terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas
menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
d. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup.
C. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
2) Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut.
b. Radiodiagnostik
1) USG abdomen
Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
2) IVP
3) Renogram / RPG
4) Poto thorax
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DO :
- Tamnpak gelisah
DS :
Nyeri Akut
Nyeri Akut
2
DO :
DO :
Hidronefrosis
Retensi urin
DO :
DS :
Kerusakan ginjal
↓
Pe# ureum dalam darah
Di sis. Pencernaan
DO :
- Diagnose Hidronefrosis
DS:
Hidronefrosis unilateral
Terdapat obstruksi
Kontaminasi kuman
Risiko Infeksi
Diagnosa
Intervensi
NOC :
a. Pain level
b. Pain control
KH :
NIC :
g) Berikan analgetik
h) Lakuakn pengobatan non farmakologik
NOC
a) urinary elimination
b) urinary continuece
kriteria hasil:
NIC:
(b) Memntau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusimeransang reflex
kandung kemih
NOC
a. alergiy conservation
b. self care:ADL
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi
dan pernafasan
NIC
Energy management
(d) monitor akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebih
Activity terapy
(b) bantu untuk memilih aktivitas konsisiten yang sesuai dengan kemamuan fisik dan
psikologis
(d) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi
yang tepat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah
NIC
KH:
- yakinkan diet yang dimakan klien mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
NIC
Nutrition management
Nutrition monitring
NOC
Kriteria Hasil :
NIC
Infection Control
3.2.1 Kasus
Pada tanggal 3 Maret Ny.C yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
nyeri pinggang dan daerah perut bagian kanan. BAK nya sedikit tidak bercampur darah
Nyeri bertambah berat saat duduk dan ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan minum. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data TB: 160
cm, BB: 50 Kg, Nadi 110 x/menit, TD 117/80 mmHg, suhu 36,9oC, RR 24 x/menit. Klien
terlihat lemah dan kesakitan. Hasil palpasi kandung kemih terasa penuh. Pemeriksaan
urinalisis: pH urin 6 dan adanya darah dalam urin. Hasil pemeriksaan USG abdomen,
nampak adanya striktur pada uretra. Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2
mg/dl, kalium: 6 mEq/L. Tn. C didiagnosis Hidronefrosis. Keluarga klien tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama seperti klien.
3.2.2 Pengkajian
A. Anamnesa
a. Identitas Klien
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
b. Keluhan Utama
Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 3 maret dengan keluhan BAK bercampur darah
disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri bertambah
berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang.
Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita
sekarang dan klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
Klien mengatakan jika tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti klien dan tidak
ada penyakit keturunan.
B. Pemeriksaan Fisik
BB sekarang: 49 kg, TB 169 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 59 kg. Tidak nafsu makan.
Porsi makan tidak habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB selama 5 hari. Mual +, muntah
+.
IMT = BB / (TB)2
C. Pemeriksaan Penunjang
Data
Etiologi
MK
DS:
- Pasien merasakan adanya nyeri pada daerah perut dan punggung yang dirasakan
hilang timbul sejak 10 hari yang lalu.
- Klien mengatakan jika nyeri semakin bertambah ketika duduk saat mengendarai
motor
DO:
- Hasil PQRST
Obstruksi Ureter
↓
Penyempitan saluran kemih
Penumpukan urin
Penekanan ureter
Kolik renalis
Nyeri
Nyeri akut
(00132)
DS:
DO :
c. IMT : 17,13
Hidronefrosis
↓
Racun dalam darah
Mual, muntah
DS :
DO:
Hidronefrosis
Retensi urin
NOC
NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan
Kriteria Hasil NOC:
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (napas dalam, kompres hangat atau dingin)
h. Tingkatkan istirahat
j. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali
Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
intake makanan
NOC
NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Keperawatan diharapkan nutrisi klien adekuat dengan
Kriteria Hasil NOC :
1. Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang di
programkan.
Monitor makanan/ cairan yang dicerna, masukan kalori dan dikalkulasi setiap hari dengan
tepat.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebiasaan untuk meningkatkan intake makanan
yang tinggi energi
NOC
NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih dengan
jumlah normal dengan Kriteria Hasil NOC :
3.2.6 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC
Unknown di 18.24
Berbagi
2 komentar:
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang di sebabkan oleh virus. Virus herpes
ini menyerang saraf tepi,maka dari itu janganheran kalau rasanya sakit sekali. Selain
menimbulkan sakit saat masih terdapat luka, rasa sakit juga masih akan tetap di rasakan
oleh penderita walaupun luka sudah kering dan sudah sembuh.
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat mudah sekali untuk menular, jadi
hati-hati dan jaga kontak fisik dengan penderita herpes. Herpes itu sendiri juga di bedakan
menjadi beberapa macam, sesuai dengan penyebabnya yaitu herpes simplek yang ditandai
dengan luka seperti melepuh dan berisi air, herpes zoster merupakan jenis herpes yang
terjadi karena penyakit varisella yang kambuh lagi, herpes genital yang berada di daerah
alat kelamin, herpes labialis jika herpes terdapat pada bibir.
Herpes merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, maka dari itu antibiotik
seperti amoxcilin, ampicillin tak akan mempan untuk meredakan herpes. Karena herpes
merupakan penyakit yang di akibatkan oleh virus, obatnya pun yang harus untuk
membunuh virus bukan antibiotik yang berguna untuk membunuh bakteri. Ada beberapa
tips yang bisa anda lakukan sebagai cara mengobati herpes. Seperti apa caranya, kita lihat
yuk.
Beberapa jenis obat-obatan anti virus yang bisa digunakan untuk mengatasi herpes antara
lein seperti asyclovir, valasiklovir, famsiklovir. Obat-obatan tersebut khusus untuk
mengobatii segala jenis penyakit yang berasal dari virus. Jadi jangan selalu berasumsi
semua penyakit bisa sembuh dengan antibiotik. Karena terlalu banyak mengkonsumsi
antibiotik justru akan sangat merugikan tubuh karena tubuh akan resisten dengan antibiotik
tersebut.
Balas
Balas
Beranda
Mengenai Saya
Unknown