Disusun oleh :
Kelompok 3
S1 Keperawatan 2018
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Seven Jumps Studi Kasus Klimakterium
dengan Metode Small Group Discussion” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 1.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu dengan kerendahan hati kami berharap para pembaca senantiasa
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah
ini, sehingga membantu kami untuk lebih baik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
Latar Belakang..................................................................................................5
Rumusan Masalah.............................................................................................6
Tujuan...............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI.................................................................................................7
Definisi.............................................................................................................7
Etiologi...........................................................................................................17
Patofisiologi....................................................................................................19
Pendidikan kesehatan......................................................................................29
Penatalaksanaan..............................................................................................33
Pemeriksaan diagnostic..................................................................................40
Asuhan keperawatan.......................................................................................43
Evaluasi...........................................................................................................47
BAB III..................................................................................................................49
TINJAUAN KASUS..............................................................................................49
Kasus...............................................................................................................49
Pembahasan Kasus..........................................................................................49
BAB IV..................................................................................................................74
PENUTUP..............................................................................................................74
Kesimpulan.....................................................................................................74
Saran...............................................................................................................74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap
reproduksi dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65
tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan
vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi
ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah berhentinya
menstruasi pada seorang wanita yang dikenal sebagai menopause. Menopause
merupakan suatu peristiwa fisiologis yang disebabkan oleh menuanya
ovarium yang mengarah pada penurunan produksi hormon estrogen dan
progesteron yang dihasilkan dari ovarium. Kekurangan hormon ini
menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor, urogenital, dan
psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara keseluruhan
(Chuni dkk, 2011).
Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10%
lansia dimana jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan
jumlah laki-laki. Sekitar separuh dari semua wanita berhenti menstruasi
antara usia 45-50 tahun seperempat lagi akan terus menstruasi sampai
melewati sebelum usia 45 tahun (Kuswita, 2012).
Keluhan-keluhan klimakterik yang dapat timbul pada masa
klimakterium adalah panas pada kulit (hot flushes), keringat pada malam hari,
kelelahan, sakit kepala, vertigo, jantung berdebar-debar, berat badan
bertambah, sakit dan nyeri pada persendian, osteoporosis, kekeringan kulit
dan rambut, kulit genitalia dan uretra menipis dan kering (Hillegas, 2005).
Selain itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa
klimakterium, yaitu mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan
sebagainya (Baziad, 2003).
Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang
terjadi pada wanita menopause (WHO, 2007). Yoga dapat
menyeimbangkan perubahan hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis,
memperkuat tulang dan mencegah kerapuhan tulang, mencegah penyakit
jantung, serta meningkatkan daya tahan tubuh (Francina, 2003).
Menurut Nina (2007), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan
kapasitas aerobik, kekuatan, flexibilitas, dan keseimbangan. Secara
psikologis, olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan
mencegah depresi. Secara sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan
pada orang lain, mendapat banyak teman dan meningkatkan produktivitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari klimakterium ?
2. Bagaimana konsep asuha keperawatan pada pasien klimakterium?
C. Tujuan
1. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan tentang konsep
klimakterium
2. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan tentang konsep asuhan
keprawatan pada pasien klimakterium
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003)
Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. (Baziad, 2003)
Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari
periode reproduktif ke periode non reproduktif. (Kasdu, 2002)
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi
sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40 – 65 tahun.
Fungsi Progesterone :
D. Etiologi
Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause
yaitu:
1. Usia saat haid pertama sekali
Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua
atau lama ia memasuki masa menopause artinya wanita yang
mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami
menopase lebih dini.
2. Faktor Psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi
perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian
mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan
mereka yang menikah dan bekerja.
3. Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita
melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini
dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem
kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.
4. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai
memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan
memperlambat proses penuaan tubuh.
5. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita
yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia
menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
6. Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause
dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.
7. Genetik
Menopause dikarenakan adanya Terapi Kanker seperti radiasi dan
kemoterapi
8. Infeksi seperti TB, gondok
9. Menopause akibat Pembedahan seperti pembedahan karena
endometriosis, kanker ovarium, kanker rahim, polip.
E. Patofisiologi
2. Ketidakstabilan vasomotor
a. Hot flushes
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan
sensasi rasa panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat
timbul pada dada bagian atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini
timbul karena adanya peningkatan aliran darah kulit yang bersifat
sementara. Jenis fisiologis flushing yang paling banyak ditemukan
adalah flushing yang timbul pada wanita menopause, disebut
dengan menopausal atau klimakterik flushing atau lebih dikenal
dengan "Hot flash".
Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing selama menjelang
menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan oophorektomi dan
merupakan keluhan yang dianggap paling mengganggu. Timbul
rasa panas yang mendadak pada wajah, leher, disertai rasa tidak
nyaman dan berkeringat. Keadaan ini umumnya berlangsung
selama 3 sampai 5 menit,
walaupun intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita.
Pada beberapa orang keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi,
rasa berdenyut pada kepala dan leher, nyeri kepala, kadang mual,
dan ansietas. Perubahan fisilologis yang dapat terlihat adalah
peningkatan temperatur tubuh, denyut nadi dan nafas.
Hot flash juga bisa diprovokasi oleh minuman panas, alkohol,
stress emosional dan kegiatan fisik yang berlebihan. Meskipun
demikian, dapat timbul setiap saat tanpa didahului oleh suatu
keadaan tertentu dan dapat juga menimbulkan gangguan tidur.
Pada dasarnya penyebab hot flash masih belum diketahui, tapi
data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior
menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya
defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area
preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan
termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan
vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas
tubuh.
Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya
menopause alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan
mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan
berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium
maupun meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain
itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi antara
hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa
perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi
kadarestrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah.
Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap
munculnya hotflushes, namun masih terdapat faktor lain yang
diperkirakan terlibat dalampatofisiologi hot flushes. Perubahan
kadar neurotransmiter akanmempersempit zona termoregulasi di
hipotalamus dan menurunkanpengeluaran keringat, bahkan
perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun
dapat memicu mekanisme pelepasan panas.
Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat
mempersempittitik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan
memicu mekanisme pengeluaranpanas tubuh yang berhubungan
dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui,estrogen mengatur
reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada saatmenopause,
terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik
dihipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps
akan memicupeningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya
akan menyebabkan gejalavasomotor. Selain itu, penurunan α2
adrenergik reseptor presinaps juga akanmemicu peningkatan
serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaranpanas yang
dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.
Pada beberapa wanita berhubungan dengan adanya
pelepasan dariLuteinizing hormon (LH), kemungkinan akibat dari
rendahnya kadar estrogenyang beredar sehingga terjadi kegagalan
dari mekanisme feedback.
Flushing bisa timbul juga setelah dilakukan hipofisektomi.
Dugaan lainadalah karena adanya mekanisme yang berhubungan
dengan penurunan kadarkatekolamin hipotalamus dan kegagalan
dari pusat termoregulator yang bekerjamelalui neuron yang
dipengaruhi oleh LH.
Keringat malam
Gangguan tidur
b. Gangguan psikologis/kognitive
1) Depresi
2) Irritabilitas
3) Perubahan mood
4) Kurang konsentrasi, pelupa.
c. Gangguan seksual
Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause
bervariasi danmeningkat dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina,
menurunnya libido,dispareuni dan vaginismus.
Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar
estrogen menurun,frekuensi gangguan seksual dilaporkan
meningkat. Kejadian gangguan inicenderung meningkat sesuai
dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain :
berkurangnya lubrikasivagina, menurunnya libido, dispareuni
dan vaginismus. Perubahan ini harusdijelaskan karena banyak
dari para wanita tidak mengetahui adanya pengaruh hormonal.
Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa perubahan-
perubahantersebut merupakan bagian normal pada masa transisi
perimenopause.
1) Kekeringan vagina (vaginal dryness)
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit
sekalimensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan
estrogen yangmenyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih
kering dan kurangelastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang
senggama kering sehinggamenimbulkan nyeri pada saat senggama,
keputihan, rasa sakit pada saatkencing. Keadaan ini membuat
hubungan seksual akan terasa sakit.Keadaan ini sering kali
menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensibuang air
kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutamapada
saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
2) Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia,
meskipunsebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan
dalam sexual interestselama menopause, sebanyak 31% mengalami
penurunan seksual dan 7%sexual interest-nya meningkat. Hanya
6% dari wanita yang mengalamipenurunan seksual tersebut
mengatakan menopause sebagai alasan.Penurunan ini mungkin
disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuathubungan seks
menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flashes,inkontinensia
urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.
3) Gejala-gejala somatik
a)Sakit kepala
- Pembesaran mammae dan nyeri
- Palpitasi
- Pusing
4) Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah
merupakanorgan yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen.
Reseptor estrogendan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina,
kandung kemih, uretra, ototdasar pelvis serta fasia endopelvis.
Struktur tersebut memilki sebuahpersamaan kemampuan untuk
mereaksi perubahan hormonal sebagaimanapada kondisi
menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan
padasel mukosa uretra dan kandung kemih serta berkuranganya
sirkulasi darahke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika
mengalami atrofi. Hal iniakan menimbulkan uretritis, sistitis,
atau kolpitis, sering berkemih daninkontinensia urin serta
adanya infeksi saluran kemih. Terdapat jugagangguan miksi
berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemihhebat,
atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan
atrofimukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses
involusi,berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera.
Kelenjarendoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks
yang diproduksiberkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen
vagina akan kehilangankolagen, jaringan lemak dan kemampuan
untuk menahan cairan.dindingvagina menyusut, rugae menjadi
mendatar, dan akan nampak merah mudapucat. Permukaan epitel
vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehinggamengurangi
rasio sel permukaan dan sel basal. Pada akhirnya,
vaginamenjadi lebih rapuh, kering dan mudah berdarah dengan
trauma minimal.Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga
seiring berjalannya waktuvagina akan terus menegang dan
kehilangan fleksibilitasnya.
Saat seorang wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina
akanmeningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus
meningkat padamasa post menopause sehingga mangakibatkan
mudahnya terjadi infeksioleh bakteri trikomonas, kandida albikan,
stafilo dan streptokokus, sertabakteri coli bahkan gonokokus.
Adanya hormon estrogen akan membuat pHvagina menjadi asam
sehingga memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yangmemiliki sifat
antibakteri dan hanya dapat diproduksi bilamana pH vaginakurang
dari 4,5. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga
bersifatradikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat
perubahan ini, makaterjadi kekeringan vagina, iritasi, dispareuni,
dan rekurensi infeksi salurankemih.
A. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan kepada para ibu menopause
diantaranya
a. Masalah : Penurunan Kesuburan
Ini berkaitan dengan kualitas dari sel telur yang dihasilkan oleh
tubuh seorang wanita. Proses ini dimulai sekitar usia 35 sampai 38,
sekitar 10 sampai 15 tahun sebelummenopause terjadi.
Pendkes :
Aturlah kehamilan. Semakin tua saat mengandung, semakin besar
resiko melahirkanbayi dengan ketidaknormalan genetik. Tetap
gunakan alat kontrasepsi. Tidak berartidengan penurunan kesuburan,
ibu terlindung dari kehamilan.
b. Masalah : Perubahan Siklus Haid
Perubahan yang terjadi sangat bervariasi antar individu. Ada
yang jarak antarsiklusnya memendek, ada yang memanjang, ada pula
pendarahan yang terjadi menjadilebih banyak atau hanya sedikit
(spotting). Bahkan sebagian wanita akan mengalamihaid yang tiba-tiba
berhenti dan tidak haid lagi untuk selamanya.
Pendkes :
Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak
atau lamaperdarahan yang lebih lama atau juga pendarahan yang
terjadi antara masa haid,segeralah kunjungi dokter untuk
mendapatkan tindak lanjut agar hal-hal yangberbahaya dapat
dihindari.
c. Masalah : Hot Flashes
Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas
sekujur tubuh yangterjadi secara mendadak terutama pada daerah dada,
muka dan kepala sebagai akibatdari melebarnya pembuluh darah.
Gejala-gejala lain yang mengikutinya seperti berkeringat,
peningkatan jumlah nadi serta peningkatan detak jantung.
Pendkes :
Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot
flashes ini seperti ruangan yang hangat, emosi, minuman panas,
makanan tertentu, kopi, alkohol, rokok.Gunakan baju yang sejuk,
gunakan kipas angin serta tidur di ruangan yang sejuk.Ketika hot
flashes muncul, tariklah nafas yang dalam dan lambat untuk
menenangkan diri. Olah raga rutin dapat mengurangi stress atau dapat
juga dengan meditasi, yogaatau pijat.
d. Masalah : Perubahan Emosional
Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes
sering kejadiannya berlangsung pada malam hari, yang menyebabkan
wanita yang mengalaminya akan mengalami kesulitan tidur.
Kurangnya waktu tidur ini dapat menyebabkan keletihanserta
perubahan emosional seperti mudah marah. Perubahan hormonal
juga ikut berpengaruh. Selain itu, banyak peristiwa kehidupan yang
terjadi pada masa ini yang terjadi yang sedikit banyak juga
berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum muda, takut
menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi yang
bekerja dan sebagainya.
Pendkes :
Ikutlah aktivitas yang menyenangkan. Perbanyak kawan bicara.
Makanlah secara teratur dan yang bergizi, kurangi lemak, alkohol dan
kafein. Olah raga secara teratur.Cobalah teknik mengurangi stress
seperti nafas yang dalam, meditasi. Lakukan aktivitas bagi diri
Anda sendiri seperti pijat, manicure. Tidurlah yang cukup setiap
malam. Tertawalah sebanyak-banyaknya . Carilah pihak-pihak yang
berkompeten untuk membantu.
e. Masalah : Perubahan Vagina dan Inkontinensia
Pada masa ini vagina akan memendek serta menyempit. Dinding
vagina menjadi tipisdan kehilangan elastisitasnya. Gejala-gejala
yang akan timbul seperti rasa panas,gatal, pendarahan serta sakit
pada saat bersenggama. Sedangan pada saluran kemihakan timbul apa
yang disebut inkontinensia, yang artinya pengeluaran urin secara tidak
sadar atau ngompol. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan sosial
serta higienitas personal.
Pendkes :
1) Untuk perubahan pada vagina : Gunakan vaginal moisturizer
untuk melembutkanvagina. Gunakan lubrikan vagina yang
bersifat larut air atau water-soluble untukmelembabkan
vagina. Lakukan Pap's smear serta pemeriksaan kebidanan
lainnyasecara berkala
2) Untuk inkontinesia : Atur jumlah minuman yang diminum
secukupnya . Kurangikafein dan makanan yang asam
karena akan mengiritasi kandung kemih. Jagakebersihan
sehingga terbebas dari infeksi. Lakukan latihan otot dasar
panggul (KegelExercise). Kurangi berat badan.
f. Masalah : Perubahan Aktivitas Seksual
Pada usia tua aktivitas seksual akan berubah pada kedua belah pihak
pasangan, baiksang wanita maupun sang pria. Banyak faktor yang
mendasarinya seperti, perubahan usia, hormonal serta kejiwaan
masing-masing pasangan. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi
berkurangnya respon seksual, aktivitas seksual yang menurun,
hasratseksual yang berkurang, pasangan seksual yang menjadi
disfungsional (misal difungsi ereksi) dan sebagainya.
Pendkes :
Perpanjang masa foreplay, hal ini akan memperpanjang orgasme. Ubah
kebiasaan seksual, misal dengan melakukan hubungan senggama pada
pagi hari saat tingkat energi lebih tinggi. Lakukan pendekatan dengan
pasangan sehingga hubungan yang lebih baik dapat terbangun.
Cobalah saling membantu dalam mengatasi masalah seksual
masing-masing pasangan.
g. Masalah : Bertambahnya berat badan
Bertambahnya berat badan akan muncul akibat bertambahnya
lemak dan berkurangnya massa otot tubuh. Selain itu detak jantung
akan cenderung lebih cepat. Hal ini dicetuskannya antara lain oleh
faktor hot flashes seperti yang telah dijelaskandi atas serta perubahan
emosional. Sakit kepala pun akan ikut muncul pada wanita yang rentan
terhadap perubahan hormonal. Serta hal-hal yang lain yang mengikuti
dengan penurunan usia wanita tersebut.
Pendkes :
Mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan rendah kalori.
Olah raga secara teratur. Hindari pencetus stress. Lakukan hal-hal
yang meredakan ketegangan. Minumlah air yang cukup. Gunakan
sun-block untuk mencegah kanker kulit. Bila perlu konsumsi makanan
tambahan.
1) Lakukan olahraga secara teratur dan terukur.
Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar
karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal,
dan membantu menghilangkan antioksidan yang berkeliaran di dalam
tubuh. Beberapa jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat
menopause antara lain jalancepat, dan senam. Bagi mereka yang
berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk melakukan senam aerobik
dan senam osteoporosis.
2) Berpikir positif.
Wanita yang baru atau belum lama memasuki masa
menopause biasanya akan dirundung kegalauan dan kegelisahan.
Mereka merasa sudah tidak cantik dan menarik lagi, sehingga takut
ditinggalkan suami dan sebagainya. Ketakutan semacam ini justru
akan makin memperburuk keadaan. Sebab pikiran negatif akan
menimbulkan hal yang negatif pula.
B. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Terapi sulih hormon (TSH) TSH atau HRT (Hormon
Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk mengurangi
keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma
menopause dalam masa premenopause dan post menopause. Selain
itu, TSH juga berguna untuk menjaga berbagai keluhan yang
muncul akibat menopause, seperti keluhanvasomotor, vagina
yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit
akibat darikehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis
dan jantung koroner. Jadi, tujuan pemberian TSH adalah sebagai
suatu usaha untuk mengganti hormon yang ada pada keadaan
normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang
bertambah tua (Kasdu, 2002).
Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
1) Tekanan darah tidak boleh tinggi.
2) Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.
3) Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ).
4) Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
5) Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
6) Kelenjar tiroid normal.
7) Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium,
fungsi hati.
8) Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes
militus perludikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit
dalam
Kontraindikasi:
Jenis Pemberian:
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan
progesteron. Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada
riwayat histerektomi. Untuk wanita yang tidak menjalani
histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron
untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
1) Oral
2) Transdermal
3) Semprot hidung
4) Implan (susuk)
5) Pervaginam (krem vagina)
6) Sublingual
Lama Penggunaan:
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon
adalah sebagai berikut:
Efek Samping:
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan kulit
2) Pemeriksaan rongga mulut
b. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostic
1) Tes tuberculin
2) VDRL
3) Pemeriksaan klamida
4) Kultur gonorea
5) Pemeriksaan HIV
6) Elektrokardiogram
7) Biopsi endometrium
8) Skrining densitas tulang
9) Pemeriksaan prostoskopik
10) Glukosa plasma puasa
D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan gangguan masa
klimakterium selain pengkajian secara umum juga dilakukan
pengkajian khusus yang ada hubungannya dengan gangguan masa
klimakterium yang meliputi : Haid, Menarche, Lamanya, Banyaknya,
Siklus, Dismenore
a. Riwayat penyakit keluarga
b. Riwayat obstetric
1) Kehamilan
2) Abortus
3) Pemakaian obat kontrasepsi
c. Riwayat perkawinan
d. Kebiasaan hidup sehari-hari
1) Istirahat (tidur)
2) Pola kegiatan
3) Diet
e. Penyakit yang pernah diderita
f. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah yang sedang
dialam
g. Keluhan-keluhan yang sedang dialami
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling biasanya klien kesulitan untuk
percaya danberi kesempatan berbicaratentang subjek sensitive,
kepada klien tapi denganterciptanya rasa saling
untukmenggambarkan percaya
masalahnya dalamkata-kata dapatmenentukan/mengetahui apa
sendiri yangdirasakan pasien yang
menjadikebutuhannya
2. Beri informasi tentang informasi akan membantu klien
kondisi individu memahamisituasinya sendiri
3. Anjurkan klien untuk komunikasi terbuka dapat
berbagipikiran/masalah mengidentifikasiarea penyesuaian
dengan pasangan/orangdekat atau masalah danmeningkatkan
diskusi dan resolusi
4. Diskusikan dengan klien mengurangi kekeringan vagina
tentangpenggunaan yang dapatmenimbulkan rasa sakit
cara/teknik khusus dan iritasi,sehingga meningkatkan
saatberhubungan (misalnya: kenyamanan dalamberhubungan
penggunaanminyak vagina)
5. Kolaborasi :
3) Dengan dokter : Beri obat 5) memulihkan atrofi genetalia,
sesuaiindikasi (Estrogen kekeringanvagina, uretra
pengganti) 6) mungkin dibutuhkan bantuan
4) Dengan konselor/ahli tambahanuntuk meningkatkan
seksualitas kepuasan hasil
Intervensi Rasional
1. Tentukan kebiasaan tidur dan Mengkaji perlunya dan
perubahanyang terjadi mengidentifikasiintervensi yang
tepat
2. Kurangi kebisingan dan Memberikan situasi yang
lampu saattidur kondusif untuktidur
3. Anjurkan klien untuk Pakaian yang menyerap
memakai pakaianyang keringatmengurangi
menyerap keringat ketidaknyamanan akibatkeringat
berlebih
4. Anjurkan klien untuk Mengurangi rasa tidak nyaman
menghindari makanan
berbumbu, pedas, dan
gorenggorengan, alkohol
5. Anjurkan klien untuk Menghindari trigger yang
menghindariberaktivitas di mencetuskan hotflash
cuaca yang panas
6. Anjurkan klien untuk Mengurangi rasa panas dan
mencuci mukasaat hot flashes keringatberlebih
terjadi
7. Kolaborasi : Berikan sedatif Dapat membantu klien
sesuaidengan indikasi tidur/istirahat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ketakutan Hubungan saling percaya
dengan carapendekatan dan mempermudahklien dalam
bina hubungan megungkapkan perasaannya
salingpercaya
2. Pertahankan lingkungan Mencegah terjadi hal-hal yang
yang tenangdan aman serta
menjauhkan tidak benda berbahaya diinginkan
bendaLingkungan yang
nyaman dan aman dapat
3. Libatkan klien dan keluarga Keterlibatan keluarga dapat
dalamprosedur pelaksanaan meningkatkankerja sama klien
dan perawatan dan penyesuaian positifterhadap
keadaannya
4. Ajarkan penggunaan Teknik relaksasi dapat
relaksasi meningkatkanperasaan kontrol
klien terhadap tubuhnyapada
keadaan stress
5. Beritahu tentang penyakit Membantu klien dalam kegaitan
klien dantindakan yang mandiri
akan dilakukan
secarasederhana
3. Evaluasi
Menurut Doenges (1999), setelah dilakukan implementasi
keperawatan maka evaluasi yang di harapkan untuk pasien dengan
klimakterium si antaranya sebagai berikut :
a. Pasien melaporkan perubahan dalam pola tidur/istirahat
b. Pasien mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera atau segar
c. Pasien mamapu mempertahankan orientasi realita sehari – hari
d. Pasien mampu mengenali perubahan pola pemikiran dan
tingkah laku
e. Pasien menyatakan nyeri berkurang/terkontrol
f. Pasien tampak rileks
g. Pasien mampu melakukan aktivitas
h. Pasien menyatakan masalah dan menunjukkan pemecahan
masalah yang sehat
i. Pasien menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi
terhadap perubahan pada citra tubuh
j. Pasien menyatakan pemahaman perubahan fungsi seksual
k. Pasien mampu mendiskusikan masalah tentang hasrat seksual
pasangan dengan orang terdekat
l. Pasien mampu mengidentifikasi kepuasan seksual yang
diterima
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Seorang ibu berusia 47 tahun datang ke Puskesmas bersama dengan
suaminya yang berusia 49 tahun. Klien mengatakan saat malam kesulitan
tidur karena merasa kepanasan. Klien juga mengatakan sudah 6 bulan
terakhir siklus menstruasinya tidak teratur. Suami klien mengatakan
beberapa bulan terakhir emosi klien tidak stabil, tampak kemerahan di muka
klien dan klien tidak mau diajak berhubungan karena klien mengatakan
terasa nyeri saat berhubungan dan vaginanya tampak kering.
B. Pembahasan Kasus
1. Step 1
Tidak ditemukan kata-kata yang tidak dimengerti.
2. Step 2
Karena tidak ditemukan kata-kata yang tidak dimengerti, maka akan
langsung masuk ke step selanjutnya yaitu Step 3
3. Step 3
a. Apa penyebab dari rasa kepanasan yang membuat klien sulit tidur ?
b. Bagaimana siklus haid pada wanita usia 47 tahun ?
c. Apa penyebab dari timbulnya emosi klien yang tidak stabil ?
d. Apa penyebab timbulnya nyeri saat berhubungan seksual ?
e. Apa yang menyebabkan vagina klien terasa kering ?
f. Jelaskan kondisi yang dialami oleh klien saat ini masuk ke dalam
kategori patologis atau fisiologis ?
g. Apa diagnosa medis untuk kasus tersebut ?
h. Apa sajakah diagnosa yang dapat kita ambil dari kasus tersebut ?
i. Apa saja intervensi yang akan di berikan pada diagnosa keperawatan
yang telah diambil ?
j. Apa saja pendidikan kesehatan yang dapat diberikan oleh perawat
untuk pasangan yang usianya hampir menginjak 50 tahun ?
4. Step 4
a. Apa penyebab dari rasa kepanasan yang membuat klien sulit tidur ?
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan
sensasi rasa panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat
timbul pada dada bagian atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini
timbul karena adanya peningkatan aliran darah kulit yang bersifat
sementara. Jenis fisiologis flushing yang paling banyak ditemukan
adalah flushing yang timbul pada wanita menopause, disebut
dengan menopausal atau klimakterik flushing atau lebih dikenal
dengan "Hot flash". Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing
selama menjelang menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan
oophorektomi dan merupakan keluhan yang dianggap paling
mengganggu. Timbul rasa panas yang mendadak pada wajah,
leher, disertai rasa tidak nyaman dan berkeringat. Keadaan ini
umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit, walaupun
intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada
beberapa orang keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa
berdenyut pada kepala dan leher, nyeri kepala, kadang mual, dan
ansietas. Perubahan fisilologis yang dapat terlihat adalah
peningkatan temperatur tubuh, denyut nadi dan nafas. Hot flash
juga bisa diprovokasi oleh minuman panas, alkohol, stress
emosional dan kegiatan fisik yang berlebihan. Meskipun demikian,
dapat timbul setiap saat tanpa didahului oleh suatu keadaan tertentu
dan dapat juga menimbulkan gangguan tidur. Pada dasarnya
penyebab hot flash masih belum diketahui, tapi data yang
berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa
keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada
pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area preoptik medial
hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan termoregulator yang
mengatur pengeluaran keringat dan vasodilatasi yang merupakan
mekanisme primer pengeluaran panas tubuh. Oleh karena keluhan
vasomotor muncul setelah terjadinya menopause alami atau pasca
ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang mendasarinya
adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan
berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun meningkatnya
sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan
keluhan ini timbul karena interaksi antara hormon estrogen dan
progesteron yang fluktuatif pada masa perimenopause. Keluhan
vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar estrogen tinggi,
rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul
sebagai akibat reaksi with drawl estrogen. Meskipun estrogen
memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot flushes,
namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam
patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar neurotransmiter akan
mempersempit zona termoregulasi di hipotalamus dan menurunkan
pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat
kecil pun dapat memicu mekanisme pelepasan panas. Norepinefrin
merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit titik
pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme
pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes.
Sebagaimana diketahui, estrogen mengatur reseptor adrenergik
pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi penurunan
kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus.
Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps akan memicu
peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan
gejala vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor
presinaps juga akan memicu peningkatan serotonin yang
mengakibatkan mekanisme pengeluaran panas yang dipicu oleh
perubahan suhu tubuh meski sangat kecil. Pada beberapa wanita
berhubungan dengan adanya pelepasan dari Luteinizing hormon
(LH), kemungkinan akibat dari rendahnya kadar estrogen yang
beredar sehingga terjadi kegagalan dari mekanisme feedback.
Flushing bisa timbul juga setelah dilakukan hipofisektomi. Dugaan
lain adalah karena adanya mekanisme yang berhubungan dengan
penurunan kadar katekolamin hipotalamus dan kegagalan dari
pusat termoregulator yang bekerja melalui neuron yang
dipengaruhi oleh LH. • Keringat malam • Gangguan tidur Beratnya
gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada
masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan
dapat menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum
gangguan tidur diantaranya : - Susah untuk jatuh tidur - Terbangun
tengah malam dan sukar untuk kembali tidur
- Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan kelelahan, insomnia, depresi, iritabilitas dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan
apakah gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes malam
hari, berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain,
seperti: - Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan tidur
yang terlambat. - Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau
jadwal tidur yang tidak teratur, sehingga menyebabkan gangguan
tidur tengah malam. - Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan
beberapa obat; hal lain yang dapat mengakibatkan gangguan tidur
seperti sakit, ansietas dan gangguan emosional. - Gangguan fisik
seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur. - Nokturia yang mengakibatkan sering
terbangun. Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause
adalah memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring
sampai benarbenar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih
dari 10 menit.
b. Bagaimana siklus haid pada wanita usia 47 tahun ?
Perubahan pola haid :
Siklus menjadi pendek (2-7 hari) :
Siklus memanjang
Haid tak teratur.
Perubahan bentuk perdarahan :
Mula-mula banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian
menjadi sedikit.
Spotting
Perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual
Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah
perubahan dari pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause
akan mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang
memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita
dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30
tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan
oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya
menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada
waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya
fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi
dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga
terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur. Banyak juga wanita
yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan.
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang
disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit.
Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera
sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus haid yang pendek dan
perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita
tersebut “selalu berdarah”. Meskipun perdarahan tidak teratur sangat
umum dan dianggap normal selama perimenopause, berat dan
lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid bukanlah
hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium
untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan
faktor risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium
seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas. Untuk
kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin
berharga bila ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara
lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai
pola perdarahan. Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan
pada pola perdarahan haid. Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau
berfluktuasinya estrogen dan progesteron. Didapatkan sekitar 33%
dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan perdarahan
abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita perimenopause
dan postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause
menunjukkan bahwa lebih kurang 90% wanita selama
perimenopause mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12% dari
wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak. Insiden
kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat
perimenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini
kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi
endometrium akibat unopposed estrogen menjadi lebih tinggi.
c. Apa penyebab dari timbulnya emosi klien yang tidak stabil ?
Depresi
Irritabilitas
Perubahan mood
Kurang konsentrasi, pelupa
Seperti diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering
pada wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12%
untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya
depresi adalah 40 tahunan. Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif,
fungsi sensorik, dan kerja susunan saraf pusat dipengaruhi oleh
hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan pada hormon ini
maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi kognitif.
Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi
sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon
steroid seks ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan
seperti mudah tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada
dasarnya kejadian depresi pada pria dan wanita memiliki angka
perbandingan yang sama, akan tetapi dengan terapi pemberian
estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh karena itu, estrogen
dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya depresi.
Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas serotonin di
otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin
oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan
noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada
berkurangnya jumlah MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-
antagonis dapat mengurangi keluhan depresi pada wanita
pascamenopause. Masa transisi menopause memiliki permasalahan
sosiokultural yang kompleks sebagaimana perunahan hormonal yang
terjadi. Faktor psikososial dapat mempengruhi gejala perubahan
mood dan kognitif. Data laboratorium menyatakan bahwa hormon
ovarium sangat berkhasiat, dimana sinyal kimiawi perifer secara
umum mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan level estrogen
dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh neurotransmiter
SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang
kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah
laku dan kesadaran. Selama perimenopause, fluktuasi hormon
terutama fluktuasi estrogen dapat mengubah level neurotransmiter di
SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya ingat dan mood.
d. Apa penyebab timbulnya nyeri saat berhubungan seksual ?
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia,
meskipun sebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan
dalam sexual interest selama menopause, sebanyak 31% mengalami
penurunan seksual dan 7% sexual interest-nya meningkat. Hanya 6%
dari wanita yang mengalami penurunan seksual tersebut mengatakan
menopause sebagai alasan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh
faktor fisiologi yang membuat hubungan seks menjadi sulit (seperti
vaginal dryness, hot flashes, inkontinensia urine) atau oleh faktor
sosial dan lingkungan.
e. Apa yang menyebabkan vagina klien terasa kering ?
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan
kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering
sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa
sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual
akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada
wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak
dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa
atau orgasme.
f. Jelaskan kondisi yang dialami oleh klien saat ini masuk ke dalam
kategori patologis atau fisiologis ?
Fisiologis. Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika
sorang wanita memasuki usia 40 tahun. Pada waktu lahir, seorang
wanita memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah dan jumlah
ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya
tinggal beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause.
Semakin bertambah usia, khususnya ketika memasuki masa
perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan
resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum
dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan lahan. Pada wanita
diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang
anovulatoar. Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini
mengakibatkan penurunan peroduksi estrogen dan peningkatan
kadar hormon gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini
disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik
negatif dalam poros hipotalamus dan hipofisis. Walaupun secara
endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria
khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau
akhir dari masa transisi menopause. Masa klimakterium memiliki
tiga tahap, tahap pertama adalah premenopause yaitu masa sebelum
berlangsungnya perimenopause, sejak fungsi reproduktif mulai
menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause.
Tahap kedua adalah perimenopause yaitu periode dengan keluhan
memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah
menopause. Kusumawardhani (2006) mendefinisikan bahwa
perimenopause adalah masa dimana menstruasi tidak lagi terjadi
setiap bulan pada mereka yang berada pada usiausia menjelang
menopause. Tahap ketiga adalah postmenopause yaitu masa setelah
perimenopause sampai senilis. Wanita pada umumnya menyebut
fase klimakterium ini sebagai menopause. Pengetahuan bahwa
klimakterium adalah suatu proses dan bukan suatu peristiwa adalah
penting agar secara efektif dapat menangani permasalahan yang
dihadapi wanita dalam masa-masa ini (Gebbie, 2005 ; Kasdu , 2004 ;
Llewellyn, 2001 ; Rayburn , 2001). Pada masa premenopause,
hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi semakin
rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause.
Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus
menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin
menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini
disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada
setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan
berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang
berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi, sel-
sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga
karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang
segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Oosit
pada usia menjelang 40 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang,
yang kemudian menjadi anovulasi dan haid yang tidak teratur.
Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50
tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan
akhirnya berhenti bekerja (Brooker, 2008 ; Goldfien, 2000 ; Kasdu,
2004 ; Rayburn , 2001). Penurunan fungsi ovarium menyebabkan
berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan
gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya
interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan
fungsi korpus luteum. Kemudian turunnya produksi steroid ovarium
menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap
hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Sel-sel
stroma ovarium berespon terhadap stimulasi LH yang meningkat
dengan memproduksi lebih banyak androstenedion tetapi hanya
sejumlah kecil estrogen. Dari kedua gonadotropin itu yang paling
tinggi peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH pada masa
menopause adalah 30-40 mIu/ml. Rata-rata kecepatan produksi
estradiol turun menjadi 12 µg/24 jam (44 nmol/24 jam). Laju
produksi estron adalah 55 µg/24 jam (202 nmol/24 jam). Dan kadar
progesteron kira-kira merupakan 30% konsentrasi yang terlihat pada
wanita muda selama fase folikuler (Goldfien , 2000 ; Llewellyn,
2001 ; Sarwono , 2002 ; Shimp dan Smith, 2000).
g. Apa diagnosa medis untuk kasus tersebut ?
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003, hal 1)
Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. (Baziad, 2003, hal 1) Klimakterium adalah masa
peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke
periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 ) Klimakterium adalah
masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa
senium dan terjadi pada wanita berumur 40 – 65 tahun.
h. Apa sajakah diagnosa yang dapat kita ambil dari kasus tersebut ?
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan
fungsi seksual di tandai dengan klien mengeluh nyeri saat
senggama, klien sering menolak berhubungan suami istri karena
adanya nyeri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang
berlebihan akibat hot flash di tandai dengan klien mengeluh
merasa panas dan sering berkeringat.
Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perjalanan
proses penyakit di tandai dengan klien mengeluh merasa cemas
memikirkan keadaannya.
i. Apa saja intervensi yang akan di berikan pada diagnosa keperawatan
yang telah diambil ?
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan
fungsi seksual di tandai dengan klien mengeluh nyeri saat
senggama, klien sering menolak berhubungan suami istri karena
adanya nyeri.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat
menjalankan aktivitas seksual alternatif yang memuaskan
dengan kriteria : Nyeri hilang saat berhubungan, klien tidak
menolak bila diajak berhubungan suami istri.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, disfungsi seksual
teratasi.
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling biasanya klien kesulitan untuk
percaya dan beri kesempatan berbicara tentang subjek
kepada klien untuk sensitive, tapi dengan terciptanya
menggambarkan masalahnya rasa saling percaya dapat
dalam kata-kata sendiri menentukan/ mengetahui apa
yang dirasakan pasien yang
menjadi kebutuhannya
2. Beri informasi tentang kondisi informasi akan membantu klien
individu memahami situasinya sendiri
3. Anjurkan klien untuk komunikasi terbuka dapat
berbagi pikiran/masalah mengidentifikasi area
dengan pasangan/ orang dekat penyesuaian atau masalah dan
meningkatkan diskusi dan resolusi
4. Diskusikan dengan klien mengurangi kekeringan vagina
tentang penggunaan yang dapat menimbulkan rasa
cara/teknik khusus saat sakit dan iritasi, sehingga
berhubungan (misalnya: meningkatkan kenyamanan dalam
penggunaan minyak vagina) berhubungan
5. Kolaborasi :
7) Dengan dokter : Beri obat 9) memulihkan atrofi genetalia,
sesuai indikasi (Estrogen kekeringan vagina, uretra
pengganti) 10) mungkin dibutuhkan bantuan
8) Dengan konselor/ahli tambahan untuk
seksualitas meningkatkan kepuasan hasil
Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang
berlebihan akibat hot flash di tandai dengan klien mengeluh
merasa panas dan sering berkeringat.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, keseimbangan
istirahat dan aktivitas klien optimal KH : Klien dapat
mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur, klien dapat
tidur.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, kebutuhan
istirahat/tidur klien
Intervensi Rasional
1. Tentukan kebiasaan tidur dan Mengkaji perlunya dan
perubahan yang terjadi mengidentifikasi intervensi yang
tepat
2. Kurangi kebisingan dan Memberikan situasi yang
lampu saat tidur kondusif untuk tidur
3. Anjurkan klien untuk Pakaian yang menyerap
memakai pakaian yang keringat mengurangi
menyerap keringat ketidaknyamanan akibat keringat
berlebih
4. Anjurkan klien untuk Mengurangi rasa tidak nyaman
menghindari makanan
berbumbu, pedas, dan
gorenggorengan, alcohol
5. Anjurkan klien untuk Menghindari trigger yang
menghindari beraktivitas di mencetuskan hot flash
cuaca yang panas
6. Anjurkan klien untuk Mengurangi rasa panas dan
mencuci muka saat hot keringat berlebih
flashes terjadi
7. Kolaborasi : Berikan sedatif Dapat membantu klien
sesuai dengan indikasi tidur/istirahat
Intervensi Rasional
6. Kaji tingkat ketakutan Hubungan saling percaya
dengan cara pendekatan dan mempermudah klien dalam
bina hubungan saling percaya megungkapkan perasaannya
7. Pertahankan lingkungan yang Mencegah terjadi hal-hal yang
tenang dan aman serta tidak benda berbahaya diinginkan
menjauhkan
bendaLingkungan yang
nyaman dan aman dapat
8. Libatkan klien dan keluarga Keterlibatan keluarga dapat
dalam prosedur pelaksanaan meningkatkan kerja sama klien
dan perawatan dan penyesuaian positif terhadap
keadaannya
9. Ajarkan penggunaan relaksasi Teknik relaksasi dapat
meningkatkan perasaan kontrol
klien terhadap tubuhnya pada
keadaan stress
10. Beritahu tentang penyakit Membantu klien dalam kegaitan
klien dan tindakan yang akan
dilakukan secara sederhana mandiri
6. Step 5
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang
wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa
reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.Masa
klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan
pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
Secara umum perubahan yang terjadi pada masa klimakterium dapat
dibagi menjadi perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat
ditangani dengan manajemen kebidanan pada masa klimakterium/
menopause yaitu dengan memberikan konseling, informasi dan edukatif
kepada wanita lanjut usia khususnya bagi yang menginjak masa
klimakterium dan lebih intensive pada pasien yang mengalami masalah
dalam menghadapi masa klimakterium/ menopause tersebut.
11. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Klimakterium
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan gangguan masa
klimakterium selain pengkajian secara umum juga dilakukan
pengkajian khusus yang ada hubungannya dengan gangguan masa
klimakterium yang meliputi :
a. Haid
Menarche
Lamanya
Banyaknya
Siklus
Dismenore
b. Riwayat penyakit keluarga
c. Riwayat obstetric
Kehamilan
Abortus
d. Pemakaian obat kontrasepsi
e. Riwayat perkawinan
f. Kebiasaan hidup sehari-hari
Istirahat (tidur)
Pola kegiatan
Diet
g. Penyakit yang pernah diderita
h. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah yang sedang
dialami.
i. Keluhan-keluhan yang sedang dialami
2. Diagnosa Keperawatan
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan
fungsi seksual di tandai dengan klien mengeluh nyeri saat
senggama, klien sering menolak berhubungan suami istri karena
adanya nyeri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang
berlebihan akibat hot flash di tandai dengan klien mengeluh merasa
panas dan sering berkeringat.
Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perjalanan
proses penyakit di tandai dengan klien mengeluh merasa cemas
memikirkan keadaannya.
Intervensi Rasional
1. Tentukan kebiasaan tidur dan Mengkaji perlunya dan
perubahan yang terjadi mengidentifikasi intervensi yang
tepat
2. Kurangi kebisingan dan Memberikan situasi yang
lampu saat tidur kondusif untuk tidur
3. Anjurkan klien untuk Pakaian yang menyerap
memakai pakaian yang keringat mengurangi
menyerap keringat ketidaknyamanan akibat keringat
berlebih
4. Anjurkan klien untuk Mengurangi rasa tidak nyaman
menghindari makanan
berbumbu, pedas, dan
gorenggorengan, alkohol
5. Anjurkan klien untuk Menghindari trigger yang
menghindari beraktivitas di mencetuskan hot flash
cuaca yang panas
6. Anjurkan klien untuk Mengurangi rasa panas dan
mencuci muka saat hot keringat berlebih
flashes terjadi
7. Kolaborasi : Berikan sedatif Dapat membantu klien
sesuai dengan indikasi tidur/istirahat
c. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perjalanan
proses penyakit di tandai dengan klien mengeluh merasa cemas
memikirkan keadaannya.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, cemas yang
dirasakan klien hilang/berkurang dengan kriteira klien merasa
rileks, dapat menerima dirinya apa adanya.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, ansietas tidak lagi
dirasakan oleh klien.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ketakutan Hubungan saling percaya
dengan cara pendekatan dan mempermudah klien dalam
bina hubungan saling percaya megungkapkan perasaannya
2. Pertahankan lingkungan yang Mencegah terjadi hal-hal yang
tenang dan aman serta tidak benda berbahaya diinginkan
menjauhkan
bendaLingkungan yang
nyaman dan aman dapat
3. Libatkan klien dan keluarga Keterlibatan keluarga dapat
dalam prosedur pelaksanaan meningkatkan kerja sama klien
dan perawatan dan penyesuaian positif terhadap
keadaannya
4. Ajarkan penggunaan relaksasi Teknik relaksasi dapat
meningkatkan perasaan kontrol
klien terhadap tubuhnya pada
keadaan stress
5. Beritahu tentang penyakit Membantu klien dalam kegaitan
klien dan tindakan yang akan mandiri
dilakukan secara sederhana
4. Evaluasi
Menurut Doenges (1999), setelah dilakukan implementasi keperawatan
maka evaluasi yang di harapkan untuk pasien dengan klimakterium si
antaranya sebagai berikut :
m. Pasien melaporkan perubahan dalam pola tidur/istirahat
n. Pasien mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera atau segar
o. Pasien mamapu mempertahankan orientasi realita sehari – hari
p. Pasien mampu mengenali perubahan pola pemikiran dan tingkah
laku
q. Pasien menyatakan nyeri berkurang/terkontrol
r. Pasien tampak rileks
s. Pasien mampu melakukan aktivitas
t. Pasien menyatakan masalah dan menunjukkan pemecahan masalah
yang sehat
u. Pasien menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi
terhadap perubahan pada citra tubuh
v. Pasien menyatakan pemahaman perubahan fungsi seksual
w. Pasien mampu mendiskusikan masalah tentang hasrat seksual
pasangan dengan orang terdekat
x. Pasien mampu mengidentifikasi kepuasan seksual yang diterima