Anda di halaman 1dari 21

Table

PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA............................................................................................1


TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................................................1
ANATOMI DAN FISIOLOGI GENITALIA PRIA....................................................................1
PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA........................................................................................3
INSPEKSI....................................................................................................................................4
PALPASI.....................................................................................................................................8
HERNIA.....................................................................................................................................13
PROSEDUR KERJA.................................................................................................................14
CHECK LIST SKILL LAB.............................................................................................................1
PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA
(MALE GENITALIA EXAM)

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik genitalia pria secara sistematis dan benar.

ANATOMI DAN FISIOLOGI GENITALIA PRIA


Penis terdiri dari sepasang korpus kavernosum dan satu korpus spongiosum yang
mengelilingi uretra dan membesar di sebelah distal sebagai glans. Bersama batang penis,
struktur-struktur ini dibungkus oleh selubung fibrosa dan dilapisi oleh kulit yang sangat halus,
tipis dan tidak berambut. Bagian distal kulit penis membentuk suatu lipatan kulit bebas yang
disebut preputium. Sekresi mukus dan lapisan sel epitel disebut smegma terkumpul di antara
preputium dan glans.
Korpus kavernosa mengandung otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi, sedangkan
korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis dan di sebelah
proksimal dilapisi otot bulbokavernosus. Korpus spongiosum berakhir di distal sebagai glans
penis.

Anatomi genitalia pria

Testis turun dari abdomen melalui kanalis inguinalis untuk mencapai skrotum pada usia
gestasi sekitar 38 minggu. Testis berbentuk oval, halus dan panjangnya kira-kira 3,5-5 cm. Testis
kiri biasanya terletak lebih rendah dibandingkan yang kanan. Testis dibungkus oleh suatu lapisan

1
fibrosa kuat yang disebut tunika albugenia testis. Masing-masing testis mengandung tubulus
seminiferus yang panjang, berkelok-kelok dan menghasilkan sperma. Tubulus ini berakhir di
dalam epididimis, yang berbentuk koma dan terletak di batas posterior testis. Pars inferior
epididimis melanjutkan diri sampai vas deferens.
Fasia kremasterika mengandung otot yang kontraksinya dapat menyebabkan testis tertarik
dan skrotum (terutama pada anak) sehingga sering disangka undesensus testis. Testis akan
berada di skrotum permanen setelah pubertas. Sewaktu turun, testis ikut menarik peritoneum,
prosesus vaginalis yang normalnya mengalami obliterasi pada usia 1—2 tahun, kecuali bagian
yang membungkus testis. Peritoneum tersebut menetap sebagai rongga serosa yang mengelilingi
tiga perempat dari testis (kecuali bagian testis yang berhubungan dengan epididimis), yang
dikenal sebagai tunika vaginalis.
Arteri testis memasuki testis pada bagian tengah posteriornya, sedangkan vena yang
berfungsi sebagai drainase testis membentuk jaringan padat yang disebut pleksus pampiniformis,
yang mengalir ke dalam vena testis. Vena testis kanan mengalir langsung ke dalam vena kava
inferior, sedangkan vena testis kiri ke dalam vena renalis kiri.
Apendiks testis, atau hidatid Morgagni, mungkin adalah sisa embriologis duktus Mulleri
yang berkembang menjadi tuba falopii pada wanita. Apendiks testis adalah struktur kecil
bertangkai yang terletak di kutub atas testis, tepat di depan epididimis. Struktur ini dapat
mengalami torsio, dan menimbulkan nyeri skrotum akut menyerupai torsio testis. Pada gambar
berikut disajikan genitalia pria dari sisi lateral.
Vas deferens adalah suatu struktur seperti tali, yang dapat diraba dengan mudah di dalam
skrotum. Dekat basis prostat, vas deferens bergabung dengan duktus vesikula seminalis
membentuk duktus ejakulatorius, yang menembus kelenjar prostat. Vas deferens, arteri-arteri
testis dan vena-vena testis membentuk korda spermatika, yang memasuki kanalis inguinalis.
Epididimis terletak menutupi seluruh bagian posterior testis dan merupakan bagian khusus
dan aparatus pengumpul, tempat spermatozoa mengalami pematangan dan disimpan sebelum
dialirkan melalui vas deferens ke vesikula seminalis. Normalnya, epididimis tidak terbungkus
oleh tunika vaginalis seluruhnya dan permukaan posteriornya melekat ke bagian belakang
skrotum. Pelekatan tersebut mencegah testis terpuntir.
Kelenjar prostat kira-kira berukuran panjang 3,5 cm dan lebar 3 cm. Bagian tengahnya
ditembus oleh uretra posterior. Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu
komponen cairan ejakulat (25% dari seluruh volume ejakulat).

