Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN


KISTA OVARIUM”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. Aisyah yunita sari P00320121002


2. Cahyani putri P00320121016
3. Liza Ratna Sari P00320121027
4. Putri Nadila P00320121039
5. Wiken Permatasari P00320121055

DOSEN PENGAJAR :

Yanti Sutriyanti S,KM M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIPLOMA III CURUP
TAHUN AJARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga kita
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Gangguan
Reproduksi Dengan Kista Ovarium” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas.
Didalam makalah ini berisikan tentang bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pada Ibu gangguan
reproduksi dengan kista ovarium .

Adapun penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata dan kalimat dalam makalah ini. Kami pun berharap kepada
pembaca agar dapat memberikan saran dan kritikan kepada kami, agar dikemudian hari kami dapat
membuat makalah dengan baik lagi.

Curup, 21 Januari 2023

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................2


DAFTAR ISI ...............................................................................................................3
BAB I ...........................................................................................................................4
PENDAHULUAN .......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................................5
BAB II ..........................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................6
2.1 Definisi Kista Ovarium ..........................................................................................6
2.4 Penyebab Kista Ovarium ......................................................................................6
2.3 Tanda Dan Gejala ...................................................................................................7
2.6 Patofisiologi............................................................................................................8
2.7 Pathway/Woc........................................................................................................10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan ....................................................................................................11
BAB III ......................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................12
3.1 PENGKAJIAN .....................................................................................................12
BAB III ......................................................................................................................19
PENUTUP .................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................19
3.2 Saran ....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat yang dapat
merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel gralt atau
korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epithelium ovarium.

Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejala-gejala tentang ruptur kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. kista yang lebih besar dapat
menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen
yang berdekatan.

Pengobatan kista ovarium yang besar bisanya adalah melalui tindakan bedah
jika ukuran lebar kita kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menghilangkan kista sekitar 90% lesi yang terjadi pada wanita
yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak setelah usia 50 tahun hanya
50% yang jinak perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan meletakkan indra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada this tensi
abdomen yang berat.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa definisi dari kista ovarium?

2.Apa penyebab terjadinya kista ovarium?

3.Bagaimana tanda dan gejala dari kista ovarium?

4.Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pada ibu gangguan kista ovarium?

5. Apa saja Pathway/WOC Kista Ovarium

5.Bagaimana patofisiologi dari kista ovarium?

4
6.Bagaimana pemeriksaan penunjang pada ibu gangguan kista ovarium?
7.Bagaimana penatalaksanaan pada ibu gangguan kista ovarium?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kista ovarium

2. Mengetahui penyebab terjadinya kista ovarium

3. Mengetahui tanda dan gejala kista ovarium

4.Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pada ibu Gangguan Kista Ovarium

5. Mengetahui patofisiologi pada ibu Gangguan Kista Ovarium

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada ibu Gangguan Kista Ovarium.

7. Mengetahui penatalaksaan pada ibu Gangguan Kista Ovarium.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kista Ovarium


Kista berarti kantong berisi cairan .kista ovarium berarti kantong berisi
cairan normalnya berukuran kecil yang terletak di indung telur ovarium .kista
ovarium dapat terbentuk kapan saja ,pada masa pubertas sampai menopause juga
selama masa kehamilan.

Kista tersebut disebut juga ,kista fungsional karena terbentuk setelah telur
dilepaskan sewaktu ovulasi.kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah
beberapa waktu hingga biasanya dokter yang mencurigai terbentuk kista
menganjurkan penderita melakukan kontrol kembali 3 bulan .kemudian.kista
ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium.cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar ovarium.

Endometriosis adalah kista atau jaringan yang seharusnya berada didalam


rahim tubuh ditempat lain seperti saluran telur dan ovarium.kista merupakan tumor
jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam
indung telur ovarium.timbulnya kista tersebut bisa membuat terganggu nya siklus
haid,tingkat kesuburan dan juga rasa sakit luar biasa,kista ovarium biasanya tidak
bersifat kanker.(citation mal17/1033)

2.4 Penyebab Kista Ovarium

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapiada beberapa faktor pemicu yaitu :

a. Gaya hidup tidak sehat diantaranya;

1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

2) Zat tambahan pada makanan

3) Kurang olahraga

6
4) Merokok dan konsumsi alkohol

5) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

6) Sering stress

b. Zat polutan

1) Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen - gen yang berpotensi memicu kanker dan
kista, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker dan kista.

2.3 Tanda Dan Gejala


Empat klasifikasi jenis kista indung telur meliputi ;

1. Kista Fungsional
Sering tampak gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seperti
berputar atau pecah, tetapi komunikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada
kedua induk telur kista bisa mengecil dalam waktu satu sampai tiga bulan.
2. Kista Byrne
Mau itu terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tubuh
menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang lemak. Kista dapat terjadi pada
kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista
terpuntir atau pecah.
3. Kista cokelat ( Edometrioma )
Terjadi karena lapisan di dalam rahim yang biasanya terlepas waktu haid dan
terlihat keluar dari kemaluan seperti darah tidak terletak dalam rahim tetapi
melekat pada dinding luar induk telur akibat peristiwa ini setiap kali haid lapisan
tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus bertambah dan menjadi
kista. kista ini bisa satu pada dua indung telur ,timbul gejala utama itu rasa sakit
terutama suatu haid.
4. Kista denoma

7
Berasal dari Pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini
juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat
menyebabkan Inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama
pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.Contoh kistadenoma
1. Kista Denoma ovari Serrum.
Berasal dari epitel germinativum.Bentuk umumnya unilokuler, bila
multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa
intraabdominal, dapat timbul asites kok. Penatalaksanaan umumnya sama
seperti kista denoma ovari serrum.
2. Kista denoma ovari misunesum
Asal kista belum pasti. Menurut meyer, kitsa ini berasal dari teratoma,
pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel Germinativum atau
mempunyai asal sama dengan Tumor Brenner. bentuk kita
multilobuler,biasanya unilateral dapat tumbuh menjadi sangat besar. gambaran
klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga
timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan Peritonum parietal .selain
itu ,bisa terjadi ileus karena pelekatan Dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista tanpa fungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo
ooforektomi tergantung besarnya kista.

2.6 Patofisiologi

a. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 2017 )

1. Kista non fungsional .Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul
invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau
multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri
atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.

8
2. Kista fungsional /Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang
menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis.
Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada
wanita sebelum pubertas, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.
3. Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon
progesteron.Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang
panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan
intraperitonial,terapinya adalah operasi oovorektomi.
4. Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola,terjadi pada 50 % dari semua
kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya
HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.
5. Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan
hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia
endometrium atau korio karsinoma dapat terjadi.Pengobatan dengan kontrasepsi
oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.

b. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, )

1. Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi
(putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kista denoma serosum yang
kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
2. Kista denoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara pasti,
namun diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen
mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinate vumc Kista
denoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka
harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan
mengalami keganasan.
3. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kista yang jinak dimana struktur - struktur
ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan
produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari

9
pada elemen - elemen ektoderm dan mesoderm. Kista berasal dari sel telur
melalui proses patogenesis.

2.7 Pathway/Woc

10
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari
ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat - sifat kista itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah kista berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan
dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam kista. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut
di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan
kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 2019)

2.9 Penatalaksanaan

a. Medis
Pengobatan kista ovari yang besar hasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah.
Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada
pasien muda yang sebat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista.
b. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan keperawatan seperti
melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan sesuai dengan prioritas masalah klien.
Untuk kasus seperti ini, yang dilakukan perawat adalah melakukan pengamatan terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada klien.
Perawatan pasca operatif setelah pembelahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen Penurukan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah
dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat,

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
serta data penanggung jawab .
b. Keluhan Klien Saat Masuk Rumah Sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen,serta mual dan perdarahan.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi Kesehatan
klien saat ini.Keluhan yang dirasakan klien biasanya nyeri sebagai efek
dari pembedahan seperti : cemas, gangguan aktifitas, dan gangguan nutrisi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan
klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami
kista atau tumor pada organ lain.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
4. Riwayat Perkawinan
Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya kista ovarium.
d. Riwayat Kehamilan Persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh tidaknya suatu kista ovarium.

e. Riwayat Menstruasi

12
Klien dengan kista ovarium kadang - kadang terjadi digumenothea dan bahkan
sampai amenorhea.
f. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstrimitas bawah secara sistematis.
1. Kepala
a. hygiene rambut
b. keadaan rambut
2. Mata
a.sklera ikterik atau tidak
b. konjungtiva anemis atau tidak
c. mata simetris atau tidak
3. Leher
a. ada /tidak adanya pembengkakan kelenjar tiroid
b. ada /tidak adanya tekanan vena jugularis
4. Dada
Pernapasan
a. jenis Pernapasan
b. bunyi napas
c. penarikan sela iga
6. Abdomen
a. nyeri tekan pada abdomen
b. teraba masa pada abdomen
7. Ekstremitas
a. nyeri panggul saat beraktivitas
b. tidak ada kelemahan
8. Eliminasi /Urinasi
a. adanya Konstipasi
b. susah BAK
g. Data sosial ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur baik sebelum masa pubertas maupun sebelum masa menopause.

h. Data spiritual

13
Kalian menjalankan kegiatan keagamaan nya sesuai dengan kepercayaannya.
i. Data psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, di mana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dan ovarium tersebut sementara pada
kien dengan kista varian yang ovariumnya di angkat maka hal ini akan
mempengaruhi mental klien yang ingin hamil atau punya keturunan.
j. Pola kebiasaan sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas dan
tidur karena merasa nyeri.
k. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan penunjang terdapat data laboratorium .didalam data
laboratorium terbagi menjadi 2 pemeriksaan yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan HB
Penurunan HB dapat menunjukan anemia kronis.
2. Ultrasonografi
Untuk mengetahui dan mencegah letak batas kista.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, agen pencedera fisik
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas Gastrointestinal
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan (SLKI) Keperawatan (SIKI)

1. Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Mana jemen nyeri
Pencederaan keperawatan selama 3×24 (I.08238)
fisiologis, Agen jam diharapkan tingkat Observasi :
pencederaan nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi
fisik kriteria hasil : karateristik,durasi,
(D.0077) 1. Keluhan nyeri (5) frekuensi, intensitas
2. Meringis (5) nyeri

14
3. Sikap protektif (5) 2. Identifikasi skala
4. Gelisah (5) nyeri
5. Kesulitan tidur (5) 3. Identifikasi respons
6. Menarik diri (5) nyeri non verbal
7. Berfokus pada diri sendiri 4.Identifikasi faktor
8. Diaforesis (5) yang memperberat
nyeri dan
memperingan nyeri .
Terapeutik :
1. Kontrol lingkuangan
yang memperberat
rasa nyeri
2. Fasilitas istirahat dan
tidur
3. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
srategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1.Jelaskan penyebab,
priode,dan pemicu
nyeri
2.Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
4.Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat.

Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian

15
Analgetik (jika perlu)
2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi
penurunan keperawatan selama 3×24 fekal (I.04151)
Motilitas jam diharapkan eliminasi Observasi :
gastrointestinal fekal membaik dengan 1. Identifikasi masalah
(D.049) Kriteria hasil : usus dan penggunaan
1. Kontrol pengetahuan obat pencahar
Feses (5) 2. Identifikasi pengobatan yang
2. Keluhan defekasi lama berefek pada kondisi
dan sulit (5) gastrointestinal
3. Mengejan saat defekasi 3. Memonitor BAB
(5) 4. Memonitor tanda dan
4. Distensi abdomen (5) gejala diare, konstipasi,
5. Teraba massa pada atau Impaksi
rektal (5) Terapeutik :
6. Nyeri abdomen (5) 1. Berikan air hangat
7. Kram abdomen (5) setelah makan
8. Frekuensi BAB (5) 2.Jadwalkan waktu
defekasi bersama pasien
3.Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi :
1.Jelaskan jenis makanan yang
membantu
meningkatkan
keteraturan peristaltik
usus
2.Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi,volume
feses
3.Anjurkan meningkatkan aktifitas

16
fisik,sesuai toleransi
4.Anjurkan mengurangi
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukan gas
5.Anjurkan
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung tinggi
serat
6.Anjurkan meningkatkan asupan
cairan,jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal,
jika perlu
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi
Fisik b.d nyeri ( keperawatan selama 3× 24 (1.06171)
D.0054) jam diharapkan mobilitas Observasi :
fisik meningkat dengan 1. Identifikasi adanya
kriteria hasil : nyeri atau keluhan fisik lainya
1. pergerakan ekstremitas (5) 2. Identifikasi toleransi
2. kekuatan otot (5) fisik melakukan
3.rentang gerak/ROM (5) ambulasi
4. nyeri (5) Terapeutik :
5. kecemasan (5) 1. Fasilitasi aktivitas
6. kelemahan fisik (5) Ambulasi dengan alat
bantu (mis, tongkat,
kruk)
2. Fasilitasi melakukan
Mobilitas fisik

17
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
Prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
Ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
Sederhana yang harus
dilakukan ( mis,
berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal. Pelaksanaan tindakan
merupakan realisasi dari rencana/intevensi keperawatan yang mencakup perawatan
langsung atau tidak langsung.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir untuk menentukan tercapainya asuhan


keperawatan, evaluasi membandingkan antara intervensi dan hasil implementasi
apakah sudah tercapai dengan maksimal atau belum terpenuhi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat yang
dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel gralt
atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
abdomen dari epithelium ovarium. Dan kista ovarium diklasifikasikan menjadi 4
jenis yaitu kista fungsional , kista byrne ,kista cokelat dan kista denoma.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah dan memahami tindakan yang telah dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah
menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E, Marilyn. 20015.Rencana Asuhan Keperawatan Maternal /Bayi.Jakarta : EGC.

PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai