Anda di halaman 1dari 8

Histologi saluran kemih1

Kandung kemih dan saluran kemih menampung urin yang dibentuk di ginjal
dan menyalurkannya keluar. Kaliks, pelvis renalis, ureter, dan kandung kemih
memiliki struktur histologi dasar yang serupa, dengan dinding ureter yang secara
berangsur menebal sewaktu mendekati kandung kemih.

Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propria di
jaringan ikat yang padat sampai longgar. Suatu selubung anyaman otot polos padat
mengelilingi lamina propria organ-organ tersebut.

(Vesika urinaria saat dalam keadaan kosong)

Vesika urinaria dalam keadaan penuh


Epitel transisional kandung kemih dalam keadaan tidak teregang, memiliki
tebal lima atau enam sel; sel superfisial membulat dan menonjol ke dalam lumen. Sel-
sel ini seringkali berbentuk poliploid atau binukleus. Bila epitel ini teregangkan,
ketika kandung kemih dipenuhi dengan urin, epitel transisional hanya setebal tiga
atau empat sel, dan sel superfisial menjadi gepeng.

Sel superfisial dari epitel transisional mempunyai suatu membrane lempeng


tebal khusus yang dipisahkan oleh pita tipis dari membran yang lebih tipis dan
berfungsi sebagai sawar osmotik antara urin dan cairan jaringan. Bila kandung kemih
berkontraksi, membran tersebut akan melipat di sepanjang daerah yang lebih tipis,
dan lempeng yang lebih tebal berinvaginasi membentuk vesikel sitoplasma
fusiformis. Vesikel ini merupakan suatu penampungan dari lempeng-lempeng tebal
tersebut yang dapat disimpan dalam sitoplasma sel kandung kemih yang kosong dan
dipergunakan untuk menutupi perluasan permukaan sel di dalam kandung kemih
yang penuh. Membran luminal ini dirakit di kompleks Golgi dan memiliki komposisi
kimia yang tidak lazim; serebrosida adalah komponen utamanya dari fraksi lipid
polar.

Lapisan otot dalam kaliks, pelvis renalis, dan ureter mempunyai susunan
berpilin. Sewaktu sel otot ureter mencapai kandung kemih, sel otot tersebut berubah
menjadi panjang. Serabut otot kandung kemih berjalan ke segala arah (tanpa batas
lapisan yang jelas) sampai mendekati leher kandung kemih dengan tiga lapisan
berbeda yang dapat dikenali: Lapisan longitudinal interna, yang berada distal dari
leher kandung kemih, menjadi sirkular di sekeliling ureter pars prostatika dan
parenkim prostat pada pria. Lapisan tersebut meluas sampai ke meatus eksterna pada
wanita. Serabut-serabutnya membentuk sfingter uretra involunter yang sesungguhnya.
Lapisan media berakhir pada leher kandung kemih, dan lapisan longitudinal luar
berlanjut ke ujung prostat pada pria dan berlanjut ke meatus uretra eksterna pada
wanita.
Ureter menembus dinding kandung kemih secara miring, dan membentuk
katup yang mencegah aliran balik dari urin. Ureter intravesika hanya memiliki
serabut otot memanjang.

(Fotomikrograf yang memperlihatkan komponen utama dari ureter, yang terdiri atas
lapisan epitel transisional di dalam, jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah,
lapisan otot polos, dan suatu lapisan jaringan ikat di luar. Pulasan PT. Pembesaran
lemah.)

Saluran keluar kemih dibungkus oleh membran adventisia di bagian luarnya


kecuali di bagian atas kandung kemih, yang dibungkus oleh peritoneum serosa.

Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar.
Pada pria, seperma juga melalui uretra selama ejakulasi. Pada wanita, uretra hanya
merupakan organ perkemihan.

a. Uretra pria
Uretra pria terdiri atas 4 bagian: pars prostatika, pars membranosa,
pars bulosa, dan pars pendulosa. Bagian awal uretra melalui prostat yang
terletak sangat dekat dengan kandung kemih, dan duktus yang mengangkat
secret prostat bermuara ke dalam uretra pars prostatika.
Di bagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian yang
meninggi, yaitu verumontanum (dari bahasa Latin, yang berarti tepi gunung),
yang menonjol ke bagian dalam uretra tersebut. Suatu tabung tertutup yang
disebut utrikulus prostatikus bermuara ke puncak verumontanum; tabung ini
tidak diketahui fungsinya. Duktus ejakulatorius bermuara pada sisi
verumontanum. Cairan semen masuk ke dalam uretra proksimal melalui
duktus ini untuk disimpan tepat sebelum terjadinya ejakulasi. Uretra pars
prostatika dilapisi epitel transisional.
Ureter pars membranosus hanya memiliki panjang 1 cm dan dilapisi
epitel berlapis atau bertingkat silindris. Di sekeliling uretra bagian ini terdapat
sfingter otot rangka, yakni sfingter uretra eksterna. Sfingter lurik volunteer
eksterna ini menambah tekanan penutupan yang telah ditimbulkan oleh
sfingter utetra involunter. Sfingter uretra involunter dibentuk oleh lanjutan
muskulus longitudinalis interna di kandung kemih.
Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum
penis. Lumen melebar ke arah distal, yang membentuk fossa navikulare.
Epitel di bagian uretra ini kebanyakan berupa epitel beringkat dan silindris,
dengan daerah epitel gepeng dan berlapis.
Kelenjar Littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang
uretra namun kebanyakan berada di uretra pars pendulosa. Bagian sekresi dari
beberapa kelenjar ini langsung terhubung dalam lapisan epitel uretra, sebagian
kelenjar lainnya memiliki duktus ekskretorius.
b. Uretra wanita
Uretra wanita merupakan suatu tabung dengan panjang 4-5 cm, yang
dilapisi dengan epitel gepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel
silindris bertingkat. Bagian tengah uretra dikelilingi sfingter lurik volunter
eksterna.
Patofiologi ISK2

Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat
kolonisasi mikoorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negatif.

Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke


dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat
mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks vesikoureter.

Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik,


mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi
sebagai akibat lanjut septikemi atau endocarditis akibat Staphylococcus aureus.
Kelainan ginjal yang terkait dengan endocarditis dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa
peneliti melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen
dari infeksi sistemik gram negatif.

Tata laksana ISK2

a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah


Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi
urin:
1 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimethoprim 200 mg.
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

Mengapa nyeri dan panas saat berkemih3

Pasien tersebut mengalami dysuria. Disuria adalah perasaan nyeri saat


kencing. Hal ini disebabkan karena adanya iritasi pada buli-buli. Beberapa penyebab
tersering dari dysuria:
1. Infeksi, misalnya pyelonephritis, cystitis, prostatitis, urethritis, cervicitis,
epididymo-orchitis, vulvovaginitis.
2. Kondisi Hormonal, misalnya hypoestrogenism, endometriosis.
3. Malformasi, misalnya obstruksi leher vesica urinaria (misalnya benign
prostatic hyperplasia), urethral strictures atau diverticula.
4. Neoplasma, misalnya tumor sel renal, vesica urinaria, prostat, vagina/vulva,
dan kanker penis.
5. Peradangan, misalnya spondyloarthropathies, efek samping obat, penyakit
autoimun.
6. Trauma, misalnya karena pemasangan kateter, “honeymoon” cystitis
7. Kondisi psychogenic, misalnya somatization disorder, major depression,
stress atau anxietas, hysteris.

Disuria lebih umum dijumpai pada wanita muda, mungkin karena aktivitas
seksual yang lebih tinggi. Pria yang lebih tua lebih umum menderita disuria
karena meningkatnya insiden benigna prostat hyperplasia (BPH) yang disertai
dengan inflamasi dan infeksi. Pada kebanyakan pasien, urinalisis dapat membantu
menentukan adanya infeksi dan memastikan diagnosis. Organisme coliform,
terutama Escherichia coli, adalah pathogen yang paling umum dalam infeksi
traktus urinarius. Disuria dapat juga disebabkan oleh inflamasi non-infeksius atau
trauma, neoplasma, calculi, hipoesterogenisme, cystitis interstisial, atau penyakit
psychogenic. Walaupun radiografi dan bentuk imaging lain sangat jarang
diperlukan, pemeriksaan ini mungkin dapat mengidentifikasi abnormalitas dalam
traktus urinarius bagian atas ketika gejala klinisnya menjadi lebih kompleks.

Disuria lebih sering mengindikasikan adanya infeksi atau inflamasi dari


vasica urinaria dan atau urethra. Penyebab umum lain dari disuria termasuk
prostatitis dan iritasi mekanis dari urethra pada pria, dan urethrotrigonitis dan
vaginitis pada wanita. Prevalensi tertinggi dari gejala ini muncul pada wanita 25-
54 tahun dan orang yang aktif secara seksual. Pada pria, disuria dan gejala yang
berhubungan mencapai prevalensi tertinggi sejalan dengan usia yang bertambah.
a. Infeksi dan Inflamasi
Infeksi adalah penyebab paling umum dari disuria dan muncul sebagai
cystitis, pyelonefritis, oriurethritis, tergantung dimana area di traktus
urogenital yang paling terkena. Struktur kosong atau tubuler dari system
urinarius rentan terhadap infeksi bakteri coliform. Bakteri ini diduga
memperoleh akses ke meatus uretra lewat aktivitas seksual atau kontaminasi
local kemudian bergerak naik ke daerah yang terkena.
Sebuah studi komunitas menemukan fakta bahwa sekitar dua pertiga
infeksi traktus urinarius terbukti disebabkan oleh E. coli. Penyebab lain yang
kurang umum termasuk Staphylococcus saprophyticus (15%), Proteus
mirabilis (10%),Staphyloccus aureus (5%), Enterococcus sp. (3%), dan
Klebsiella sp. (3%).
Urethra lebih umum terinfeksi oleh organism seperti Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamidia trachomatis. Pathogen lain termasuk Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis, dan HSV.
Infeksi yang jarang mengakibatkan disuria termasuk adenovirus, herpesvirus,
mumps virus, dan parasti tropis Schistosoma haematobium .
b. Noninfeksiua
Disuria dapat disebabkan oleh inflamasi dari mukosa urethra yang
menggembung tanpa lapisan infeksi. Pada kedua jenis kelamin, disuria
mungkin menjadi bagian dari manifestasi klinis dari calculus renalis atau
neoplasma pada vesica urinaria dan traktus urinarius
Daftar Pustaka

1. Mescher, L. A. (2009). Junqueira's Basic Histology Text and Atlas. English:


McGrawHill Medical.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
3. Purnomo, B. Dasar-dasar Urologi (2nd.ed.). Jakarta. 2003.

Anda mungkin juga menyukai