2
Uretra terbentang dari meatus urinarius internus di vesika urinaria hingga meatus eksternus
penis. Uretra pria dewasa memiliki panjang 23-25 cm dibagi atas pars prostatika dan pars
membranasea (pada bagian posterior) serta pars kavernosa (pada bagian anterior). Sfingter uretra
eksterna mengelilingi uretra membranasea dan pada kedua sisinya terletak kelenjar bulbouretral
Cowper.
Skrotum adalah kantong yang berisi testis, dan tergantung di luar perineum. Skrotum terbagi
dua oleh septum interskrotal. Dinding skrotum mengandung otot polos involunter dan otot lurik
volunter. Peranan utama skrotum adalah mengatur suhu testis, yang diperkirakan sekitar 20C di
bawah suhu rongga peritoneum, suatu keadaan yang penting untuk spermatogenesis.

Genitalia pria dari sisi lateral.

PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA


Seorang dokter seringkali didatangi pasien-pasien yang memerlukan pemeriksaan genitalia
dan daerah sekitarnya, sehingga perlu diberikan pedoman pemeriksaan yang dapat dilakukan
dalam keadaan tersebut.Terdapat indikasi untuk memeriksa genitalia dan daerah sekitarnya, yaitu
:
1) Tiap keluhan atau tanda fisik yang dapat dihubungkan dengan kelainan pada genitalia.
2) Tiap keluhan yang menyangkut genitalia (kencing nanah, enuresis, nyeri pada genitalia,
hernia atau tumor,vaginal discharge.
3) Tiap keluhan mengenai daerah sekitar genitalia: hernia inguinalis, nyeri di daerah inguinal,
pruritus sekitar genitalia.
4) Tiap keluhan dan tanda yang dapat dihubungkan dengan ada atau tidak adanya denyutan
arteri femoralis seperti trombosis arteri pada kaki, klaudikatio intermitens, arteritis primer,
solid oedema unilateral pada tungkai ataupun gangren pada jari kaki.

3
Sebelum melakukan pemeriksaan ini pemeriksa sebaiknya memakai sarung tangan. Jika
pemeriksaan dilakukan secara objektif, tidak akan menjadi sumber rangsangan bagi pasien,
sehingga kemungkinan munculnya ereksi yang dapat mengganggu pemeriksaan dapat
dihindarkan.
Pemeriksaan genitalia pria dilakukan pertama dengan posisi pasien berbaring, kemudian
dilanjutkan dengan posisi berdiri. Perubahan sikap tubuh ini penting karena hernia atau massa
skrotum mungkin tidak terlihat jelas dalam posisi berbaring.

INSPEKSI
Inspeksi harus mencakup abdomen (massa, distensi kandung kemih), inguinal (hernia,
kelenjar limfe), penis dan skrotum.
Rambut kulit dan rambut pubis
Kulit lipat paha harus diperiksa untuk melihat adanya infeksi jamur superfisial, ekskoriasi
atau ruam lainnya.
Rambut pubis pada pria tumbuh di daerah pubis dan bisa meluas sampai mendekati
umbilikus. Akan tetapi pada kebanyakan pria yang tidak mampunyai kumis dan jenggot yang
tebal rambut pubisnya terbatas hanya pada daerah pubis saja. Pasien dengan sindroma Frohlich
(lesi di hipotalamus atau hipofisis), genitalia akan tetap kecil dan rambut pubis tidak tumbuh.
Sebaliknya pada anak-anak yang belum dewasa bisa juga didapati rambut pubis beserta genitalia
yang sudah dewasa. Gejala ini lebih sering dijumpai pada anak-anak perempuan dibandingkan
dengan anak laki-laki dan hal ini menunjukkanadanya tumor korteks glandula adrenalis
(sindroma androgenital). Perhatikanlah distribusi rambut dan identifikasi kutu rambut atau telur
yang melekat pada rambut pubis.
Penis
Inspeksi lubang uretra merupakan suatu keharusan pada tiap kasus dengan keluhan retensio
urine, enuresis dan disuria. Keluhan-keluhan tersebut bisa timbul oleh karena stenosis meatus
eksterna uretra. Kelainan bawaan ini seringkali berhubungan dengan fimosis.

