Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MATERNITAS

“ Infertilitas Pada Pria “

OLEH :

KELOMPOK III

LENDA TUHUMURY
MEISKE TANTARU
LIFI YANTI SOURIPET
MITCHELE LIMBA
LUSSY BALRIYANAN
NATASYA PATTY
MARIA LEFTUNGUN
NENSY TOMATALA
MARINA PERULU
NOVEBRI PAAIS

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Syaloom ........
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, kami selaku kelompok III dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Maternitas
dengan Judul ”Konsep Infertilitas Pada Pria” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas
Keperawatan Maternitas II dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat
digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

Ambon, 29 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok III
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian.....................................................................................................3
2.2 Klasifikasi.....................................................................................................3
2.3. Etiologi..........................................................................................................3
2.4. Patofisiologi..................................................................................................9
2.5. Manifestasi Klinik.........................................................................................12
2.6. Syarat- Syarat Pemeriksaan Infertil..............................................................13
2.7. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................13
2.8. Penatalaksanaan............................................................................................15
2.9 Pengobatan Infertilitas..................................................................................16
2.10 Teknik Mengatasi infertilitas.......................................................................19
BAB III PENUTUP
4.1. Kesimpulan...................................................................................................32
4.2. Saran........................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekalipun gerakan keluarga berencana telah digalakkan dengan gencar, tetapi ada sebagian
kecil masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk menunggunya
namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan usia subur atau
kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisauan mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan
terus berusaha dan dapat berkali-kali berganti dokter yang didengarnya telah berhasil dalam
menolong mereka yang mendambakan kehamilan. Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan
mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil. Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum
pernah hamil sama sekali. Infertil sekunder digunakan untuk pasien yang pernah hamil
sebelumnya (Benson, 2008).
Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20 tahun terakhir) di negara-negara maju
karena meningkatnya PMS (terutama gonore dan klamidia yang kemudian menyebabkan
kerusakan tuba), meningkatnya jumlah mitra seksual (meningkatnya kemungkinan mendapat
PMS), sengaja menunda kehamilan , penggunaan kontrasepsi dan merokok ( > 1bungkus per hari
menurunkan kesempatan hamil sebesar > 20 %). Infertilitas menyebabkan 10 -20 % dari semua
kunjungan ke bagian ginekologi.
Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan fekundibilitas (kemungkinan hamil 1 bulan
paparan) hanya 25% pasangan muda sehat yang sering melakukan hubungan seksual akan hamil
perbulan (60% per 6 bulan, 75% per 9 bulan dan 90% per 18 bulan). Fekundibilitas menurun
dengan meningkatnya umur dan efeknya kurang jelas pada wanita dibanding pria. Pada umur 36-
37 tahun kemungkinan hamil kurang dari separuh dibandingkan pada umur 25-27 tahun.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan
penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi,
15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in
vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.
Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat konsep asuhan keperawatan klien
dengan infertilitas.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas pada bab selanjutnya:
1. Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas dan memahami
konsep medisnya.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian dari infertiitas
2. Mengetahui klasifikasi dari infertiitas
3. Mengetahui etiologi dari infertiitas
4. Mengetahui patofisiologi dari infertiitas
5. Mengetahui manifestasi klinis dari infertiitas
6. Mengetahui syarat-syarat pemeriksaan infertiitas
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertiitas
8. Mengetahui penatalaksanaan dari infertiitas
9. Mengetahui pengobatan dari infertiitas
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum berhasil hamil
dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gasnggusn fertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah
sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2006).

2.2 Klasifikasi Infertilitas


Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2) Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian
tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.

2.3 Etiologi Infertilitas

1) Penyebab pada laki-laki (suami)


a. Kelainan pada alat kelamin
- Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan testis
- Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
- Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu besar,
sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi
kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
- Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b. Kegagalan fungsional
- Kemampuan ereksi kurang
- Kelainan pembentukan spermatozoa
- Gangguan pada sperma
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon
testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis
dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah
dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa
juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma
menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu
yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5
°C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi
penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang disengaja.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
h. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.
2) Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina,
impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti
hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2) Masalah dalam pendidikan
3) Emosi karena didahului orang lain hamil

2.4 Patofisiologi

1) Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
2.5 Manifestasi Klinis
1) Laki-laki
- Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
- Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
- Hipertiroidisme dan hipotiroid
- Tumor hipofisis atau prolactinoma
- Disfungsi ereksi berat
- Ejakulasi retrograt
- Hypo/epispadia
- Mikropenis
- Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
- Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
- Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
- Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
- Abnormalitas cairan semen
2.6 Syarat-syarat Pemeriksaan Infertil
Menurut Wikjosastro (2002), syart pemeriksaan infertil antara lain :
1. Istri yang berumur antar 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan
anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila : pernah mengalami
keguguran berulang, diketahui mengidap kelainan endokrin, pernah mengalami peradangan
rongga panggul atau rongga perut dan pernah mengalami bedah ginekologi.
2. Istri yang berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang
ke dokter.
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinanya ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu pasangannya
mengidap penyakit membahayakan kesehatan istri atau anaknya.

