Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPOSPADIA

A. Definisi

Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat


dideteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia
menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria. Kelainan
hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak
disisi ventral batang penis. Seringkali kelainan tersebut diasosiasikan
sebagai suatu chordee, yaitu istilah untuk penis yang melengkuk
kebawah
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat
dideteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia
menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria. Kelainan
hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak
disisi ventral batang penis. Seringkali, kendati tidak selalu, kelainan
tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee, yaitu istilah untuk penis
yang melengkuk kebawah. (Speer)

A. Anatomi Fisiologi
Organ reproduksi pria dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ
kelamin dalam.

Organ reproduksi luar terdiri dari :


1. Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin
jantan dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ
reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya
akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat.
2. Penis terdiri dari:
a) Akar (menempel pada dinding perut)
b) Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
c) Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
d) Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih)
terdapat di umung glans penis.
e) Terdapat 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus
kavernosus, terletak bersebelahan.
f) Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi
uretra.Jika terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku
dan tegak (mengalami ereksi).
g) Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan
pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi
spermatozoa.
Organ reproduksi dalam terdiri dari :
1. Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan
akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormone testosterone.
Dalam testis banyak terdapat saluran halus yang disebut tubulus
seminiferus. Testis terletak di dalam skrotum.Testis memiliki 2
fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan
membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).
2. Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar
dari testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan
mematangkan sperma.
3. Vas deferens merupakan saluran panjang dan lurus yang mengarah
ke atas dan berujung di kelenjar prostat. Berfungsi untuk
mengangkut sperma menuju vesikula seminalis.
4. Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek dan
menghubungkan vesikula
seminalis dengan urethra.
5. Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma
sehingga disebut dengan kantung semen, berjumlah sepasang.
Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi
bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan
suasana asam dalam saluran reproduksi wanita.
6. Urethra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi
dan terdapat di
penis. Uretra punya 2 fungsi yaitu Bagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung kemih. Bagian dari sistem
reproduksi yang mengalirkan semen.
Kelenjar pada organ reproduksi pria
1. Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan
menghasilkan getah putih yang bersifat asam.
2. Kelenjar Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra merupakan kelenjar yang
menghasilkan getah berupa lender yang bersifat alkali. Berfungsi
untuk menetralkan suasana asam dalam saluran urethra.

B. Etiologi
Penyebeb kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia
karena involusi yang premature dari sel interstitial testis.
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor
yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang
mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena
reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang
atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah
terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja
tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim
yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi
pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi
karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan
dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

C. Tanda dan Gejala

1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah


penis
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tampak seperti berkerudung karena kelainan pada kulit depan
penis
4. Jika berkemih, anak harus duduk.

D. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi antara lain :
1. Terjadi fistek ditempat yang dulu datu dinding lain
2. Terjadi striktiura
3. Terjadi kantongan/sakus, sehingga terjadi inti-unti batu bahkan pada
kantongan tersebut tumbuh rambut-rambut atau bulu-bulu)

E. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi
sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada
berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit
pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga
akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan
fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan
uretra dalam utero.Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra
penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai minggu ke 14.Gangguan ini
terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan meatus terbuka pada
permukaan ventral dari penis.Propusium bagian ventral kecil dan
tampak seperti kap atau menutup.
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembngan uretra
dalam utero. Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan
penis dan skrotum. Hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada
lubang frenum, sedang lubang frenumnya tidak terbentuk, tempat
normalnya meatus urinarius ditandai pada glans penis sebagai celah
buntu.
Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah
foto screaning untuk pemeriksaan kelainan – kelainan urologi
2. Pyelografi Intravena (PIV) atau Intra Venous Pyelografi (IVP) atau
dikenal dengan Intravenous Urografi melalui bahan – bahan kontras
radio opak
3. USG Sistem Kemih Kelamin, Prinsip pemeriksaan ultrasonografi
adalah menangkap gelombang bunyi ultra yang dipantulkan oleh
organ – organ yang berbeda kepadatannya, ultrasonografi banyak
dipakai untuk mencari kelainan – kelainan pada ginjal, buli – buli,
prostat, testis dan pemeriksaan pada kasus keganasan.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri
dari beberapa tahap yaitu :
a) Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan
operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glands
penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus
tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat
keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif
dengan menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum.
b) Operasi uretroplasty
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra
dibuat dari kulit penis bagian ventral yang di insisi secara
longitudinal pararel di kedua sisi.
2. Keperawatan
a. Pelaksanaan pada Pre Operasi
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
4) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
5) Dorong keluarga untuk menemani anak
b. Penatalaksanaan Post Operasi
1) Anak harus dalam tirah baring hingga kateter diangkat.
Harus hati-hati agar anak tidak menarik kateter.
2) Baik luka penis dan tempat luka donor dijaga tetap bersih
dan kering, swab harus diambil jika dicurigai adanya
infeksi.
3) Perawatan kateter

H. Konsep Asuhan Keperawatan


ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
 Fisik
a) Pemeriksaan genetalia
b) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal.
c) Kaji fungsi perkemihan
d) Adanya lekukan pada ujung penis
e) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f) Terbukanya uretra pada ventral
g) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis,
perdarahan, dysuria, drinage.
 Mental
a) Sikap pasien sewaktu diperiksa
b) Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c) Tingkat kecemasan
d) Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


a) Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnosa,
prosedur
b) pembedahan dan perawatan setelah operasi.
c) Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
d) Nyeri berhubungan dengan pembedahan
e) Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan
f) Risiko injuri berhubungan dengan pemasangan kateter atau
pengangkatan kateter

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


a. Diagnosa 1 dan 4
Tujuan : Memberikan pengajaran dan penjelasan pada orang tua
sebelum operasi tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah
operasi, pengukuran tanda-tanda vital, dan pemasangan kateter.
 Kaji tingkat pemahaman orang tua.
 Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk menjelaskan
prosedur, pemasangan kateter menetap, mempertahankan
kateter, dan perawatan kateter, pengosongan kantong urin,
keamanan kateter, monitor urine, warna dan kejernihan, dan
perdarahan.
 Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek samping
dan dosis serta waktu pemberian.
 Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian tentang
kelainan pada penis.
 Ajarkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan
sebelum dan sesudah operasi (pre dan post)
b. Diagnosa 2
Tujuan : mencegah infeksi
 Pemberian air minum yang adekuat
 Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
 Kaji gaya gravitasi urine atau berat jenis urine
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji urine, drainage, purulen, bau, warna
 Gunakan teknik aseptik untuk perawatan kateter
 Pemberian antibiotik sesuai program
c. Diagnosa 3
Tujuan : meningkatkan rasa nyaman
 Pemberian analgetik sesuai program
 Perhatikan setiap saat yaitu posisi kateter tetap atau tidak
 Monitor adanya “kink-kink” (tekukan pada kateter) atau
kemacetan
 Pengaturan posisi tidur anak sesuai kebutuhannya
d. Diagnosa 5
Tujuan : mencegah injuri
 Pastikan kateter pada anak terbalut dengan benar dan tidak
lepas
 Gunakan “restrain” atau pengaman yang tepat pada saat anak
tidur atau gelisah.
 Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat
mengkontaminasi kateter dan penis.

4. PERENCANAAN PEMULANGAN
a. Ajarkan tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi
dengan disimulasikan.
b. Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor
segera ke dokter atau perawat.
c. Jelaskan pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk
kontrol ulang (follow up)
Daftar Pustaka

Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention


Classification. 2nd ed. Mosby Year Book. IDAI, 2005,

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Badan Pnerbit IDAI,


Jakarta. Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC).
Second edition. Mosby. NANDA. 2005-2006. Nursing

Diagnosis: Deffinition & Classification. Philadhelphia. Mansjoer


A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.

Media Aesculapius. Jakarta Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar


Urologi, Jakarta , Sagung Seto atzel, pincus dkk. 1990. Kapita Selekta
Pediatri. Jakarta : EGC.

Markum, A.H. 1997. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Rosenstein, Beryl J. 1997. Intisari Pediatri Panduan Praktis Pediatri


Klinik Edisi II. Jakarta : Hipokrates.
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GANGGUAN SYSTEM PERKEMIHAN
“HYPOSPADIA”
DI RUANG PRABU SILIWANGI II RSD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON

Disusun Oleh :
AULIA PRATIWI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2019

Anda mungkin juga menyukai