Inspeksi lubang uretra


4
Kelainan bawaan yang paling sering dijumpai ialah hipospadia. Pasien dengan hipospadia
pada umumnya datang kepada dokter oleh karena orang tuanya khawatir mengenai bentuk penis
dan preputiumnya yang tak wajar. Adakalanya pasien dewasa datang karena keluhan nyeri tiap
kali ia sedang ereksi. Salah satu penyebabnya adalah hipospadia yang ringan. Hal ini disebabkan
karena penis tak dapat menjadi lurus waktu ereksi tanpa menarik pada kulit skrotum atau kulit
permukaan bawah penis.
Disuria yang pada umumnya dianggap sebagai keluhan uretritis atau sistitis, bisa juga
disebabkan oleh ulserasi meatus eksterna uretra. Luka ini sering dijumpai pada orang-orang yang
dikhitan dan disebabkan oleh iritasi karena perlindungan oleh preputium tidak ada lagi.
Luka itu dapat menimbulkan stenosis meatus eksterna uretra. Gonoroe adalah penyakit yang
paling sering menimbulkan uretritis. Sebagai kelanjutannya dapat berkembang abses periuretral
yang akhirnya bisa menimbulkan fistel sepanjang uretra.
Keluhan lain yang bersangkutan dengan preputium yang tidak dikhitan ialah balanopostitis,
yaitu iritasi daerah di belakang glans penis yang penuh dengan smegma. Gatal, rasa panas dan
ada kalanya juga edema preputium menjadi keluhan yang menyebabkan pasien berobat.
Orang-orang yang “neurotik” seringkali datang untuk menanyakan kepada dokter apakah ia
“kena penyakit kotor” oleh karena tepi belakang glans penisnya menunjukkan bintik-bintik yang
agak merah dan menonjol. Pemeriksaan glans penis diperlukan di sini oleh sebab tidak selalu
suatu hal yang fisiologik yang mengkhawatirkan pasien “neurotik” memang benar suatu yang
non-patologik. Balanitis spesifik, papilomata, bahkan karsinoma penis bisa menjadi latar
belakang kekhawatiran pasien yang dianggap “neurotik” itu.
Kelainan-kelainan pada inspeksi penis yakni fimosis, pelekatan preputium (normal sampai 9
tahun), parafimosis, balanitis, kondiloma akuminata, herpes, chancre atau lesi kulit lainnya,
hipospadia, penyakit Peyronie dan duh uretra (gonorhea, uretritis non-spesifik).
Biasanya preputium baru dapat ditarik ke belakang setelah usia 9 tahun. Sebelum usia
tersebut, alasan preputium yang tidak dapat ditarik, penis kembung saat berkemih dan lecet di
sekitar lubang preputium bukan merupakan indikasi segera dilakukan tindakan sirkumsisi,
kecuali bila ada riwayat infeksi yang nyata dengan duh purulen yang keluar dan preputium
disertai parut (fimosis fibrosa). Keadaan preputium yang tidak dapat ditarik pada orang dewasa
merupakan keadaan abnormal, menimbulkan masalah higiene, sering mengganggu aktivitas
seksual, dan merupakan indikasi sirkumsisi.

5
Parafimosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan edema nyata di sebelah
distal preputium yang dibiarkan tertarik. Parafimosis menimbulkan rasa tidak nyaman,
memalukan dan dapat menyebabkan ulserasi.
Berbagai kelainan kulit juga dapat mengenai penis, termasuk karsinoma sel skuamosa.
Kelainan penis tersering adalah fimosis (menyempitnya orifisium preputium), yang dapat
disebabkan oleh infeksi dan dapat menyebabkan nyeri saat. Kasus veruka atau kemungkinan
chancre sifilis, riwayat seksual harus ditanyakan. Karsinoma penis biasanya berawal di sulkus
antara glans dan preputium. Kelainan ini jarang dijumpai di negara barat dan pria yang disunat.
Hipospadia adalah suatu anomali kongenital yang ditandai dengan muara uretra lebih
proksimal daripada normal. Hipospadia minor mungkin tidak menimbulkan masalah, atau
menyebabkan urine berpencar. Lubang di batang penis atau bahkan di skrotum, menyebabkan
kesulitan miksi dan fungsi seksual yang serius. Kelainan ini disertai oleh chordee (kurvatura
penis). Pasien hipospadia memiliki preputium “dorsal” yang abnormal dan tidak boleh
disirkumsisi karena preputium tersebut mungkin diperlukan untuk bedah rekonstruktif.
Penyakit Peyronie adalah fibromatosis lokal pada batang penis yang menyebabkan penis
melengkung saat ereksi dan menyebabkan kesulitan seksual.Duh uretra biasanya disertai oleh
disuria dan disebabkan oleh infeksi klamidia atau gonore.

Kiri: duh tubuh; kanan: chancre


Skrotum dan testis
Pemeriksaan inspeksi untuk melihat adanya pembengkakan, perubahan warna kulit dan
penebalan atau atrofi kulit skrotum. Apabila skrotum dalam keadaan “longgar”, relief testis dapat
dilihat. Pemeriksaan skrotum dilakukan apabila ada keluhan nyeri di skrotum, pembengkakan
pada skrotum atau ada luka.
Pembengkakan skrotum yang tidak nyeri pada bayi mungkin terjadi akibat hernia atau
hidrokel. Hidrokel terjadi akibat obliterasi prosesus vaginalis parsial yang membentuk katup
sehingga cairan peritoneum dapat mengalir di sekeliling testis, tetapi tidak mudah kembali ke
abdomen. Tekanan intra-abdomen menjadi Iebih tinggi daripada tekanan intraskrotum.Ukuran
6
pembengkakan dapat bervariasi dan berkurang setelah tidur malam. Hidrokel infantil dapat
muncul setiap saat sejak lahir sampai usia 18 bulan dan sering hilang sendiri sebelum usia 2
tahun, seiring dengan lengkapnya obliterasi prosesus vaginalis. Hidrokel yang menetap setelah
usia 2 tahun merupakan indikasi bedah ligasi prosesus vaginalis.
Nyeri dan pembengkakan beserta warna kemerah-merahan pada kulit skrotum yang timbul
secara akut adalah gejala dan tanda epididimitis akut yang umumnya menjadi komplikasi
uretritis posterior akibat infeksi gonokokus. Pada umumnya epididimitis terjadi secara unilateral.
Apabila gejala dan tanda epididimitis itu tidak disertai oleh “kencing nanah” maka epididimitis
terjadi akibat infeksi banal sebagai komplikasi sistitis streptokokus basilus koli dan sebagainya.
Oleh karena itu perlu juga diperiksa meatus uretra eksterna pada tiap kasus epididimitis.
Nyeri pada skrotum bisa juga dirasakan sebagai nyeri pada testis. Terutama pada penyakit
demam dengan gejala eksantema akut keluhan nyeri pada testis atau skrotum harus ditanyakan
atau ditanggapi dengan cermat dan pemeriksaan skrotum/testis harus dilakukan. Peradangan
pada testis atau orchitis sering timbul pada parotitis epidemika, dengan gejala testis (skrotum)
yang membengkak, nyeri spontan atau nyeri apabila disentuh dan nyeri itu dapat menjalar ke
arah abdomen.Apabila orchitis dibiarkan saja maka testis akan menjadi atrofik dalam waktu yang
singkat.
Kulit skrotum dapat juga ditemukan varises. Dilatasi dan bertambahnya vena-vena skrotum
secara ipsilateral menandakan adanya sumbatan pada aliran vena, misalnya oleh tumor kolon
atau sigmoid, atau oleh trombosis di vena-iliaka.Pembengkakan skrotum seharusnya diperiksa
dengan transiluminasi menggunakan senter pena di ruang gelap. Hidrokel dan kista epididimis
menyala terang saat cahaya diletakkan di belakangnya, membuktikan isi pembengkakan adalah
cairan. Pemeriksaan tersebut juga memungkinkan kita membedakan testis normal di dekatnya
dengan hidrokel, kista epididimis dan hernia (walaupun seharusnya sudah bisa dibedakan dari
palpasi); kecuali pada hernia bayi yang mungkin memperlihatkan transiluminasi karena
volumenya yang relatif kecil.Pola vena-vena pada skrotum akan lebih jelas kelihatan apabila
skrotum membengkak oleh karena adanya hidrokel. Cairan yang dikandung oleh hidrokel dapat
ditentukan lebih pasti dengan transiluminasi. Juga dengan jalan palpasi hidrokel dapat dipastikan
dengan mudah.
Hidrokel yang besar sudah dapat diketahui dengan inspeksi saja.Hampir semua hidrokel
adalah “translucent” yang berarti bahwa sinar lampu dapat menembus skrotum. Konsistensi
hidrokel adalah seperti balon yang terisi air.

7
Pemeriksaan transluminasi pada kelainan hidrokel.

Pembesaran skrotum dapat terjadi juga oleh karena hernia skrotalis. Inspeksi daerah
inguinalis sekaligus dilakukan waktu melakukan inspeksi genitalia. Hernia inguinalis,
pembesaran kelenjar limfa dan dilatasi vena dapat dilihat dengan cepat.

PALPASI
Daerah inguinalis mendapat perhatian besar pada pemeriksaan dengan jalan palpasi,
terutama mengenai denyutan a. femoralis, segala jenis benjolan-benjolan dan peradangan.
Denyutan a.femoralis kanan dan kiri dibandingkan satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan
apabila ada keluhan arteritis, trombosis arteri tungkai atau a.iliaka eksterna. Pasien dengan
hipertensi, sebaiknya semua nadi perifer diperiksa oleh karena adanya kemungkinan bahwa
kelainan nadi perifer disertai oleh stenosis arteri renalis pula.
Benjolan-benjolan di daerah inguinalis bisa berupa: limfadenitis akibat infeksi di tungkai
atau genitalia, pembesaran kelenjar limfa sebagai salah satu gejala limfadenoma, hernia
inguinalis, testis yang tidak turun ke dalam skrotum atau limfogranuloma inguinale.Apabila
benjolan di daerah inguinalis ternyata testis yang tidak turun, maka perabaan skrotum ipsilateral
menghasilkan suatu skrotum yang tidak berisi. Kalau benjolan di daerah inguinalis itu adalah
suatu hernia, pemeriksaan dengan jalan palpasi hendaknya dilakukan dengan pasien berdiri.
Benjolan hernia tampak lebih nyata bila pasien disuruh mengejan. Adakalanya hernia inguinalis
meluas ke dalam skrotum.
Cara pemeriksaannya: ujung jari telunjuk si pemeriksa ditempatkan pada bagian bawah
skrotum. Kemudian jari tersebut digeserkan ke atas melalui saluran sperma dan dapat menembus
anulus eksterna kanalis inguinalis. Lima sentimeter lebih tinggi terletak anulus internus yang
dapat diraba dengan telapak ujung jari telunjuk. Akhirnya ujung jari telunjuk itu ditempatkan
pada anulus internus kanalis inguinalis, sambil pasien disuruh batuk atau mengejan. Apabila
8
ujung jari tersebut dapat merasakan ada sesuatu menyentuh atau menekan padanya, maka
dapatlah dinyatakan bahwa lubang hernia sudah ada.
Hernia femoralis lebih sering pada wanita (multipara) daripada pria dan lebih sering di
sebelah kanan daripada sebelah kiri, benjolan ditemukan di bawah garis inguinalis (ligamentum
Poupart). Hernia inguinalis letaknya Iebih lateral daripada hernia femoralis.

Hernia
Benjolan-benjolan yang terletak di sekitar inguinal, tetapi berada di bawah ligamentum
Poupart kemungkinan adalah abses psoas, varises v.safena, hernia obturatoria, aneurisma
a.femoralis atau lipoma. Hasil pemeriksaan palpasi pada abses psoas akan didapatkan fluktuasi
benjolan. Benjolan yang berdenyut seirama dengan nadi perifer menandakan suatu benjolan yang
mengandung aneurisma (a.femoralis). Apabila benjolan terdapat di bawah ligamentum Poupart
dan letaknya medial, sangat mungkin benjolan itu adalah hernia obturatoria. Lipoma di daerah
inguinal tidak sulit membedakannya dengan penyebab benjolan lainnya dengan pemeriksaan
palpasi, karena konsistensi dan isi benjolan lunak.

9
Pemeriksaan kanalis inguinalis
Palpasi penis, testis dan skrotum
Pemeriksaan palpasi penis dapat diidentifikasi adanya fibrosis di batang penis pada penyakit
Peyronie atau kemungkinan adanya batu uretra pada pasien dengan keluhan disuria. Batu di
uretra bisa teraba apabila kita melakukan palpasi sepanjang permukaan bawah penis. Anamnesis
pada kasus demikian adalah khas, yaitu nyeri spontan mendadak di penis, disuria dan keluarnya
darah (hematuria). Hematuria sebelum keluarnya urin khas untuk papilomata uretra. Benjolan
yang keras yang menyerupai batu uretra bisa juga suatu indurasi akibat abses periuretralis.
Apabila terdapat fistel akibat pecahnya abses periuretralis, di permukaan bawah penis bisa
terjadi suatu flegmon yang kemudian menimbulkan edema penis dan skrotum serta nyeri di
daerah perineum. Palpasi glans penis juga penting dilakukan untuk membedakan ulkus genital.
Pemeriksa jangan hanya menekan penis saja untuk menafsirkan adanya urethral discharge,
akan tetapi ia harus menarik kulit depan (preputium) ke arah proksimal dan dengan demikian
glans penis akan terbuka seluruhnya. Hal ini perlu ditekankan, sebab pada orang yang tidak
dikhitan dan mempunyai keluhan “kencing nanah”, adakalanya bukanlah sekret uretra melainkan
pus yang keluar dari preputiumnya. Ini merupakan gejala dini dari karsinoma penis (preputium).
Oleh karena preputial discharge dan urethral discharge tidak bisa dibedakan pada orang yang
tidak dikhitan, maka kita harus membuka preputium untuk membedakannya.
Palpasi isi skrotum ditujukan untuk mengidentifikasi struktur normal dan hubungan kelainan
dengan struktur-struktur tersebut. Dengan menggunakan kedua tangan, tiap-tiap testis dipegang
bergantian. Testis sangat sensitif sehingga harus dipegang dengan hati-hati. Konsistensinya harus
seragam dan kenyal tanpa benjolan diskret atau indurasi yang mungkin mengisyaratkan tumor.
Pembesaran difus dan nyeri tekan hebat pada testis pria dewasa lebih mengarah pada orchitis;

10
sedangkan testis yang sangat nyeri, tertarik ke arah pangkal skrotum, dan terletak melintang pada
remaja kemungkinan besar mengalami torsio.
Setiap kasus yang menunjukkan skrotum yang besar, palpasi skrotum harus dilakukan untuk
menentukan testis yang berada dalam skrotum tersebut normal atau tidak.

Palpasi skrotum
Testis yang konsistensinya lunak ditemukan pada orchitis akut akibat infeksi virus. Testis
yang keras konsistensinya dan tidak membesar adalah khas untuk orchitis akibat sifilis. Apabila
timbul guma, maka testis lambat laun menjadi besar namun tidak nyeri. Penekanan pada testis
adalah suatu tindakan yang tidak boleh dilupakan pada tiap kasus yang tersangka tabes dorsalis.

11
Pembesaran atau pembengkakan testis harus diselidiki apakah memang benar testis yang
membesar ataukah pembesaran itu disebabkan oleh epididimitis yang membengkak. Testis yang
membengkak dan adanya nyeri, pada umumnya merupakan tanda-tanda epididimitis akut. Oleh
karena ada rasa nyeri, pasien tidak membiarkan testisnya dipalpasi. Lain halnya dengan
epididimitis menahun akibat infeksi tuberkulosis, karena nyeri di testis sifatnya ringan dan
palpasi dapat dilakukan tanpa kesulitan.
Epididimis harus dipalpasi di belakang testis. Epididimis normal teraba lunak, tetapi dapat
membengkak, memadat dan nyeri pada epididimitis. Perubahan-perubahan tersebut mungkin
bersifat lokal bila ringan. Nodus nyeri di kutub atas epididimis kemungkinan adalah torsio
apendiks testis.

Pemeriksa akan menemukan suatu nodul di belakang testis; apabila infeksi ini menjadi
kronik, maka dapat teraba beberapa nodul yang tidak nyeri pada penekanan seperti pada
seminoma dan teratoma testis. Kelainan varikokel skrotum yang tampak membesar itu
merupakan vena yang besar dan longgar; sering terjadi di sebelah kiri.

Kesukaran untuk melakukan palpasi testis dan epididimis disebabkan antara lain oleh
adanya cairan sekitar testis. Hidrokel yang ringan adalah gejaIa penyerta tiap proses orchitis atau
epididimitis. Pada pasien hidrokel, cairan di dalam tunika vaginalis dapat menghalangi perabaan
testis. Epididimis normal seharusnya dapat dipalpasi di posterior. Kista epididimis muncul di

12
belakang testis dan menyebabkan perabaan bagian epididimis lainnya lebih sulit, tetapi testis
normal seharusnya dapat teraba di anterior.

Nyeri skrotum
Torsio testis menimbulkan nyeri unilateral hebat yang timbul mendadak dan biasanya
menyebabkan pasien berobat dalam beberapa jam. Mungkin dijumpai riwayat serangan serupa
yang lebih ringan, tetapi menghilang spontan. Torsio terutama mengenai remaja pria. Nyeri
skroturn unilateral juga dapat disebabkan oleh torsio apendiks testis atau trauma, walaupun nyeri
traumatik cepat mereda kecuali pada kasus yang parah. Pada pria yang Iebih tua, nyeri testis
menetap biasanya disebabkan oleh epididimo-orchitis karena terjadi pembengkakan, nyeri tekan,
demam.
Dalam posisi berdiri, testis yang mengalami torsio akan tertarik ke atas, dan bila ada
predisposisi kongenital, testis kontralateral akan tampak melintang. Kelenjar limfe inguinal harus
selalu dipalpasi sebagai bagian dan pemeriksaan genitalia pria. Tumor testis bermetastasis ke
kelenjar aorto-iliaka, sehingga abdomen harus dipalpasi bila dicurigai ada metastasis.

HERNIA
Hernia adalah kelemahan dinding rongga tubuh sehingga isi rongga dapat lewat dan
menonjol. Walaupun biasanya hernia menonjol ke permukaan tubuh penonjolan juga dapat
terjadi di antara dua rongga tubuh yang bersebelahan (hernia diafragmatika, hernia hiatus), dan
kadang antara kompartemen-kompartemen yang berbeda di dalam rongga utama yang sama
(hernia internal) terjadi akibat pelekatan intra-abdomen atau defek pada mesenterium).
Hernia paling sering terjadi di tempat kelemahan intrinsik, misalnya kanalis inguinalis, kanalis
femoralis serta umbilikus. Kadang kelemahan disebabkan oleh trauma, terutama karena
pembedahan (hernia insisional). Pembentukan dan pembesaran hernia abdominalis dan inguinalis
pada orang dewasa lebih mudah terjadi bila tekanan intra-abdomen terlalu besar, misalnya akibat
obesitas atau mengejan saat mengangkat benda berat. Selain itu, diperkirakan batuk kronis,
konstipasi dan retensi urine kronis ikut berperan.
Hernia yang isinya tidak dapat didorong kembali ke dalam abdomen disebut “hernia
ireponibilis”. Usus yang terperangkap di dalam hernia dapat rnengalami obstruksi yang
menimbulkan gambaran klinis obstruksi usus berupa nyeri kolik abdomen, distensi abdomen,
muntah dan konstipasi absolut. Usus yang obstruksi mudah mengalami edema sehingga tekanan

13
di dalam hernia meningkat. Akibatnya pasokan darah terhenti dan timbul infark pada usus yang
terperangkap (strangulasi).
Orang tua anak yang mengalami hernia inguinalis akan mengeluhkan melihat benjolan di
lipat paha yang hilang timbul dan dapat meluas ke skrotum. Benjolan tidak menyebabkan nyeri,
tetapi besar kemungkinan muncul saat anak mengalami distres karena menangis meningkatkan
tekanan intra-abdomen. Sering kali hernia tidak muncul saat pemeriksaan, tetapi dapat
didiagnosis pasti hanya berdasarkan anamnesis. Hernia inguinalis lebih sering dijumpai pada
anak laki-laki daripada perempuan, tetapipada anak perempuan, 25% hernia inguinalis adalah
hernia bilateral. Hernia femoralis pada anak sangat jarang dijumpai (kurang dan 1%).

PROSEDUR KERJA
1. Persiapan alat dan bahan:
a. Manekin genitalia pria.
b. Sabun antiseptik untuk hand washing.
c. Sarung tangan karet/ handscoon.
d. Handuk kering/tisu.
2. Prosedur kerja:
I. Inspeksi dan palpasi dengan posisi pasien berbaring
a. Inspeksi kulit dan rambut pubis
Memeriksa kulit inguinal, apakah ada infeksi jamur, ekskoriasi atau ruam kulit
lainnya. Perhatikan distribusi rambut pubis dan identifikasi ada tidaknya kutu rambut
atau telur yang melekat di rambut pubis.
b. Inspeksi penis dan skrotum
Perhatikan ukuran penis, disunat/tidak, adakah lesi atau edema, sekret., pembesaran
skrotum. Skrotum diangkat untuk melihat adanya peradangan, ulserasi, kutil, abses
atau lesi lainnya.
c. Inspeksi massa di inguinal
Pasien disuruh batuk atau mengejan sementara anda memperhatikan dan memeriksa
daerah inguinal. Suatu tonjolan yang muncul secara tiba-tiba mungkin menunjukkan
suatu hernia inguinal atau femoral.
d. Palpasi nodul inguinal

14
Identifikasi apakah ada nodul atau pembesaran kelenjar getah bening inguinal.
Biasanya nodul limfe berukuran kecil (0,5 cm) dan dapat digerakkan dengan bebas,
nyeri tekan ada/tidak.
II. Inspeksi dan palpasi dengan posisi pasien berdiri
Pasien diminta berdiri sementara pemeriksa duduk di depannya.
a. Inspeksi penis
Jika pasien tidak disunat, preputium harus diretraksikan untuk menentukan keketatan
preputium. Parafimosis merupakan suatu keadaan dimana preputium dapat
diretraksikan tetapi tidak dapat dikembalikan ke tempat semula dan tertahan di
belakang korona. Bahan putih seperti keju di bawah preputium adalah smegma dan
itu adalah normal. Fimosis ditandai dengan preputium yang tidak dapat diretraksikan
dan menghalangi pemeriksaan glans secara memadai. Karena glans juga tidak dapat
dibersihkan maka smegma menumpuk, sehingga dapat menimbulkan peradangan
glans penis yang disebut balanitis. Jika peradangan tersebut juga melibatkan
preputium makan disebut balanopostitis. Iritasi kronis ini dapat menjadi faktor
penyebab kanker penis. Glans diperiksa untuk melihat adanya ulkus, kutil, nodul,
jaringan parut atau peradangan.

b. Inspeksi meatus eksternus


Pemeriksa harus memperhatikan posisi meatus eksternus. Normal berada di tengah
glans. Meatus diperiksa dengan meletakkan kedua tangan di sisi glans penis dan
membuka meatus. Meatus harus diperiksa untuk melihat adanya sekret, kutil atau
stenosis. Kondiloma akuminata bisa ditemukan di dekat meatus, di glans, perineum,
anus atau batang penis. Kutil ini memiliki tanda yang khas yakni permukaan yang
verukosa menyerupai kembang kol. Kadang meatus bermuara di permukaan ventral
penis, yang disebut sebagai hipospadia. Keadaan yang jarang ditemukan yaitu
epispadia, dimana meatus terletak pada permukaan dorsal penis.

15
c. Palpasi penis
Palpasi dimulai dari glans hingga basis penis. Adanya parut, ulkus, nodul, indurasi,
atau tanda-tanda peradangan harus dicatat. Palpasi korpus kavernosa dilakukan
dengan memegang penis diantara jari-jari kedua tangan dan memakai jari telunjuk
untuk memeriksa indurasi. Adanya fibrotik di bawah kulit batang penis dapat
menyebabkan keluhan deviasi penis selama ereksi.
d. Palpasi uretra
Uretra harus dipalpasi mulai dari meatus eksternus, melalui korpus spongiosum
sampai ke pangkalnya. Untuk palpasi pangkal uretra, pemeriksa mengangkat penis
dengan tangan kiri sementara telunjuk kanan menekan skrotum di garis tengah dan
mempalpasi jauh ke pangkal korpus spongiosum. Jari telunjuk kanan harus
mempalpasi seluruh korpus spongiosum mulai dari meatus sampai ke pangkal penis.
Bila ada sekret maka palpasi demikian akan mengeluarkan sekret yang bisa
digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik.
e. Palpasi skrotum
Skrotum diperiksa kembali dalam posisi berdiri, perhatikan kontur dan isi skrotum.
Harus ada 2 testis. Biasanya testis kiri lebih rendah dibandingkan yang kanan. Adanya
massa yang tidak tampak saat pasien berbaring harus dicatat. Bila ada pembesaran
skrotum, palpasi untuk mengidentifikasi pembesaran tersebut karena cairan, massa
atau varises.