2.7 Pemeriksaan Diagnostic


a. Pemeriksaan fisik:
- Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
- Pembesaran kel tiroid
- Galaktorea
- Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
- PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
b. Pemeriksaan penunjang
a) Analisis sperma
Pengeluaran sperma dapat dilakukan di laboratorium yang menyedian tempat untuk pasien mengeluarkan
sperma. Pengeluaran juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa membawa specimen dari waktu
dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari 30 menit. Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang
lebih 3 hari sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah sebagai
berikut: Volume 2-5 cc, Jumlah > 20 juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal;
likuefaksi: 15-30 menit.
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya diperlukan
pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/ nyaman guna
mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis sperma, sangat berguna
untuk penentuan terapi, tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b) Deteksi ovulasi
- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
- Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah ovulasi : Bifasik
- Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks encer,daya
membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
c) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas, dapat
dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan
hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle stimulation hormone (FSH),
hormone luteinisasi (LH), dan hormone (estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini
diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus menstruasi, sehingga
rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan
pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan
selanjutnya.
FSH serum: 10-60 mIU/ml
LH serum: 15-60 mIU/ml
Estradiol: 200-600 pg/ml
Progesterone: 5-20 mg/ml
Prolactin: 2-20 mg/ml
d) Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus
spermatozoa menyerbu lender serviks. Caranya dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah
dan setelah dua jam, dating kerumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviksdimbil dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dilendir tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12. 13, dan 14 dengan
perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih belum mendapat
kesepakatan para ahli.
e) Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr
sebelum haid.
f) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan
uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang.
Dilakukan secara terjadwal.
g) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan
maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri
i) Analisa Semen
- Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria. Semen
merupakan cairan berwarna putih kental berisis sperma yang dilepaskan saat ejakulasi.
Pengumpulan sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian dimasukkan ke dalam
container steril juga dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan menggunakan kondom
khusus.
- Persiapan khusus yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas
seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes. Tes ini pentin untuk
mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya
karena gangguan reproduksi atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain itu
pemeriksaan kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk memastikan bahwa
tidak ada sperma dalam semen.
- Parameter Warna Putih keruh
- Bau Bunga akasia
- PH 7,2 - 7,8
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50%
- Bentuk normal > 60%
- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
- persentase gerak sperma motil > 60%
- Aglutasi Tidak ada
- Sel-sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
j) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini
diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon
tesrosteron, FSH, dan LH.
k) USG transvaginal
Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat
ovulasi Ovulasi: ukuran volikel 18-24m
l) Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif
untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi
m) Uji penetrasi sperma
n) Uji hemizona

2.8 Penatalaksanaan
1) Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
2.9 Pengobatan infertilitas
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimistik baik
bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan
rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan sondase uterus dapat menaikkan laju
kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat
menggandakan laju pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa jenis
pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut:
Penyebab infertilitas Jenis pengobatan
Hidrokel Aspirasi atau eksisi
Varikokel Ligasi
Bendungan vasa atau epididimis Operasi pintas
Suami Oligozoospermia FSH dan hCG, FIV dengan SSIS
Gangguan spermatogenesis Hindari berendam air panas dan
pemakaian celana ketat
Tuberkulosis Tuberkulostatika
Endometriosis Operasi, koagulasi listrik atau laser,
progesteron, danazol,
medroksiprogesteron asetat,
dehidroretroprogesteron,
antiprogestin, anastrosol
Miom uterus operabel Operasi konservatif
Spasme tuba Hiosin amilnitrit, triemonium
Istri Obstruksi tuba Operasi rekonstruksi, FIV
Gangguan ovulasi Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat,
epimestrol, tamoksifen, siklofenil,
metformin, pioglutazon, hMG/hCG,
FSH-murni, GnRH);
pelubangan(drilling) ovarium
Keduanya Idiopatik Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT,
TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi

2.10 Teknik mengatasi infertilitas


1) Inseminasi buatan
Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI) dilakukan dengan
memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari priake dalam organ reproduksi wanita
tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma
diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri
sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi
buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.
2) GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)
GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan teknik yang
mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya
dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan
dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama
laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba
falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasilaparoskopik.
Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.
3) IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-mula sel telur
wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh wanita. Lalu setelah terjadi
pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan kedalam rahim melalui serviks
4) ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot atau sel telur yang
telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seltelur dari indung telur seorang
wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke
tuba falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik.
Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
5) ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan sebuah sel sperma
langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun tidak matang
dapat digunakan untuk membuahi sel telur.
BAB III
PENUTU
P

4.1 KESIMPULAN
 Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
 Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun
dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).
 Klasifikasi infertilitas :
1. Infertilitas Primer
2. Infertilitas Skunder
 Etiologi
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
 Endometriosis
 Infeksi Panggul
 Mioma Uteri
 Polip
 Kista
 Saluran Telur yang Tersumbat
 Sel Telur
b. Faktor fungsional
 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
 Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
 Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
c. Lingkungan
2. Penyebab pada laki-laki (suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
b. Kegagalan fungsional
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
f. Tidak adanya semen
g. Kurangnya hormon testosterone
h. Lingkungan
3. Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

4.2 SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang
kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga, Edisi
18. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai