Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan Hipospadia

Nama: Yesica Novayanti

NIM: 1420118020

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel

Bandung, Juli 2020


1. Definisi

Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon”
yang berarti “kerataan yang panjang”.

Hipopasdia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah,
bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan penyakit kelainan bawaan sejak lahir.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu
pada glans penis.

Bentuk hipopasdia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis
atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum.
Kelainan ini sering kali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang,
yang menyebabkan penis melengkung kebawah pada saat ereksi

Hipospasdia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral
penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga
perineal (Purnomo,B,Basuki,2003).

2. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab
pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain:

a. Gangguan ketidakseimbangan hormon

Hormon yang dimaksud disini adalah hormon androgen yang mengatur


organogenesis kelamin pria. Atau bisa juga karena reseptor hormon androgenya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupipun akan berdampak.
b. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis adrogen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan variabel.
Penelitian lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap.
Kelainan kromososm ditemukan secara sporadis pada pasien dengan hipospadia

c. Prematuriatis

Peningkatan insiden hipopasdia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu
dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuriatis juga lebih sering dikaitkan
dengan hipopasdia.

d. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi

3. Anatomi fisiologi
1) Organ reproduksi luar terdiri dari:
- Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin pria dan
wanita untuk memindahkan semen ke dalam organ reproduksi wanita. Penis
diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saar dikhitan.
Penis terdiri dari:
 Akar (menempel pada dinding perut)
 Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
 Glans penis (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di
umung glans penis
 Terdapat 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus,
terletak bersebelahan
 Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika
terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami
ereksi)
 Scrotum merupakan selaput pembungkus tentis yang merupakan
pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa
2) Organ reproduksi dalam terdiri dari:
- Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan akan
menghasilkan sel-sel sperma serta hormon testosterone. Dalam testis banyak
terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminiferus. Testis terletak di dalam
skortum. Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat
testosteron (hormon seks pria yang utama)
- Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar dari testis.
Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan mematangkan sperma
- Vas deferens merupakan saluran panjang dan lurus yang mengarah ke atas dan
berujung untuk mengangkut sperma menuju vesikula seminalis
- Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek dan menghubungkan vesikula
- Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga
disebut kantung semen, berjumlah sepasang. Menghasilkan getah berwarna
kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi
untuk menetralkan suasna asam dalam saluran reproduksi wanita
- Uretra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di
penis. Uretra mempunyai 2 fungsi yaitubagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung kemih. Bagian dari sistem reproduksi yang
mengalirkan semen
3) Kelenjar pada organ reproduski pria:
- Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih
yang bersifat asam
- Kelenjar cowpey merupakan kelenjar yang menghasilkan getah berupa lender
yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
uretra
4. Patofisiologi

Kelainan terjadi akibat kegagalan lipatan uretra berfusi dengan sempurna pada masa
pembentukan saluran uretral embrionik. Abnormalitas dapat menyebabkan infertilitas dan
masalah psikologi apabila tidak diperbaiki. (Muschari,2005)
Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dan penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang
ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis hingga akhirnya
di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai tapi yang menutup sisi dorsal
dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi vetral menyebablan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis (anak-hipopasdia).

Hipopasdia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretr dalam rahim. Penyebab pasti cacat
belum diketahui tetapi diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan hormonal genetik
(sugar,1995). Perpindahan dari meatus uretara biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih.
Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing
urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidroneforosis (kumor,1992). Selanjutnya
penempatan ventral pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika
dibiarkan tidak terkoreksi.

5. Tanda dan gejala

Gejala dan tanda biasanya timbul diantara lain:

1) Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
2) Penis melengkung kebawah
3) Penis tampak seperti kerudung karena kelainan pada kulit didepan penis
4) Ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri
5) Glans penis bentuknya lebih lebih datar dan ada lekukanan yang dangkal di bgian
bawah penis menyerupai meatus uretra ekstremus
6) Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis
7) Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glas penis, teraba lebih kerasa dari jaringan sekitar
8) Kulit penis bagian bawah sangat tipis
9) Sering disertai dengan testis tidak turun ke kantung skrotum
10) Kadang disertai dengan kelainan congenital pada ginjal
11) Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung uretra ekstema
6. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis


menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran
kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal

1) Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum opreasi dilakukan bayi atau anak
tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
2) Dikenal banyak teknik opreasi hipospadia yang umumnya terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
a) Operasi hipospadia tahap satu (one stage urethroplasty) adalah teknik operasi
sederhana yang sering digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe
distal ini meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering hasilnya
kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter yang
memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai
dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yang
bengkok kearah ventral (bawah) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid
scrotum. Intinya tipe hipopadia yang letak lubang air seninya lebih ke arah
proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang
bengkok dan kelainan lain di scrotum atau sisa kulit yang sulit di tarik pada saat
di lakukan operasi pembuatan uretra (saluran kencing). Kelainan yang seperti ini
biasanya harus dilakukan 2 tahap
b) Operasi hipospadia tahap 2. Tahap pertama operasi pelepasan chordee dan
tunelling dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus (lubang tempat
keluar kencing) nantinya letaknya lebih proksimal (lebih mendekati letak yang
normal), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral/bawah
penis. Tahap selanjutnya (tahap kedua) dilakukan uretroplasty (pembuatan saluran
kencing buatan/uretra) sesudah 6 bulan. Doter akan menentukan teknik operasi
yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan
kelainan yang dialami oleh pasien.
7. Kemungkinan data focus
a. Wawancara
1) Kaji identitas pasien, yang terdiri dari nama, alamat, tempat tanggal lahir, tanggal
masuk rumah sakit, data obyektif dan subyektif, dan informasi lain tentang pasien.
Secara keseluruhan kelainan hipospadia ditemukan dan terjadi pada anak laki-laki
2) Kaji keluhan utama, keluhan yang sering terjadi pada anak dengan hipospadia
antara lain; anak tidak bisa mengarhkan aliran urinnya, anak tidak dapat berkemih
dengan posisi berdiri, meatus ureta terbuka lebar
3) Kaji riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang, pada umumnya pasien dengan hipospadia
ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempat nya dan tidak
diketahui dengan pasti penyebabnya
 Riwayat penyakit dahulu, biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan
adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak
pada tempatnya sejak lahir
 Riwayat kongenital
a) Penyebab yang jelas belum diketahui
b) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik
c) Lingkungan polutan teratogenik
 Riwayat kehamilan dan kelahiran, hipospadia terjadi karena adanya
hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai
minggu ke 14 (Markum,1991)
4) Kaji pola aktivitas sahari-hari
 Nutrisi: tidak ada gangguan
 Elminasi: anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesulitan
dalam mengarahkan aliran urinnya, penderita mungkin perlu
mengeluarkan urin dalam posisi duduk
 Hygine personal: dibantu oleh perawat dan keluarga
 Istirahat dan tidur: tidak ada gangguan
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala:
Kaji bentuk kepala, kesimetrisan, kelengkapan, pertumbuhan/tekstur rambut,
warna rambut, keadaan kulit, adanya benjolan/lesi, adanya nyeri tekan, dsb.
2) Wajah dan leher:
Kaji bentuk, kesimetrisan, kelengkapan, keadaan kulit, ekspresi wajah, fungsional
mata, telinga, hidung, pengecap dan pendengaran adanya, adanya nyeri
tekan/pembesaran kelenjar
3) Dada:
Kaji bentuk dada, kesimetrisan, pengembangan dada, keadaan kulit, frekuensi
irama, dan sifat denyut jantung serta suara pernafasan, hasil suara perkusi pada
dada, batas-batas jantung dan paru
4) Abdomen:
Kaji kesimetrisan, keadaan kulit, peristaltic usus, biasanya di kasus hipospadia di
palpasi ginjal untuk melihat distensi vesika urimaria pembesaran pada ginjal
5) Genetalia:
Bentuk penis melengkung ke bawah, kelainan pada kulit depan penis, adanya
kelainan prepuitum, adanya nyeri tekan, periksan warna, jumlah, dan bau urin
6) Ekstermitas:
Kaji bentuk kesimterisan dan kelengkapan tangan serta kaki, keadaan kulit adanya
lesi atau adanya kelainan warna, kekuatan masa otot, kelincahan ROM, kelainan
jalan atau tidak.
c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan
tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadia. Tetapi dilakukan pemeriksaan
berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi
maupun kelainan bawaan yang menyertai hipopasdia:
1) Rontgen
2) USG sistem kemih kelamin
3) BNO-IVP
d. Terapi
1) KA-EN 3B
Indikasi:
 Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas
 Rumatan untuk kasus pasca operasi (>24-48 jam)
2) Cefotaxime
Indikasi:
 Untuk mengobati infeksi bakteri atau mencegah infeksi baketeri sebelum,
selama, atau setelah pembedahan tertentu
3) Antrain
Indikasi:
 Untuk mengurangi rasa sakit, terutama di kolik dan pasca operasinb

8. Analisa data
Pre operasi

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1 DS: Hipospadia Ansietas
Pasien mengatkan cemas
menghadapi operasi Pembedahan
DO:
Pasien terlihat gelisah Kurangnya info
mengenai kondisi

Ansietas
2 DS: Hipospadia Gangguan eliminasi urin
DO:
BAK lancar tetapi tidak Aliran urin tidak lancar
memancar
Letak meatus urtra di penil Gangguan eliminasi
urin

Post operasi

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1 DS: Hipospadia Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri
pada penis karena bekas Operasi repair
operasi
P: nyeri timbul saat diam atau Luka post operasi
bergerak
Q: nyeri seperti terkena benda Mengeluh nyeri pada

tajam daerah operasi

R: nyeri pada penis


S: sklanya biasanya 5-9 (1- Nyeri akut

10)
T: waktunya semakin lama
dan parah jika digerakan
DO:
Terdapat luka bedah pada
penis dan terbalut kasa steril
Pasien tampak menahan nyeri
2 DS: Hipospadia Resiko komplikasi
DO:
Luka post operasi

Resiko komplikasi
3 DS: Hipospadia Defisit pengetahuan
Pasien dan keluarga kurang
mengerti tentang penyakitnya Luka post operasi
DO: Defisit pengetahuan
Keluarga berserta pasien
tampak bingung ketika
ditanya tentang penyakit yang
diderita klien
9. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1) Ansietas b.d tindakan operasi
2) Gangguan eliminasi urin b.d bentuk anatomis uretra eksternal yang abnormal

Post operasi

1) Nyeri b.d insisi bedah


2) Resiko komplikasi b.d prosedur pembedahan
3) Defisit pengetahuan b.d perawatan rumah
10. Rencana asuhan keperawatan
Pre operasi

Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Ke
p
1. Anak dan orang tua 1) Jelaskan pada anak dan 1) Menjelaskan
mengalami orang tua tentang rencana
penurunan rasa prosedur bedah dan pembedahan dan
cemas yang ditandai perawatan pasca pasca operasi
oleh ungkapan operasi yang memmbantu
tentang prosedur diharapkan. Gunakan meredakan rasa
beda gambar dan boneka cemas dan takut,
ketika menjelaskan dengan
prosedur pada anak. membiarkan anak
Jelaskan bahwa dan orang tua
pembedahan dilakukan mengantisipasi dan
dengan cara mempersiapkan
memperbaiki letak peristiwa yang
uretra. Jelaskan juga akan terjadi.
kateter urin menetap Simulasi dengan
akan dipasang, dan mempergunakan
bahwa anak perlu di gambar dan boneka
restrein untuk untuk menjelaskan
mencegah supaya anak prosedur dapat
tidak berusaha melepas membuat anak
kateter. Beritahu memahami konsep
mereka mungkin anak yang rumit
akan dipulangkan 2) Mengekspersikan
dengan kateter rasa tajut
2) Beri anak kesempatan memungkinkan
untuk mengekspresikan anak
rasa takut dan menghilangkan
fantasinya dengan rasa takutnya, dan
menggunakan boneka memberi anda
kesempatan untuk
mengkaji tingkat
kognitif dan
kemampuan untuk
memahami kondisi
2 Tidak terjadi 1) Kolaborasi dengan 1) Mengatasi kelainan
gangguan eliminasi medis untuk rencana anatomis urtra
dengan kriteria hasil: operasi eksterma yang
pasien mampu 2) Berikan health abnormal
berkemih dengan education sebelum 2) Adaptasi orang tua
nyaman operasi untuk orangtua terhadap anaknya
klien lebih dekat dari
pada petugas
kesehatan sehingga
informasi yang
diberi dapat
diterima klien
Post operasi

Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Ke
p
1 Setelah dilakukan 1) Kaji secara 1) Untuk mengetahui
tindakan 3x24 jam komperhensif mengenai seberapa jauh nyeri
diharapkan nyeri lokasi, karakteristik, yang dirasakan
berkurang atau insensitas, dan faktor klien
hilang dengan pencentus 2) Untuk
kriteria: 2) Observasi keluhan mempermudah
Pasien tidak nonverbal dari menentukan
meringis kesakitan, ketidaknyamanan intervensi
skala nyeri pasien 3) Ajari teknik relaksasi selanjutnya
berkurang 4) Bantu pasien dan 3) Untuk mengurangi
keluarga untuk nyeri yang
mengontrol nyeri dirasakan klien
5) Beri informasi tentang 4) Agar klien mampu
nyeri (penyebab, mengontrol rasa
durasi, prosedur nyeri baik dengan
antisipasi nyeri) mandiri atau
6) Observasi TTV dengan bantuan
7) Beri pasien posisi keluarga
nyaman 5) Informasi yang
tepat dapat
mendukung klien
untuk bisa
mengontrol rasa
nyerinya
6) Untuk mengetahui
timbulnya stres
berat akibat nyeri
yang dirasaka
7) Posisi yang
nyaman dapat
membantu klien
dalam pengurangan
rasa nyeri
2 Setelah dilakukan 1) Kaji tanda-tanda vital 1) Untuk
asuhan keperawatan anak 3-4 jam mempermudah
tidak terjadi 2) Pantau respon perawat memantau
komplikasi yang terapeutik pada anak dan mengkaji
menyertai dengan 3) Pantau adanya tanda- perubahan respon
kriteria: tanda komplikasi sedini tubuh setelah
Tidak ada tanda- mungkin operasi
tanda infeksi. Proses 2) Mengetahui efek
berkemih lancar terapeutik yang
telah diberikan
mempermudah
pemberian
tindakan terapeutik
lebih lanjut
3) Penanganan sedini
mungkin
memperkecil
resiko komplikasi
yang mungkin di
timbulkan
3 Orang tua dapat 1) Ajarkan orang tua tanda 1) Mengetahui tanda
mengekspresikan serta gejala infeksi dan gejala infeksi
pemahaman tentang saluran kemih atau mendorong orang
intruksi perawatan di infeksi pada area insisi, tua mencari
rumah, dan termasuk peningkatan pertolongan medis
mendemonstrasikan suhu, urine keruh, dan ketika
perawatan dirumah drainese purulen dari membutuhkan
insisi 2) Informasi semacam
2) Ajarkan orang tua cara ini dapat
merawat kateter dan meningkatkan
penis, termasuk kepatuhan terhadap
membersihkan daerah penatalaksanaan
sekeliling kateter, keperawatan di
mengosongkan kantong rumah dan
drainase dan membantu
memfiksasi kateter; mencegah kateter
jelaskan pentingnya lepas serta infeksi
memantau warna serta 3) Posisi
kejernihan urine mengangkang
3) Anjurkan orang tua dapat
untuk mencegah anak menyebabkan
untuk tidak mengambil kateter terlepas dan
posisi mengangkang merusak area
4) Apabila dibutuhkan, operasi
ajarkan orang tua 4) Obat analgesik
tentang penggunaan dapat
obat antibiotik serta mengendalikan
obat-obatan, rasa nyeri. Dengan
jelaskanjuga perincian mengetahui efek
tentang, dosis dan efek samping
samping mendorong orang
tua mencari
pertolongan medis
ketika dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Amin,H (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC_NOC,
Jogjakarta: Media Action.

Marilyn, E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian pasien, ed 3. Jakarta

Fransiska Oktafiani. (2018). “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hipospadia”. Makalah
skripsi. Cirebon

Hasanah Eka. (2015). “Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Hipospadia”. Makalah skripsi.
Universita Airlangga

Anda mungkin juga menyukai