16
Hidrokel

f. Palpasi testis
Pakailah kedua tangan untuk memegang testis. Tangan kiri memegang kutub superior
dan inferior testis, tangan kanan melakukan palpasi permukaan anterior dan posterior.
Perhatikan ukuran, bentuk dan konsistensi tiap testis. Normal tidak didapatkan nyeri
17
tekan dan nodul. Konsistensi testis normal adalah seperti karet. Kedua testis
dibandingkan beratnya. Jika terdapat massa, jari dapat masuk di dalam skrotum atau
tidak. Jika ada hernia inguinal, tangan pemeriksa tidak dapat masuk karena massa
berasal dari rongga perut, namun bila hernia skrotalis maka tangan pemeriksa bisa
masuk.
g. Palpasi epididimis dan vas deferens
Tentukan adanya nyeri tekan, nodul atau massa dari bagian superior hingga inferior
epididimis. Pemeriksaan korda spermatika dengan cara: pasien diminta untuk
mengangkat penisnya dengan hati-hati. Pemeriksa harus memegang skrotum di garis
tengah dengan meletakkan kedua ibu jari di depan dan kedua telunjuk pada sisi
perineal skrotum. Secara serentak melakukan palpasi kedua korda spermatika diantara
ibu jari dan jari telunjuk ketika jari-jari tersebut digerakkan ke arah lateral pada
permukaan skrotum. Struktur yang paling menonjol pada korda spermatika adalah vas
deferens. Vas ini teraba seperti tali keras, berdiameter 2-4 mm dan seperti spaghetti
setengah masak. Pembesaran korda spermatika disebabkan oleh dilatasi pleksus
pampiniformis yakni varikokel, biasanya timbul di sisi kiri seperti meraba kumpulan
cacing.
III. Pemeriksaan Hernia
a. Palpasi hernia inguinal
Meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan
menekan kulit skrotum ke dalam. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda
spermatika di lateral masuk ke dalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum
inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna (kanalis inguinalis)
dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan. Dengan cari telunjuk di kanalis
inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau
mengejan. Jika ada hernia, terasa impuls yang menyentuh jari pemeriksa. Ulangi
pada sisi lainnya. Bila ditemukan bising usus di dalam skrotum pada pemeriksaan
auskultasi itu memastikan bahwa ada hernia inguinalis indirek.

18
CHECK LIST SKILL LAB
PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA
Skor
No. Aspek Penilaian
0 1 2 3
Persiapan
1 Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri.
Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan
tujuan pemeriksaan.
Memberitahukan kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang
mungkin saja timbul selama pemeriksaan dilakukan.
2 Pemeriksa mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara
aseptik.
Melakukan inspeksi dan palpasi pada saat berbaring:
3 Mempersilahkan pasien untuk berbaring dan pemeriksa di sebelah kanan pasien.

Inspeksi:
4 - Kulit dan rambut: tanda peradangan, ekskoriasi, ruam, kutu atau
telur.
5 -Penis: disunat/tidak, ukuran, lesi/ruam (peradangan, ulserasi, kutil, abses).
6 -Skrotum: simetris atau tidak, pembesaran/massa (ada/tidak), ruam kulit seperti
peradangan, ulserasi, kutil atau abses (ada/tidak)
7 Melakukan palpasi: ada/tidaknya massa/tonjolan di inguinal, single/multipel,
nyeri tekan/tidak.
Melakukan inspeksi dan palpasi saat pasien berdiri:
8 Mempersilahkan pasien untuk berdiri.
Pemeriksa duduk di depan pasien.
Inspeksi:
9 -Penis: fimosis,smegma, ulkus, kutil, nodul, parut, peradangan.
10 -Meatus uretra eksternus: letak (normal/epispadia, hipospadia), sekret, kutil,
stenosis.
Palpasi:
11 -Penis: jaringan parut, ulkus, nodul, indurasi, tanda peradangan, nyeri tekan.
12 -Uretra: sekret
13 -Skrotum: kontur, isi testis (bandingkan kanan dan kiri), testis ada/tidak.
14 -Testis: ukuran, bentuk, konsistensi, nodul, nyeri tekan.
15 -Epididimis dan vas deferens: ada/tidaknya pembesaran (varikokel), nyeri tekan.

Pemeriksaan hernia, varikokel, hidrokel: (posisi berdiri/tidur)


16 Melakukan inspeksi inguinal, femoral, skrotum: apakah ada benjolan.
17 Melakukan palpasi inguinal, skrotum: apakah ada benjolan, nyeri tekan.
18 Melakukan auskultasi skrotum: terdengar/tidak bunyi usus (hanya pada hernia
skrotalis).
19 Pemeriksaan transluminasi.
20 Membuka sarung tangan dan mencuci tangan kembali
Memberi informasi tentang hasil pemeriksaan dan follow-up lebih lanjut.

Keterangan Skor Aceh Besar, ...............2020


0 : tidak dilakukan Instruktur,
1 : Dilakukan dengan tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja
% cakupan penguasaan ketrampilan : (………………….............)

NILAI : Skor Total X 100 = .......


60

Anda mungkin juga menyukai