PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ureterocele merupakan kelainan kongenital pada ureter berupa pelebaran ureter
distal yang membentuk seperti kantong.1 Hal ini diakibatkan tempat masuknya ureter pada
vesica urinaria sangat sempit sehingga menyebabkan obstruksi dari urine outflow. 2
B. INSIDENSI
Insidensi ureterocele adalah 1:500 1:4000 individu di mana anak perempuan
lebih sering terkena dibandingkan laki-laki sebesar 4-7 kali.
C. ETIOLOGI
Penyebab dan mekanisme terjadinya ureterocele pada anak-anak belum diketahui
dengan pasti.1,3,4 Beberapa ahli mengatakan bahwa ureterocele merupakan kelainan
kongenital , namun beberapa ahli mengatakan bahwa ureterocele adalah kelainan yang
didapat. 5,6
Etiologi yang banyak dianut adalah karena adanya obstruksi ureteral orifice selama
embriogenesis yang biasanya disebabkan persisten Chwallas membrane dan adanya
kelemahan musckular dan/atau defisiensi neural dari dinding ureter.1
Teori yang mengatakan ureterocele berupa kelainan yang acquired biasanya oleh
karena adanya infeksi terutama schistosoma haematobium, adanya trauma yang
menyebabkan fibrosis dan stenotic ureterocele ataupun adanya obstruksi karena tumor
maupun calculus yang menyebabkan karena fibrosis.
D. ANATOMI
Vesika Urinaria
Vesika urinaria atau yang lebih dikenal dengan kantong kemih merupakan salah
satu organ dalam saluran ekskresi yang berbentuk seperti kantung.
2
Vesika urinaria merupakan organ berongga yang ukuran dan posisinya
tergantung pada jumlah urin didalamnya. Pada keadaan kosong vesika urinaria mempunyai
strukur berdinding tebal berbentuk seperti buah pir yang terletak diatas pelvis.
Peritonium menutupi bagian cranial dari vesika urinaria, bagian caudal di tutupi
oleh fascia pelvis. Vesika urinaria disuplai oleh arteri arteri yng berasal dari arteri
pudenda cabang dari arteri obturatoria dan arteri umbilikalis.
Vesika urinaria merupakan ruang yang dibatasi oleh sel epitel transisional
urotelium yang dikelilingi oleh jaringan ikat lamina propria dan otot polos.
Urotelium vesika urinaria yang normal mempunyai ketebalan 7 8 sel dan
mempunyai 3 zona sel : basalis, intermedia dan lapisan permukaan yang khusus.
Otot polos tersusun dalam anyaman yang saling bersilangan. Urin dan ginjal
mengalir masuk ke dalam sistem urinria melalui ureter, yang akan di simpan dalam waktu
tertentu dan kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Berdasarkan letaknya di dalam susunan sistem urinaria, bagian ini terletak
sebelum saluran uretra dan dibawah saluran ureter, atau dengan kata lain kantong kemih
terletak di antara ureter dan uretra. Bagian ini disebut sebagai simpanan sementara
dikarenakan bagian ini dialiri kemih secara terus menerus dari 2 saluran ureter di atasnya.
Kandung kemih terletak dibelakang simfisis pubis, didalam rongga panggul.
Bentuknya seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis medius. Dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.
Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis, merupakan tempat
penyimpanan urin yang berdinding otot kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jummlah
urin yang dikandung. Kandung kemih pada waktu kosong terletak dalam rongga pelvis,
sedangkan dalam keadaan penuh dinding atas terangkat masuk ke dalam region
hipogastrika. Apeks kandung kemih terletak di belakang pinggir atas simpisis pubis dan
permukaan posteriornya berbentuk segitiga. Bagian sudut superateral merupakan muara
ureter dan sudut inferior membentuk uretra.
Bagian atas kandung kemih ditutupi oleh peritoneum yang membentuk eksavasio
retrovesiklalis sedangkan bagian bawah permukaan posterior dipisahkan dari rektum oleh
duktus deferens, vesika seminalis, dan vesika retrovesikalis. Permukaan superior
seluruhnya ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan dengan gulungan ileum dan kolon
sigmoid sepanjang lateral permkaan teritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
3
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah
Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus
Verteks, yaitu bagian yan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding vesika urinaria tersusun serupa dinding ureter, yaitu epithelium transisi
Vesika urinaria terpengaruh oleh obstruksi aliran urin sehingga terjadi hipertrofi
lapisan ototnya. Letak vesika urinaria yang berdekatan dengan traktus urinarius pada
wanita, dengan prostat pada pria, dan dengan rectum pada pria dan wanita, berarti vesika
urinaria sering terkena inflitrasi dari organ lain yang terkena tumor.
Divertikula merupkan tonjolan yang membentuk kantong dari mukosa vesika
urinaria. Divertikulum vesika urinaria dapat congenital atau didapat. Secara klinis kelainan
ini penting karena stasis urinarius yang kemudian memberikan peridisposisi untuk
terbentuknya batu dan terjadinya infeksi.
Divertikel, obstruksi dan radang semuanya penting dalam pembentukan batu
dalam vesika urinaria. Alternatif lainnya, batu berasal dari ginjal yang turun melalui ureter.
Batu vesika urinaria dapat tanpa gejala, tetapi sering terjadi iritasi kronis dan infeksi, dan
penting terjadinya disuria dan kadang kadang hematuria.
Ditemukan peningkatan risiko terjadinya karsinoma vesika urinaria, yang sering
yaitu jenis karsinoma skuamosa yang tumbuh dari epitel yang mengalami metaplasia
squamosa.
Vesika urinaria dibagi menjadi bagian leher atau cervic vesicae yang
dihubungkan dengan uretraa bagian cranial yang tumpul atau fundus vesicae dan badan
4
vsika urinaria atau corpus vesicae. Urin pada vesika urinaria diperoleh dari ginjal melewati
ureter yang kemudian disimpan , setelah disimpan urin dikeluarkan melewati uretra.
Mukosa memiliki epitel peralihan ( transisional yang terdiri dari 5 10 lapis sel
pada yang kendor, apabila teregang ( penuh urin ) terdiri atas 3 4 lapis sel. Propria mukosa
terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limphonodulus atau
kelenjar. Submukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.
Tunika muskularis tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler ( luar ). Lapisan
paling luar atau tunika serosa, berupa jaringan ikat longgar ( jaringan areoler ) sedikit
pembuluh darah dan saraf.
Secara histologis, kandung kemih merupakan ureter yang meluas, sebab lapisan
yang terdapat pada kantung kemih terdapat juga pada ureter. Perbedaan utama terletak pada
tebal relatif lapisan dindingnya, terutama pada tunika muskularis dan adanya muskularis
mukosa yang tipis pada beberapa hewan.
Secara fisiologis, fungsi dari vesika urinaria adalah sebagai tempat penyimpanan
atau penampungan urin dan mendorong urin keluar dari tubuh.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa secara histologis lapisan
penyusun dinding kantung kemih terdapat 3 lapis. Lapisan dari dalam ke luar yaitu tunika
mukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia.
1. Tunika Mukosa
Lapisan ini merupakan lapisan paling dalam yang berbasan secara langsung
dengan lumen. Penyusun lapisan ini berupa sel epitel berlapis banyak yang lebih tebal dari
5
ureter dan lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat areolar dan mengandung banyak
serabut elastin. Waktu kantung kemih kosong sel epitel penyusun tunika mukosa ini
berbentuk batang atau kubus. Waktu terisi penuh bentuknyapun menggepeng dan
lumennyapun meluas. Melihat kondisi seperti ini maka sel epitelnya disebut dengan epitel
transisional.
Tebal epitel transisional ini bervariasi, dari 3 sampai dengan 14 lapis sel, tergant
ung pada spesies serta derajat pemekarannya.
2. Tunika Muskularis
Merupakan lapisan yang berupa berkas otot polos yang terdiri atas 3 lapis.
Lapisan terdalam tersusun secara longitudinal, kemudian sirkuler, dan yang paling luar
sirkuler. Tunika muskularis merupakan lapisan yang paling tebal dari lapisan yang lainnya.
Dan diantra ketiga lapisan otot polos tersebut yang paling tebal adalah lapisan otot sirkuler.
Bentuk atau pola susunan dari 3 lapisan muskularis ini merupakan susunan yang
penting. Pola dari lapisan ini saling menjalin membentuk jalinan yang cukup kuat sehingga
otot pada daerah kantung kemih ini disebut dengan otot detrusor. Pada daerah hubungan
ureter dengan kantung kemih, lapisan longitudinal otot Detrusor. Pada daerah hubungan
ureter dengan kantung kemih, lapisan longitudinal otot ureter membentuk jalinan dengan
lapisan yang sama pada kantung kemih. Keaadaan ini membentuk sfingter yang fungsional,
yaitu mencegah aliran kembali dari kemih.
Pada leher kandung kemih, otot destrusor mengarah ke uretra dan memusat ke
arah lubang uretra. Kontraksi otot longitudinal akan memperbesar lumen uretra dan
memperpendeknya. Mekanisme ini mengawali permbuangan kemih. Sususnan melingkar
erabut elastik pada leher kantung kemih dan bagian proksimal uretra membantu menutup
uretra setelah pembuangan kemih.
3. Tunika Adventisia
Merupakan lapisan paling luar dari lapisan penyusun kantung kemih. Bagian ini
berupa jaringan ikat yang bagian luarnya diselaputi oleh mesotel. Di sebelah luar dari
tunika adventisia merupakan tunika serosa dan peritoneal yang diselubungi oleh jaringan
6
ikat longgar. Di bagian terluar lagi ada simpul saraf simpatik yang disebut plexis vesicalis.
Simpul saraf ini yang berperan untuk mengontrol proses kencing.
Ureter
Ureter merupakan bagian dari sistem urinarius yaitu sistem tubuh yang berperan
dalam proses pembentukan dan pembuangan sisa metabolisme dan kelebihan cairan dalam
bentuk urin disebut juga sistem perkemihan. Secara embriologi sistem urinarius berasal
dari metanefros yang terdiri dari bagian dorsal mesonefros dan tonjol ureter. Metanefros
ini kemudian membentuk kaliks ginjal, jaringan parenkim ginjal, pielum, dan ureter.
Struktur ini kemudian naik ke arah dorsokranial selama perkembangannya pada saat
minggu ke delapan dan menyatu dengan blastema dan mengalami rotasi sehinga akhirnya
pielum dan hilus ginjal akan terletak di sebelah medial.
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari pelvis
renalis yang berjalan dari hillus ginjal menuju distal dan kemudian bermuara pada kandung
kemih. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah kanan dan kiri yang menghubungkan
ginjal kanan dan kiri dengan kandung kemih. Ureter memiliki panjang sekitar 20 30 cm
dengan diameter rata rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7 cm yang
berada di dekat kandung kemih. Berdasarakan letak anatomisnya ureter ini dibagi menjadi
ureter pars abdominalis yang berada di dalam rongga abdomen dan ureter pars pelvis yang
berada di dalam rongga pelvis.
Ureter memiliki tiga lapisan dinding yang terdiri dari Jaringan ikat (jaringan
fibrosa) pada lapisan luar, otot polos sirkuler dan longitudinal pada lapisan tengah, sel
sel transisional pada lapisan mukosa sebelah dalam Pada pria ureter terdapat di dalam
visura seminalis atas yang disilangi oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus
vesikalis. kemudian ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding kandung
kemih pada sudut lateral dari trigonum vesika. Pada wanita ureter terdapat di belakang
fossa ovarika yang berjalan ke bagian medial dan ke depan ke bagian lateral serviks uteri
di bagian atas vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria.
Dalam perjalanannya, ureter ini didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm
dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan
ligamentum. Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh darah
arteri renalis, arteri spermatika interna, arteri hipogastrika, arteri vesikalis inferior dengan
hubungan kolateral yang kaya perdarahan, sehingga umumnya perdarahan pada tindak
7
bedah ureter tidak begitu mengancam. Persyarafan ureter bersifat otonom yaitu oleh plexus
hypogastricus inferior T11 L2 melalui neuron simpatis.
Ureter memiliki fungsi yang penting yaitu menghantarkan urin dari ginjal menuju
kandung kemih. Lapisan dinding ureter yang terdiri dari otot otot polos sirkuler dan
longitudinal menimbulkan gerakan gerakan peristaltik (berkontraksi) setiap 5 menit
sekali guna mendorong air kemih kemudian disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui
osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Sewaktu masuk kandung kemih dinding
atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada saat kandung kemih penuh akan
terbentuk katup (valvula) yang mencegah kembalinya urin dari kandung kemih. Selain
fungsi ureter tersebut selama perjalanannya ureter memiliki beberapa tempat yang ukuran
diameternya relatif lebih sempit daripada di banding tempat lainnya Tempat-tempat
penyempitan itu antara lain adalah : Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau
pelvico-uretero junction Pada persilangan ureter dan arteri iliaka di rongga pelvis atau
flexura marginalis Pada saat ureter masuk ke dalam kandung kemih atau uretero-vesico
junction Pada ketiga tempat sempit inilah batu (batu ginjal) atau benda-benda lain yang
berasal dari ginjal seringkali tersangkut di dalam ureter.
1. Ureter pars abdominalis : yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa
iliaka
2. ureter pars pelvika : mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke
kandung kemih
1. 1/3 proksimal : dimulai dari pelvis renalis sampai batas atas sacrum
2. 1/3 medial : dimulai dari batas atas sacrum sampai batas bawah sacrum
3. 1/3 distal : dimulai dar batas bawah sacrum sampai masuk ke kandung kemih
8
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Dibawah ini tampak
anatomi dari ureter.
Vaskularisasi :
- Arteriae : arteri yang memperdarahi ureter adalah ujung atas oleh arteri
renalis, bagian tengah oleh arteri testicularis atau arteri ovarica, dan didalam
pelvis oleh arteri vesicalis inferior
- Vena : vena dialirkan kedalam vena yang sesuai dengan arteri
Innervasi :
Aliran limfe :
E. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi banyak didapatkan untuk ureterocele, tetapi yang paling
sering digunakan utuk praktis klinis adalah membedakan ureterocele intravesica dari
ureterocele extravesica.8
9
Ectopic Ureterocele
Merupakan bentuk yang paling sering ( > 80 % ) dan timbul bilateral pada 40 %
kasus. Selalu berhubungan dengan duplex system ureterocele yaitu dimana sebuah ginjal
memiliki dua sistem pelvicalyceal ureter yang mengalir secara terpisah ke vesica urinaria.
Bentuknya besar, memisahkan trigonum dan menyusup kedalam uretra dan dapat
prolapse melalui meatus uretra walaupun jarang.
Orifisium ureterocele kecil, terletak di leher buli-buli, dapat di dalam buli-buli
sendiri atau didalam uretra dibawah leher buli-buli. Oleh sebab itu, sering terjadi refluks
akibat tertekan oleh ureterocele, yang menimbulkan megaureter yang obstruktif. Duplikasi
ginjal kontralateral terjadi pada 50 % kasus. Kadang-kadang ureterocele yang sangat besar
bertanggung jawab terhadap refluks atau obstruksi saluran kemih kontralateral bagian atas.
F. GEJALA KLINIS
Kebanyakan ureterocele tidak memiliki gejala. Namun beberapa pasien memiliki
gejala sebagai berikut 2:
Nyeri pada pinggang/punggung
Infeksi saluran kencing
Demam
10
Nyeri saat berkemih
Nyeri abdominal
Urin yang berbau busuk
Hematuria
Urinasi yang berlebih
G. DIAGNOSIS
Ultrasonografi
Biasanya ureterocele ditemukan pada pemeriksaan ultrasonografi prenatal.
Ultrasonografi prenatal dapat memperlihatkan ureterocele obstruktif yang besar dengan
mudah. Namun diagnosis prenatal akan sulit bila kutub atas ginjal sangat kecil atau
1,3,4
ureterocele yang sedikit menimbulkan obstruksi. Bila diagnosis prenatal sulit
dilakukan, gejala klinis dibawah ini dapat timbul pada saat lahir atau dikemudian hari:
Saat lahir, ureterocele prolaps atau kadang-kadang yang mengalami strangulasi
dapat terlihat pada muara uretra. Pada neonatus laki-laki dapat menyebabkan
retensi urine akut .
Gejala awal pyelonefritis dapat membantu diagnosis.
Gejala lanjut; disuria, sistitis rekuren, urgensi.6
Diagnosis pada saat lahir , ultrasonografi memperlihatkan dilatasi ureter yang
berhubungan dengan kutub atas ginjal yang duplikasi serta adanya ureterocele didalam
kandung kencing dengan ureter yang dilatasi dibagian proksimalnya. Ureterocele tampak
sebagai struktur kistik pada buli, sering dekat dengan lokasi normal vesicoureteric junction
1,3,4
(UVJ), insersinya bisa ektopik. Ureter yang terdapat ureterocele biasanya dilatasi.
Ultrasonografi juga dapat memperlihatkan dilatasi ginjal/ hidronefrosis.
11
Ureterocele pada ultrasonography.
12
Penentuan fungsi kutub atas ginjal yang duplikasi penting diketahui dengan cara
pyelografi intravena dan atau renografi. Pemeriksaan urografi dapat menggambarkan
morfologi moiety atas dan bawah serta ginjal kontra lateral. 1,3,4
13
Ureterocele pada IVP
CT urogram
CT urogram dapat menunjukkan:
Collecting system, apakah single atau duplex.
Hydroureteronephrosis.
Jika upper pole terobstruksi, maka tidak akan terlihat opak.
Bagian upper pole menyebabkan gambaran dropping lily sign karena mendorong
lower pole ke bawah dan ke lateral.
Ureter dari bagian upper pole berinsersi pada lokasi yang lebih inferior dan lebih
medial dibanding yang dari bagian lower pole (Weigert Meyer rule).
Gambaran kepala cobra (cobra head appearance) dari ureter distal yang terdilatasi.
Kontras berbentuk elips pada ureterocele dikelilingi oleh radiolusensi dari dinding
ureterocele.
Batu opak pada ureterocele akan terlihat pada foto pre-contrast.
Batu non-opak di dalam ureterocele akan terlihat pada pemeriksaan post-contrast
berupa gambaran filling defect di dalam ureterocele.
14
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan masih kotroversi antara dekompresi secara endoskopik,
nefrouretektomi partial atau rekonstruksi primer komplit. Saat ini endoskopik insisi adalah
prosedur initial untuk penatalaksanaan ureterocele.4
Pilihan modalitas pengobatan tergantung pada kriteria berikut : status klinis
pasien ( urosepsis), umur pasien, fungsi kutub atas ginjal yang duplikasi, ada tidaknya
refluks, obstruksi ureter ipsilateral, dan patologi ureter kontralateral.1,9,10
Diagnosis dini:1,9,10
1) Pada anak yang asimptomatis , normo/hipofungsi kutub atas ginjal, tanpa obstruksi
kutub bawah ginjal dan infravesika , diberikan antibiotika profilaktik selama 3
bulan sampai tindakan operasi dilakukan.
2) Bila ada obstruksi kutub bawah ureter atau ureter kontralateral atau infravesika,
dilakukan tindakan insisi atau pungsi secara endoskopi serta pemberian antibiotika
profilaktik, dan dievaluasi setelah 3 bulan.
Reevaluasi :
1) Bila dekompresi efektif, tidak ada refluks , pengobatan medis dihentikan dan
dilakukan pemeriksaan lanjutan berdasarkan kultur urine dan ultrasonografi.
2) Bila dekompresi tak efektif , ada refluks atau obstruksi ipsi atau kontralateral ureter
atau leher buli-buli dilakukan operasi (nefrektomi parsial sampai rekonstruksi
unilateral , tergantung fungsi kutub atas ginjal).
15
Tujuan utama penanganan ureterocele adalah untuk mengatasi terjadinya
vesicouretral reflux yang dapat menyebabkan pyelonephritis, renal scaring, insufisiensi
renal, endstage renal disease dan hipertensi.9
Prinsip melakukan penanganan non operatif adalah reflux dapat resolve dengan
dasar reflux yang steril dapat hilang setelah beberapa waktu dan tidak mencelakai ginjal,
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada ginjal. Infeksi harus ditangani dengan antibiotik
untuk mencegah infeksi dari pergerakan ke ginjal.9,11
DAFTAR PUSTAKA
1. Uson AC, John K. Ureteroceles in Infants and Children: A Report Based on 44
Cases. Pediatrics. 2015:971-83.
2. http://www.urologyhealth.org/urologic-conditions/ureterocele
16
3. Straticiuc C, Aprodu SG, Munteanu V, Gavrilescu S. Lower Urinary Tract
Reconstruction for Ureteroceles. JPSS. 2014 Vol 8:1-3.
4. Gunsar C, Mir E, Sencan A, Ertan P, Ozcan C. Pediatric Ureteroceles: Diagnosis,
Management and Treatmen Options. Iran J Pediatr. 2010 Vol 20 ( No 4):413-19.
5. Huddedar AD, Bane PB. A Rare Case Ureterocele in Lower Moiety of Duplicated
Draining System. International Journal of Health Sciences & Research Vol.2;
Issue: 9; December 2012.
6. Abdulkadir AY et al. Ureterocele: Self Resolved Following Spontaneous Extrusion
of Calculus. The Tropical Journal of Health Sciences Vol 16 no 2.
7. John M Park, Vesicoureteral reflux anatomic and functional basis of etiology
Dalam The KelalisKingBelman, Clinical Pediatric Urology. Edisi ke 5. UK
Steven G D , 2007
8. Peters CA, Schlussel R, Mendelsohn C. Ectopic Ureter, Ureterocele, and Ureteral
Anomalies. Dalam Campbell-Walsh Urology, 9th ed. Saunders Elsevier
2007:3236-66.
9. Jack S Elder, Non-surgical management of vesicoureteral reflux Dalam The
KelalisKingBelman, Clinical Pediatric Urology. Edisi ke 5. UK Steven G D ,
2007
10. John W Brock, Romano T DeMarco. Surgery for vesicoureteral reflux. Dalam The
KelalisKingBelman, Clinical Pediatric Urology. Edisi ke 5. UK Steven G D ,
2007
11. Cohen SA, Juwono T, Palazzi KL, Kaplan GW, Chiang G. Examining trends in
the treatment of ureterocee yields no definitive solution. J Ped urol (2015) 11: 1-6.
12. Calisti A, Perrotta ML, Coletta R, Olivieri C. An all-endo approach to complete
ureteral duplications complicated by ureterocele and or vesicoureteral reflux:
feasibility, limitations and result.Int Journal of Pediatric Vol 2011: 1-4
17